Pertumbuhan Anak Menurut Ilmu Pengetahuan
negara yang kelak akan memakmurkan dunia sebagai rahmatan lill a‟lamin dan sebagai pewaris ajaran Islam.
32
2. Pertumbuhan Anak Menurut Hukum
Selama hayatnya, manusia sebagai individu mengalami pertumbuhan yang berlangsung secara berangsur-angsur, perlahan tapi pasti, menjalani berbagai fase.
Proses pertumbuhan yang berkesinambungan, beraturan, bergelombang naik dan turun, yang berjalan dengan kelajuan cepat maupun lambat.
33
Semuanya itu menunjukkan betapa pertumbuhan mengikuti patokan-patokan atau tunduk pada
hukum- hukum tertentu, yang disebut dengan “hukum perkembangan”.
34
Dalam segi aspek hukum dan undang-undang menjadikan pengertian anak semakin rasional dan aktual dalam lingkungan sosial. Untuk meletakkan anak
dalam pengertian aspek tersebut maka diperlukan unsur-unsur internal maupun eksternal di dalam ruang lingkup untuk menggolongkan status anak tersebut.
Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: a.
Pengertian anak dari aspek hukum. Dalam hukum kita terdapat pluralisme mengenai pengertian anak.
Hal ini adalah sebagai akibat tiap-tiap peraturan perundang-undangan yang mengatur secara tersendiri mengenai peraturan anak itu sendiri. Pengertian
anak dalam kedudukan hukum meliputi pengertian anak dari pandangan
32
Ahmad Rofiq, Anak Dalam Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Hal. 63.
33
Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2009. Hal. 141-142.
34
R. Akbar dan Hawadi, Perkembangan anak menurut Hukum, Jakarta: PT. Grasindo, 2002. Hal. 79.
sistem hukum atau disebut kedudukan dalam arti khusus sebagai objek hukum.
b. Pengertian anak berdasarkan UU 1945.
Pengertian anak dalam UU 1945 terdapat di dalam pasal 34 yang berbunyi: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.
Hal ini mengandung makna bahwa anak adalah subjek hukum dari hukum nasional yang harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk mencapai
kesejahteraan anak. Dengan kaata lain anak tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.
35
Terhadap pengertian anak menurut UU 1945 ini, Irma Setyowati Soemitri menjabarkan sebagai berikut.
“Ketentuan UU 1945, ditegaskan pengaturannya dengan dikeluarkannya UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang berarti makna anak
pengertian tentang anak yaitu seseorang yang harus memperoleh hak-hak yang kemudian hak-hak tersebut dapat menjamin pertumbuhan dan
perkembangan dengan wajar dan baik secara rahasia, jasmaniah, maupun sosial. Atau anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan
kemampuan dan kehidupan sosial. Anak jugta berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah
dilahirkan.
36
35
Darwan Praist, HukumAnak Indoesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 20030. Hal 107.
36
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum dan Asas-Asas Hukum di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996. Hal. 78.
c. Pengertian anak berdasarkan UU Peradilan Anak.
Anak dalam UU No. 3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat 2 yang berbunyi: “Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah
mencapai ussia 8 delapan tahun, belum mencapai usia 18 delapan belas tahun dan belum pernah menikah”. Jadi dalam hal ini pengertian anak
dibatasi dengan syarat sebagai berikut: pertama, anak dibatasi dengan usia antara 8 delapan sampai dengan 18 delapan belas tahun. Sedangkan
syarat kedua, si anak belum pernak menikah, maksudnya tidak sedang terikat dalam perkawinan ataupun pernah menikah dan kemudian cerai.
Apabila si anak sedang terikat dalam pernikahan dan putus karena perceraian, maka si anak dianggap sudag dewasa walaupun umurnya belum
genap 18 delapan belas tahun.
37
d. Pengertian anak menurut UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974.
UU No. 1 Tahun 1974 tidak mengatur secara langsung tolak ukur kapan seseorang digolongkan sebagai anak, akan tetapi hal tersebut tersirat
dalam pasal 6 ayat 2 yang memuat ketentuan syarat perkawinan bagi orang yang belum mencapai usia 21 dua puluh satu tahun dan mendapati
izi kedua orang tua. Pada pasal 7 ayat 1 UU memuat batasan minimum
37
M. Musa, Sistem Peradilan Sebagai Alternatif Peradilan Anak Indonesia, Bandung: CV. Rajawali, 2009. Hal. 49.
usia untuk dapat menikah, batasan bagi laki-laki adalah saat mencapai usia 19 sembilan belas tahun dan perempuan 16 enam belas tahun.
