Rancangan Indikator Kinerja Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi dengan Pendekatan GSCOR

2. Sumber daya teknologi Penyulingan akar wangi masih menggunakan sisitem kukus, masih sangat sedikit yang menggunkan sistem uap terpisah boiler. Meskipun ada bantuan peralatan dari pemerintah, namun masih ada kendala operasional, yaitu kapasitas mesin yang masih kurang, belum ada operator yang ahli tentang mesin tersebut, dan mesin masih banyak kendala teknis. Keuntungan yang diperoleh dari proses penyulingan uap terpisah dengan sistem kukus berbeda sangat tipis. Hal tersebut merupakan penyebab penyuling masih tetap menggunakan sistem kukus. 3. Sumber daya manusia Proses penyulingan melibatkan 2 dua orang tenaga kerja dalam 1 satu kali proses penyulingan yang bertindak sebagai operator. Proses pencucian akar wangi melibatkan pekerja borongan. 4. Sumber daya permodalan Pembiayaan pada pertanian akar wangi cukup sulit didapat dari perbankan. Syarat yang rumit dan adanya agunan membuat petani menggunakan modal sendiri atau pinjam ke saudara, pengumpul atau penyuling. Petani merasa lebih nyaman membayar pinjaman dengan hasil panen mereka. Hal serupa juga terjadi pada penyuling, syarat perbankan menuntut kepastian hasil dari penyuling sedangkan rendemen tidak dapat ditentukan secara pasti. Oleh karena itu penyuling juga lebih memilih modal pinjaman dari pengumpul minyak atau eksportir dan membayar pinjaman tersebut dengan minyak hasil sulingan mereka.

4.2. Rancangan Indikator Kinerja Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi dengan Pendekatan GSCOR

Rancangan indikator kinerja rantai pasokan minyak akar wangi ini termasuk dalam level 1 SCOR dengan menambahkan aspek pengelolaan lingkungan. Rancangan indikator kinerja dalam penelitian ini secara keseluruhan dimulai dari dasar tujuan untuk mengembangkan industri minyak akar wangi agar lebih maju. Target dari perancangan pengukuran kinerja ini adalah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari minyak akar wangi. Sasaran dari perancangan pengukuran kinerja adalah para pelaku industri minyak akar wangi, yaitu petani, pengumpul akar wangi, penyuling, pengumpul minyak akar wangi dan eksportir. Sedangkan para pelaku pembuat rancangan pengukuran kinerja rantai pasokan minyak akar wangi adalah masing-masing dari para pelaku usaha tersebut dan dari pihak pemerintah, yaitu Dinas Perkebunan serta Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut. Proses rancangan pengukuran kinerja rantai pasokan minyak akar wangi di Kabupaten Garut terdiri dari tiga tahap, yaitu mendefinisikan pekerjaan, menilai kinerja, dan memberikan umpan balik. Pendefinisian pekerjaan berarti memastikan bahwa pelaku usaha minyak akar wangi petani akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, eksportir melakukan kewajiban serta pekerjaannya masing-masing sesuai profesi mereka. Para pelaku usaha minyak akar wangi bekerja sama dalam menentukan tujuan, membangun komitmen dan merencanakan langkah-langkah berikutnya untuk memajukan industri minyak akar wangi. Penilaian kinerja dilakukan untuk membandingkan kinerja sesungguhnya dari masing-masing pelaku usaha minyak akar wangi dengan standar yang telah ditetapkan secara nasional maupun internasional. Penilaian kinerja membutuhkan umpan balik dari masing-masing anggota rantai pasokan minyak akar wangi agar terciptanya kinerja yang lebih baik. Pengukuran kinerja dapat dilakukan setiap bulan, setiap semester, atau setiap tahun tergantung waktu yang telah disepakati oleh para pelaku usaha minyak akar wangi yang merumuskannya. Hasil pengolahan dengan menggunakan AHP dapat dilihat dari bobot yang dihasilkan. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Hirarki dan pembobotan pemilihan indikator prioritas kinerja rantai pasokan minyak akar wangi Kabupaten Garut Indikator kinerja Atribut kinerja Pemilihan Indikator Prioritas Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Kabupaten Garut dengan Pendekatan Green Supply Chain Operations Reference Proses perencanaan 0,454 Proses pengadaan 0,162 Proses produksi 0,122 Proses pengiriman 0,099 Proses pengembalian 0,044 Pengelolaan lingkungan 0,199 Proses rantai pasok Pemenuhan pesanan sempurna 0,111 Kinerja pengiriman 0,106 Waktu tunggu pemenuhan pesanan 0,241 Fleksibilitas rantai pasokan 0,111 Biaya total rantai pasokan 0,021 Siklus cash to cash 0,101 Persediaan harian 0,101 Biaya pokok produksi 0,106 Tujuan Reliabilitas rantai pasokan 0,218 Responsivitas rantai pasokan 0,241 Fleksibilitas rantai pasokan 0,111 Biaya rantai pasokan 0,127 Asset rantai pasokan 0,202 Pemanfaatan limbah produk 0,103 Pengolahan limbah padat 0,051 Pengolahan limbah cair 0,051

4.2.1. Proses Rantai Pasok

Proses rantai pasok terdiri dari proses perencanaan, proses pengadaan, proses produksi, proses pengiriman, proses pengembalian, dan sistem manajemen lingkungan. Berdasarkan perhitungan AHP, proses perencanaan memiliki bobot yang paling tinggi 0,454 dan menjadi prioritas pertama. Proses perencanaan menjadi prioritas pertama dikarenakan dalam pembuatan minyak akar wangi ini diperlukan perencanaan yang matang agar didapatkan minyak akar wangi yang berkualitas. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Bobot dan prioritas proses rantai pasokan minyak akar wangi berdasarkan GSCOR Proses rantai pasok Bobot Prioritas Proses perencanaan Plan 0,454 1 Proses pengadaan Source 0,162 2 Proses produksi Make 0,122 3 Sistem Manajemen Lingkungan 0,199 4 Proses pengiriman Deliver 0,099 5 Proses pengembalian Return 0,044 6 Masing-masing dari proses rantai pasok dijelaskan sebagai berikut : a. Proses Perencanaan Plan Proses perencanaan merupakan proses yang dilakukan untuk menyeimbangkan sumberdaya dan membuat rencana untuk rantai pasok secara keseluruhan, termasuk rencana pengembalian, dan rencana pelaksanaan proses dari kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman minyak akar wangi. Pada saat survey, perencanaan dalam industri minyak akar wangi sudah terlaksana cukup baik, karena semua komponen rantai pasokan membuat perencanaan. Petani membuat perencanaan dalam hal menanam akar wangi, merencanakan masa tanam dan panen akar wangi. Penyuling melakukan perencanaan dalam mempersiapkan bahan baku yang akan dijadikan minyak akar wangi, seperti mendatangi kebun akar wangi untuk membeli akar wangi, dan merencanakan berapa banyak akar wangi yang harus disediakan untuk mendapatkan jumlah minyak yang diinginkan.

b. Proses Pengadaan Source