mewawancarai  di  tempat  makan.  Setelah  menyepakatinya  Tono  dan  peneliti berangkat  menuju  tempat  makan  yang  biasa  ia  kunjungi  menggunakan  sepeda
motor  Tono.  Warung  tersebut  berukuran  sekitar  10  meter  persegi.  Tempat makannya  terlihat  sepi,  ada  sekitar  6  orang  yang  sedang  makan  dan  saling
bercengkrama. Wawancara ketiga berlangsung lancar. Wawancara  keempat  dilakukan  di  taman  kampus  Tono.  Taman  kampus  terlihat
sangat  ramai,  ada  banyak  mahasiswa  yang  berdiri  atau  duduk  berkelompok, berpakaian  putih-hitam  dan  saling  bercengkrama.  Tono  datang  satu  jam  dari
waktu yang telah disepakati sebelumnya dengan membawa ransel. Tono  cukup  kooperatif  dalam  setiap  wawancara,  ia  menjawab  pertanyaan  yang
diajukan dengan tenang dan sering tersenyum saat menjawab pertanyaan.
3. Data Wawancara 1. Latar belakang mengikuti PS mahasiswa gerejawi
PS  merupakan  kegiatan  ekstrakurikuler  yang  tidak  asing  bagi  Tono  yang menyukai  bidang  tarik  suara  ini.  Ia  telah  mengikuti  PS  di  SMA.  Dan  Tono
melanjutkan  hobinya  tersebut  di  masa  kuliah  dengan  mengikuti  PSB.    Selain untuk  melanjutkan  hobinya,  Tono  menyatakan  bahwa  ia  mengikuti  PS  untuk
mengembangkan talenta dan wujud pelayanannya kepada Tuhan. Ketika mengikuti PSB, Tono mendapatkan reaksi negatif dari orang tuanya.
Orang  tuanya  khawatir  keikutsertaan  Tono  dalam  PSB akan  menyita  banyak waktunya  dan  mempengaruhi  prestasi  perkuliahan  dan  kesehatannya.  Tono
sempat bertengkar dengan orang tuanya saat menjelaskan keikutsertaannya dalam
Universitas Sumatera Utara
PSB.  Sekalipun  orang  tuanya  melarangnya,  ia  tetap  bersikeras  untuk  mengikuti PSB.
Tono mengungkapkan  bahwa  orang  tuanya  menerima  keikutsertaannya dalam  PSB setelah ia  berhasil  membuktikan bahwa ia  mampu menaikkan indeks
prestasinya dari  indeks dua  koma menjadi  tiga koma. Namun orang tuanya tetap mengingatkannya  untuk  menjaga  kesehatan,  memperhatikan  perkuliahan  dan
keluarganya.
2. Dimensi Subjective Well-being
a. Dimensi kognitif
Tono  menyatakan  bahwa  hidupnya  secara  keseluruhan  memuaskan  dan menyenangkan  karena  semua tujuannya  dalam  semua  domain dapat  tercapai  dan
menghasilkan  prestasi  yang  membuatnya  bangga.  Bagi  Tono,  PSB  merupakan wadahnya  untuk  mengembanggakan  talenta  yang  dimiliki  dan  melayani  Tuhan
sehingga dapat membuat Tuhan merasa senang dan bangga atas dirinya. Beberapa hal  yang  membuatnya  puas  adalah  karena  ia  mengikuti  kompetisi  PSMG
internasional  di  luar  negeri  di  mana  PSB  mendapatkan  gelar  juara  dan  menjadi solois dalam konser PSB.
“juga saya  pernah  ke  ajang internasional  sama PS-B  ,  itu  juga menjadi pengalaman  yang  apa  ya..,  menjadi  pengalaman  yang  teristimewa  bagi
saya” R2.W2b.730-733hal.148
Tono  juga  menyatakan  bahwa  selain  prestasi  yang  diperoleh,  ada  banyak  hal positif  lainnya  yang  didapatkan  karena  PSB  selalu  mendukung  dan
Universitas Sumatera Utara
mengingatkannya  dalam  hal  prestasi  dalam  perkuliahan,  menjaga  kesehatan,  dan hubungan spiritualitas dengan Tuhan.
“Karena  menurut  aku  itu  sangat  membantu  aku  dalam  berstudi  di  situ juga membantu aku dalam membentuk diriku, kerohanian aku”
R2.W2b.387-389hal.167 Tono  mengakui  bahwa  ia  memandang penting  hubungan  spiritual  dengan Tuhan
dan  berusaha  menjaga  kualitas  hubungan  tersebut  dengan  rutin  mengadakan kegiatan rohani secara pribadi seperti berdoa dan membaca kitab suci. Hal ini juga
terlihat  dalam  wawancara  yang dilakukan,  Tono selalu  mengaitkan  prestasi yang diperolehnya sebagai berkat dari Tuhan
“Bener-bener  semester  ini  aku  ngalamin  mujijat  yang  luar  biasa.  Aku nggak tau gimana ngungkapinya sama Tuhan, gitu.”
R2.W2b.801-803hal.150 Selain  hal  itu,  Tono  juga  menyatakan  bahwa  saat  ia  menyanyikan  lagu  dalam
PSB,  ia  mengalami  perasaan  dekat  dengan  Tuhan.  Lagu-lagu  yang dinyanyikannya  membuatnya  menghayati  kebesaran  Tuhan  setiap  hari  dan
berusaha selalu mensyukuri apa yang didapatkan. “Dalam  susah,  dalam  senang,  selalu  bersyukur  sama  Tuhan,  jadi..,  aku
suka  kali  lagu  itu,  karena  apapun  yang  terjadi  samaku,  apapun  yang menjadi masalahku aku harus tetap bersyukur.”
R2.W2b.969-972hal.154 Tono  tetap  mengikuti  PS  gerejawi  hingga  mahasiswa  karena  mengikuti  PS
gerejawi dapat menurunkan stress yang dialami. “kalo  misalnya  stres  kan,  dengar  lagu,  terus  bernyanyi  …,  terus  makin
lama hilang. Makanya kalo misalnya saya stres, bawaannya stres dari lab, latihan di paduan suara, hilang semuanya.”
R2.W2b.492-495hal.143
Universitas Sumatera Utara
Tono  juga  beranggapan  bahwa  ia  meyakini  bahwa  orang  yang  bekerja  di  dunia seni  tidak  akan  mengalami  stres  atau  perasaan  negatif  berkepanjangan  karena
mereka dapat mengekspresikan perasaan mereka. “kita  bernyanyi  kan  karena  kita  mengekspresikan  sesuatu.  Karena  kalo
sering-sering kita mengekspresikan sesuatu, pasti kita nggak kan stres” R2.W2b.464-467hal.122
Sekalipun Tono menyatakan banyak mengalami dampak positif dalam mengikuti PSB, ia tetap menyatakan bahwa  domain terpenting dan  terdekatnya berdasarkan
prioritas  adalah  keluarga,  perkuliahan,  dan  PSB.  Tono  sempat  mengalami perdebatan  dengan  orang  tuanya  karena  Tono  diminta  untuk  keluar  dari  PSB,
awalnya  Tono  menjelaskan  namun  orang  tuanya  tetap  melarangnya  mengikuti PSB.  Saat  Tono  berhasil  meraih  prestasi  di  perkuliahannya  dan  menjadi  asisten
laboratorium kampus, Tono berhasil mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari orang  tuanya.  Dukungan  orang  tuanya  terhadap  keterlibatan  dalam  PSB  juga
memberikan kepuasan dan kebahagiaan bagi Tono.
b. Dimensi afektif
Tono  menyatakan  bahwa  ia  sering  mengalami  hal-hal  yang  menyenangkan, sambil menyatakan pandangannya bahwa orang yang bekerja di bagian seni tidak
pernah stres karena sering menyalurkan perasaannya. “Menyenangkan.., itu pasti.., sering.”
R2.W2b.713hal.148
Tono  juga  menyatakan  bahwa  dalam  satu  tahun  terakhir,  hingga  wawancara dilakukan,  ia  merasakan  banyak  hal  yang  menyenangkan  dan  membanggakan
Universitas Sumatera Utara
yang  dialaminya.  Tono  menganggap  hal  tersebut  merupakan  berkat  dari  Tuhan. Beberapa  diantaranya  adalah  ia  mendapatkan  peningkatan  nilai  dalam
perkuliahannya  yang  melebihi  apa  yang  diharapkannya.  Ia  juga  merasa  sangat senang  dan  bangga  saat  ia  terpilih  menjadi  asisten  laboratorium  di  jurusannya.
Rasa  kebahagiaannya  juga  bertambah  saat  ia  mengikuti  kompetisi    PS internasional menjadi solois dalam konser PSB, dan ia diundang bernyanyi untuk
mengisi acara berskala nasional. “..yang membuat saya bangga terhadap diri saya banyak satu tahun ini.”
R2.W2b.750-753hal.149 Bergabung  dalam  PSB sendiri  juga  memberikan  kebahagiaan  terhadap  Tono,
karena ia menyukai bidang tarik suara, bertemu dengan orang yang juga menyukai bidang  tersebut,  dan  seperti  yang  telah  diungkapkan  sebelumnya  ia  merasa
bahagia  karena  ia  dapat  mengeluarkan  ekspresinya  saat  bernyanyi  sehingga  ia tidak stres.
“kalo  misalnya  stres  kan,  dengar  lagu,  terus  bernyanyi  …,  terus  makin lama hilang. Makanya kalo misalnya saya stres, bawaannya stres dari lab,
latihan di paduan suara, hilang semuanya.” R2.W2b.492-495hal.143
Selain  itu,  Tono  juga  merasakan  dampak positif  dari  mengikuti  PSB.  Beberapa diantaranya,  Tono  lebih  displin  dalam  hal  waktu  karena  di  PSB ia  harus  datang
tepat  waktu  dan  tidak  boleh  terlambat.  PSB juga  meningkatkan  kerohaniannya, dan kesehatan mentalnya karena kegiatan-kegiatan dalam PSB termasuk lagu-lagu
yang  dinyanyikan  membuatnya  merasa  bersyukur  kepada  Tuhan.  Selain  itu  juga
Universitas Sumatera Utara
para anggota PSB selalu mengingatkan para anggotanya untuk menjaga kesehatan dan prestasi dalam perkuliahannya.
“Karena  menurut  aku  itu  sangat  membantu  aku  dalam  berstudi  di  situ juga membantu aku dalam membentuk diriku, kerohanian aku”
R2.W2b.387-389hal.167 Tono mengakui bahwa ia juga mengalami hal negatif pada beberapa bagian dalam
hidupnya,  namun  ia  merasa  hal  itu  tidak  terlalu  mempengaruhinya,  dengan mengingat selalu ada hal-hal yang membuatnya merasa bangga dan senang.
“Kalopun ada stres paling sebagian-sebagian aja. Karena kan nanti yang menyenangkan,  membanggakan  itu  nanti  pasti  di  suatu  titik-titik  tertentu
yang bisa dibanggakan. …dari saya.” R2.W2b.718-722hal.149
Tono  mengakui  bahwa  ia  pernah  mengalami  stres  dan  kejenuhan  yang mengakibatkannya  ingin  keluar  dari  keanggotaan  PSB.  Tono  merasakan  banyak
tekanan dari PSB, yakni saat banyaknya anggota kelompok suaranya yang keluar tanpa alasan yang jelas, sementara PSB harus mengadakan kegiatan-kegiatan yang
sangat membutuhkan banyak tenaga. Banyaknya kegiatan yang harus diikuti oleh Heru  sebagai  mahasiswa  dan  asisten  laboratorium,  juga  menambah  kepenatan
yang  ia  rasakan.    Terlebih,  orang  tua  yang  menuntutnya  untuk  mempertahankan prestasinya serta meluangkan waktu untuk keluarga. Namun, Tono mengurungkan
niatnya untuk keluar dari PSB karena memikirkan dampak dari rencananya. “..Kupikirkan  juga,kalo  misalnya  aku  nggak  datang,  kupikirkan  gimana
yang lainnya ya? Jadi sampe sekarang udah hilang stresnya, udah hilang jenuhnya.”
R2.W2b.582-585hal.145
Universitas Sumatera Utara
Saat  ini  Tono tidak  lagi merasakan  kejenuhan tersebut.  Heru  menyatakan  bahwa sekalipun banyak tekanan yang dihadapi, seperti tuntutan dari orang tuanya, tugas
di  kampus  sebagai  mahasiswa  dan  asisten  laboratorium,  ia  tidak  boleh  dikuasai tekanan. Heru akan melakukan hal-hal tertentu seperti berusaha tidak memikirkan
masalah, mencari kegiatan lain dan bernyanyi agar dapat mengurangi tekanan dan dan mencoba bersikap santai.
“tekanan pasti ada.., tapi ya udah.., take it easy aja, enjoy aja” R2.W2b.175-176hal.162
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Subjective Well-being
a. Perbedaan jenis kelamin
Tono  cukup  banyak  menceritakan  pengalaman  dan  perasaan  positifnya, namun hanya sedikit menceritakan tentang perasan negatif yang dialaminya. Heru
menyatakan  bahwa  saat  mengalami  hal  negatif  ataupun  masalah  ia  tidak menceritakan kepada orang lain, namun akan langsung mencari solusinya sendiri,
akan  tetapi  bila  ia  tidak  dapat  memperoleh  jalan  keluarnya  ia  akan  meminta bantuan orang lain yang lebih berkompeten.
“kalo masalah pasti dicari solusinya kak. .. cari solusi pun nggak nemu.., minta bantuan orang lah untuk menyelesaikannya,”
R2.W4b.187-190hal.180 b.
Tujuan Tono memiliki beberapa tujuan diantaranya agar Tuhan dan orang tuanya merasa
senang dan bangga dalam kegiatan-kegiatan yang dia lakukan. “Terus  tujuan  hidupku  juga..,  pasti  membanggakan  Tuhan,  itu  yang
pertama. Yang kedua membanggakan orang tua.” R2.W2b.837-839hal.151
Universitas Sumatera Utara
Tono  juga  menyatakan  alasannya  mengikuti  kegiatan  PS  adalah  untuk mengembangkan  talenta  yang  telah  Tuhan  berikan  dan  merupakan  wujud
pelayanannya kepada Tuhan. “pasti  karna  talenta.  Tuhan  udah  kasi  talenta  ke  aku…,  karena
ngembangin  talenta,  dan  lagian  kan  PSB    berbasis  gereja  jadi  sekalian pelayanan juga”
R2.W1b.22-26hal.119 Sampai  pada  saat  ini,  Tono  merasa  bahwa  ia  telah  mencapai  tahap  itu,  walau
tujuan  yang  dimilikinya  juga  merupakan  proses  berkelanjutan.  Hal  ini  jugalah yang  membuat  Tono merasa  puas  dan  senang  atas  hidupnya  yaitu  karena  ia
mencapai tujuannya menyenangkan dan membanggakan Tuhan dan orang tua. “.. contohnya, aku jadi asisten gitu. Membanggakan kan, membanggakan
orang tua dan membanggakan Tuhan juga. ..juga yang menyatakan bahwa paduan suara pasti menganggu kuliah kita itu terbantahkan. IP saya juga
naik, membanggakan orang tua.”
R2.W2b.723-728hal.149 c. Agama dan Spiritualitas
Tono  sering  kali  mengaitkan  bahwa  segala  prestasi  dan  hal  yang menyenangkan  yang  ia  terima  dan  rasakan  sebagai  berkat  dari  Tuhan.  Ia
beranggapan nilainya yang naik, menjadi asisten laboratorium, terpenuhinya dana konser  wajib,  dan  banyak  kejadian  yang  membanggakannya  merupakan  berkat
dari Tuhan. “Bener-bener  semester  ini  aku  ngalamin  mujijat  yang  luar  biasa.  Aku
nggak tau gimana ngungkapinya sama Tuhan, gitu.” R2.W2b.801-803hal.149
Universitas Sumatera Utara
Dalam  menjalani  kehidupannya,  Tono  memiliki  waktu  rutin  untuk menjalani kegiatan keagamaannya secara pribadi. Tono mengakui bahwa ia jarang
bersaat  teduh membaca  Alkitab  karena  merasa  malas  dan  banyaknya  kegiatan
yang ia lakukan, namun Tono rutin berdoa setiap malam. Tono mengakui bahwa kegiatan  rohani seperti saat teduh  membaca dan merenungkan  ayat dalam Kitab
Suci  dan  berdoa  mempengaruhinya  dalam  menjalani  kegiatan  sehari-hari,  ia merasa lebih tenang dan tentram.
“Jadi kan itulah kurasa kuasa doa yang besar ya.., jadi nanti pas berodoa pagi, saat teduh bentar, hatiku tentram nggak bawa stres.”
R2.W2b.532-535hal.189 Tono  juga  berpendapat  bahwa  hubungan  dengan  Tuhan  merupakan  hal
yang sangat penting. “pokoknya HPdTnya hubungan pribadi dengan Tuhan harus bagus”
R2.W2b.858-859hal.152 Tono  juga  mengakui  bahwa  kegiatan  yang  dilakukan  dalam  PSB baik
bernyanyi  ataupun  kegiatan  spiritual  yang  dilakukan  PSB membuatnya  merasa tenang dan menguatkan spiritualitasnya.
“misalnya  itu  rasa  kepercayaan,  kita  itu  jangan  menyerah  karena  pasti Tuhan  masih  ada,  dan  juga  berterima  kasih  lah  kepada  Tuhan.  Karena
setiap kesusahan yang Tuhan yang diberi atau berkat yang diberi” R2.W2b.626-630hal.191
“berstudi di situ juga membantu aku dalam membentuk diriku, kerohanian aku”
R2.W2b.388-389hal.167
Universitas Sumatera Utara
d. Kualitas hubungan sosial Tono  menyatakan  ia  belum  memiliki  hubungan  romantis.  Tono
menyatakan bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya. Tono juga mengakui bahwa orang terdekat yang dimilikinya adalah orang tuanya.
“Orang terdekat ya pasti orang tua.” R2.W2b.261hal.137
Tono  mengakui  bahwa  sekalipun    ia  memiliki teman  baik  di  kampus  ataupun  di PSB.  Namun  kedekatan  yang  paling  intens  adalah  dengan  rekan-rekan  PSB
terutama dalam kelompok suaranya bariton dan pelatihnya. “.. Paling deket-deketnya itu ya sama anggota suaraku, gitu kan dan sama
pelatihnya,” R2.W2b.273-275hal.137
Saat responden merasa tertekan dan ingin keluar dari PSB, responden menyatakan pemikirannya tersebut  kepada rekan  dalam kelompok suaranya,  yang lebih dekat
dengannya.  Namun  setelah  ia  memikirkan  hal  apa  yang  akan  terjadi  jika  ia meninggalkan  PSB,  maka  ia  dan  rekan  satu  kelompok  suaranya  sepakat  untuk
membuat  komitmen  untuk  tetap  bertahan  dalam  PSB  sekalipun  ada  banyak tuntutan dan tekanan baik dari luar PSB ataupun dari dalam PSB, dan responden
merasa ia tidak pernah lagi mengalami perasaan seperti itu lagi. “Jadi sampe sekarang udah hilang stressnya, udah hilang jenuhnya. Jadi
kami bertekad, kami berdua bertekad, kita bisa,kami berdua bisa” R2.W2b.584-587hal.175
Tono  menyatakan  ia  puas  dengan  kualitas  hubungan  sosial  yang  dimiliki.  Tono juga  menyatakan  dengan  mengikuti  PSB  bukan  hanya  mendapatkan  manfaat
dalam bernyanyi atau dalam hal spiritualitas, namun Tono juga merasa didukung
Universitas Sumatera Utara
dalam  perkuliahan,  kedisiplinan  dan  menjaga  kesehatannya,  hal  ini  dikarenakan Tono  merasa  selalu  diingatkan  untuk  meningkatkan  prestasi,  menjaga  kesehatan
dan kedisiplinannya. “Karena  menurut  aku  itu  sangat  membantu  aku  dalam  berstudi  di  situ
juga membantu aku dalam membentuk diriku, kerohanian aku” R2.W2b.387-389hal.202
Universitas Sumatera Utara
87
Responden II
Subjective well being
Responden banyak sekali mengalami dampak positif saat mengikuti PSMG. Beberapa di antaranya adalah lirik lagu dan kegiatan yang dilakukan diakui dapat membantunya dalam hubungan spiritualitasnya, ia semakin menghayati kebesaran Tuhan setiap hari dan selalu bersyukur. Keterlibatannya secara aktif dalam kegiatan spiritualitas baik yang dilakukan
personal ataupun kelompok diakui memberikan ketenangan.kompetensi yang diperoleh dengan menjadi solois dan mengikuti kompetisi internasional juga memberikan kepuasan dan afek positif. Dukungan sosial yang diperolehnya dalam PSMG diakui tidak berkontribusi besar atas kepuasan atau afek positifnya, namun dukungan keluarganya dalam keterlibatannya
dalam PSMG memberikan afek positif dan kepuasan tersendiri. Dengan bernyanyi dalam PSMG ia mengaku mendapatkan rasa rileks dan ketenangan yang mengarah pada emotional focused
, ia juga memiliki pandangan bahwa orang yang berada di dunia seni jarang mengalami stres karena dapat mengekspresikan dirinya. Hal-hal inilah yang membuatnya mengevaluasi hidupnya sebagai hidup yang memuaskan dan lebih banyak merasakan afek positif.
Kompetensi
Responden menyatakan ia  puas
dimensi kognitif  dan mendapatkan banyak
hal positif di antaranya juga prestasi yang
diperolehnnya dalam PSMG yang berkaitan
dengan kompetensi diri dalam bidang tarik
suara dan memberikan kebanggaan dimensi
afek
Hal religius spiritual
Responden menyatakan lirik lagu yang dinyanyikan
membuatnya menghayati kebesaran Tuhan dan
membuatnya bersyukur setiap hari dan selalu mengaitkan
semua prestasi yang didapat sebagai berkat dari Tuhan
dimensi afek. Ia mengakui bahwa kegiatan yang
dilakukan dalam PSMG dan anggota PSMG dapat
membantunya dalam hubungan spiritualitasnya. . Ia
memiliki jadwal rutin untuk berdoa dan membaca kitab
suci dan memandang penting hubungan spiritualitas yang
dijalaninya
Komitmen reguler
Responden merasa keterlibatan rutinnya
dalam kegiatan spiritualitas baik yang
dilakukan secara pribadi ataupun
kelompok memberikan ketenangan dimensi
afek
Dukungan sosial
Responden merupakan orang cukup
bersosialisasi dan memiliki banyak
teman, namun hal ini dirasakan tidak
menentukan kebahagiaan yang
dialaminya. Ia justru lebih banyak
merasakan dukungan sosial dari keluarganya
terutama saat didukung dalam PSMG.
Memberi rasa rileks
Responden mengaku bahwa ia merasa lebih
tenang, mengalami penurunan stres dan
bahkan stres  yang dirasakan hilang setelah
mengikuti latihan dalam PSMG dimensi
afek. Ia juga berpendapat bahwa
orang yang bekerja dalam dunia seni jarang
stres karena dapat mengekspresikan apa
yang dirasakannya.
Coping stress
Rasa rileks yang dirasakan oleh
responden merupakan bagian dari emotional
focused
, di mana responden merasakan
kelegaan setelah bernyanyi dalam
PSMG. Hal ini juga semakin bertamabah
saat ia menghayati kebesaran Tuhan dan
selalu bersyukur. dimensi afek
Bagan 3 Gambaran subjective well-being responden II
Universitas Sumatera Utara
C. Analisa Responden III 1.
Deskripsi  Data
Responden  III  dalam  penelitian  ini  bernama  Mery  bukan  nama  sebenarnya, seorang  mahasiswi  yang  berusia  22  tahun.  Saat  ini  Mery  adalah  mahasiswi  di
salah satu universitas di kota Medan. angkatan 2008. Mery merupakan anak kedua dari  empat  bersaudara.  Mery  berasal  dari  Pekanbaru  dan  ia  tinggal  bersama
dengan abangnya di Medan. Mery telah kehilangan ibunya sejak ia duduk di kelas tiga  SMP,  dan  ayahnya  menikah  lagi  saat  ia  duduk  di  kelas  tiga  SMA.  Mery
beberapa  kali  mengungkapkan  bahwa  ia  memiliki  masalah  dengan  ibu  tirinya, namun ia tidak dapat mengungkapkannya kepada siapapun, sehingga ia cenderung
memendam masalah tersebut. Mery  merupakan  salah  satu  anggota  PSB yang  merupakan  PS  mahasiswa
gerejawi.  Mery  telah  mengikuti  PS  gereja  sebelumnya  di  Riau.  Namun  PS tersebut bersifat non-permanen, hanya akan dibentuk saat Natal saja. Hingga saat
ini  Mery  sudah  mengikuti  PSB sekitar  tiga  tahun.  Selain  mengikuti  PSB,  Mery mengikuti  dua  kegiatan  lain  selain  PSB,  yaitu  debat  mahasiswa,  di  mana  ia
menjabat sebagai presiden, dan organisasi kemahasiswaan Kristen di kampusnya.
2. Data Observasi
Mery  memiliki  tubuh  dengan  berat  sekitar  160  cm  dengan  berat  sekitar  52  kg. Mery  memiliki  kulit  berwarna  sawo  matang  dengan  rambut  yang  sedikit  ikal
dengan panjang sebahu.
Universitas Sumatera Utara