38
Menurut Hilman Hadikusuma, menarik batas antara belum dewasa dan sudah dewasa sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Hal ini
dikarenakan pada kenyataanya walaupun orang belum dewasa namun ia telah melakukan perbuatan hukum, misalnya anak yang belum dewasa
telah melakukan jual beli, berdagang dan sebagainya walaupun ia belum menikah.
39
Dalam pasal 47 ayat 1 dikatakan bahwa anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernak melakukan pernikahan
ada dibawah kekuasaan orang tua nya selama mereka tidak dicabut kekuasaan orang tua nya. Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa anak yang
belum mencapai usia 18 delapan belas tahun dan belum pernah menikah, tidak berada dibawah kekuasaan wali . dari pasal-pasal tersebut diatas
maka dapat disimpulkan bahwa anak dalam UU No. 1 tahun 1974 adalah mereka yang belum dewasa dan sudah dewasa yaitu 16 enam belas tahun
untuk perempuan dan 19 Sembilan belas tahun bagi laki-laki.
38
Wahyono Darmabrata, Tinjauan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Beserta Undang-Undang Dan Peraturan Pelaksanaannya, Jakarta: CV. Gitama Jaya Jakarta, 20030.
Hal. 53.
39
Prof. H. Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan, Bandung: Alumni, 1984. Xii, 198. Hal. 20.
e. Pengertian anak menurut hukum adat kebiasaan.
Hukum adat tidak ada menentukan siapa yang dikatakan anak-anak dan siapa yang dikatakan dewasa. Akan tetapi dalam hukum adat ukuran
anak dapat dikatakan dewasa tidak berdasarkan usia tetapi pada ciri tertentu yang nyata. Soepomo berdasarkan hasil penelitian tentang hukum perdata
Jawa Barat menyatakan bahwa kedewasaan seseorang dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:
40
1. Dapat bekerja sendiri.
2. Cakap untuk melakukan apa yang disyaaratkan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bertanggung jawab. 3.
Dapat mengurus harta kekayaan sendiri f.
Pengertian anak menurut hukum perdata. Pengertian anak menurut hukum perdata dibangun dari beberapa
aspek keperdataan yang ada pada anak sebagai seseorang subjek hukum yang tidak mampu. Aspek-aspek tersebut adalah: - status belum dewasa
batas usia sebagai subjek hukum. – Hak-hak anak di dalam hukum
perdata.
41
Pasal 30 KUHPerdata memberikan pengertian anak adalah orang yang belum dewasa dan seseorang yang belum mencapai usia batas
40
Prof. Dr. R. Soepomo, Hubungan Individu dan Masyarakat Dalam Hukum Adat, Jakarta: Gita Karya, 1982. Hal. 43.
41
HFA. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, terj. IS. Adiwinarta, jil, cet ke-II, Jakarta: Balai Pustaka, 1982. Hal. 60.
legitimasi hukum sebagai subjek hukum atau layaknya subjek hukum nasional yang ditentukan oleh perundang-undangan perdata. Dalam
ketentuan hukum perdata anak mempunyai kedudukan sangat luas dan mempunyai peranan yang amat penting, terutama dalam hal memberikan
perlindungan tergadap hak-hak keperdataan anak, misalnya dalam masalah pembagian harta warisan, sehingga anak yang berada dalam kandungan
seseorang dianggap telah dilahirkan bilamana kepentingan si anak menghendaki sebagaimana yang yang dimaksud oleh pasal 2
KUHperdata.
42
g. Pengertin anak menurut hukum pidana.
Pengertian anak menurut hukum pidana lebih diutamakan pada pemahaman terhadap hak-hak anak yang harus dilindungi, karena secara
kodrat memiliki subtansi yang lemah dan di dalam sistem hukum dipandang sebagai subjek hukum yang dicangkokan dari bentuk
pertanggung jawaban sebagaimana layaknya seseorang subjek hukum yang normal. Perngertian anak dalam aspek hukum pidana menimbulkan aspek
hukum positif terhadap proses normalisasi anak dari perilaku menyimpang untuk membentuk kepribadian dan tanggung jawab yang pada akhirnya
menjadikan anak tersebut berhak atas kesejahteraan yang layak dan masa depan yang baik.
