Kehilangan Berat Weight Loss Contoh Uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian papan partikel yang digunakan pada penelitian ini merupakan penelitian lanjutan terhadap sifat keawetan papan partikel yang terbuat dari kayu jabon, sungkai, mangium dan campuran ketiga jenis kayu. Penelitian sebelumnya dilakukan untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis papan partikel. Sifat fisis papan partikel yang diuji antara lain adalah kerapatan, kadar air, daya serap air, dan pengembangan tebal papan partikel. Sedangkan sifat mekanis yang diuji antara lain adalah Modulus of Elasticity MOE, Modulus of Rupture MOR, Internal Bond IB dan kuat pegang sekrup. Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel tersebut dapat dilihat pada hasil penelitian Siringoringo 2011.

4.1 Ketahanan Papan Partikel Terhadap Rayap Tanah

Coptotermes curvignathus Holmgren Pengujian keawetan papan partikel berkerapatan sedang 0,6 gcm 3 dan 0,8 gcm 3 dari kayu jabon, sungkai dan mangium dilakukan dengan uji laboratoris menggunakan dua metode pengujian yaitu metode berdasarkan SNI 01. 7207- 2006 dan metode berdasarkan JIS K 1571-2004. Pengujian dari masing-masing standar memiliki perbedaan dalam peralatan uji, ukuran contoh uji dan lamanya waktu pengujian. Hasil pengujian ini dapat digunakan untuk melihat keawetan papan partikel terhadap serangan Coptotermes curvignathus berdasarkan pengaruh jenis kayu, kerapatan papan partikel dan metode pengujian yang digunakan. Keawetan papan partikel dapat dilihat dari persentase kehilangan berat dan mortalitas C. curvignathus selama masa pengujian.

4.1.1 Kehilangan Berat Weight Loss Contoh Uji

Aktivitas makan rayap C. curvignathus pada contoh uji diantaranya ditunjukkan dari kehilangan berat contoh uji yang diumpankan kepada C. curvignathus. Sesuai dengan metode berdasarkan SNI 01. 7207-2006, lamanya masa pengumpanan adalah 28 hari sedangkan lamanya masa pengumpanan pada metode berdasarkan JIS K 1571-2004 adalah 21 hari. Pengumpanan yang dilakukan dengan kedua metode ini menghasilkan penurunan berat yang bervariasi bagi jenis dan kerapatan papan partikel yang diuji. Rata-rata persentase kehilangan berat papan partikel dari keempat jenis pada masing-masing kerapatan berkisar antara 3,56-6,86. Dengan menggunakan metode berdasarkan SNI 01. 7207-2006, rata-rata persentase kehilangan berat yang dicapai masing-masing contoh uji pada papan partikel yang diumpankan pada C. curvignathus selengkapnya disajikan pada Lampiran 2, dan hubungan secara skematis data kehilangan berat dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Persentase kehilangan berat papan partikel dengan metode SNI 01. 7207-2006. Pengujian dengan metode berdasarkan JIS K 1571-2004 juga menghasilkan nilai kehilangan berat bagi contoh uji. Rata-rata persentase kehilangan berat papan partikel dari keempat jenis pada masing-masing kerapatan berkisar antara 3,68-7,31. Rata-rata persentase kehilangan berat yang dicapai masing-masing contoh uji pada papan partikel yang diumpankan pada C. curvignathus dengan menggunakan metode JIS K 1571-2004 selengkapnya disajikan pada Lampiran 3 dan hubungan secara skematis data kehilangan berat dapat dilihat pada Gambar 4. 1 2 3 4 5 6 7 8 Jabon Sungkai Mangium Mixed K ehila ng a n B er a t Jenis Papan Partikel 0,6 0,8 Gambar 4 Persentase kehilangan berat papan partikel dengan metode JIS K 1571- 2004. Pengujian kayu dengan kedua metode yang berbeda yaitu SNI 01. 7207- 2006 dan JIS K 1571-2004 memang menghasilkan nilai yang bervariasi terhadap kehilangan berat papan partikel yang diuji, tetapi nilai yang bervariasi tersebut tidak terlalu berbeda bagi kedua metode yang digunakan. Nilai persentase tiap jenis kayu dan kerapatan yang bervariasi ini diduga karena masing-masing metode memiliki perbedaan dalam prosedur pengujian, banyaknya jumlah rayap yang digunakan, ukuran contoh uji dan media pengumpanan sehingga hasil pengujian yang dilakukan bervariasi. Pengujian secara statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kehilangan berat dan standar pengujian yang digunakan menghasilkan kesimpulan yang tidak signifikan. Dalam hal ini berarti penggunaan metode pengujian SNI 01. 