6 bertingkat dengan menggunakan beberapa pelarut yang berbeda tingkat
kepolarannya Harborne 1987. Ekstraksi berkesinambungan dilakukan secara berturut-turut dimulai dengan pelarut nonpolar misalnya n-heksan atau
kloroform dilanjutkan dengan pelarut semipolar etil asetat atau dietil eter kemudian dilanjutkan dengan pelarut polar metanol atau etanol. Pada proses
ekstraksi akan diperoleh ekstrak awal crude extract yang mengandung berturut- turut senyawa nonpolar, semipolar, dan polar Hostettmann et al. 1997. Hasil
ekstrak yang diperoleh tergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel contoh uji,
kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi, dan perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah contoh uji Shahidi Naczk 1991.
Polaritas sering diartikan sebagai adanya pemisahan kutub bermuatan positif dan negatif dari suatu molekul sebagai akibat terbentuknya konfigurasi
tertentu dari atom-atom penyusunnya. Dengan demikian, molekul tersebut dapat tertarik oleh molekul yang lain yang juga mempunyai polaritas yang kurang lebih
sama. Besarnya polaritas dari suatu pelarut proporsional dengan besarnya konstanta dielektriknya Adnan 1997. Menurut Stahl 1985, konstanta dielektrik
ε merupakan salah satu ukuran kepolaran pelarut yang mengukur kemampuan pelarut untuk menyaring daya tarik elektrostatik antara isi yang berbeda.
2.3 Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu metode yang digunakan untuk memisahkan campuran komponen berdasarkan distribusi komponen tersebut
diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak Stoenoiu et al. 2006. Fase diam berguna untuk mengikat komponen zat, sedangkan fase bergerak berguna untuk
mengangkut komponen zat lain yang tidak terikat. Oleh karena adanya sistem pengangkutan dan sistem pengikatan ini, maka suatu komponen zat dapat
dipisahkan dari komponen lainnya Suhartono 1989. Menurut Harborne 1987, terdapat empat macam teknik kromatografi, yaitu kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, kromatografi gas cair, dan kromatografi cair kinerja tinggi. Pemisahan dan pemurnian kandungan kimia tumbuhan dapat dilakukan
7 dengan menggunakan salah satu dari keempat metode tersebut atau gabungannya.
Pemilihan metode tergantung pada sifat-sifat senyawa yang digunakan. Vacuum Liquid Chromatography VLC atau kromatografi vakum cair
merupakan pengembangan dari kromatografi kolom konvensional. Pada VLC, elusi diaktivasi dengan menggunakan vakum. Elusi dilakukan dengan
menggunakan fase gerak dengan gradien polaritas dari polaritas paling rendah sampai polaritas yang paling tinggi. Pemisahan senyawa pada VLC didasarkan
pada kelarutan senyawa yang dipisahkan dalam fase gerak yang digunakan. Fase gerak dengan gradien polaritas diharapkan dapat memisahkan senyawa-senyawa
yang memiliki polaritas berbeda Padmawinata 1995. Pada kromatografi lapis tipis KLT, fase diam berupa lapisan
pelarut yang terjerap pada lapisan tipis alumina, silika gel, atau balian serbuk lainnya, dan fase geraknya berupa cairan. Prinsip KLT adalah sampel
diteteskan pada lapisan tipis kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi fase gerak sehingga sampel tersebut terpisah menjadi komponen-komponennya
dengan laju tertentu yang dinyatakan dengan faktor retensi Rf, yaitu perbandingan antara jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang
ditempuh fase gerak. Komponen yang mempunyai afinitas lebih besar dari fase gerak atau afinitasnya lebih kecil dari fase diam akan bergerak lebih cepat dari
pada komponen yang mempunyai sifat sebaliknya Gritter et al. 1991. Pada KLT, sistem pengembangan yang digunakan berdasarkan prinsip like dissolves like,
yaitu memisahkan komponen bersifat polar menggunakan sistem pelarut yang bersifat polar juga ataupun sebaliknya. Deteksi hasil kromatogram dilakukan di
bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm, serta dapat dilakukan juga dengan pereaksi semprot Santosa Hertiani 2005.
2.4 Brine Shrimp Lethality Test