Pengaruh Risiko pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah

(1)

PENGARUH RISIKO PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH

(Periode 2011-2015)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

NURAFNI SULISTIYOWATI NIM 1112046100184

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016


(2)

i Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

NURAFNI SULISTIYOWATI NIM 1112046100184

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M


(3)

ii


(4)

iii


(5)

iv


(6)

v ABSTRAK

Nurafni Sulistiyowati, NIM 1112046100184. Pengaruh Risiko Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437H/ 2016 M.

Skripsi ini membahas tentang pengukuran risiko pembiayaan Mudharabah dan risiko pembiayaan Musyarakah dan pengaruhnya terhadap profitabilitas perbankan syariah baik Bank Umum Syariah maupun Unit Usaha Syariah. Penelitian ini menggunakan metode Value at Risk (VaR) untuk mengukur potensi kerugin dan rasio

Return On Asset (ROA) untuk mengukur profitabilitas perbankan syariah. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data runtut waktu (time series) bulanan dari Januari 2011-Desember 2015 yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam laporan statistik perbankan syariah bulanan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda.

Hasil penitian menunjukkan bahwa risiko Mudharabah dan risiko Musyarakah secara simultan terhadap profitabilitas perbankan syariah. Variabel risiko pembiayaan Mudharabah (VaR Mudharabah) berpengaruh positif terhadap profitabilitas perbankan syariah. Variabel risiko pembiayaan Musyarakah (VaR Musyarakah) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perbankan syariah.

Kata Kunci : ROA, VaR (Value at Risk), Risiko Pembiayaan, Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Musyarakah, Profitabilitas


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah

memberikan karunia, rahmat dan nikmat sehingga skripsi dengan judul “PENGARUH RISIKO PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa erurah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari peradaban yang kelam menuju kebenaran yang hakiki.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit hambatan dan kendala yang dialami oleh penulis. Namun berkat doa, kesungguhan hati, ketekunan, kesabaran, kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan segala ketulusan hati ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak A.M Hasan Ali, MA dan Bapak Abdurrauf, Lc, MA sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu selama perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak dosen pembimbing, Dr. Burhanuddin Yusuf, MM, MA, yang bersedia memberikan waktu, bimbingan dan ilmu kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Pemimpin Perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan fakultas yang telah memfasilitasi penulis dalam hal studi kepustakaan.

5. Bapak dan Mama tercinta, Maskuri dan Wasilah yang telah memberikan segala dukungan baik materil maupun imateril. Terimakasih atas segala kerja keras dan perjuangan Bapak dan Mama. Semoga kesehatan, kebahagiaan, dan berkah Allah selalu bersama keluarga kita.


(8)

vii

6. Adik tersayang, partner debat, peramai suasana rumah dan partner makan tengah malam. Semoga kamu selalu dilindungi Allah dan dipermudah kuliahnya.

7. Sahabat SMA, Diah dan Shafa tersayang. Terimakasih atas segala hal-hal manis dan kebaikan kalian. Terima kasih selalu jadi sahabat yang menyenangkan walaupun ketemu hanya setahun beberapa kali. Semoga kalian selalu sehat, bahagia dan sukses kedepannya.

8. Hammam Fari As‟ad, sahabat aneh yang sukanya bantu-bantu. Terima kasih atas bantuannya dan dorongan semangat selama pengerjaan skripsi ini.

9. Tobi dan Cupil, sahabat termanis, penyemangat dan pelarian paling ampuh.

10. Sahabat-sahabat cantik terbaik, ciws : Maya, Sade, Dea, Hafsah, Kiki, Qoleb dan Dedew. Hal paling manis, paling aneh, paling heboh yang saya punya selama perkuliahan ini. Sahabat dari mulai jadi anak binder sampe anak kertas file tok. Kelompok belajar melantai yang heboh. Love you much, ciws.

11. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2012, khususnya PS D. Terima kasih atas kebersamaan, bantuan dan segala memori dan mohon maaf atas kesalahan yang disengaja maupun tidak sengaja.

12. Teman-teman KKN MAHATMA, keluarga baru. Maaf dan terima kasih banyak telah menjadi keluarga baru. Lewat kalian, saya belajar banyak hal menarik. Terimakasih..