7207-2006 maupun JIS K 1571-2004 tidak menghasilkan perbedaan berat yang signifikan terhadap kehilangan berat contoh uji. Artinya, pengujian kehilangan berat contoh uji yang dilakukan sesuai metode berdasarkan SNI 01. 7207-2006 akan menghasilkan nilai kehilangan berat yang tidak berbeda dengan pengujian kehilangan berat berdasarkan JIS K 1571-2004. Pengujian dengan menggunakan metode berdasarkan SNI 01. 7207-2006 dan JIS K 1571-2004 merupakan bentuk pengujian keawetan kayu yang tidak memberikan pilihan makanan kepada rayap force feeding test, dimana tidak terdapat pilihan makanan lain selain contoh uji yang diberikan kepada rayap. 1 2 3 4 5 6 7 8 Jabon Sungkai Mangium Mixed K ehila ng a n B er a t Jenis Papan Partikel 0,6 0,8 Perbedaan persentase kehilangan berat yang terjadi pada masing-masing jenis dan kerapatan papan partikel juga bervariasi. Papan partikel yang diuji antara lain papan partikel dari bahan baku kayu jabon, sungkai, mangium dan campuran dari ketiga jenis kayu tersebut dengan kerapatan papan partikel 0,6 gcm 3 dan 0,8 gcm 3 . Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode berdasarkan SNI 01. 7207-2006 Gambar 3, nilai kehilangan berat tertinggi dimiliki oleh papan partikel jenis jabon dengan kerapatan papan 0,6 gcm 3 yaitu sebesar 6,86, diikuti dengan papan partikel campuran berkerapatan 0,6 gcm 3 6,22, papan partikel jabon berkerapatan 0,8 gcm 3 5,06, papan partikel mangium berkerapatan 0,6 gcm 3 4,49, papan partikel sungkai berkerapatan 0,6 gcm 3 4,46, papan partikel sungkai berkerapatan 0,8 gcm 3 4,28, papan partikel campuran berkerapatan 0,8 gcm 3 3,77 dan papan partikel mangium berkerapatan 0,8 gcm 3 3,56. Metode berdasarkan JIS K 1571-2004 Gambar 4 juga memberikan hasil yang tidak begitu berbeda dengan metode berdasarkan SNI 01. 7202-2006, dimana nilai kehilangan berat tertinggi dimiliki oleh papan partikel jenis jabon dengan kerapatan papan 0,6 gcm 3 yaitu sebesar 7,31, diikuti dengan papan partikel jabon berkerapatan 0,8 gcm 3 5,97, papan partikel campuran berkerapatan 0,6 gcm 3 5,16, papan partikel sungkai berkerapatan 0,6 gcm 3 5,03, papan partikel mangium berkerapatan 0,6 gcm 3 4,57, papan partikel campuran berkerapatan 0,8 gcm 3 4,51, papan partikel sungkai berkerapatan 0,8 gcm 3 3,68 dan papan partikel mangium berkerapatan 0,8 gcm 3 3,68. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan jenis kayu yang digunakan untuk pembuatan papan partikel mempengaruhi perbedaan kehilangan berat papan partikel oleh serangan rayap C. curvignathus. Hal ini diduga karena adanya perbedaan karakteristik dari masing-masing jenis kayu yang berbeda satu sama lain sehingga mempengaruhi perilaku makan pada rayap. Menurut Supriana 1983 dalam Sinaga 1992 satu jenis kayu mungkin sangat peka terhadap satu jenis rayap dan menimbulkan respon yang relatif kuat dibandingkan dengan jenis kayu lainnya karena adanya karakteristik sifat anatomi, fisik dan kimia kayu. Jenis kayu tertentu memiliki komposisi kimia yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini pula yang diduga mempengaruhi perbedaan kehilangan berat dari masing-masing contoh uji papan partikel. Komposisi selulosa, lignin dan ekstraktif pada jenis kayu yang berbeda-beda diduga berpengaruh terhadap kehilangan berat contoh uji. Masing-masing jenis kayu memiliki jumlah dan macam ekstraktif yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah. Menurut Syafii 1996, faktor yang sangat penting dalam ketahanan kayu dari serangan organisme perusak kayu adalah komponen kimia kayu. Ekstraktif memiliki peran dalam ketahanan kayu dari