Pengertian dan Dasar Sanksi

Sedangkan Hadist ini menjelaskan tentang teknis pelaksanaan hukuman ta‟zir yang bisa saja putusan hukumannya berbeda, antara satu pelaku dengan pelaku lainnya. 2. Pengertian dan Dasar Sanksi dalam Undang-Undang Sanksi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah tanggungan hukuman, tindakan dsb agar orang menaati peraturan atau perjanjian. 110 Ketertiban dan keamanan dalam masyarakat akan terpelihara bilamana tiap- tiap anggota masyarakat menaati peraturan-peraturan norma-norma yang ada dalam masyarakat itu namun walaupun peraturan-peraturan ini telah dikeluarkan, masih ada saja orang yang akan melanggar peraturan-peraturan tersebut. Hukum pidana merupakan ilmu pengetahuan hukum, oleh karena itu peninjauan hukum pidana terutama dilakukan dari sudut pertanggungjawaban manusia tentang “perbuatan yang dapat dihukum”. Hukum pidana ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan- kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan yang mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan. 111 Hukum pidana juga bisa disebut pengatur hubungan hukum antara seorang anggota masyarakat warga negara dengan negara yang menguasai tata tertib masyarakat. 110 W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Hal. 870. 111 Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1989. Hal. 257. Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hukum pidana itu bukanlah suatu hukum yang mengandung peraturan-peraturan norma-norma hukum yang mengenai kepentingan umum. Dasar hukum pidana adalah bahwa negara Indonesia berdasarkan atas hukum tidak berdasarkan atas kekuasaan, hal ini sebagaimana bunyi Undang- Undang Dasar 1945 BAB I pasal 1 ayat 3 yang berbunyi: “Negara Indonesia adalah negara hukum”. 112 Serta BAB XA tentang Hak Asasi Manusia pada pasal 28D ayat 1 yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”. 113 Atas dasar inilah yang merupakan organisasi masyarakat yang berkekuasaan mempunyai kewajiban untuk mengatur agar keamanan terjamin dan perlindungan atas kepentingan tiap orang dan agar tercapai kebahagiaan yang merata dalam masyarakat. Tidak hanya satu golongan saja yang dapat merasakan kebahagiaan, tetapi seluruh penduduk negara.

