Bioaktivitas Fraksi-Fraksi Etil Asetat Hasil Analisis Fitokimia kualitatif Fraksi Potensial dengan Kromatografi Lapis Tipis

22

4.4 Bioaktivitas Fraksi-Fraksi Etil Asetat

Sembilan fraksi yang diperoleh diuji kembali bioaktivitasnya dengan metode BSLT untuk menentukan fraksi yang aktif dan potensi bioaktifnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Hasil pengujian BSLT menunjukkan bahwa seluruh fraksi memiliki potensi bioaktif karena nilai LC 50 di bawah 1000 µgml. Fraksi 2 merupakan fraksi yang paling aktif karena mampu membunuh larva udang hingga 100 pada konsentrasi 10 µgml. Hal ini mengakibatkan nilai LC 50 fraksi 2 tidak dapat diprediksi dengan menggunakan analisis probit. Oleh karena itu, nilai LC 50 fraksi 2 dinyatakan sebesar kurang dari 10 µgml. Fraksi 1, 2, dan 5 merupakan fraksi yang tergolong sangat aktif karena memiliki nilai LC 50 30 µgml . Tabel 3 Nilai Rata-Rata Mortalitas Larva Udang A. salina dan LC 50 Fraksi-Fraksi Hasil Fraksinasi Ekstrak Etil Asetat Kayu Teras Suren Fraksi Mortalitas µgml LC 50 µgml 100 50 30 20 10 1 100 100 100 100 97,5 5,39 2 100 100 100 100 100 10 3 100 4 100 72,5 67,5 17,5 5 31,48 5 100 100 100 98,33 98,33 6,27 6 5 1,67 272,3 7 6,67 3,33 271,86 8 1,67 121,28 9 3,33 1,67 378,85 Fraksi 1, 2, dan 5 memiliki LC 50 yang sangat rendah. Ketiga fraksi ini memiliki nilai mortalitas yang lebih tinggi daripada ekstrak kasarnya pada konsentrasi 10 µgml. Hal ini menunjukkan bahwa bioaktivitas fraksi-fraksi etil asetat lebih tinggi dari ekstrak kasarnya. Kelompok fraksi 1, 2, dan 5 hasil VLC apabila digabungkan proporsinya mencapai 40,42 dari ekstrak etil asetat awal. Hal ini memperlihatkan bahwa ketiga fraksi sangat dominan dalam ekstrak etil asetat. Oleh karena itu, fraksi 1, 2, dan 5 diduga mengandung senyawa aktif yang bertanggung jawab terhadap bioaktivitas ekstrak etil asetat. 23