43
42
R Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 1995. Hal. 177.
43
Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, Hal. 12..
Pada hakekatnya, kedudukan status pengertian anak dalam hukum pidana
meliputi dimensi-dimensi
pengertian sebagai
berikut; -
ketidakmampuan untuk pertanggung jawaban tindak pidana. –
pengembalian hak-hak anak dengan jalan mensubtitusikan hak-hak anak yang timbul dari lapangan hukum keperdataan, tatnegara dengan maksud
untuk mensejahterakan anak. – rehabilitasi, yaitu anak berhak untuk
mendapat proses perbaikan mental spiritual akibat dari tindakan hukum pidana yang dilakukan anak itu sendiri.
– hak-hak untuk menerima pelayanan dan asuhan .
– hak anak-anak dalam proses hukum acara pidana.
44
Jika ditilik pada pasal 45 KUHP maka anak didefinisikan sebagai anak yang belum dewasa apabila belum berusia 16 enam belas tahun. Oleh
sebab itu jika anak tersebut tersangkut dalam perkara pidana hakim boleh memerintahkan supaya si anak di kembalikan kepada orang tua nya,
walinya atau pemeliharanya dengan tidak diikenakan suatu hukuman, atau memerintahkan supaya diserahkan kepada pemerintah dengan tidak
dikenakan suatu hukuman.
45
Dengan demikian di dalam ketentuan hukum pidana telah memberikan
perlindungan terhadap
anak-anak yang
kehilangan kemerdekaan, karena anak dipandang sebagai subjek hukum yang berada
pada usia yang belum dewasa sehingga harus tetap dilindungi segala
44
Jeffry S, Nevied, Spencer, Beyerly. Hukum Pengertian Anak : Jilid II. Jakarta : Erlangga . 2006. Hal. 32.
45
Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, 2006. Hal. 88.
kepentingan dan perlu mendapatkan hak-hak yang khusus yang diberikan kepada negara atau pemerintah.
jadi dari berbagai definisi tentang anak di atas sebenarnya dapatlah diambil suatu benang merah yang menggambarkan apa atau siapa
sebenarnya yang di maksud dengan anak dan berbagai konsekuensi yang diperolehnya sebagai penyandang gelar anak tersebut.
3. Pertumbuhan Anak Menurut Ilmu Kesehatan
Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Menurut
medis, masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi 0-1 tahun usia bermainoddler, 1-2,5 tahun pra
sekolah, 2,5-5 tahun usia sekolah, 5-11 tahun hingga remaja 11-18 tahun. Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat
latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.
46
Aspek tumbuh kembang pada anak adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan
aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum
memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan
46
D. A. Feiby, Tahap Perkembangan Anak Bayi Hingga Pra Sekolah, Jakarta: Dian Rakyat, 2001. Hal. 71.
dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk
pertumbuhan dan perkembangannya.
47
Perkembangan psikososial berkaitan dengan perubahan-perubahan emosi dan identitas pribadi individu, yaitu bagaimana anak berhubungan
dengan keluarga, teman-teman dan gurunya. Pertumbuhan dan perkembangan walaupun hampir sama tetapi ada perbedaannya yaitu
perkembangan akan berlanjut terus hingga akhir hayatnya, sedangkan pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik
yang artinya bahwa seorang anak tidak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhannya telah mencapai kematangan.
48
4. Pertumbuhan Anak Menurut Psikologi
Pertumbuhan dan perkembangan anak secara psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan komplek. Namun dapat diartikan
bawasannya pertumbuhan dan perkembangan anak menurut psikologi adalah merupakan perubahan-perubahan yang dialami anak atau organism
menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya maturation yang berlangsung secara sistematis dan progresif, baik menyangkut fisik
jasmaniah maupun psikis rohaniah. Yang dimaksud dengan sistematis dan progresif adalah:
47
E. B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 2000. Hal. 87.
48
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002. Hal. 86.
a. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat
saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organism fisik dan psikis dan merupakan suatu kesatuan yang harmonis.
b. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju,
meningkat dan mendalam meluas baik secara kuantitatif fisik maupun kualitatif psikis.
