hukum dengan cara menetapkan peraturan perundang-undangan yang dimaksud untuk melindungi anak dari tindak penelantaran, termasuk memberikan pelayanan
terhadap anak yang menjadi korban penelantaran.
9
Pembaharuan di bidang legislasi berupa pembentukan peraturan perundang-undangan diperlukan, mengingat selama
ini peraturan yang ada belum memadai dan tidak sesuai dengan perkembangan hukum masyarakat, serta belum memberikan efek jera kepada orang tua atau pelaku
penelantaran karena sanksinya terlalu ringan. Mengingat terjadinya tindak penelantaran keluarga khususnya terhadap anak dalam masyarakat, maka fenomena
tersebut perlu mendapatkan perhatian serius dari pihak terkait yang memerlukan peningkatan dalam penegakkan hukum. Oleh karena perbuatan penelantaran tersebut
diancam pidana dalam Pasal 49 huruf a UU RI No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan pidana penjara 1 satu tahun
dan diperintahkan bahwa pidana tersebut tidak usah dijalani, kecuali bila dikemudian hari ada perintah lain dalam putusan hakim, karena terdakwa sebelum lewat masa
percobaan telah melakukan perbuatan yang dapat dipidana.
10
Maka dari itu penyusun ingin mengulas dan membahas lebih mendalam tentang penelantaran anak dan
berusaha membahasnya dalam judul
“Penelantaran Ayah Terhadap Anak dalam Perspektif Hukum Islam dan UU Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga ”.
9
Irma Setyowati Sumitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: Bumi Aksara, 1990. Hal. 92.
10
Guse Prayudi, Berbagai Aspek Tindak Pidana, lengkap dengan uraian unsur-unsur tindak pidananya, Yogyakarta: Merkid Press, 2015. Hal. 101.
B. Rumusan Masalah
Masalah penelantaran anak yang terjadi menimbulkan beberapa pertanyaan yang menyangkut tentang pertanggungjawaban hukum orang tua khususnya
seorang ayah yang melakukan penelantaran terhadap anaknya. Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, maka penyusun membatasi pada
pokok permasalahan dan di rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tanggung jawab ayah terhadap anak menurut hukum Islam
dan Undang-Undang PKDRT ?
2. Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban hukum terhadap ayah yang
menelantarkan anak menurut hukum Islam dan Undang-Undang PKDRT?
3. Bagaimanakah Implementasi Undang-Undang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga dalam penelantaran anak? C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah:
11
a. Untuk mengetahui bentuk tanggung jawab ayah menurut hukum Islam
dan hukum positif.
b. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban hukum penelantaran
ayah terhadap anak menurut undang-undang PKDRT.
11
S. Suryabrata, Metodelogi Penelitian, Jakarta: CV. Rajawali, 1992. Hal. 79.
c. Untuk
mengetahui apakah
implementasi Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam penelantaran
anak.
2.
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi insan akademik dapat mengetahui dan lebih memahami
problematika atau sebagai salah satu upaya pemberian informasi tentang penelantaran anak yang terdapat dalam Hukum Islam dan UU
Nomor 23 Tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah tangga.
2. Penelitian ini diharapkan dijadikan landasan untuk penelitian lanjutan
dan semakin membangkitkan atau menjadi motivasi peneliti
selanjutnya dalam pengembangan kajian yang berkaitan dengan anak.
Diharapkan hasil penelitian ini mampu memperkarya wancana intelektual bagi setiap pribadi muslim dan masyarakat luas untuk memahami secara
benar mengenai perihal penelantaran anak.
12
D. Kerangka Teori
Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa dan tidak bisa di anggap sebagai harta benda yang bisa diperlakukan sekehendak
hati oleh orang tuanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dituliskan bahwa anak adalah keturunan, yang menurut pengertian lain anak adalah
manusia yang paling kecil namun dalam arti luas anak adalah manusia yang pada suatu masa perkembangan tertentu mempunyai potensi menjadi
12
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. Hal. 37.
dewasa.
13
Dan anak senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus di junjung tinggi.
14
Anak dalam sudut pandang yang dibangun oleh agama khususnya dalam agama Islam, anak merupakan makhluk yang dhaif dan mulia, yang
keberadaannya adalah kewenangan dari kehendak Allah SWT dengan melalui proses penciptaan. Oleh karena anak mempunyai kehidupan yang mulia dalam
pandangan Islam, maka anak harus diperlakukan secara manusiawi seperti diberikan keperluan untuk kebutuhan baik lahir maupun batin, sehingga kelak
anak tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia dan dapat bertanggung jawab dalam mensosialisasikan dirinya untuk mencapai kebutuhan hidupnya
dimasa mendatang. Dalam pengertian Islam, anak merupakan titipan Allah SWT kepada kedua orang tua, masyarakat bangsa dan Negara yang kelak
akan memakmurkan dunia sebagai rahmatan lila’lamin dan sebagai pewaris
ajaran Islam.
15
Pengertian anak dalam Undang-Undang yang terdapat pada Undang- Undang 1945 di
dalam Pasal 34 yang berbunyi: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Hal ini mengandung makna bahwa anak
adalah subjek hukum dari hukum nasional yang harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan anak. Dengan kata lain anak tersebut
13
Anton M Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Hal. 30.
14
Kedaulatan Rakyat, Jurnal Rubrik Keluarga: Pahami Dunia Anak, 17 Desember 2006, tahun LXI No. 112. Hal. 9.
15
Ahmad Rofiq, Anak Dalam Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, cet. Ke-6. Hal 37.
merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Ditegaskan pengaturan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1979
tentang kesejahteraan anak, yang berarti makna anak harus memperoleh hak- hak kesejahteraan hidupnya dan dapat menjamin pertumbuhan dan
perkembangan dengan wajar dan baik secara jasmani, rohani maupun sosial.
16
Islam mengajarkan pemeluknya untuk memberikan perlindungan terhadap anak. Perlindungan anak tersebut berupa jaminan dan perlindungan
hak-haknya sehingga anak dapat hidup tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Serta
dapat perlindungan dari setiap tindakan kekerasan, penelantaran, dan tindak diskriminasi.
17
Tanggung jawab orang tua ayah terhadap anak adalah merupakan kewajiban yang tidak dapat diabaikan begitu saja demi terwujudnya
kesejahteraan anak secara rohani, jasmani maupun sosial, orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya sehingga mengakibatkan timbulnya
hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, maka orang tua dikategorikan telah menelantarkan anaknya dan dapat di jerat dalam hukuman
pidana.
18
16
J. Satrio, Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak Dalam Undang-Undang, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2000. Hal. 63.
17
Giwo Rubianto Wiyogo, Perlindungan Anak Menurut Perspektif Islam, Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2007. Hal. I.
18
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung: PT. Refika Aditama, 20080. Hal. 78.