serangan organisme perusak kayu. Keawetan alami kayu sangat ditentukan oleh konsentrasi zat ekstraktif dalam kayu yang bersifat racun terhadap organisme perusak kayu dan adanya komponen bioaktif yang bersifat racun dan secara kimiawi mampu menahan serangan organisme perusak kayu sehingga zat ekstraktif berfungsi sebagai chemical barrier. Selain itu lignin sebagai salah satu komponen dinding sel kayu juga berfungsi melindungi kayu dari serangan. Oleh sebab itu lignin dipercaya sebagai faktor yang berfungsi sebagai physical barrier yang memberikan kontribusi terhadap ketahanan kayu dari organisme perusak. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan jenis papan partikel memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kehilangan berat kayu akibat serangan rayap C. curvignathus. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jenis papan partikel jabon, sungkai, mangium dan campuran akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap persentase kehilangan berat contoh uji. Hasil pengujian secara statistik dapat dilihat pada Lampiran 7 . Untuk mengetahui pengaruh setiap taraf perlakuan jenis papan partikel terhadap kehilangan berat maka dilakukan Uji Duncan. Dari hasil Uji Duncan, persentase kehilangan berat papan partikel berada dalam wilayah atau kelompok, yaitu kelompok 1 yang beranggotakan papan partikel sungkai, mangium dan campuran, serta kelompok 2 yang beranggotakan papan partikel jabon. Hasil Uji Duncan ini memperlihatkan bahwa kehilangan berat papan partikel sungkai berbeda nyata dengan papan partikel jabon, tetapi tidak berbeda nyata dengan papan partikel mangium dan papan partikel campuran. Sehingga dapat dijelaskan bahwa perlakuan jenis papan partikel yang berbeda akan memberikan hasil kehilangan berat yang berbeda pula. Namun kehilangan berat dari jenis papan partikel tidak seluruhnya memperlihatkan perbedaan secara nyata yaitu pada papan partikel sungkai, mangium dan campuran. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa kehilangan berat papan partikel jabon lebih besar dari pada papan partikel sungkai, papan partikel mangium dan papan partikel campuran. Selengkapnya Uji Duncan disajikan pada Lampiran 8. Contoh uji papan partikel yang diujikan pada penelitian ini memiliki kerapatan yang berbeda-beda. Kerapatan contoh uji papan partikel yang digunakan antara lain papan partikel berkerapatan 0,6 gcm 3 dan 0,8 gcm 3 . Perbedaan kerapatan ini menyebabkan perbedaan pula pada kehilangan berat contoh uji. Pada Gambar 3, dapat dilihat perbedaan kehilangan berat pada tiap kerapatan pada masing-masing contoh uji dengan menggunakan metode berdasarkan SNI 01. 7207-2006. Contoh uji papan partikel jabon berkerapatan 0,6 gcm 3 memiliki kehilangan berat sebesar 6,86 dan kehilangan berat 5,06 untuk papan partikel jabon berkerapatan 0,8 gcm 3 . Papan partikel sungkai berkerapatan 0,6 gcm 3 dan 0,8 gcm 3 memiliki rata-rata kehilangan berat berturut- turut antara lain 4,46 dan 4,28. Papan partikel mangium berkerapatan 0,6 gcm 3 dan 0,8 gcm 3 memiliki rata-rata kehilangan berat berturut-turut antara lain 4,49 dan 3,56. Papan partikel campuran berkerapatan 0,6 gcm 3 dan 0,8 gcm 3 memiliki rata-rata kehilangan berat berturut-turut antara lain 6,22 dan 3,77. Hasil pengujian berdasarkan metode JIS K 1571-2004 Gambar 4 juga memberikan informasi bahwa contoh uji papan partikel jabon berkerapatan 0,6 gcm 3 memiliki kehilangan berat sebesar 7,31 dan kehilangan berat 5,97 untuk papan partikel jabon berkerapatan 0,8 gcm 3 . Papan partikel sungkai berkerapatan 0,6 gcm 3 dan 0,8 gcm 3 memiliki rata-rata kehilangan berat berturut-turut antara lain 5,03 dan 4,21. Papan partikel mangium berkerapatan 0,6 gcm 3 dan 0,8 gcm 3 memiliki rata-rata kehilangan berat berturut-turut antara lain 4,57 dan 3,68. Papan partikel campuran berkerapatan 0,6 gcm 3 dan 0,8 gcm 3 memiliki rata-rata kehilangan berat