Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Paduan suara selanjutnya disingkat menjadi PS merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang cukup digemari dan diikuti oleh banyak mahasiswa. Di Universitas Sumatera Utara setidaknya terdapat lima PS, yakni PS Consolatio, PS El Shaddai, PS Mahasiswa USU, PS Gloria, dan PS Cantante. Liver 2010 menyatakan ada berbagai alasan orang mengikuti PS, diantaranya mencari teman baru, melatih teknik menyanyi mereka, dan yang paling umum dan sering dikemukakan adalah karena mereka menyukai kegiatan menyanyi. Hal seperti itu tergambar dari wawancara dengan mahasiswa bernama Nani bukan nama sebenarnya berikut ini, “Mm, alasan aku ikut paduan suara? Karena aku memang hobi menyanyi” Wawancara personal, 6 November 2010 Sementara mahasiswa lain bernama Nita bukan nama sebenarnya menyatakan, Awalnya memang karena aku suka dan mampu bernyanyi, dan lagi aku kan jurusan Etnomusikologi, jadi aku ingin menyalurkan ilmuku. . Wawancara personal, 9 November 2010 Menyanyi dalam PS memiliki banyak manfaat diantaranya dibuktikan dalam beberapa penelitian yang diadakan untuk melihat dampak psikologis dalam Universitas Sumatera Utara keterlibatan di kegiatan PS. Bailey dalam Crossley, 2010 mengadakan survey kepada anggota PS, dari Australia, Brazil, Canada, Hong Kong and Iceland n = 224 mengenai keseluruhan efek menyanyi dibandingkan dengan mendengarkan musik, menonton televisi, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh partisipan. Hasilnya mengindikasikan bahwa menyanyi dalam kelompok dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan aktivitas lainnya, dan menyanyi dalam kelompok memiliki keuntungan yang menyeluruh. Clift dan Hancox dalam Clift, 2007; Ashley, 2002, juga mengadakan penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa 71 mahasiswa yang mengikuti komunitas PS menyetujui bahwa bernyanyi memberikan pengaruh yang baik dalam mental wellbeing , 93 menyatakan bahwa bernyanyi dalam PS membuat mood mereka lebih positif, 80 menyatakan bernyanyi membantu mereka lebih rileks, dan 89 mahasiswa lainnya mengakui bahwa bernyanyi membuat mereka lebih bahagia. Cohen, dkk. dalam Clift, 2007 juga menemukan adanya peningkatan signifikan dalam hal kesehatan fisik dan mental pada orang tua yang bergabung dalam komunitas PS selama lebih dari satu tahun. Hillman dalam Cohen, 2009 mengadakan penelitian yang mengungkapkan adanya peningkatan signifikan dalam hal emotional wellbeing pada partisipan anggota PS besar. Sementara, Beck, Cesario, Yousefi and Enamoto dalam Clift, 2009 mendapati bahwa penyanyi PS yang semi-profesional setuju atau sangat setuju bahwa ‘bernyanyi memberikan sumbangsih pada kesejahteraan personalnya’. Clift, dkk 2010 menyatakan ada beberapa alasan bernyanyi dalam PS dapat memberikan sumbangsih pada kesejahteraan personal dan banyak manfaat Universitas Sumatera Utara lainnya, yaitu; bernyanyi dalam PS dapat membantu anggotanya dalam coping stress yang disebabkan oleh masalah hubungan personal ataupun masalah keluarga yang dihadapi. Bernyanyi dalam PS dapat meningkatkan perasaan positif sehingga mengurangi perasaan sedih, cemas, dan depresi yang dirasakan dalam hidup. Selain itu, bernyanyi dalam PS juga membutuhkan fokus dan konsentrasi yang besar sehingga menghambat perhatian terhadap masalah-masalah personal yang berkaitan dengan sumber kekhawatiran, sehingga menawarkan relaksasi dan kelegaan. Para anggota PS juga memberikan dukungan sosial yang membuat perasaan terisolasi dan kesepian yang dialami anggota lainnya berkurang dan memberikan komunitas yang lebih luas. Kewajiban mengikuti latihan yang diadakan juga memberikan komitmen reguler yang memotivasi orang untuk tetap aktif. Selain PS umum yang diikuti oleh mahasiswa, ada juga PS mahasiswa gerejawi selanjutnya disingkat menjadi PSMG yang diikuti oleh banyak mahasiswa. Secara umum PSMG dan PS umum yang diikuti tidak begitu berbeda hanya saja PSMG memasukkan unsur keagamaan dalam kegiatan-kegiatannya dan menyanyikan lagu-lagu rohani, hal ini sama dengan yang dikemukakan oleh Prof. Drs. Mauly Purba, Guru Besar Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara dalam wawancara; “Paduan suara gerejawi itu mempresentasikan sebuah gereja, atau memiliki nilai-nilai kekristenan. Kalau dari segi musikalitas, physically tidak ada perbedaannya. Tapi memang dari segi metode pengajaran memang berbeda. Kalau dalam Paduan suara gerejawi ada aktivitas- aktivitas keagamaan, berdoa, dan ada banyak lagi kegiatan yang berkaitan dengan kerohanian, dan interaksi dengan orang-orang yang satu keyakinan. Kalau paduan suara umum, bisa saja menggunakan metode pengajaran lagu yang sama, namun tentu saja tidak ada aktivitas Universitas Sumatera Utara keagamaan di dalamnya. Nyanyian dalam paduan suara gerejawi berbeda memang, ketika menyanyikan lagu Lead Me O Lord..Lead me on my way.. nah orang bisa merasakan damai dan satu dengan Tuhannya..” Wawancara Personal, 6 Desember 2010 Berdasarkan pernyataan Prof. Drs. Mauly Purba, hal yang membedakan PS gerejawi dan umum adalah unsur keyakinan agama di dalamnya, yang tertuang dalam jenis lagu yang dibawakan maupun kegiatan yang dijalankan. Hal ini bisa dilihat dari contoh lagu yang dinyanyikan oleh salah satu PS gerejawi: Bapa kami yang di Surga │dikuduskan namaMu│datanglah kerajaanMu dan jadilah kehendakMu │b’rikanlah pada hari ini makanan kami yang secukupnya │ampunkan kesalahan kami seperti kami pun mengampuni│dan jangan bawa kami ke dalam pencobaan │lepaskan dari yang jahat│karena Engkau yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selamanya │amin amin amin Judul lagu: Bapa Kami Lagu Bapa Kami ini diangkat dari Doa Bapa Kami. Robbinson 2005 menyatakan bahwa Doa Bapa Kami merupakan doa kepada Tuhan sebagai pribadi, mengagungkan Tuhan, juga berisi permohonan agar kehendak Tuhan yang adil, penuh kasih dan damai sejahtera terjadi di bumi. Selain itu juga meminta hal-hal yang dibutuhkan, meminta ampun atas kesalahan yang dilakukan kepada sesama seiring dengan kemauan memaafkan sesama. Doa ini juga Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa Tuhan berkuasa untuk melepaskan umatNya dari dosa karena Tuhan memiliki kuasa. PSMG menyanyikan lagu rohani yang merupakan bentuk doa, seperti terungkap dalam pernyataan ฀bernyanyi adalah dua kali berdoa” dalam Madah Bakti, Buku Doa dan Nyanyian Gerejawi, 2000. Hal ini juga sama seperti yang diungkapkan oleh Sari, salah seorang anggota PSMG, di mana lagu yang dinyanyikan juga diresapi dan membuat dirinya mengingat Tuhan karena ia mengaitkannya dengan dirinya, ”Jadi ini.., mengaitkan ke diri sendiri gitu kak... Bukan hanya kunyanyikan gitu aja kan kak. Banyak maknanya lagu yang kami nyanyikan” Wawancara Personal, 6 April 2011 Selain itu, PSMG juga melibatkan kegiatan rohani seperti doa pembukan dan penutup, pembacaan kitab suci, dan puasa. Hal ini pada gilirannya bisa membawa dampak tersendiri bagi anggota PS, seperti yang dinyatakan dalam penelitian Chang 2009 yang menunjukkan bahwa dengan melakukan kegiatan kerohanian dan ritual kerohanian dengan frekuensi yang banyak, memiliki dampak yang positif terhadap subjective well-being. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Nita dan Anto bukan nama sebenarnya yang merupakan anggota PSMG, “Ya biasanya kalau sebelum latihan, dibuka dalam doa dulu, lalu sharing firman, lalu latihan, setelahnya berdoa juga lagi” wawancara personal, 13 November 2010 “Sekali seminggu pasti ada ibadahnya, terus kalo misalnya mau ada event, misalnya Christmas Carol, nah biasanya kami ada jam doa puasanya” Wawancara Personal, 13 Desember 2010 Universitas Sumatera Utara Selain terdapat perbedaan dalam hal lirik lagu dan kegiatan yang dilakukan, ada juga perbedaan dalam hal tujuan menyanyikan lagu dan jadwal latihan. PSMG diakui memiliki tujuan yang berbeda dari PS umum, yaitu untuk menyampaikan isi lagu, sedangkan PS umum hanya menghibur pendengar, dan PSMG memiliki jadwal latihan yang padat, reguler, dan intens dibandingkan PS lainnya, seperti yang diungkapkan Nani, anggota PS umum dan mahasiswi jurusan etnomusikologi Bedalah. Kalo kami itu tujuannya cuma menghibur saja, free, bebas meng- improve sana sini. Kalo mereka itu tujuannya supaya makna lagu itu sampe, mereka menunjukkan keagungan lagunya. Kalo mereka keliatan nyanyi itu serius, fokus. Dari latihan juga beda, kami cuma latihan sekitar dua kali seminggu, kalau mereka selain latihan, ada lagi latihan fisiknya. Kami pernah ikut festival paduan suara mahasiswa gerejawi tingkat mahasiswa, dan latihan seperti cara mereka, dan memang rasanya berat kali . Wawancara personal, 27 April 2012 Selain padat dan seringnya jadwal latihan anggota PSMG juga memiliki tanggung jawab untuk mengumpulkan dana untuk pengadaan acara seperti konser ataupun kompetisi karena PSMG tidak memiliki pendapatan tetap dan seringkali menuntut waktu dan energi yang relatif besar, seperti yang diungkapkan oleh Dina berikut ini, “Tapi yang tidak menyenangkannya ya itulah.. cari dana. .., kalo itu kak.., ngeri kali lah..., diporrrrsiiiirr kali..” Wawancara personal, 21 Mei 2011 Selain mengikuti PSMG, anggota PSMG juga memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai mahasiswa, dan banyaknya tuntutan yang dihadapi oleh anggota PSMG Universitas Sumatera Utara seringkali juga membuat para anggotanya kelelahan dan tak jarang memilih mundur, seperti yang diungkapkan dari beberapa wawancara ini, “Abang pilih mundur dek, karena latihannya cukup berat abang rasa, latihannya 2-3 kali seminggu, itu latihan rutin, kalo nggak ada festival atau konser. Tapi kalo ada konser satu bulan itu latihannya setiap hari. Abang cuma ikut satu tahun aja. Karena biasanya habis latihan itu kecapean, ga fokus lagi belajar, kalo udah pulang pegennya langsung tidur. beratnya di latihan, bagi waktunya, capek, ada tanggung jawab yang harus kita kerjakan, pressure, dan karena ini berdiri sendiri pendanaannya dari kami lah Wawancara Personal, 13 Desember 2010 Walau terdapat tuntutan yang cukup besar dalam kegiatan PSMG, dan sebagai mahasiswa juga ada tuntutan tugas akademis yang relatif padat, tidak sedikit mahasiswa yang tetap bertahan mengikuti PSMG. Hal ini tercermin dalam petikan wawancara dengan Nita sebagai berikut, “Jadwalku memang padat apalagi kan kuliah di Fakultas X, tugas menumpuk belum lagi presentasi. Tapi aku tetap senang di paduan suara.” Wawancara personal, 6 November 2010 Ada banyak alasan yang membuat anggota PSMG tetap mengikuti PSMG, beberapa diantaranya adalah karena mendapatkan kepuasan tersendiri seperti yang diungkapkan oleh Meta bukan nama sebenarnya, Ada kepuasan tersendiri, persekutuan, dan sense of belonging di antara kami yang ikut paduan suara itu, itu yang membuatku bertahan dan rindu lagi ikut paduan suara.” Wawancara personal, 9 November 2010 Selain hal itu Dina bukan nama sebenarnya, seorang anggota PSMG, mengungkapkan bahwa ia bertahan di PSMG karena ia sudah mencintai paduan suara, dan ia merasa senang, Universitas Sumatera Utara Pokoknya banyak lah kak yang kudapat dari paduan suara ini. Iya, senang nya aku di sini.. Makanya susah kutinggalkan. Mau nanti satu kost ku itu kak bilang, aduh Dina.., capek kalilah kau. Udahlah keluar ajalah dari paduan suaramu itu, lepaskanlah. ah, nggak mau ku kak.., udah senangnya aku di paduan suaraku itu. ” Wawancara personal, 21 Mei 2011 Berdasarkan petikan wawancara dengan Nia, Meta, dan Dina tersebut di atas, terlihat bahwa mereka merasakan dampak positif dari partisipasinya dalam kegiatan PSMG, sekalipun harus mengikuti banyak kegiatan di PSMG. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat terlihat bahwa bernyanyi dalam paduan suara, khususnya PSMG memberikan dampak positif terhadap subjective well-being. Dalam PSMG dampak positif ini diperoleh dari bernyanyi, lagu yang dinyanyikan, kegiatan-kegiatan kerohanian yang dilakukan. Sementara di sisi lain mengikuti PSMG juga memberikan dampak negatif pada anggotanya, seperti tekanan dan tuntutan untuk mengikuti kegiatan yang diadakan atau yang diikuti oleh PSMG. Sekalipun demikian, masih banyak anggota PSMG yang senang dan tetap bertahan dalam PSMG nya, karenanya peneliti ingin melihat gambaran subjective well-being pada mahasiswa yang mengikuti PSMG.

B. Perumusan Masalah