B. Tujuan dan Fungsi Sanksi

1. Tujuan dan Fungsi Sanksi dalam Hukum Islam Hukum Islam mempunyai tujuan untuk melaksanakan perintah dan kehendak Allah SWT serta menjauhi larangannya, secara umum dirumuskan bahwa tujuan Hukum Islam dalah kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat 112 Indonesia, UUD 1945 dan Amandemennya, Surakarta: al-Hikmah, 1978. Hal. 52. 113 Indonesia, UUD 1945 dan Amandemennya. Hal. 85. kelak, dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudharat, yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan. Dengan kata lain tujuan Hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial. 114 Hidup adalah ciptaan Allah SWT, tidak boleh dirusak tanpa alasan yang benar. Islam sangat menekankan cara-cara yang bermoral dalam segala garis kehidupan karena Islam adalah kedamaian, keselamatan, keamanan dan penyelamat yang berarti berusaha sekuat tenaga untuk melakukan kebajikan, hal ini sejalan dengan Hukum Islam. Tujuan Hukum Islam adalah mencegah kerusakan pada manusia dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka. Mengarahkan mereka pada kebenaran, keadilan dan kebajikan, serta menerangkan jalan yang harus dilalui oleh manusia. 115 Barang siapa membaca dan mengamati hukum-hukum yang tertuang dalam Syari‟at Islam dam memikirkan sesuatu yang dicari alasannya, dalam al- Qur‟an dan Hadits, maka ia akan menemukan penjelasan bahwa syari‟at Islam bertujuan untuk mengegakkan kemaslahatan manusia yang ditaklifi. Syari‟at Islam juga bertujuan untuk menegakkan dan memberikan kemaslahatan bagi hamba-Nya baik di dunia maupun di akhirat. Dan fungsinya sudah sangat jelas sebagai pelindung dan memberikan rasa aman 114 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, cet. Ke-3, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993. Hal. 53. 115 Amrullah Ahmad, Dimensi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional Mengenang 65 th Prof. Dr. H. Butshanul Arifin,. S.H. Jakarta: Gema Insan Press, 1996. Hal. 104. kepada seluruh masyarakat terutama anak yang berada dalam suatu keluarga yang cenderung menjadi korban penelantaran. Selain memberi rasa aman juga memberikan perlindungan dari segala bentuk diskriminasi dan melindungi hak-hak anak. Sedangkan kemaslahatan itu sendiri terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: kemaslahatan yang bersifat primer, sekunder dan pelengkap. 116 a. Kemaslahatan yang bersifat primer Kemaslahatan yang bersifat primer adalah syari‟at yang menjadi tiang untuk menegakkan berbagai kemaslahatan di dunia atau akhirat, jika tiang- tiang syari‟at ini tidak ditegakkan maka kemaslahatan dunia dan akhirat itu akan hilang, dan tak terwujud, bahkan kerugian dan kerusakanlah yang akan terjadi. Kelima hal yang primer itu ialah: memelihara agama, jiwa, akal, harta dan keturunan atau harga diri. b. Kemaslahatan yang bersifat sekunder Kemaslahatan yang bersifat sekunder adalah sesuatu yang dibutuhkan guna menghilangkan kesempitan yang secara lahiriyah kesempitan tersebut mendatangkan kepayahan dan menimbulkan kesulitan karena tidak didapatnya apa yang dituntut. Akan tetapi tidak sampai mendatangkan kerusakan dan kebinasaan. 116 Yusuf al-Qurdhawi, Membumikan Syariat Islam, Surabaya: Dunia Ilmu,t.t. Hal. 58-59. c. Kemaslahatan yang bersifat pelengkap Kemaslahata yang bersifat pelengkap adalah mengambil sesuatu yang baik dalam adat kebiasaan dan meninggalkan hal-hal yang buruk yang mengotori akalnya, mengenai sesuatu yang baik dan buruk itu terakomodasi dalam perbincangan akhlak. Dalam Hukum Islam, tujuan pemidanaan terbagi menjadi dua tujuan, yaitu: 117 a. Tujuan Preventif pencegahan dalam istilah fiqihnya ar-Rad’u wa az-Zajru. Tujuan Preventif pencegahan artinya menahan pelaku jarimah supaya tidak mengulangi perbuatannya dan mencegah supaya orang lain tidak melakukan tindak pidana. b. Tujuan Edukatif pengajaran dalam istilah fiqihnya al-Islah wa at- Ta-dib. Tujuan Edukatif pengajaran artinya untuk memberikan pelajaran bagi pelaku jarimah agar si pelaku tersebut dapat mencapai kesadaran batin untuk tidak mengulangi perbuatannya. Makhrus Munajat, Dalam bukunya Dekonstruksi Hukum Pidana Islam menuliskan bahwa tujuan pemidanaan adalah: 117 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, cet, ke-1, Jakarta: Bulan Bintang, 1967. Hal. 279.

Dokumen yang terkait

Tinjauan hukum Islam terhadap pembuktian tindak kekerasan psikis dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga

2 18 137

Tinjauan Hukum Mengenai Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga

0 9 31

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PROSES PERADILAN.

0 5 18

SKRIPSI IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PROSES PERADILAN

0 3 13

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PROSES PERADILAN.

0 4 20

PENUTUP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PROSES PERADILAN.

0 2 9

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN FISIK DAN PSIKIS TERHADAP ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN HUKUM PIDANA ISLAM.

0 0 12

Tindak Pidana Penelantaran Rumah Tangga Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor : 467k Pid.Sus 2013)

0 0 12

Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga di Kota Batam

0 0 16

TINJAUAN HUKUM MARITAL RAPE DALAM UU PERKAWINAN DAN UU NO 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA - Test Repository

0 0 119