lunak berdasarkan 5 kategori, yaitu: kategori 1 untuk tutupan 0 – 10, kategori 2 untuk tutupan 11- 30, kategori 3 untuk tutupan 31 – 50, kategori 4 untuk
tutupan 51 – 75, dan kategori 5 untuk tutupan 76 - 100 UNEP, 1993. Tiap titik koordinat awal dan titik koordinat pemberhentian towing direkam dengan
menggunakan GPS Global Position Sistem. Setelah diperoleh hasil pengamatan berupa kondisi berdasarkan kategori dan koordinatnya, kemudian ditentukan
stasiun contoh yang mewakili setiap kategori yang ada.
3.4. Metode Penentuan Contoh Terumbu Karang
Pengamatan kondisi terumbu karang di setiap stasiun dilakukan dengan menggunakan metoda transek kuadrat dengan ukuran 1 x 1 m. Untuk
mendapatkan contoh terumbu karang yang diinginkan, terlebih dahulu digelar pita roll meter sepanjang 50 m sejajar garis pantai, kemudian diletakan transek kuadrat
mengikuti pita tersebut, jarak peletakan antar transek kuadrat adalah 2,5 m, sehingga diperoleh contoh terumbu karang pada luasan 1 m
2
sebanyak 14 kali atau seluas 14 m
2
. Tahapan kegiatan ini diulang sebanyak 3 kali dengan jarak antar ulangan adalah 5 m tegak lurus garis pantai, dilakukan pada setiap stasiun baik di
rataan terumbu karang reef flat maupun di lereng terumbu karang reef slope. Dengan demikian untuk lokasi contoh stasiun pada rataan terumbu karang
maupun lereng terumbu karang total 42 kali pengamatan, atau diperoleh contoh terumbu karang dengan luas pengamatan 42 m
2
. Untuk membantu dan mempermudah identifikasi terumbu karang hingga ke
tingkat jenis, hasil pengamatan tersebut direkam dengan menggunakan kamera under water,
dalam penelitian ini digunakan kamera Olympus 5 mega pixel dengan lensa ukuran 7,8 – 23,4 mm. Sedangkan untuk mengidentifikasi terumbu
karang digunakan buku panduan dari Veron 1986, NOAA 2003, AKKII 2003, dan Suharsono 2004. Adapun untuk pengambilan contoh terumbu karang seluas
transek kuadrat 1 x 1 m di gunakan rangka tetra-pod, dengan frame 1 x 1 m
dan tiang penyangga dengan ketinggian 2,5 m yang terbuat dari pipa PVC 23 mm,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Rangka tetra-pod untuk pengambilan gambar contoh terumbu karang modifikasi dari English et al., 1994.
3.5. Metode Analisa Data Biofisik Terumbu Karang Data contoh pengamatan biofisik terumbu karang yang telah diperoleh
selanjutnya dilakukan penghitungan tutupan susbstrat dan dominansi koloni, dengan menggunakan formula berikut ini Bouchon, 1981: i tutupan substrat
S: 100
kuadrat permukaan
total koloni
ukuran total
S ×
= ……..……………………….... 1
ukuran-ukuran koloni dinyatakan dalam ukuran area permukaan. Untuk mengukur luas tutupan substrat ini digunakan program ImageJ. Kategori tutupan terumbu
karang sebagai berikt: 0-24,9 kondisi rusak, 25-49,9 kondisi cukup, 50-74,9 kondisi baik
, dan 75-100 kondisi sempurna Yap dan Gomez, 1984; ii dominansi dari koloni dalam jumlah dari tiap-tiap jenis:
100 koloni
jumlah total
A koloni
jumlah A
Spesies ×
= ..……..………..….……….... 2
1 m 1 m
15 cm 15 cm
2,5 m
dan iii penghitungan indeks mortalitas MI Gomes et al., 1988: hidup
Karang mati
Karang mati
Karang MI
+ =
…..……….…..….……….... 3
Nilai MI mempunyai kisaran antara 0 – 1, apabila nilai MI mendekati 0, berarti kondisi terumbu karang dikatakan memiliki rasio kematian karang yang kecil atau
tingkat kesehatan karang tinggi. Nilai MI mendekati 1 berarti kondisi terumbu karang dikatakan memiliki rasio kematian yang besar atau memiliki kesehatan
yang rendah Ferianita, 2007.
3.6. Metode Analisa Data Ekonomi