T-test mortalitas rayap dapat dilihat pada Lampiran 11. Nilai mortalitas rayap yang berbeda antara papan partikel dan kayu solidnya diduga karena adanya
perubahan bentuk kayu solid menjadi papan partikel. Pada proses pembuatan papan partikel, selain kayu yang dibentuk menjadi partikel ditambahkan pula
perekat dan parafin dengan kadar tertentu. Penambahan bahan tambahan urea formaldehida 12 yang diduga menyebabkan tingginya mortalitas rayap hingga
mencapai 100.
4.2 Bentuk
Serangan Rayap
Tanah Coptotermes
curvignathus Holmgren Terhadap Contoh Uji
Aktivitas makan yang dilakukan oleh C. curvignathus pada pengujian menimbulkan perubahan pada contoh uji. Menurut Krisna dan Weeaner 1971
dalam Ria 2009, rayap akan cenderung memilih makanan yang mengandung banyak selulosa, mudah digigit dan dihancurkan. Pada contoh uji papan partikel
kerusakan contoh uji oleh rayap berbentuk seperti lubang-lubang yang terdapat di permukaan pada contoh uji papan partikel maupun kayu solid. Lubang-lubang
yang terdapat pada permukaan contoh uji ini dapat dijadikan bukti bahwa rayap memakan contoh uji papan partikel untuk kemudian mati karena adanya racun
yang disebabkan oleh urea formaldehida. Contoh uji pada penelitian ini merupakan satu-satunya sumber makanan
bagi rayap C. curvignathus, sehingga rayap hanya memiliki pilihan memakan contoh uji. Supriana 1983 dalam Saragih 2009 juga menyatakan bahwa dalam
contoh uji preferensi makanan tunggal di laboratorium, rayap hanya dihadapkan pada satu pilihan makanan dan dalam keadaan terpaksa tersebut rayap memakan
bahan makanan atau akan mati kelaparan. Pada pengujian ini diduga rayap memakan contoh uji untuk bertahan hidup tetapi untuk berikutnya rayap mati
akibat formaldehida yang terdapat pada perekat. Bentuk contoh uji sebelum dan setelah pengujian dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9.
a b c
d e
f
g h
i
j k
l Gambar 8 Contoh uji kayu solid dan papan partikel sebelum pengujian a kayu
karet; b kayu jabon; c kayu sungkai; d kayu mangium; e papan partikel jabon kerapatan 0,6 gcm
3
; f papan partikel sungkai kerapatan 0,6 gcm
3
; g papan partikel mangium kerapatan 0,6 gcm
3
; h papan partikel campuran kerapatan 0,6 gcm
3
; i papan partikel jabon kerapatan 0,8 gcm
3
; j papan partikel sungkai kerapatan 0,8 gcm
3
; k papan partikel mangium kerapatan 0,8 gcm
3
; l papan partikel campuran kerapatan 0,8 gcm
3
.
a b c
d e
f
g h
i
j k
l
Gambar 9 Contoh uji kayu solid dan papan partikel setelah pengujian a kayu karet; b kayu jabon; c kayu sungkai; d kayu mangium; e papan
partikel jabon kerapatan 0,6 gcm
3
; f papan partikel sungkai kerapatan 0,6 gcm
3
; g papan partikel mangium kerapatan 0,6 gcm
3
; h papan partikel campuran kerapatan 0,6 gcm
3
; i papan partikel jabon kerapatan 0,8 gcm
3
; j papan partikel sungkai kerapatan 0,8 gcm
3
; k papan partikel mangium kerapatan 0,8 gcm
3
; l papan partikel campuran kerapatan 0,8 gcm
3
.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Keawetan contoh uji dapat dilihat dari persentase kehilangan berat dan mortalitas rayap pada akhir pengujian. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1.
Kehilangan berat contoh uji papan partikel secara nyata dipengaruhi oleh jenis kayu dan kerapatan papan partikel.Secara umum, papan partikel dari
kayu mangium dengan kerapatan 0,8 gcm
3
memiliki keawetan yang lebih tinggi dan dilanjutkan dengan papan partikel sungkai kerapatan 0,8gcm
3
, papan partikel mangium kerapatan 0,6 gcm
3
, papan partikel sungkai kerapatan 0,6 gcm
3
, papan partikel jabon kerapatan 0,8 gcm
3
dan papan partikel jabon kerapatan 0,6 gcm
3
yang memiliki keawetan paling rendah. 2.
Papan partikel dari kayu jabon, sungkai dan mangium memiliki kelas awet yang lebih tinggi yaitu kelas awet II dari pada kayu solidnya yaitu kayu jabon
dengan kelas awet V, sungkai dengan kelas awet III dan mangium dengan kelas awet III.
3. Besarnya mortalitas rayap pada pengujian papan partikel yang mencapai
100 akibat penggunaan perekat urea formaldehida dengan kadar 12.
5.2 Saran
Perlu dilakukan pengujian dalam ruangan dengan kondisi dan lingkungan yang sesuai untuk pengujian rayap, diantaranya dengan mengatur kelembaban dan
suhu ruangan agar ketelilitan pengujian meningkat. Selain itu, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keawetan papan partikel terhadap faktor perusak
biologis lainnya seperti jamur atau rayap kayu kering.