19 Pada penelitian ini ekstrak n-heksan yang mengandung senyawa nonpolar
memiliki bioaktivitas paling rendah. Dalam penelitian ini diduga ekstrak n-heksan lebih banyak mengandung senyawa nonpolar yang tidak aktif seperti lemak dan
lilin. Lisdawati 2002 dalam penelitiannya menyatakan bahwa ekstrak n-heksan ekstrak buah dan biji mahkota dewa memiliki bioaktivitas yang paling rendah
dibandingkan ekstrak metanol dan etil asetatnya. Menurut Wiryowidagdo 2000 golongan senyawa yang terlarut dalam pelarut nonpolar adalah minyak atsiri,
asam lemak, lilin, steroid dan triterpenoid, dan karotenoid. Uji bioaktivitas dilakukan untuk mengetahui potensi aktivitas antikanker
dari ekstrak kayu teras Suren. Aktivitas antikanker suatu ekstrak dapat diketahui
dengan menghitung persentase kematian A. salina sebagai hewan uji BSLT. Larva
udang ini merupakan organisme sederhana dari biota laut yang sangat kecil dan mempunyai kepekaan yang cukup tinggi terhadap toksik Parwati Simanjuntak
1998. BSLT merupakan pengujian senyawa secara umum yang dapat mendeteksi
beberapa bioaktivitas dalam suatu ekstrak. Bioaktivitas yang dapat dideteksi dari skrining awal dengan metode BSLT diantaranya adalah antikanker, antitumor,
antimalaria, dan antimikroba Colegate Molyneux 2007.
4.2 Kadar Ekstrak Kasar Kayu Teras Kayu Teras Suren
Proses ekstraksi dengan tiga jenis pelarut dengan kepolaran berbeda memberikan rendemen yang bervariasi untuk setiap jenis pelarut yang digunakan.
Dari ketiga ekstrak yang diperoleh dapat dilihat bahwa, ekstrak metanol menghasilkan kadar ekstrak tertinggi, diikuti ekstrak etil asetat dan ekstrak n-
heksan Gambar 2.
Keterangan : Rataan dari 6 ulangan
Gambar 2 Grafik Kadar Ekstrak Kayu Teras Suren
2 4
6 8
K ad
ar E
kstr ak
Jenis Ekstrak
N-heksan Etil asetat
Metanol Total
20 Kadar ekstrak metanol yang besar menunjukkan bahwa zat ekstraktif kayu
teras Suren didominasi oleh senyawa polar diikuti dengan senyawa semipolar dan
nonpolar. Dominasi senyawa polar ditemukan juga pada penelitian Yuhernita dan Juniarti 2011 yang melaporkan bahwa kadar ekstrak metanol daun Surian lebih
tinggi dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dan n-heksannya. Hasil pengujian BSLT dan kadar ekstrak menunjukkan bahwa jumlah
kadar ekstrak dan bioaktivitas tidak berhubungan. Ekstrak metanol dengan kadar ekstrak paling tinggi memiliki bioaktivitas yang lebih rendah dibanding ekstrak
etil asetat dengan kadar ekstrak yang jauh lebih rendah. Ekstrak etil asetat memiliki bioaktivitas yang tinggi karena mengandung senyawa metabolit
sekunder yang bersifat aktif. Bioaktivitas suatu ekstrak ditentukan oleh adanya kandungan senyawa metabolit sekunder aktif yang terkandung dalam ekstrak.
Total ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi bersikenambungan kayu teras Suren ini sebesar 7. Rahmawan 2011 melaporkan bahwa kadar ekstrak etanol
kayu teras Suren yang diekstrak secara maserasi adalah sebesar 6,49. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstraksi berkesinambungan dapat mengekstrak zat
ekstraktif kayu lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan pelarut tunggal etanol. Menurut Harborne 1987, ekstraksi dengan berbagai jenis pelarut pada
tingkat kepolaran yang berbeda bertujuan untuk memperoleh hasil yang optimum, baik jumlah ekstrak maupun senyawa aktif yang terkandung dalam contoh uji.
Anonim 1976 dalam Lestari dan Pari 1990 menyatakan bahwa kadar zat ekstraktif kayu termasuk kelas tinggi jika lebih dari 4, kelas sedang jika kadar
ekstraktif 2-4, dan kelas rendah jika kadar ekstraktifnya kurang dari 2. Kayu teras Suren dapat digolongkan ke dalam kategori kayu dengan kadar zat ekstraktif
tinggi.
4.3 Kadar Fraksi Hasil Fraksinasi Ekstrak Etil Asetat Kayu Teras Suren