berturut-turut antara lain 5,16 dan 4,51. Dari hasil pengujian dengan kedua metode tersebut terlihat perbedaan nilai kehilangan berat yang berbeda antara papan partikel berkerapatan 0,6 gcm 3 dan papan partikel berkerapatan 0,8 gcm 3 . Hasil pengujian ini memberikan informasi bahwa papan partikel dari jenis tertentu yang memiliki kerapatan 0,8 gcm 3 memiliki nilai kehilangan berat yang lebih kecil dari pada nilai kehilangan berat papan partikel dengan kerapatan 0,6 gcm 3 . Perbedaan kehilangan berat ini diduga karena terdapat perbedaan komposisi bahan-bahan penyusun papan partikel kerapatan 0,6 gcm 3 dan 0,8 gcm 3 . Komposisi yang diduga mempengaruhi adalah jumlah perekat yang berbeda untuk tiap kerapatan. Jumlah perekat urea formaldehida yang terdapat pada papan partikel ini diduga mempengaruhi aktivitas makan rayap karena proses perekatan antara partikel yang lebih sempurna sehingga lebih sulit bagi rayap mencapai zat kayu karena tertutup perekat. Menurut Ruhendi et al. 2007, urea formaldehida merupakan perekat yang tahan terhadap biodeteriorasi. Ria 2009 menyatakan bahwa komposisi perekat dan parafin yang sesuai dengan kondisi yang tidak disukai rayap menyebabkan contoh uji yang dimakan menjadi sedikit. Perbedaan kerapatan ini terlihat dengan jelas dari kekompakan tingkat kepadatan papan partikelnya. Papan partikel berkerapatan tinggi lebih kompak dari pada papan partikel berkerapatan lebih rendah. Kekompakan papan partikel ini diduga menyebabkan perbedaan kehilangan berat pada contoh uji. Menurut Hadi dan Febrianto 1992, kerapatan papan yang lebih tinggi menyulitkan rayap mencapai zat kayu dibandingkan dengan papan partikel dengan kerapatan yang lebih rendah. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa pemberian perlakuan terhadap kerapatan papan partikel memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persentase penurunan berat contoh uji. Kerapatan papan partikel 0,6 gcm 3 memiliki penurunan kehilangan yang berbeda nyata dengan penurunan kehilangan berat papan partikel berkerapatan 0,8 gcm 3 . Hasil pengujian secara statistik mengenai hubungan kerapatan papan partikel dan kehilangan berat dapat dilihat pada Lampiran 7. Selain pengujian papan partikel, dilakukan pula pengujian terhadap kayu solid dari masing-masing jenis papan partikel yang diuji yaitu kayu jabon, sungkai dan mangium. Pengujian dilakukan pula terhadap kayu karet yang digunakan sebagai kayu kontrol. Menurut Simamora 2010, pengujian kayu kontrol bertujuan untuk mengetahui apakah pengujian yang dilakukan berhasil atau tidak. Kayu karet digunakan sebagai kayu kontrol karena kayu karet memiliki keawetan alami yang sangat buruk Kelas V. Pengujian kayu solid ini dilakukan dengan menggunakan metode SNI 01. 7207-2006 dan JIS K 1571-2004 dan pada tiap-tiap metode yang digunakan, kayu karet digunakan sebagai kontrol. Nilai kehilangan berat kayu yang diuji dengan metode SNI 01. 7202-2006 secara skematik disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 Nilai kehilangan berat kayu solid dengan metode SNI 01. 7207-2006. Dari gambar tersebut dapat dilihat nilai kehilangan berat tertinggi dimiliki oleh kayu jabon dengan persentase kehilangan berat sebesar 30,66, diikuti oleh kayu karet sebesar 20,99. Selanjutnya kayu mangium dan sungkai dengan kehilangan berat sebesar 7,96 dan 8,36. Pengujian dengan metode SNI 01. 7202-2006 mengklasifikasikan ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan kehilangan beratnya. Hasil pengujian ini diklasifikasikan seperti yang disajikan pada Tabel 10. 5 10 15 20 25 30 35 Karet Jabon Sungkai Mangium K ehila ng a n B er a t Jenis kayu Tabel 10 Klasifikasi ketahanan kayu berdasarkan persentase kehilangan berat Jenis Kayu Kehilangan Berat Ketahanan Kelas Karet 20,99 Sangat buruk V Jabon 30,66 Sangat buruk V Sungkai 8,36 Sedang III Mangium 7,96 Sedang III Berdasarkan klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan C. curvignathus, dari keempat jenis kayu dua diantaranya memiliki ketahanan yang sangat buruk karet dan jabon dan dua jenis lainnya memiliki ketahanan yang sedang sungkai dan mangium. Dari hasil penelitian ini, kayu karet termasuk kedalam kelas awet V. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pandit dan Kurniawan 2008 yang menyatakan bahwa kayu karet termasuk dalam kelas awet V. Hal yang sama terjadi pada kayu jabon yang berdasarkan hasil pengujian berada pada kelas awet V. Hal ini sesuai dengan pernyataan Martawijaya et al. 1989 bahwa kayu jabon masuk kedalam kelas awet V. Untuk kayu sungkai, berdasarkan hasil penelitian termasuk ke dalam kelas awet III. Prosea 1997 menyatakan bahwa kayu sungkai merupakan kayu yang agak berat dengan berat jenis rata-rata 0,63 0,52-0,73 dan masuk dalam kelas awet III. Dari hasil penelitian pula diketahui kayu mangium termasuk kedalam kelas awet III dan hasil tersebut sesuai Prosea 1997 yang menyatakan kayu mangium termasuk dalam kelas awet III. Perbedaan kelas awet kayu ini diduga terjadi karena komposisi kimia dan kandungan zat ekstraktif yang berbeda-beda pada masing-masing jenis kayu. Sehingga secara alami, keawetan alami kayu akan berpengaruh sesuai dengan jumlah dan macam zat ekstraktif. Pengujian kayu solid juga dilakukan dengan menggunkan metode JIS K 1571-2004 dengan kayu karet sebagai kayu kontrol. Kayu karet dipilih sebagai kontrol pada metode JIS K 1571-2004 karena memiliki ketahanan yang sangat buruk. Dari hasil pengujian diperoleh nilai persentase kehilangan berat kayu karet, jabon, sungkai dan mangium secara berturut-turut 18,99, 22,03, 6,10 dan 3,78. Apabila menggunakan pendekatan dengan metode berdasarkan JIS K 1571-2004 yang menganggap penelitian berhasil apabila kehilangan berat kayu kontrol kayu sugi lebih besar dari 15. Maka penelitian ini dianggap berhasil karena memiliki nilai kehilangan berat kayu kontrol sebesar 18,99. Hasil nilai kehilangan berat pengujian kayu solid dengan menggunakan metode JIS K 1571-2004 secara skematis dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Persentase kehilangan berat kayu solid dengan metode JIS K 1571- 2004. Dari pengujian terhadap kehilangan berat kayu solid dan papan partikel dapat terlihat perubahan kehilangan beratnya. Kayu jabon solid yang diuji keawetannya memiliki nilai kehilangan berat yang jauh lebih besar dari pada ketika kayu jabon dibuat menjadi papan partikel. Tabel 11 memperlihatkan sifat keawetan kayu yang meningkat dengan berubahnya produk kayu yang diuji berdasarkan klasifikasi ketahanan kayu pada SNI 01. 7207-2006. Tabel 11 Perbandingan ketahanan produk dari serangan Coptotermes curvignathus berdasarkan SNI 01. 7207-2006 Jenis kayu Produk Solid Papan Partikel Jabon Sangat buruk Kelas awet V Tahan Kelas awet II Sungkai Sedang Kelas awet III Mangium Sedang Kelas awet III 5 10 15 20 25 Karet Jabon Sungkai Mangium K ehila ng a n B er a t Jenis Kayu Pengujian secara statistik T-test juga dilakukan untuk untuk memberikan informasi terhadap kehilangan berat kayu solid dan papan partikel. Hasil yang diperoleh menunjukkan terdapat perbedaan kehilangan berat yang signifikan antara papan partikel berkerapatan 0,6 gcm 3 dengan kayu solid dan antara papan partikel berkerapatan 0,8 gcm 3 dengan kayu solid. Perbedaan ini diduga karena terdapat bahan tambahan pada papan partikel yang mengganggu aktivitas makan rayap. Papan partikel ini dibuat dengan menambahkan perekat urea fomaldehida yang diduga mempengaruhi aktifitas makan rayap. Menurut Ria 2009 kandungan perekat dan parafin yang terdapat pada papan partikel dalam komposisi yang sesuai dengan kondisi yang tidak disukai rayap menyebabkan contoh uji yang dimakan menjadi sedikit. Hasil pengujian T-test selengkapnya disajikan pada Lampiran 9 dan 10.

4.1.2 Mortalitas Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren