2. Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan.
3. Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat kinerja.
4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa yang perlu
prioritas perhatian. 5.
Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas. 6.
Mempertimbangkan penggunaan sumber daya. 7.
Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan. Menurut Pujawan 2005, salah satu aspek fundamental dalam manajemen
rantai pasokan adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk menciptakan manajemen kinerja yang efektif diperlukan sistem
pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja rantai pasokan secara holistik. Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk:
1. Melakukan pengawasan dan pengendalian.
2. Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai
pasokan. 3.
Mengetahui posisi suatu organisasi terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai.
4. Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam
bersaing. Filosofi manajemen rantai pasokan menekankan perlunya koordinasi dan
kolaborasi baik antar fungsi di dalam sebuah organisasi maupun lintas organisasi pada suatu rantai pasokan. Hal ini menyiratkan pentingnya sistem pengukuran
kinerja yang terintegrasi, bukan hanya di dalam suatu organisasi, tetapi juga antar pemain organisasi pada suatu rantai pasokan. Artinya, sistem pengukuran kinerja
harus memiliki alat ukur yang dapat digunakan untuk memonitor kinerja secara bersama-sama antara satu organisasi dengan organisasi lainnya pada sebuah rantai
pasokan.
2.3. Supply Chain Operations Reference
Menurut Pujawan 2005, Supply Chain Operations Reference SCOR adalah suatu model acuan dari operasi rantai pasokan. SCOR merupakan model
yang berdasarkan proses. SCOR membagi proses-proses rantai pasokan menjadi lima proses yang terdiri dari:
1. Plan Proses Perencanaan
Plan yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan,
produksi, dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir, kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi,
perencanaan material, perencanaan kapasitas, dan melakukan penyesuaian rencana rantai pasokan dan rencana keuangan.
2. Source Proses Pengadaan
Source yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses source mencakup penjadwalan pengiriman dari pemasok,
menerima, mengecek, dan memberi otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim pemasok, memilih pemasok, dan mengevaluasi kinerja pemasok.
3. Make Proses Produksi
Make yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Proses make mencakup penjadwalan produksi,
melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi, dan memelihara fasilitas produksi.
4. Deliver Proses Pengiriman
Deliver yaitu proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa yang meliputi manajemen pesanan, transportasi, dan distribusi. Proses
deliver mencakup menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi, dan mengirim
tagihan ke pelanggan. 5.
Return Proses Pengembalian Return yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk
karena berbagai alasan. Kegiatan return antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan
melakukan pengembalian. SCOR dapat mengukur kinerja rantai pasokan secara obyektif berdasarkan
data yang ada serta dapat mengidentifikasi di mana perbaikan perlu dilakukan untuk menciptakan keunggulan bersaing dengan melakukan analisis dan
dekomposisi proses. Gambar struktur model SCOR dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur model SCOR Supply Chain Council, 2006
2.4. Green Supply Chain Management dan Green Supply Chain Operations