Beberapa definisi psikologi perkembangan menurut beberapa ahli, adalah sebagai berikut:
49
a. Menurut Monks, Knoers dan Siti Rahayu Haditoro dalam
psikologi pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu ilmu yang lebih mempersoalkan
faktor-faktor umum
yang mempengaruhi
proses perkembangan perubahan yang terjadi dalam diri pribadi seseorang,
dengan menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dengan perkembangan.
b. Menurut Kartini Kartono dalam psikologi anak: psikologi
pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan masa bayi, anak bermain, anak
sekolah, anak remaja, sampai masa dewasa. Maka, jika dipahami secara cermat dari penjelasan tentang pengertian
pertumbuhan dan perkembangan psikologi di atas, maka dapatlah
49
E. B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga, 2002. Hal. 71.
dimengerti tentang ruang lingkup pertumbuhan dan perkembangan psikologi yang merupakan; cabang dari psikologi, objek pembahasan
prilaku atau gejala jiwa seseorang, dan tahapan yang dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa.
50
5. Pertumbuhan Anak Menurut Sosiologi
Pertumbuhan dan perkembangan anak menurut sosiologi adalah berinteraksi dalam lingkungan masyarakat bangsa dan negara. Dalam hal
ini anak diposisikan sebagai kelompok sosial yang mempunyai status sosial yang lebih rendah dari masyarakat dilingkungan tempat berinteraksi.
51
Makna anak dalam aspek sosial ini lebih mengarah pada perlindungan kodrati anak itu sendiri. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan-
keterbatasan yang dimiliki oleh sang anak sebagai wujud untuk berekspesi sebagaimana orang dewasa, misalnya terbatasnya kemajuan anak karena
anak tersebut berada pada proses pertumbuhan, proses belajar dan proses sosialisasi dari akibat usia yang belum dewasa. Sosiologi menjelaskan
tugas atau peran yang oleh anak pada masa pertumbuhan dan berkembangannya, yaitu:
a. Pada usia 5-7 Tahun, anak mulai mencari teman untuk
bermain.
50
M. Dalyono, Pendidikan Psikologi Anak, Bandung: PT. Rineka Cipta, 2004. Hal. 128.
51
J. William Goode, Sosiologi Keluarga, Jakarta: Bina Aksara, 1983. Hal. 67.
b. Pada usia 8-10 Tahun, anak mulai serius bersama-sama dengan
temannya lebih akrab lagi. c.
Pada usia 11-15 Tahun, anak menjadikan teman menjadi sahabatnya.
52
6. Pertumbuhan Anak Menurut Antropologi.
Anak menurut perspektif antropologi sebagai individu yang merupakan bagian suatu kebudayaan, yang dibentuk melalui pola
pengasuhan, dan melakukan sosialisasi dengan lingkungan sosialnya. Dari perspektif tersebut dapat diambil tiga garis besar yakni:
a. Bagian dari kebudayaan, anak berhadapan langsung dengan
budaya yang diwariskan oleh nenek moyang melalui orang tua atau yang mengasuhnya. Anak yang diasuh oleh dua subyek ayah-ibu yang berlatar
belakang budaya yang berbeda akan mempengaruhi budaya anak tersebut. Inilah yang disebut dengan istilah asimilasi, dimana budaya anak
merupakan hasil bertemunya dua budaya yang berbeda. b.
Pola pengasuhan yang dilakukan oleh kedua orang tua, bukan salah satu.
c. Anak dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungan sosial
tempat ia bersosialisasi.
53
52
Hartini, G. Kartasapoetra, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, Hal. 58.
53
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, cet. Ke-2, Jakarta: PT. Dian Pustaka, 1972. Hal. 203.
7. Pertumbuhan Anak Menurut Budaya Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak menurut budaya david
matsumoto mengatakan bahwa, “budaya merupakan suatu konstruk individual-psikologis sekaligus konstruk sosial-
mikro”. Artinya, sampai batas tertentu budaya ada di dalam setiap masing-masing diri anak secara
individual, sekaligus ada sebagai sebuah konstruk sosial-global. Perbedaan individual dalam budaya bisa diamati pada orang-orang dari satu budaya
sampai batas dimana mereka mengadopsi dan terlibat dalam sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku-perilaku yang berdasarkan kesepakatan yang
membentuk budaya mereka. Bila anak bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan perilaku-perilaku tertentu, maka budaya tersebut akan hadir dalam diri
si anak, sedangkan bila anak tidak memiliki nilai atau perilaku-perilaku tersebut, maka si anak tidak termasuk dalam budaya itu.
54