Fraksinasi Pengukuran Rendemen hasil fraksinasi VLC Analisis Fitokimia Kualitatif Fraksi Dengan Kromatografi Lapis Tipis KLT

13 Hasil pengamatan jumlah larva udang yang mati digunakan untuk menghitung mortalitas, yaitu dengan menggunakan rumus: Keterangan: Ma = Mortalitas teramati N1 = Jumlah larva udang yang mati setelah pengujian N2 = Jumlah larva udang awal Nilai mortalitas teramati kemudian dikoreksi dengan mortalitas kontrol. Nilai perhitungan mortalitas terkoreksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari Abbot 1925 dalam Negara 2005 : Keterangan : MT =Mortalitas terkoreksi Ma =Mortalitas teramati Mk =Mortalitas kontrol

3.3.5 Fraksinasi

Fraksinasi dilakukan terhadap ekstrak yang memiliki bioaktivitas paling tinggi pada pengujian. Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan metode Vacuum Liquid Chromatography VLC. Sebanyak 15 g ekstrak dicampurkan dengan sedikit silika gel dan kemudian digerus hingga diperoleh campuran yang berbentuk halus. Timbang 300 g silika gel kemudian tambahkan n-heksan dan aduk hingga merata. Campuran silika dan n-heksan kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan diratakan dengan menggunakan alat penggetar hingga tidak terdapat rongga pada kolom. Ekstrak yang telah dicampur dengan silika ditambahkan n-heksan dan kemudian dimasukkan ke dalam kolom sedikit demi sedikit, diratakan dan diberi 14 getaran hingga ekstrak tersebar secara merata. Elusi kolom dilakukan dengan menggunakan n-heksan: etil asetat dan etil asetat: metanol dengan perbandingan yang ditingkatkan secara bertahap sebesar 5. Elusi diawali dengan n-heksan 100 dan diakhiri metanol 100. Eluen yang digunakan sebanyak 200 ml untuk setiap perbandingan. Hasil kromatografi ditampung setiap 100 ml ke dalam botol. Setiap larutan di dalam setiap botol dianalisis dengan kromatografi lapis tipis KLT. Larutan dalam botol-botol uji yang menunjukkan pola noda yang sama berdasarkan uji KLT digabungkan menjadi satu.

3.3.6 Pengukuran Rendemen hasil fraksinasi VLC

Larutan dalam botol uji yang telah diketahui kelompoknya melalui pengujian KLT digabungkan dan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40 o C. Setelah ekstrak tersebut kering, ekstrak ditimbang sebagai berat fraksi. Rendemen proses VLC dihitung dengan menggunakan rumus : Rendemen VLC= Hasil fraksinasi ini diuji kembali bioaktivitasnya dengan menggunakan metode BSLT pada konsentrasi yang lebih rendah.

3.3.7 Analisis Fitokimia Kualitatif Fraksi Dengan Kromatografi Lapis Tipis KLT

Identifikasi kandungan senyawa pada fraksi dilakukan dengan menggunakan beberapa pereaksi, yaitu H 2 SO 4 , Lieberman-Burchard, amonia, dan FeCl 3 10. Setelah plat KLT dielusi dengan pengembang yang sesuai, plat dikeringkan dan kemudian disemprot dengan menggunakan pereaksi H 2 SO 4. Setelah dilakukan penyemprotan, plat dikeringudarakan dan kemudian dioven pada suhu 103±2 C selama 5 menit atau hingga muncul warna pada plat KLT. Aplikasi pereaksi Lieberman-Burchard dan FeCl 3 10 dilakukan dengan cara yang sama. Aplikasi amonia sedikit berbeda dengan pereaksi lainnya. Amonia diuapkan dalam botol hingga jenuh kemudian plat KLT dimasukkan ke dalam 15 botol dan dibiarkan hingga terjadi perubahan warna. Identifikasi terpenoid dan steroid dilakukan dengan menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Warna merah sampai ungu menunjukkan adanya triterpenoid, sedangkan warna hijau menunjukkan adanya senyawa steroid. Identifikasi senyawa golongan fenolik dilakukan dengan menggunakan pereaksi FeCl 3 10. Jika timbul warna hitam setelah penyemprotan pereaksi FeCl 3 10 menunjukkan adanya senyawa fenolik dalam ekstrak. Identifikasi senyawa golongan flavonoid dilakukan dengan menggunakan uap amonia. Jika timbul warna kuning atau kuning-coklat setelah pemberian uap amonia menunjukkan adanya flavonoid dalam ekstrak. Bila tanpa pereaksi kimia, di bawah lampu UV 365 nm, flavonoid akan berwarna biru, kuning atau hijau, tergantung dari strukturnya.

3.4 Analisis Data Bioaktivitas