Hak Anak menurut Islam

َݖفَ ۡم݀݋ ݒ ۡخ۬ فَ ۡمݏ ءٓ۲ ۵۱ ء َ݊ݗگ܎݃ َ َمۻۡأ ط ۡخ أَٓ۲ ݈ݘفَ ٞ܅۲ ݌جَ ۡم݀ۡݘ ݄ ܯَ سۡݘ ݃ ݑَ ۚۡم݀ݘ݃ ݒ م ݑ َݎ۵ َ َ ݉۲ ك ݑَ ۚۡم݀۵ݒ݄قَ ۡ۹ ܎ڭ݈ ܰ ۻَ۲ڭمَ݊݀ ݃ ݑ َڭّ َ َاܑݒܸ غ ۱َ َ۲ ݈ݘحڭܑ 72 َ Hal ini dimaksudkan demi ketenangan jiwa sang anak. Adanya kejelasan nasab bagi anak merupakan kebanggaan batin dan agar tidak terjadi kerancuan dan kebimbangan dalam masyarakat. 73 c. Hak anak untuk menerima pemberian nama yang baik. Diantara tradisi masyarakat yang berlaku ialah ketika seorang anak menjadi bahan ejekan serta cemooh hendaknya dihindari. Nama-nama yang paling utama adalah nama0nama para nabi atau nama Abd yang dirangkai dengan nama-nama Allah SWT, seperti Abd Al-Rahman, Abd Al-Rahim. d. Hak anak untuk menerima susuan rada’ah. Hak ini ini berdasarkan fiman Allah SWT: َ ݑ َ۹ ܎݃ ݒۡ݃ َ َڭمۼݗَ ݉ أَ ܍۱ ܑ أَ ۡ݊ َ݈݃ ۖ݊ۡݘ ݄م۲ كَ ݊ۡݘ ݃ ۡݒ حَ ڭ݊ݏ ܎ ݃ ۡݑ أَ ݊ ۡܰض ۡܒݗ َۚ ۸ ܯ۲ ضڭܒ݃ َ َݔ ݄ ܯ ݑ َ܍ݒ݃ ۡݒ ݈ۡ݃ َ َݎ ݃ َ َ۵َ ڭ݊ݐۻ ݒ ۡسك ݑَ ڭ݊ݐق ۡܓܑ َۚفݑܒ ۡܰ ݈ۡ݃ َ َ َ َ ۲ ݏ܎ ݃ ݒ۵َ ۢ۷ ܎݃ ݑَ ڭܑٓ۲ ܤۻَ ََ ۚ۲ ݐ ܰ ۡسݑَ ڭََ۫ ٌسܸۡ ݋َ فڭ݄ ݀ۻ َ َ ݑ َ َݎڭَ݃ ٞ܍ݒ݃ ۡݒ م َ َݍ܎ ݃ ݒ۵ ََۚ َݔ ݄ ܯ ݑ َ۽ܑ۱ ݒۡ݃ َ َ َ۲ ܠفَ۱ ܍۱ ܑ أَ ۡ݉۬ فَ ۗ ك݃ ܏َ݂ۡ܀م َ َ ٖܡ۱ ܒ ۻَ݊ ܯ َ۱ٓݒܰض ۡܒ ۼ ۡس ۻَ ݉ أَ ۡمڮۻ܍ ܑ أَ ۡ݉۫ ݑَ ۗ۲ ݈ݐۡݘ ݄ ܯَ ܅۲ ݌جَ ٗ فَ ܑٖݑ۲ ش ۻ ݑَ ۲ ݈ݐۡ݌گم َڭمَمۼ ݈ۡڭ݄ سَ۱ ܏َ۫ ۡم݀ۡݘ ݄ ܯَ ܅۲ ݌جَ ٗ فَ ۡمك ܎ ݃ ۡݑ أ َٓ۲َ َ۵َمۼۡݘ ۻ۱ ء َۗفݑܒ ۡܰ ݈ۡ݃ َ َ ݑ َ۱ݒقڭۻ َ َ ڭّ َ َ ݑ َ۱ٓݒ݈ ݄ ۡܯ َ َ ڭ݉ أ َ ڭّ َ َ ݉ݒ݄ ݈ ۡܰ ۻَ۲ ݈۵ َ َٞܒݘܠ ۵ َ 74 َ 72 Lihat, QS. Al-Ahzab [33:5] 73 Untuk memperjelas tentang keturunan, dalam fiqh diterangkan bagaimana cara menentukian nasab, yaitu dengan pengakuan, penetapan hakim, dan persaksian. Lihat, Mustafa as- Siba‟I, Ahwal asy-Syakhsiyyah. Damaskus : tnp.., tt... Hal. 291-294. 74 Lihat, QS. Al-Baqarah [2:233] Sebagaimana ayat diatas, adapula ayat lain yang menerangkan bahwa ada keringanan dalam segi beribadah kepada Allah SWT bagi para ibu yang sedang menyusui, seperti dalam ibadah puasa. 75 Dalam kondisi tertentu, apabila seorang tidak memungkinkan untuk memberikan ASInya kepada anaknya, karena kemaslahatannya, maka wajib orang tua untuk mencari orang lain untuk menyusui anaknya. 76 Sebagai pemenuhan hak- haknya untuk mendapatkan ASI. e. Hak anak untuk mendapatkan asuhan, perlindungan dan pemeliharaan. Diantara berbagi tanggung jawab yang paling menonjol yang diperhatikan Islam adalah mengajar, membimbing, dan mendidik anak yang berada dibawah tanggung jawabnya. Semua ini merupakan tanggung jawab yang besar, berat dan penting karena hal ini dimulai sejak anak dilahirkan sampai pada masa aktif dewasa.] Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan diantara fitrah manusia adalah ia dianugerahi akal dan kemampuan untuk berpikir. Sehingga selalu memiliki rasa ingin tahu curiously. Oleh karena itu dalam Islam, orang tua memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan, bahkan mencari pengetahuan adalah suatu kewajiban. Begitu pula dengan 75 As-Sayyid Sabiq. Fiqh As-Sunnah. Beirut : Dae al-Fikr, 1403H1983 M. VII. Hal : 143. 76 As-Sayyid Sabiq. Fiqh As-Sunnah. Hal. 145. anak-anak, dalam Islam, orang tua memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Pendidikan anak ini dilaksanakan sebagai upaya mempersiapkan diri anak untuk menjalani kehidupannya, karena setiap anak yang dilahirkan itu tidak mengetahui apa-apa, sebagaimana firman Allah SWT: َڭّ ݑ َ َۡݘ شَ ݉ݒ݈ ݄ ۡܰ ۻَ ََ ۡم݀ۼ ݐڭمأَ ݉ݒط۵َ ۢ݊گمَ م݀ ج ܒ ۡخ أ َا َ َم݀ َ݃ ݂ ܰ ج ݑَ ۲ َ ܮ ݈ۡڭس݃ َ َ ݑ َ ܒ ܠۡ۵ ِۡ َ َ ݑ َۡف ِۡ َ َ ۷ ܎ َ َ ݉ݑܒ݀ ۡش ۻَ ۡم݀ڭ݄ ܰ ݃ 77 َ Dalam hal ini dimaksudkan orang tua bertanggung jawab penuh untuk memberikan tanggung jawab pendidikan kepada anak-anaknya. Pendidikan tanggung jawab ini meliputi: pertama, pendidikan iman, kedua, pendidikan moral, ketiga, pendidikan fisik, keempat, pendidikan intelektual, kelima, pendidikan psikologis, keenam, pendidikan sosial dan ketujuh, pendidikan seks. Oleh karena itu, diperlukan adanya bimbingan, pengarahan dan pengawasan agar anak dapat berkembang menuju kedewasaan sebagaimana mestinya. Selain itu, pendidikan dalam Islam juga bertujuan untuk memelihara dan menjaga fitrah yang dimiliki anak itu sendiri, yaitu bersih dan suci, terutama fitrah manusia atas agama. 78 Rincian hak anak diatas adalah kebutuhan anak yang harus diperhatikan. Kesemuanya itu merupakan pemenuhan kebutuhan anak 77 Lihat, QS. An-Nahl [16]:78 78 Nurcholis Madjid. Anak dan Orang Tua , Dalam Masyarakat Religius. Jakarta : Paramadina, 2000. Hal. 81-82. sejak ia di dalam kandungan sampai ia akan menginjak dewasa, baik dari pemenuhan kebutuhan fisik maupun nilai-nilai kerohanian jiwa anak. Karena bagaimanapun, mempersiapkan anak agar menjadi generasi yang berkualitas sudah diamankan dalam al- Qur‟an maupun al-Hadist. f. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Menurut Hukum Islam. Kepribadian yang seimbang mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan individu dan kelompok, kepribadian ini tidak bisa sempurna kecuali bila diarahkan, dibina dan dibimbing dari segala aspeknya, tempat yang paling subur bagi pembinaan pendidikan adalah fase anaak-anak yang merupakan fase teristimewa, keistimewaan berupa kelenturan, kesucian dan fitrah. Jika pada fase tersebut dibangun dengan penjagaan, pembimbingan, dan arahan yang baik, maka kelak ia akan menjadi kokoh dihadapan goncangan hari depannya yang tentu akan ia hadapi ketika mulai menginjak dewasa. 