4.5 Hasil Analisis Fitokimia kualitatif Fraksi Potensial dengan Kromatografi Lapis Tipis

Uji kandungan senyawa dengan KLT dilakukan terhadap fraksi 1, 2, dan 5 untuk mengetahui metabolit sekunder yang terkandung dalam fraksi aktif ekstrak etil asetat. Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan tersebut dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri maupun lingkungannya Lenny 2006. Identifikasi golongan senyawa dalam fraksi dilakukan dengan melihat perubahan warna setelah ditambahkan pereaksi spesifik untuk setiap uji kualiatif. Tabel 4 Hasil Analisis Fitokimia Fraksi Aktif ekstrak Etil Asetat Kayu Teras Suren Jenis Deteksi 1 1 2 1 5 2 Rf Dugaan senyawa Rf Dugaan senyawa Rf Dugaan senyawa UV 254nm 0,33 - 0,20 - 0,10 - 0,85 - 0,42 - 0,18 - 0,40 - 0,50 - 0,70 - 0,89 - H 2 SO 4 0,33 - 0,16 - 0,05 - 0,85 - 0,30 - 0,15 - 0,91 - 0,50 - 0,40 - 0,55 - 0,95 - Lieberman- Burchard 0,33 Steroid 0,20 Steroid 0,70 Triterpenoid 0,65 Triterpenoid 0,30 Steroid 0,05 - 0,97 Triterpenoid 0,50 Triterpenoid 0,11 - 0,47 - 0,55 Triterpenoid FeCl 3 10 0,75 Fenolik 0,55 Fenolik 0,05 Fenolik 0,91 Fenolik 0,67 Fenolik 0,47 Fenolik 0,72 Fenolik Uap Amonia - - - 0,05 Flavonoid 0,13 Flavonoid 0,22 Flavonoid 0,40 Flavonoid Jumlah senyawa 3 7 8 13 Keterangan Senyawa dengan Rf yang sama dianggap satu senyawa 24 Hasil identifikasi noda pada plat KLT dengan menggunakan sinar UV pada panjang gelombang 254 nm menunjukkan bahwa terdapat minimal 2 senyawa pada fraksi 1, minimal 2 senyawa pada fraksi 2, dan minimal 4 senyawa pada fraksi 5. Dari deteksi dengan sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm terlihat bahwa fraksi 5 memiliki jumlah senyawa terbanyak. Jenis senyawa tidak dapat diidentifikasi dengan menggunakan sinar UV 254 nm karena warna spot yang satu dengan yang lain terlihat sama. Identifikasi noda pada plat KLT dengan menggunakan penyemprot H 2 SO 4 10 menunjukkan bahwa terdapat minimal 3 senyawa pada fraksi 1, minimal 3 senyawa pada fraksi 2, dan minimal 5 senyawa pada fraksi 5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penyemprotan dengan H 2 SO 4 dapat mendeteksi jumlah senyawa lebih banyak dibandingkan dengan sinar UV saja. Akan tetapi, jenis senyawa belum dapat dideteksi. Penyemprotan dengan pereaksi Lieberman-Burchard menghasilkan berbagai macam warna pada KLT untuk setiap fraksi. Menurut Harborne 1987 penyemprotan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard akan menimbulkan warna merah sampai ungu yang dapat diidentifikasi sebagai senyawa triterpenoid. Hasil pengujian menunjukkan fraksi 1 memiliki minimal 2 senyawa triterpenoid yang ditandai spot berwarna merah dan ungu, fraksi 2 mengandung 1 senyawa triterpenoid, dan fraksi 5 mengandung 2 senyawa triterpenoid. Mitsui et al. 2005 melaporkan, terdapat 23 jenis senyawa golongan triterpen dari bagian batang, daun dan biji T. sinensis. Menurut Hsieh et al. 2006, Senyawa triterpensteroid pada daun T. sinensis adalah stearic acid, palmitic acid, sitosterol, stigmasterol, sitosteryl-glucoside dan stigmasteryl-glucoside. Lisdawati 2002 dalam penelitiannya melaporkan bahwa senyawa terpenoid pada ekstrak buah mahkota dewa merupakan salah satu golongan senyawa yang memiliki aktivitas anti kanker dan antioksidan. Warna hijau sampai biru yang muncul setelah penyemprotan dengan pereaksi Lieberman-Burchard merupakan senyawa steroid Handayani 2008. Hasil pengujian menunjukkan fraksi 1 mengandung 1 senyawa steroid yang ditandai dengan warna kehijauan, Fraksi 2 mengandung 2 senyawa steroid, Fraksi 5 tidak terdapat senyawa steroid. Sukardiman et al. 2004 dalam penelitiannya 25 melaporkan senyawa steroid yang terdapat pada ekstrak metanol marchantia planiloba Steph mampu membunuh larva A.salina leach dengan LC 50 247,10 ± 2,58 µgml. Warna hitam pada plat KLT setelah penyemprotan FeCl 3 10 menunjukkan bahwa fraksi mengandung senyawa fenolik Marliana 2007. Hasil identifikasi menunjukkan fraksi 1 terdapat minimal 2 senyawa fenolik, fraksi 4 minimal 3 senyawa fenolik, dan fraksi 5 minimal 2 senyawa fenolik. Fenolik merupakan metabolit sekuder yang sangat penting bagi tanaman yang dapat melindungi tanaman dari gangguan. Menurut Yang et al. 2011 Suren memiliki tiga jenis senyawa fenolik yang berbeda strukturnya, yaitu three gallic acid asam galat dan etil galat, tannin 5GG, 6GG and 7GG dan flavonol quercetin-3-O- glucopyranoside, quercetin-3-O-rhamnoside dan kaempferol-3-O-rhamnoside. Polifenol asam galat 3,4,5-trihydroxybenoic acid pada Suren telah menjadi perhatian karena memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker Wu et al. 1998; Lo´pez-Ve´lez et al. 2003; Ow Stupans 2003; Inoue et al. 1995. Wang et al. 2007 melaporkan asam galat dan turunannya, galotanin dan flavonoids merupakan komponen utama aktifitas antioksidan Suren. Gallic acid terdistribusi pada buah dan tanaman, diantaranya terdapat pada teh hitam dan teh hijau Lo´pez-Ve´lez et al. 2003. Pemberian uap amonia pada plat KLT untuk identifikasi flavonoid memberikan hasil positif karena timbulnya noda berwarna kuning coklat pada sampel. Timbulnya warna kuning coklat menunjukkan adanya senyawa flavonoid Marliana 2007. Hasil identifikasi dengan uap amonia menunjukkan fraksi 1 dan 2 tidak terdapat senyawa flavonoid sedangkan fraksi 5 minimal 4 senyawa flavonoid. Hsieh et al. 2006 melaporkan, flavonoid pada daun T. sinensis adalah kaempferol, quercitin, quercitrin, rutin, kaempferol-glucoside, catechin, dan epicatechin. Menurut Wagner 1996, bila tanpa pereaksi kimia, flavonoid berfluoresensi kuning, biru atau hijau, tergantung jenis strukturnya. Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar kayu, kulit, tepung sari, nektar bunga, buah dan biji. Beberapa senyawa pada plat KLT tidak dapat dideteksi dengan pereaksi semprot. Hal ini diduga terjadi karena jenis senyawa tersebut berasal dari 26 kelompok senyawa lainnya yang tidak diujikan pada penelitian ini. Kelompok senyawa tersebut diantaranya adalah monoterpen, diterpen, sesquiterpen, tannin, dan saponin yang tidak dapat dideteksi menggunakan pereaksi FeCl 3 10, amonia, dan Lieberman-Burchard. Hasil pengujian kandungan senyawa menunjukkan bahwa fraksi-fraksi aktif etil asetat mengandung golongan senyawa triterpenoid, steroid, fenolik, dan flavonoid. Fraksi 1 minimal mengandung 7 senyawa yang terdiri dari steroid, triterpen, dan fenolik. Fraksi 2 minimal mengandung 8 senyawa yang terdiri dari steroid, triterpen, dan fenolik. Fraksi 5 minimal mengandung 13 senyawa yang terdiri dari steroid, triterpen, flavonoid dan fenolik. Keempat senyawa tersebut diduga bertanggung jawab terhadap bioaktivitas ekstrak etil asetat kayu teras Suren. Hasil ini memperkuat temuan Edmonds dan Staniforth 1998 yang sebelumnya melaporkan bahwa senyawa aktif pada Suren adalah golongan senyawa triterpen dan fenolik. 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan