Dimensi afektif Dimensi Subjective Well-being

Tono juga beranggapan bahwa ia meyakini bahwa orang yang bekerja di dunia seni tidak akan mengalami stres atau perasaan negatif berkepanjangan karena mereka dapat mengekspresikan perasaan mereka. “kita bernyanyi kan karena kita mengekspresikan sesuatu. Karena kalo sering-sering kita mengekspresikan sesuatu, pasti kita nggak kan stres” R2.W2b.464-467hal.122 Sekalipun Tono menyatakan banyak mengalami dampak positif dalam mengikuti PSB, ia tetap menyatakan bahwa domain terpenting dan terdekatnya berdasarkan prioritas adalah keluarga, perkuliahan, dan PSB. Tono sempat mengalami perdebatan dengan orang tuanya karena Tono diminta untuk keluar dari PSB, awalnya Tono menjelaskan namun orang tuanya tetap melarangnya mengikuti PSB. Saat Tono berhasil meraih prestasi di perkuliahannya dan menjadi asisten laboratorium kampus, Tono berhasil mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari orang tuanya. Dukungan orang tuanya terhadap keterlibatan dalam PSB juga memberikan kepuasan dan kebahagiaan bagi Tono.

b. Dimensi afektif

Tono menyatakan bahwa ia sering mengalami hal-hal yang menyenangkan, sambil menyatakan pandangannya bahwa orang yang bekerja di bagian seni tidak pernah stres karena sering menyalurkan perasaannya. “Menyenangkan.., itu pasti.., sering.” R2.W2b.713hal.148 Tono juga menyatakan bahwa dalam satu tahun terakhir, hingga wawancara dilakukan, ia merasakan banyak hal yang menyenangkan dan membanggakan Universitas Sumatera Utara yang dialaminya. Tono menganggap hal tersebut merupakan berkat dari Tuhan. Beberapa diantaranya adalah ia mendapatkan peningkatan nilai dalam perkuliahannya yang melebihi apa yang diharapkannya. Ia juga merasa sangat senang dan bangga saat ia terpilih menjadi asisten laboratorium di jurusannya. Rasa kebahagiaannya juga bertambah saat ia mengikuti kompetisi PS internasional menjadi solois dalam konser PSB, dan ia diundang bernyanyi untuk mengisi acara berskala nasional. “..yang membuat saya bangga terhadap diri saya banyak satu tahun ini.” R2.W2b.750-753hal.149 Bergabung dalam PSB sendiri juga memberikan kebahagiaan terhadap Tono, karena ia menyukai bidang tarik suara, bertemu dengan orang yang juga menyukai bidang tersebut, dan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya ia merasa bahagia karena ia dapat mengeluarkan ekspresinya saat bernyanyi sehingga ia tidak stres. “kalo misalnya stres kan, dengar lagu, terus bernyanyi …, terus makin lama hilang. Makanya kalo misalnya saya stres, bawaannya stres dari lab, latihan di paduan suara, hilang semuanya.” R2.W2b.492-495hal.143 Selain itu, Tono juga merasakan dampak positif dari mengikuti PSB. Beberapa diantaranya, Tono lebih displin dalam hal waktu karena di PSB ia harus datang tepat waktu dan tidak boleh terlambat. PSB juga meningkatkan kerohaniannya, dan kesehatan mentalnya karena kegiatan-kegiatan dalam PSB termasuk lagu-lagu yang dinyanyikan membuatnya merasa bersyukur kepada Tuhan. Selain itu juga Universitas Sumatera Utara para anggota PSB selalu mengingatkan para anggotanya untuk menjaga kesehatan dan prestasi dalam perkuliahannya. “Karena menurut aku itu sangat membantu aku dalam berstudi di situ juga membantu aku dalam membentuk diriku, kerohanian aku” R2.W2b.387-389hal.167 Tono mengakui bahwa ia juga mengalami hal negatif pada beberapa bagian dalam hidupnya, namun ia merasa hal itu tidak terlalu mempengaruhinya, dengan mengingat selalu ada hal-hal yang membuatnya merasa bangga dan senang. “Kalopun ada stres paling sebagian-sebagian aja. Karena kan nanti yang menyenangkan, membanggakan itu nanti pasti di suatu titik-titik tertentu yang bisa dibanggakan. …dari saya.” R2.W2b.718-722hal.149 Tono mengakui bahwa ia pernah mengalami stres dan kejenuhan yang mengakibatkannya ingin keluar dari keanggotaan PSB. Tono merasakan banyak tekanan dari PSB, yakni saat banyaknya anggota kelompok suaranya yang keluar tanpa alasan yang jelas, sementara PSB harus mengadakan kegiatan-kegiatan yang sangat membutuhkan banyak tenaga. Banyaknya kegiatan yang harus diikuti oleh Heru sebagai mahasiswa dan asisten laboratorium, juga menambah kepenatan yang ia rasakan. Terlebih, orang tua yang menuntutnya untuk mempertahankan prestasinya serta meluangkan waktu untuk keluarga. Namun, Tono mengurungkan niatnya untuk keluar dari PSB karena memikirkan dampak dari rencananya. “..Kupikirkan juga,kalo misalnya aku nggak datang, kupikirkan gimana yang lainnya ya? Jadi sampe sekarang udah hilang stresnya, udah hilang jenuhnya.” R2.W2b.582-585hal.145 Universitas Sumatera Utara Saat ini Tono tidak lagi merasakan kejenuhan tersebut. Heru menyatakan bahwa sekalipun banyak tekanan yang dihadapi, seperti tuntutan dari orang tuanya, tugas di kampus sebagai mahasiswa dan asisten laboratorium, ia tidak boleh dikuasai tekanan. Heru akan melakukan hal-hal tertentu seperti berusaha tidak memikirkan masalah, mencari kegiatan lain dan bernyanyi agar dapat mengurangi tekanan dan dan mencoba bersikap santai. “tekanan pasti ada.., tapi ya udah.., take it easy aja, enjoy aja” R2.W2b.175-176hal.162

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Subjective Well-being