79 Pemeliharaan perlindungan anak pada dasarnya menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya. Pemeliharaan dalam hal ini meliputi berbagai hal, masalah ekonomi, pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok anak, oleh karenanya kerjasama dan tolong-menolong antara suami dan istri dalam memelihara anak, dan mengantarkannya hingga anak tersebut dewasa sangat dibutuhkan. 80 79 Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. Cara Nabi Mendidik Anak, Solo : Pustaka Arafah. 2006. Hal. 108. 80 Ahmad Rofiq. Hukum Islam di Indonesia. Cet. Ke-6, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Hal. 235. Diminta atau tidak diminta, pemeliharaan perlindungan terhadap anak adalah hak anak. Maulana Hasan Wadong menerangkan bahwa hak asasi anak dalam pandangan Islam dikelompokkan secara umum ke dalam bentuk hak asasi anak yang meliputi sebagai berikut. 81 a. Hak anak sebelum dan sesudah dilahirkan. َڭۼ حَڭ݊ݐۡݘ ݄ ܯَ۱ݒقܸ݋ أ فَ ٖ݂ ݈ۡ حَۺ ݃ݑأَڭ݊كَ݉۫ ݑ َڭ݊ݐ ݄ ݈ۡ حَ ݊ ۡܰ ܤ ݗَݔ Artinya: “… dan jika mereka istri-istri yang sudah ditalak itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hinggga mereka bersalin …” Ath-Thalaq [65]: 6. b. Hak anak dalam kesucian dan keturunannya. َۡمݏݒܯ ۡ܍ َ َ ܎݌ܯَ ܦ سۡق أَ ݒݏَ ۡمݐئٓ۲ ۵ِٓ َۚڭّ َ َ ۡمݏ ءٓ۲ ۵۱ ءَ ۱ٓݒ݈ ݄ ۡܰ ۻَ ۡمڭَ݃ ݉۬ ف َݖفَ ۡم݀݋ ݒ ۡخ۬ ف َ݊ݗگ܎݃ َ مۻۡأ ط ۡخ أَٓ۲ ݈ݘفَ ٞ܅۲ ݌جَ ۡم݀ۡݘ ݄ ܯَ سۡݘ ݃ ݑَ ۚۡم݀ݘ݃ ݒ م ݑ َ َݎ۵ َ َ ݉۲ ك ݑَ ۚۡم݀۵ݒ݄قَ ۡ۹ ܎ڭ݈ ܰ ۻَ۲ڭمَ݊݀ ݃ ݑ َڭّ َ َاܑݒܸ غ ۱َ ۲ ݈ݘحڭܑ َ Artinya : “Panggilah mereka anak-anak angkat itu dengan memakai nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah SWT, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka panggilah mereka sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi yang ada dosanya apa yang disengaja oleh hatimu, dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha P enyayang.” Al-Ahzab [33] : 5. 81 Maulana Hasan Wadong. Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Jakarta : Grassindo, 2000. Hal. 33. c. Hak anak dalam penerimaan nama baik. َ۵َ۱ݑܔ ۵۲ ݌ ۻَ َ ݑ َۖ۴ قۡ݃ ِۡ َ َ سۡ۰۵ َۡسِ َم َܹݒسܸۡ݃ َ َ ܎ ۡܰ ۵ َۚ݊ ݈ݗ ۡۡ َ َ ۡ۴ۼ ݗَ ۡمڭَ݃݊ م ݑ َمݏَ ك۰ٓ ݃ݑأ ف َ ݉ݒ݈݄ڭܬ݃ Artinya : “dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan, seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang0orang yang zalim”. Al- Hujurat49 : 11. d. Hak anak dalam menerima susuan. َ ݑ َ۹ ܎݃ ݒۡ݃ َ َڭمۼݗَ ݉ أَ ܍۱ ܑ أَ ۡ݊ َ݈݃ ۖ݊ۡݘ ݄م۲ كَ ݊ۡݘ ݃ ۡݒ حَ ڭ݊ݏ ܎ ݃ ۡݑ أَ ݊ ۡܰض ۡܒݗ َ ۸ ܯ۲ ضڭܒ݃ Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh. Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”. Al- Baqarah2 : 233. e. Hak anak dalam menerima asuhan, perawatan dan pemeliharaan. َݔ ݄ ܯ ݑ َ܍ݒ݃ ۡݒ ݈ۡ݃ َ َݎ ݃ َ َ۵َ ڭ݊ݐۻ ݒ ۡسك ݑَ ڭ݊ݐق ۡܓܑ َۚفݑܒ ۡܰ ݈ۡ݃ َ ٌَسܸۡ ݋َفڭ݄ ݀ۻَ َ ۲ ݐ ܰ ۡسݑَ ڭَ۫ Artinya : “…dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf, seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya…”. Al- Baqarah2 : 233. f. Hak anak dalam memiliki harta benda hak waris, demi kelangsungan hidup yang bersangkutan. َ۱ݒۻ۱ ء ݑ َ َٓݔ ݈ ۼ ݘۡ݃ َ َ۱ݒ݃ڭ܎ ۶ ۼ ۻَ َ ݑَ ۖۡمݐ ݃ ݒ ۡم أ َ ۾ݘ۶ ܌ۡ݃ ََ۵ َۖ۴گݘڭط݃ َ َ۱ٓݒ݄كۡأ ۻَ َ ݑ َݎڭ݋َ۫ ۚۡم݀݃ ݒ ۡم أَٓݔ َ݃۫ ۡمݐ ݃ ݒ ۡم أ َ ݒحَ ݉۲ ك ۱ اܒݘ۶ كَ۲ا۵ Artinya: “Dan berilah kepada anak-anak yatim yang sudah baligh harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan0tindakan menukar dan memakan itu, adalah dosa yang besar”. An-Nisa [4] : 2. g. Hak anak dalam bidang pendidikan dan pengajaran. َ َ ݑ َ َ ك َ݃ سۡݘ َ݃۲ مَفۡق ۻ َ َݎ۵ َ َ ڭَ݉۫ ٌۚم݄ۡܯ َ ܮ ݈ۡڭس݃ َ َ ݑ َ ܒ ܠ ۶ۡ݃ َ َ ݑ َ ܍۱ ۪ܸۡ݃ َ َڮ݂ك َۡس مَݎۡ݌ ܯَ ݉۲ كَ ك۰ ٓ ݃ݑأ َ َ َ اَݒ ٦٣ َ Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya”. Al- Isra [17]: 36. Larangan penelantaran anak sangatlah relevan, karena istri dan anak merupakan tanggung jawab dari seorang suami yang sekaligus seorang ayah dari seorang anak. Hal ini dikuatkan oleh firman Rasulallah SAW, ketika beliau menerima aduan Hindun binti „Utbah: 82 Artinya: “Dari Aisyah, bahwa Hindun bin “Utbah berkata: “Wahai Rasulallah SAW. sesungguhnya Abu Sufyan suamiku adalah seorang laki-laki yang sangat kikir, ia tidak memberiikan nafkah sesuatu yang mencukupiku dan mencukupi anakku, kecuali aku mengambilnya sendiri sementara dia tidak mengetahui. Maka beliau berkata: “Ambillah apa yang dapat mencukupi kebutuhanmudan anakmu secara makruf”. Riwayat al-Bukhari. Berdasarkan penjelasan di atas, walaupun secara eksplisit jelaslah bahwa pemeliharaan perlindungan anak merupakan tanggung jawab orang tua yang harus terpenuhi sesuai dengan kemampuannya. Sebab kegagalan pemeliharaan atau penelantaran anak dalam membekali kebutuhan mereka, terutama bekal keagamaan, bukan saja merupakan diri si anak yang bersangkutan, namun kedua orang tua pun akan menderita kerugian yang tidak suci, karena kelak di akhirat mereka orang tua dituntut untuk 82 Al-Bukhori, Shahih Al-Bukhori, Beirut : Dar al-Fikr, 1401H1981M. VI: 193. mempertanggungjawabkannya. Karena dalam hukum Islam memiliki dua dimensi hukuman bagi pelaku tindak kejahatan, yaitu sanksi dunia dan akhirat.

