Kuantifikasi untuk jasa tempat pengasuhan dan mencari makan dilakukan pada semua famili ikan karang ekonomis, baik yang tergolong sebagai ikan “jenis
terumbu karang” dan “jenis yang dihubungkan dengan terumbu karang”, merujuk pada klasifikasi oleh Choat dan Bellwood 1991. Dengan asumsi bahwa, karena
keberadaannya sebagai ikan-ikan karang, sudah tentu lingkungan atau tempat hidupnya adalah pada ekosistem terumbu karang, dan ekosistem terumbu karang
menyediakan tempat untuk pengasuhan dan mencari makan. Menurut Polunin dan Roberts 1993 bahwa, banyak ikan menghabiskan keseluruhan hidupnya di
terumbu karang, tetapi terumbu karang juga bertindak sebagai sebagai suatu tempat pemeliharaan dan pengasuhan untuk banyak ikan.
Menurut Fauzi 2004 bahwa mengingat pentingnya fungsi-fungsi ekonomi dan non-ekonomi dari sumber daya alam, tantangan yang dihadapi oleh penentu
kebijakan adalah bagaimana memberikan nilai yang komprehensif terhadap sumber daya alam itu sendiri. Dalam hal ini, nilai tersebut tidak saja nilai pasar
barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya, melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut. Permasalahan ini yang
kemudian menjadi pertimbangan untuk melakukan valuasi non-pasar terhadap jasa ekosistem terumbu karang sebagai tempat pemijahan, pengasuhan, dan
mencari makan bagi ikan-ikan karang ekonomis.
2.11. Analisis Sensitifitas Sensitivity Analysis
Analisis sensitifitas adalah metoda untuk menganalisa ketidak-pastian oleh perubahan variabel-variabel input dan mengamati kepekaan pada hasil. Menurut
Marshall, 1999 analisis kepekaan atau sensitifitas mengukur dampak pada hasil yang diharapkan dari suatu analisis perubahan satu atau lebih nilai yang penting,
variabel-variabel yang tidak pasti. Sebagai contoh, perubahan suatu kawasan laut dari open access menjadi DPL, seperti yang dilakukan pada Pulau Pombo, akan
memberikan dampak tertentu pada nelayan yang mengakses kawasan tersebut. Pendirian DPL akan memberi konsekuensi berupa manfaat yang diperoleh
dan biaya yang harus ditanggung. Menurut Sanchirico et al. 2002 dalam kaitannya dengan aktifitas pemanfaatan seperti perikanan subsisten atau komersiil,
manfaat dan biaya DPL yang ditimbulkan adalah sebagai berikut, manfaat DPL: i peningkatan nilai tangkap; ii peningkatan hasil tangkap; iii mengurangi
keragaman hasil tangkap; dan iv memperbaiki catch mix yaitu frekwensi yang lebih tinggi antara ikan dewasa atau ikan besar. Biaya DPL: i penurunan hasil
tangkap; ii kemacetan congestion pada tempat penangkapan; iii biaya yang meningkat sejalan dengan pemilihan lokasi penangkapan; dan iv peningkatan
pada resiko keamanan. Analisis sensitifitas untuk TWAL Pulau Pombo dibuat dengan melakukan
skenario secara sistematis dengan mengubah asumsi-asumsi dan menguji dampak- dampaknya dari hasil pendirian DPL. Nilai dari suatu analisis sensitifitas adalah
untuk mempertimbangkan skenario optimis, diharapkan, dan pesimistis untuk pengelolaan DPL, dengan nilai-nilai yang layak untuk menggantikan keadaan
yang tidak pasti. Suatu analisis sensitifitas menaksir kemungkinan dari tiap skenario yang dilakukan, akan memberi hasil-hasil yang berbeda dari analisis
yang didasarkan pada kemungkinan-kemungkinan Yoe, 2001.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 40 hari kalender, dari tanggal 1 Februari sampai 30 April 2007. Lokasi penelitian dibagi menjadi dua tempat, lokasi
pertama di Pulau Pombo untuk pengambilan contoh biofisik terumbu karang.
Pulau Pombo dipilih secara sengaja purposive, dengan pertimbangan bahwa pulau ini merupakan TWAL yang memiliki kekayaan terumbu karang yang
diperkirakan mengalami degradasi akibat aktifitas dekstruktif manusia. Lokasi kedua
di Dusun Waainuru dan Batu Dua, sebagai tempat pengambilan populasi nelayan karang.
3.2. Metode Penentuan Responden
Populasi target yang menjadi objek pengamatan adalah nelayan karang yang aktifitas melautnya sehari-hari menangkap ikan karang bernilai ekonomis di
kawasan perairan terumbu karang Pulau Pombo. Dalam studi ini, saat dilakukan survei awal yang teridentifikasi adalah dominan nelayan ikan karang yang berasal dari
Dusun Waainuru, dan selebihnya dari Dusun Batu Dua. Penentuan responden dari populasi target digunakan teknik convenience
hapzard atau accidental yaitu prosedur memilih responden yang paling mudah tersedia, sembarang atau kebetulan ditemui Juanda, 2007. Posedur ini digunakan
berdasarkan kenyataan bahwa di lapangan tidak tersedia data sekunder yang berkaitan dengan data statistik populasi nelayan ikan karang, baik yang dari Dusun
Waainuru maupun Batu Dua. Hasil survei di lapangan ditemukan bahwa ukuran populasi nelayan ikan karang relatif kecil, hanya 25 RTP, sehingga diputuskan
untuk dilakukan sensus lengkap.
3.3. Metode Penentuan Lokasi Contoh Stasiun
Penentuan contoh stasiun pengamatan terumbu karang di Pulau Pombo terlebih dahulu dilakukan towing, berdasarkan metoda “Manta Tow” English et
al ., 1994, yakni menyusuri daerah terumbu karang yang mengelilingi Pulau
Pombo. Pengamatan meliputi penutupan karang hidup, karang mati dan karang