17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Bioaktivitas Ekstrak Kasar Kayu Teras Suren
Contoh uji yang digunakan dalam penelitian didapatkan dari Desa Cibadak, Sukabumi. Sampel daun dikirim ke Herbarium Bogoriense, Badan penelitian dan
Pengembangan Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia LIPI untuk diidentifikasi jenisnya. Hasil
identifikasi LIPI menyatakan bahwa sampel tersebut adalah pohon Suren Toona sinensis Roemor.
Ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan metode maserasi menghasilkan ekstrak dengan berbagai bentuk dan warna. Ekstrak n-heksan
berbentuk minyak dan berwarna kuning, ekstrak etil asetat memiliki bentuk mirip dodol dan berwarna coklat, sedangkan ekstrak metanol berbentuk padatan keras
berwarna coklat kehitaman. Perbedaaan ini menunjukkaan bahwa senyawa yang terekstraksi oleh berbagai jenis pelarut yang digunakan berhasil mengekstrak
golongan senyawa yang berbeda. Hasil pengujian Brine Shrimp Lethality test BSLT menunjukkan bahwa
tingkat kematian A. salina berbanding lurus dengan konsentrasi ekstrak Tabel 1. Secara deskriptif terlihat bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak semakin besar
pula mortalitas larva udang A. salina. Hasil ini juga ditemukan pada penelitian Lisdawati et al. 2006 yang melakukan uji BSLT terhadap ekstrak daging buah
dan kulit biji mahkota dewa Phaliria macrocarpa. Hal ini diduga terjadi karena peningkatan konsentrasi ekstrak dalam pengujian BSLT meningkatkan pula
konsentrasi senyawa aktif yang bersifat toksik yang terdapat didalamnya sehingga meningkatkan toksisitas ekstrak terhadap larva udang.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak kasar kayu teras Suren berpotensi mengandung senyawa bioaktif. Hal ini ditunjukkan oleh LC
50
dari setiap fraksinya yang memiliki nilai lebih kecil dari 1000 µgml. Hasil analisis
probit menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat bagian kayu teras Suren memiliki nilai LC
50
paling rendah yaitu sebesar 3,9 µgml, kemudian diikuti oleh ekstrak metanol dengan LC
50
sebesar 70,30 µgml dan n-heksan dengan LC
50
sebesar
18 149,12 µgml. Nilai LC
50
merupakan angka yang menunjukkan jumlah dosis atau konsentrasi ekstrak yang mengakibatkan kematian 50 larva udang A. salina
setelah masa inkubasi 24 jam. Sehingga semakin kecil nilai LC
50
semakin baik, karena ekstrak semakin toksik.
Tabel 1 Nilai Rata-Rata Mortalitas Larva Udang A. salina dan LC
50
Ekstrak Kayu Teras Suren
Jenis ekstrak Mortalitas µgml
1
LC
50
µgml Kategori
bioaktivitas
2
1000 500 200
100 10
N-heksan 100 100 78,33 22,5
149,12 Toksik
Etil Asetat 100 100
100 100
85,83 3,90
Sangat Toksik Metanol
100 100 97,5 71,67 2,5
70,30 Toksik
Keterangan :
1
rataan dari 6 ulangan
2
berdasarkan Meyer et al. 1982
Ekstrak etil asetat kayu teras Suren memiliki bioaktivitas paling tinggi Tabel 1. Menurut Meyer et al. 1982 S
uatu ekstrak dianggap sangat aktif bila memiliki nilai
LC
50
di bawah 30 µgml, aktif bila memiliki nilai LC
50
30 sampai dengan 1000 µgml dan tidak aktif bila memiliki nilai
LC
50
di atas 1000 µgml .
Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak etil esetat tergolong sangat aktif karena memiliki LC
50
yang kurang dari 30 µgml. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa aktif yang terdapat pada kayu teras Suren adalah senyawa semipolar.
Wiryowidagdo 2000 menyatakan bahwa kelompok senyawa yang larut dalam pelarut semipolar adalah senyawa alkaloid, fenol termasuk kumarin dan flavonoid,
dan golongan asam lemak. Hasil ini berbeda dengan pengujian Rahmawan 2011 yang menyatakan
bahwa ekstrak n-heksan LC
50
23,73 µgml kayu teras Suren lebih aktif dibandingkan dengan ekstrak etil asetat LC
50
61,09 µgml dan residunya LC
50
552,69 µgml. Perbedaan ini diduga disebabkan oleh perbedaan proses ekstraksi yang dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi berkesinambungan dengan
menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan pelarut tunggal etanol yang bersifat polar yang
kemudian difraksinasi dengan n-heksan dan etil asetat.
19 Pada penelitian ini ekstrak n-heksan yang mengandung senyawa nonpolar
memiliki bioaktivitas paling rendah. Dalam penelitian ini diduga ekstrak n-heksan lebih banyak mengandung senyawa nonpolar yang tidak aktif seperti lemak dan
lilin. Lisdawati 2002 dalam penelitiannya menyatakan bahwa ekstrak n-heksan ekstrak buah dan biji mahkota dewa memiliki bioaktivitas yang paling rendah
dibandingkan ekstrak metanol dan etil asetatnya. Menurut Wiryowidagdo 2000 golongan senyawa yang terlarut dalam pelarut nonpolar adalah minyak atsiri,
asam lemak, lilin, steroid dan triterpenoid, dan karotenoid. Uji bioaktivitas dilakukan untuk mengetahui potensi aktivitas antikanker
dari ekstrak kayu teras Suren. Aktivitas antikanker suatu ekstrak dapat diketahui
dengan menghitung persentase kematian A. salina sebagai hewan uji BSLT. Larva
udang ini merupakan organisme sederhana dari biota laut yang sangat kecil dan mempunyai kepekaan yang cukup tinggi terhadap toksik Parwati Simanjuntak
1998. BSLT merupakan pengujian senyawa secara umum yang dapat mendeteksi
beberapa bioaktivitas dalam suatu ekstrak. Bioaktivitas yang dapat dideteksi dari skrining awal dengan metode BSLT diantaranya adalah antikanker, antitumor,
antimalaria, dan antimikroba Colegate Molyneux 2007.
4.2 Kadar Ekstrak Kasar Kayu Teras Kayu Teras Suren