F. Hak Anak Menurut Undang-Undang

masalah seputar kehidupan anak merupakan persoalan yang harus mendapatkan perhatian secara khusus. Akibat kegagalan pranata sosial disinyalir sebagai penyebab ketidakmampuan pemerintah untuk mewujudkan kondisi ideal dalam melindungi hak-hak anak khususnya di Indonesia. Walaupun banyak naskah akademik, seminar-seminar, lokakarya yang mengusung tentang tema perlindungan anak namun belum dapat memberikan konstribusi yang besar terhadap perlindungan anak dalam arti menyeluruh kompheresif. 83 Kesejahteraan anak merupakan orientasi utama dari perlindungan hukum. secara umum, kesejahteraan anak tersebut adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Berdasarkan prinsip non-diskriminasi, kesejahteraan merupakan hak setiap anak tanpa terkecuali. Maksudnya adalah bahwa setiap anak baik itu 83 Irma Setyowati Sumitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hal 46. anak dalam keadaan normal maupun anak yang sedang bemasalah tetap mendapatkan prioritas yang sama dari pemerintah dan masyarakat dalam memperoleh kesejahteraan tersebut. 84 Dalam penetapan perlindungan terhadap anak, terdapat hak-hak anak berdasarkan Undang-Undang yaitu, sebagai berikut: 1. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 -Pasal 28B ayat 2. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Bahwasannya setiap anak itu berhak mendapatkan perlindungan dalam kelangsungan hidupnya, layak untuk tumbuh dan kembang secara sempurna, mulai dari dalam kandungan hingga dilahirkan ke dunia. Dan berhak mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan. -Pasal 34 ayat 2 “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Seorang anak yang terlahir dari kalangan fakir miskin atau anak yang sengaja atau tidak sengaja di telantarkan oleh orang tua nya menjadi tugas negara untuk dipelihara dan dijamin kelangsungan hidupnya. 2. Menurut Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2014 perubahan atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. -Pasal 4 84 Irma Setyowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, 2010. Hal. 96. “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, kembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan diskriminasi”. Bahwasannya orang tua yang diberkahi seorang anak berhak melindungi, mengasihi dan membiayai semua segala kebutuhan-kebutuhan untuk tumbuh kembang si anak, dan menjaga anak dari segala tindakan kekerasan diskriminasi. -Pasal 5 “Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas dan status kewarganegaraan”. Orang tua berhak memberikan nama kepada anak-anak nya sebagai identitas diri dan orang tua juga berhak memberikan status kewarganegaraan bagi si anak. 3. Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak. -Pasal 2 “Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan kembang dengan wajar”. Setiap anak berhak mendapatkan kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan yang baik dari keluarganya serta kasih sayang yang terpenuhi sehingga si anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna. -Pasal 3 “Dalam keadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama-tama berhak mendapatkan pertolongan, bantuan dan perlindungan”. Dalam keadaan apapun dan yang membahayakan sekalipun, anaklah yang pertama-tama harus diperhatikan dan mendapatkan pertolongan, bantuan, serta perlindungan. 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Pasal 9 ayat 1 “Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut”. Pasal 9 ayat 2 “Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat 1 juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau diluar rumah sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut”. Dalam undang-undang PDKRT ini menyangkut hak-hak dalam lingkup rumah tangga dan perlindungan dari tindakan kekerasan dan tindak penelantaran , yang di dalamnya terdapat; suami, istri, anak, dan orang lain dalam lingkup rumah tangganya. Bahwasannya siapapun dilarang

Dokumen yang terkait

Tinjauan hukum Islam terhadap pembuktian tindak kekerasan psikis dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga

2 18 137

Tinjauan Hukum Mengenai Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga

0 9 31

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PROSES PERADILAN.

0 5 18

SKRIPSI IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PROSES PERADILAN

0 3 13

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PROSES PERADILAN.

0 4 20

PENUTUP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PROSES PERADILAN.

0 2 9

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN FISIK DAN PSIKIS TERHADAP ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN HUKUM PIDANA ISLAM.

0 0 12

Tindak Pidana Penelantaran Rumah Tangga Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor : 467k Pid.Sus 2013)

0 0 12

Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga di Kota Batam

0 0 16

TINJAUAN HUKUM MARITAL RAPE DALAM UU PERKAWINAN DAN UU NO 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA - Test Repository

0 0 119