13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa terimakasih saya

Ciputat, 22 September 2016


(9)

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 9

C.Pembatasan Masalah ... 10

D.Perumusan Masalah ... 10

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

F.Hipotesis ... 12

G.Sistematika Penulisan ... 13


(10)

ix

A.Pembiayaan ... 14

1.Pengertian Pembiayaan ... 14

3.Jenis-jenis Pembiayaan ... 18

4.Pembiayaan Mudharabah ... 18

5.Pembiayaan Musyarakah ... 23

B.Risiko ... 28

1.Pengertian Risiko ... 28

2.Jenis –jenis Risiko Perbankan Syariah ... 31

3.Risiko Pembiayaan Perbankan Syariah ... 33

C.Manajemen Risiko Perbankan Syariah ... 41

1.Pengertian Manajemen Risiko ... 41

2.Proses Manajemen Risiko ... 42

3.Manajemen Risiko Bank Syariah ... 45

D.Konsep Profitabilitas... 47

E.Value at Risk (VaR) ... 49

1.Pengertian Value at Risk ... 49

2. Pengukuran VaR (Value at Risk) ... 53

3. Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) ... 55


(11)

x

5. Holding Period ... 57

F.Review Studi Terdahulu ... 57

G.Kerangka Konsep ... 68

BAB III METODE PENELITIAN ... 67

A.Ruang Lingkup Penelitian ... 67

B.Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 67

C.Jenis dan Sumber Data ... 68

D.Objek Penelitian ... 69

E.Teknik Pengumpulan Data ... 69

F.Operasi Variabel Penelitian ... 70

G.Metode Analisis dan Hipotesis ... 74

1.Uji Asumsi Klasik ... 75

2.Uji Hipotesis ... 78

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 82

A.Analisis Deskripstif Data ... 82

1.Pembiayaan ... 82

2.Return ... 83

3.Profitabilitas Bank Syariah ... 86


(12)

xi

1.Pengujian stasioneritas ... 90

2.Pengukuran Decay Factor ... 92

3.Hasil perhitungan Value at Risk (VaR) dan analisis hasil ... 94

C.Uji Asumsi Klasik ... 100

D.Analisis Regresi Linear Berganda ... 103

E.Uji Hipotesis ... 105

F. Pembahasan ... 110

1.Pengaruh risiko Mudharabah dan Musyarakah ROA ... 110

2.Pengaruh risiko pembiayaan Mudharabah terhadap ROA ... 110

3.Pengaruh risiko pembiayaan Musyarakah terhadap ROA ... 111

BAB V PENUTUP ... 112

A.Kesimpulan ... 112

B. Saran... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Pembiayaan Mudharabah ... 22 Gambar 2.2 Alur Pembiayaan Musyarakah ... 26 Gambar 2.3 Skema Alur Penelitian ... 68

Gambar 4.1 Pergerakan Return Pembiayaan Perbankan Syariah (%) 85

Gambar 4.2 Total Aset Perbankan Syariah 87

Gambar 4.3 Earning Before Tax Perbankan Syariah 88 Gambar 4.4 Return On Asset (ROA) Perbankan Syariah 89


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan Perbankan Syariah 2010-2015 ... 5

Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Return On Asset ... 49

Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu ... 61

Tabel 4.1 Pembiayaan yang Disalurkan Perbankan Syariah ... 82

Tabel 4.2 Return Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah ... 84

Tabel 4.3 Total Aset, Earning Before Tax dan ROA ... 86

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran ADF-Test Data Return ... 91

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran RMSE Pembiayaan Mudharabah ... 92

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran RMSE Pembiayaan Musyarakah ... 93

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran VaR Mudharabah ... 95

Tabel 4.8 Hasil Pengukuran VaR Musyarakah ... 97

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ... 100

Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ... 101

Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 102

Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi ... 103

Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 104

Tabel 4.14 Hasil Uji F (Simultan) ... 105

Tabel 4.15 Hasil Uji T (Parsial) ... 106


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan ekonomi suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan bank baik itu perorangan, lembaga, baik sosial ataupun perusahaan.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.1Dalam praktiknya perbankan di Indonesia saat ini terdapat dua jenis bank yang dibedakan berdasarkan prinsipnya, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Perbedaan mendasar dari kedua bank tersebut adalah pada penerapan prinsip bunga pada bank konvensional dan penerapan prinsip bagi hasil (profit loss sharing) pada bank syariah.

Pada bank konvesional, penentuan harga dan keuntungan didasarkan pada bunga sebagai harga dan penetapan biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu yang dikenal sebagai fee based income.2 Lain halnya dengan perbankan syariah yang menjalankan kegiatannya berdasarkan aturan yang terdapat pada Al-Quran dan Sunnah Rasul. Perbankan syariah mengharamkan penetapa harga produk perbankan

1

Undang-undang Perbankan No.21 Tahun 2008

2


(16)

dan pengambilan keuntungan dari bunga. Dalam perbankan syariah bunga disebut riba dan terlarang dalam syariat Islam.

Selain itu, dalam perbankan syariah juga harus terdapat beberapa nilai-nilai, yaitu:

1. Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola dan memanfaatkannya harus sesuai ajaran Islam,

2. Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam.

3. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelolaan pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank.

4. Ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan, prinsip kesederajatan dan prinsip ketentraman antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan nasabah atas jalannya usaha bank syariah.

Bank syariah di Indonesia dalam rentang waktu yang relatif singkat telah memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti dan semakin memperlihatkan eksistensinya dalam sistem perekonomian nasional. Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim menjadikan perkembangan perbankan syariah memiliki peluang yang besar.


(17)

3

Bagi umat Islam, bank-bank syariah yang tengah beroperasi di tengah kehidupan masyarakat menjadi harapan bagi upaya memberdayakan kehidupan perekonomian mereka. Bukan hanya menjalankan bisnis yang berorientasi pada keuntungan semata tapi ikut mendorong bangkitnya kekuatan ekonomi umat yang berbasis pada usaha kecil hingga mikro.

Dalam beberapa tahun terakhir bank-bank syariah tumbuh dengan pesat di Indonesia. Total aset perbankan pada akhir 2008 sebesar 49.555 miliar naik menjadi 272.389 miliar pada akhir Juni 2015.3 Disamping pertumbuhan aset, secara kelembagaan bank syariah di Indonesia sampai bulan Juni 2015 tercatat sebanyak 21 Bank Umum syariah dan 2.121 Kantor Bank Umum Syariah serta 22 Unit Usaha Syariah dan 327 kantor Unit Usaha Syariah yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.4 Dengan demikian, terlihat bahwa bank syariah di Indonesia berkembang dengan baik.

Salah satu tujuan akhir perbankan adalah menjaga kelangsungan hidup bank melalui usaha untuk meraih keuntugan (profit). Artinya, pendapatan harus lebih besar dari semua biaya yang dikeluarkan, karena bank bekerja dengan dana yang diperoleh dari masyarakat kegiatan operasional bank harus dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi bank dan nasabahnya.

3

www.ojk.go. Id, Statistik Perbankan Syariah Tahun 2008

4


(18)

Salah satu aspek yang terpenting adalah earning (pendapatan). Aspek earning atau profitabilitas dapat menilai kinerja bank dalam menghasilkan laba serta prospek laba pada masa depan. Profitabilitas adalah salah satu alat yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam menghasilkan laba atau keuntungan dari operasi usaha suatu bank.

Untuk meningkatkan profitabilitas harus dilakukan upaya pemaksimalan perolehan laba, salah satunya adalah pemanfaatan aktiva produktif. Aktiva produktif akan menghasilkan profit jika bank menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk berbagai macam produk usaha.

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 tahun 2008, bank syariah memiliki fungsi untuk menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupum investasi dan pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.5 Jenis pembiayaan perbankan syariah dikelompokkan menjadi skim jual beli (Murabahah dan Istishna), skim bagi hasil (Mudharabah dan Musyarakah), dan skim jasa (Ijarah dan Qardh).

5Muhammad Syafi‟i Antonio,

Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2001), h.106.


(19)

5

Berikut ini adalah data jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah periode Desember 2010 – Juni 2015:6

Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan Perbankan Syariah 2010-2015 (dalam Milyar Rupiah)

Akad 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Mudharabah 65.471 75.807 99.361 106.851 122.467 158.936

Musyarakah 217.954 246.796 321.131 426.528 567.658 613.206

Murabahah 1.621.526 2.154.494 2.854.646 3.546.361 3.965.543 4.367.727

Istishna 27.598 23.673 20.751 17.614 13.237 11.772

Salam 45 20 197 26 16 16

Ijarah 13.499 13.515 13.522 8.318 5.365 6.554

Qardh 63.000 72.095 81.666 93.325 96.207 115.858

Multijasa 51.344 89.230 162.245 234.469 233.456 287.629

Total Pembiayaan

2.060.437 2.675.930 3.553.520 4.433.492 5.004.436 5.561.698

Sumber: OJK – Statistik Perbankan Syariah Juni 2015

Dilihat dari data statistik perbankan syariah, pembiayaan perbankan syariah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di samping meningkatkan return, pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah yang cepat selama ini berpotensi meningkatkan risiko industri perbankan syariah, karena jaringan layanan semakin

6


(20)

luas. Pertumbuhan yang tinggi membutuhkan monitoring, evaluasi dan supervisi yang tinggi, karena terdapat beberapa masalah yang berpotensi meningkatkan risiko.

Produk pembiayaan yang berisiko tinggi adalah Mudharabah dan Musyarakah.

Al-Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak di mana pihak pertama

(shahibul mal) menyediakan seluruh pembiayaan, sedangkan pihak lainnya menjadi

pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Untuk menghadapi kemungkinan risiko, bank Islam diperkenankan untuk melakukan pengawasan baik secara aktif dengan melakukan pemeriksaan secara langsung terhadap berkas-berkas nasabah, namun secara pasif dengan menerima laporan dari nasabah. Namun bank tidak diperkenankan ikut campur dalam pengelolaan usaha. Adanya ketentuan ini menyebabkan bank mengahadapi risiko yang sangat tinggi karena seluruh kerugian akan ditanggung bank sebagai shahibul maal (investor), kecuali terbukti bahwa kerugian tersebut merupakan kelalaian yang disengaja oleh mudharib. Dampak lainnya adalah timbul moral hazard oleh mudharib.

Sedangkan Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan


(21)

7

ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.7 Risiko yang dihadapi adalah kemungkinan kerugian dari hasil usaha/proyek yang dibiayai, dan ketidakjujuran mitra usaha. Risiko pembiayaan Musyarakah relatif lebih kecil daripada pembiayaan

Mudharabah. Hal ini dikarenakan bank sebagai mitra dapat ikut mengelola usaha, di

samping melakukan pengawasan secara lebih ketat dari usaha tersebut.8

Mudharabah dan Musyarakah termasuk ke dalam natural uncertainty contract

product, artinya pembiayaan ini mendatangkan ketidakpastian dalam menghasilkan

laba atau keuntungan dari dana yang telah disalurkan bank untuk membiayai proyek yang telah disepakati antara bank nasabah. Risiko pembiayaan atau yang disebut non

performing finance (NPF) akan berpengaruh negatif terhadap pada profitabilitas

perbankan syariah.

Bank syariah harus memiliki sebuah sistem manajemen pengawasan risiko dengan segala tindakan pencegahan untuk meminimalisir yang ditimbulkan dari penyaluran pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah serta produk pembiayaan yang lainnya sehingga bank dapat menghasikan profit yang optimal. Untuk mengantisipasi dan mengambil tindakan yang tepat dalam menghadapi risiko yang timbul dari kegiatan perbankan syariah diperlukan adanya manajemen risiko.

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 tanggal 2 November 2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit

7

Ibid, hlm.90.

8

Veithzal Rivai, Islamic Risk Management For Islamic Bank: Risiko bukan untuk ditakuti, tapi dihadapi dengan cerdik, cerdas, dan profesional, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), h.241.


(22)

Usaha Syariah, bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif, baik secara invidual maupun secara bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak.9

Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktifitas atau proses.10 Sasaran manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi dan berkesinambungan.

Dalam perspektif Islam, manajemen risiko merupakan usaha untuk menjaga amanah Allah akan harta kekayaan demi untuk kemashlahatan manusia. Di Indonesia, bank syariah mengadopsi sistem manajemen risiko bank konvensional yang disesuaikan dengan karakteristik perbankan Islam. Kompleksnya bentuk risiko-risiko yang dihadapi bank syariah menuntut kerangka manajemen risiko-risiko yang komprehensif.

Manajemen risiko yang efisien sangat penting untuk mengurangi setiap tekanan risiko. IFSB (Islamic Financial Service Board) telah membuat satu set berisi prinsip-prinsip untuk manajemen risiko. Prinsip ini harus diikuti oleh bank Islam untuk mengurangi semua tekanan risiko yang mereka hadapi. Salah satu prinsip IFSB atas manajemen risiko adalah institusi keuangan Islam harus memiliki proses untuk

9

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

10

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakata Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanannya di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h.5.


(23)

9

menghilangkan semua elemen manajemen risiko, termasuk risiko identifikasi, pengukuran, mitigasi, monitoring, pelaporan, dan kontrol.11

Salah satu alat ukur risiko yang diterima dan sering diaplikasikan adalah VaR

(Value at Risk). VaR sebagai suatu alat mengukur kerugian potensial (“potential

loss”) dalam suatu aset berisiko atau portofolio selama satu periode tertentu untuk suatu interval keyakinan tertentu. VaR dikatakan dapat merangkum seluruh substansi dalam mengukur dan mengelola risiko kredit.

Dari uraian di atas, penulis tertarik menganalisis dalam bentuk penelitian skripsi

dengan judul “Pengaruh Risiko Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah

terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah Periode 2011-2015”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang muncul terkait pengaruh risiko pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap profitabilitas perbankan syariah tahun 2011-2015, yaitu:

1. Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah yang disalurkan oleh perbankan syariah merupakan bentuk produk yang termasuk dalam produk natural

uncertainty contracts atau pembiayaan tersebut mendatangkan pendapatan yang

tidak pasti.

11

IFSB: Guiding principles of risk management for institutions (other than insurance institutions) offering only Islamic financial servies


(24)

2. Tingkat risiko pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah.

3. Moral hazard pengelola dana (mudharib) masih sering terjadi.

4. NPF (Non Performing Finance) perbankan syariah meningkat setiap tahunnya menunjukkan banyaknya pembiayaan bermasalah.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti pada aspek yang akan dianalisis agar permasalah dalam penelitian ini tidak meluas dan tidak terjadi penyimpangan, diantaranya:

1. Penelitian dilakukan pada perbankan syariah secara keseluruhan.

2. Alat pengukur risiko pembiayaan yang digunakan adalah VaR ( Value at Risk) dan rasio profitabilitas menggunakan ROA ( Return on Asset)

3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data statistik perbankan syariah bulanan periode 2011-2015.

4. Penelitian dilakukan pada pembiayaan bank syariah berakad Mudharabah dan

Musyarakah.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(25)

11

1. Bagaimana tingkat risiko pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah pada perbankan syariah periode 2011-2015?

2. Bagaimana tingkat profitabilitas perbankan syariah periode 2011-2015?

3. Bagaimana pengaruh risiko pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap profitabilitas perbankan syariah periode 2011-2015?

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini tidak lain untuk turut serta memberikan kontribusi peneliti terhadap wacana, pemikiran, kajian dan praktik perbankan syariah di Indonesia yang sedang berlangsung. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisis tingkat risiko pembiayaan Mudharabah pada perbankan

syariah periode 2011-2015.

b. Untuk menganalisis tingkat risiko pembiayaan Musyarakah pada perbankan syariah periode 2011-2015.

c. Untuk menganalisis profitabilitas perbankan syariah periode 2011-2015.

d. Untuk menganalisis pengaruh tingkat risiko pembiayaan Mudharabah dan

Musyarakah pada perbankan syariah periode 2011-2015.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh tingkat risiko pembiayaan

Mudharabah dan Musyarakah terhadap profitabilitas perbankan syariah akan


(26)

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang manajemen risiko pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah perbankan syariah, serta sebagai pembanding antara teori-teori yang telah dipelajari.

b. Bagi praktisi, sebagai bahan evaluasi penerapan manajemen risiko pembiayaan

Mudharabah dan Musyarakah yang diterapkan pada saat ini.

c. Bagi akademisi, sebagai bahan bacaan dan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi penelitian yang sudah ada maupun yang akan dilakukan. d. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan

pengetahuan yang lebih tentang manajemen risiko pembiayaan Mudharabah dan

Musyarakah serta profitabilitas perbankan syariah.

F. Hipotesis

Adapun hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Risiko Pembiayaan Mudharabah

Ho 1 : Tidak terdapat pengaruh positif antara risiko pembiayaan Mudharabah terhadap profitabilitas perbankan syariah.

Ha 1 : Terdapat pengaruh positif antara risiko pembiayaan Mudharabah dengan profitabilitas perbankan syariah.

2. Risiko Pembiayaan Musyarakah

Ho 1 : Tidak terdapat pengaruh positif antara risiko pembiayaan Musyarakah dengan profitabilitas perbankan syariah.


(27)

13

Ha 1 : Terdapat pengaruh positif antara risiko pembiayaan Musyarakah dengan profitabilitas perbankan syariah.

G.Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan secara garis besar mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review kajian terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini merupakan kajian kepustakaan yaitu membahas tentang landasan dan kerangka teori yang dapat membantu penulis berpikir kritis dan bab ini analitis saat memahami dan menafsirkan data. Dalam bab ini tercantum pula review studi terdahulu yang mendeskripsikan hasil penelusuran penelitian yang serumpun. Dari review studi terdahulu akan terlihat kekurangan dan kelebihan skripsi yang ditulis peneliti dibandingkan penelitian sebelumnya.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menyajikan data penelitian, berupa deskripsi data berkenaan dengan variabel yang diuji secara objektif.


(28)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan analisis terhadap data yang ada dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian. Dalam kasus analisis juga dilakukan dengan interpretasi terhadap temuan penelitian ke dalam pengetahun yang telah mapan, memodifikasi teori yang telah ada atau menyusun teori baru.

BAB V: PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi yang ditarik dari uraian yang telah ditulis terdahulu dan berkaitan erat dengan pokok masalah. Kesimpulan merupakan jawaban masalah berdasarkan data yang diperoleh.


(29)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Salah satu fungsi bank syariah adalah menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008. Penyaluran pembiayaan merupakan salah satu bisnis utama dan oleh karena itu menjadi sumber pendapatan utama bank syariah.12 Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang disalurkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Pembiayaan adalah salah satu jenis kegiatan usaha bank syariah. Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:13

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarak

12

Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015), h.10.

13

A. Wangsawijaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.79


(30)

b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam bentuk

Ijarah Muntahiya Bittamlik;

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam, dan Isthisna; d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qard; dan

e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk transaksi multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/ atau UUS dan pihak lain (nasabah penerima fasilitas) yang mewajibkan pihak lain yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan, yaitu:14

a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa

keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola, bersama nasabah.

b. Safety, yaitu keamanan dari potensi atau fasilitas yang diberikan harus

benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.

14

Veithzal Rivai dan Andira Permata Veithzal, Islami Financial Management (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.4.


(31)

16

Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut Al-Harran (1999) dapat dibagi tiga:15

a. Return bearing financing, yaitu bentuk pembiayaan yang secara komersial

menguntungkan ketika pemilik modal mau menanggung risiko kerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan.

b. Return free financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk mencari

keuntungan yang lebih ditunjukan kepada orang yang membutuhkan (poor), sehingga tidak dapat keuntungan yang dapat diberikan.

c. Charity financing, yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan kepada

orang miskin dan membutuhkan, sehingga tidak ada klaim terhadap pokok dari keuntungan.

Produk-produk pembiayaan bank syariah, khususnya pada bentuk pertama, ditujukan untuk menyalurkan investasi dan simpanan masyarakat ke sektor riil dengan tujuan produktif dalam bentuk investasi bersama (investment financing) yang dilakukan bersama mitra usaha (kreditor) menggunakan pola bagi hasil

(Mudharabah, Salam dan Istishna) dan pola sewa (Ijarah dan Ijarah Muntahiya

Bittamlik).

2. Perbedaan Pembiayaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

15


(32)

Sistem pemberian kredit bank konvensional dan pembiayaan bank syariah hampir sama. Namun, masih terdapat beberapa perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah, antara lain:16

a. Keuntungan yang diperoleh bank: bank konvensiona memperoleh keuntungan berupa bunga yang dibayarkan nasabah, sedangkan keuntungan yang diperoleh bank syariah berasal dari jumlah bagi hasil antara pihak bank dengan nasabah. b. Prinsip yang diterapkan dalam pemberian pembiayaan: bank konvensional

mempunyai prinsip bahwa pemberian kredit yang disalurkan kepada nasabah ataupun debitu tidak terkait dengan hukum halal ataupun haram. Sedangkan prinsip yang diterapkan dalam pembiayaan syariah terdiri dari prinsip bagi hasil (mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), prinsip pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah), prinsip pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtinaI)

c. Pengikatan kontrak dan perjanjian pihak bank dnegan pihak nasabah: tidak ada pengikatan kontrak dalam pemberian pembiayaan bank konvensional, namun bank menetapkan bunga kredit kepada debitur dengan jumlah prosentase pasti dan wajib dibayarkan dalam waktu yang telah ditentukan. Sedangkan pada bank syariah, terjadi perjanjian antara pihak bank dengan nasabah atau debitur

16Achasih Nur Chikmah, “Analisis Perbandingan Sistem Pember

ian Kredit Bank Konvensional Degan

Pembiayaan Bank Syariah Pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah”, Jurnal Akuntansi UNESA Vol 2,


(33)

18

berupa bagi hasil, terjadinya untung atau rugi dalam bank akan ditanggung bersama oleh pihak bank maupun nasabah.

d. Jenis pemberian pembiayaan yang diberikan oleh bank: bank konvensional menerima semua jenis pemberian kredit, tidak membedakan jenis usahanya, selama debitur dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan pihak bak. Sedangkan bank syariah hanya menerima jenis pemberian kredit yang sudah jelas hukum halal atau haram.

3. Jenis-jenis Pembiayaan

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua:17 a. Pembiayaan Produktif

Merupakan pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yakni untuk peningkatan usaha, baik usaha produktif, perdagangan, maupun investasi.

b. Pembiayaan konsumtif

Merupakan pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

4. Pembiayaan Mudharabah

Akad Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dana

(sahibul mal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha

tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah

17Muhammad Syafi‟i Antonio,

Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 160.


(34)

pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Mudharabah dapat berupa MudharabahMutlaqah atau MudharabahMuqayyadah.

Dalam penyaluran pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad Mudharabah, Undang-undang Perbankan Syariah memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan akad Mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau bank syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (amil, mudharib, atau nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh bank syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yag disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.

Bentuk pembiayaan mudhrabah merupakan salah satu pola kemitraan di mana salah satu mitra mengkontribusikan modal (rabb-ul-mal) dan yang lainnya adalah pengelola (mudarib). Bentuk ini juga merupakan salah satu pembiayaan ekuitas dan lebih populer dibandingkan dengan Musyarakah.

Mitra yang menanamkan modal tidak bisa ambil bagian dalam pengelolaan perusahaan. Mitra yang menanamkan modal dapat menyertakan dana dengan sebuah batasan bahwa dana tersebut akan diinvestasikan di bisnis tertentu dan disebut dengan Mudharabah terbatas (restricted Mudharabah). Atau bisa juga

rabb-ul-mal menginginkan mudharib untuk menanamkan modal di bisnis apapun,


(35)

20

Banyak yang menggunakan Mudharabah untuk memobilisasikan dana melalui rekening tabungan dan investasi.18

Lembaga keuangan yang sepakat atas kontrak Mudharabah mengandalkan kepercayaannya pada keahlian pelaksana usaha dalam menjalankan usaha yang menguntungkan. Di sisi lain, pelaksana usaha berkomitmen bahwa ia akan mendedikasikan pengetahuan praktis dan pengalaman terbaiknya sebagai pengimbang atas modal yang sudah diinvestasikan oleh lembaga keuangan untuk suatu usaha tertentu. Sebagai akibatnya, dengan memasuki kontrak Mudharabah, kedua pihak saling melengkapi satu dengan yang lainnya, yang memungkinkan dilakukanya pembiayaan atas suatu bisnis ventura. Produk Mudharabah juga digunakan untuk mobilisasi dana tabungan dan investasi.

Mudharabah memiliki risiko tinggi bank karena bank menyerahkan modal

kepada mudharib yang menjalankan usaha dan manajemen dan mudharib bertanggung jawab terhadap kerugian hanya jika ia lalai. Bank syariah mengambil langkah-langkah pencegahan untuk meminimalkan risiko dan memastikan eksekusi transaksi Mudharabah yang lebih baik.19

Mudharabah klasik seperti ini memiliki ciri-ciri khusus, yakni bahwa

biasanya hubungan antara shahib al-mal dengan mudharib merupakan hubungan personal dan langsung serta dilandasi oleh rasa saling percaya (amanah). Shahib

18

M. Nur Rianto Al Arif dan Yuka Rachmawati, Manajemen Risiko Perbankan Syariah, (Jakarta: UIN Press, 2015), hal. 12

19


(36)

al-mal hanya mau menyerahkan modalnya kepada orang yang ia kenal degan baik profesionalitasnya maupun karakternya.

Modus Mudharabah seperti ini tidak efisien lagi dan kecil kemungkinannya untuk dapat diterapkan oleh bank, karena beberapa hal:

1) Sistem kerja pada bank adalah investasi berkelompok, di mana mereka tidak saling mengenal. Jadi kecil sekali kemungkinannya terjadi hubungan yang langsung dan personal.

2) Banyak investasi sekarang ini membutuhkan dana dalam jumlah besar, sehingga diperlukan puluhan bahkan ratus ribuan shahib al-mal untuk sama-sama menjadi kontributor dana untuk satu proyek tertentu.

3) Lemahnya disiplin terhadap ajaran Islam menyebabkan sulitnya bank memperoleh jaminan atas modal yang disalurkan.

Alur transaksi Mudharabah dapat digambarkan sebagai berikut:20

20


(37)

22

Gambar 2.1 Alur Pembiayaan Mudharabah

Keterangan:

1) Pengajuan permohonan pembiyaan oleh nasabah dengan mengisis formulir permohonan pembiayaan. Formulir tersebut diserahkan kepada bank syariah beserta dokumen pendukung. Pihak bank selanjutnya melakukan evaluasi kelayakan pembiayaan Mudharabah yang diajukan nasabah dengan analisa 5C (Character, Capacity, Capital, Commitment dan Collateral). Analisis diikuti kemudian dengan verifikasi. Bila nasabah dan usaha dianggap layak, selanjutnya diadakan perikatan dalam bentuk penandatanganan kontrak

Negosiasi dan Akad

Mudharabah

Bank Syariah (Shahibul maal)

Nasabah (Mudharib)

4a. Menerima porsi laba 5. Menerima kembalian modal.

4b.

Menerima porsi laba

3. Membagi hasil usaha

• Keuntungan dibagi sesuai nisbah

• Kerugian tanpa kelalaian nasabah ditanggung oleh Bank syariah.

2. Pelaksanaan Usaha Produktif


(38)

Mudharabah dengan mudharib di hadapan notaris. Kontrak yang dibuat setidaknya memuat berbagai hal untuk memastikan terpenuhinya rukun

Mudharabah.

2) Bank mengkontribusikan modalnya dan nasabah mulai mengelola usaha yang disepakati berdasarkan kesepakatan dan kemampuan terbaiknya. 3) Hasil usaha dievaluasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan

kesepakatan. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara bank sebagai

shahibul maal dengan nasabah sebagai mudharib sesuai dengan porsi yang

telah disepakati. Seandainya terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian nasabah sebagai mudharib, maka kerugian sepenuhnya ditanggung oleh bank. Adapun kerugian yang disebabkan oleh kelalaian nasabah sepenuhnya menjadi tanggung jawab nasabah.

4) Bank dan nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing berdasarkan metode perhitungan yang telah disepakati.

5) Bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah. Jika nasabah telah mengembalikan semua modal milik bank, selanjutnya usaha menjadi milik nasabah sepenuhnya.

5. Pembiayaan Musyarakah

Kontrak Musyarakah merupakan gabungan tindakan investasi dan manajemen.21 Musyarakah juga dikenal dengan nama “Pembiayaan kemitraan” atau “Pembiayaan joint venture”. Musyarakah adalah bentuk dari pembiayaan

21

M. Nur Rianto Al Arif dan Yuka Rachmawati, Manajemen Risiko Perbankan Syariah, (Jakarta: UIN Press), 2015, h. 25.


(39)

24

ekuitas yang merujuk pada sebuah kesepakatan kemitraan antara bank dan nasabah di mana ekuitas secara bersama dikontribusikan terhadap keuntungan dan kerugian berdasarkan batasan-batasan yang sudah disepakati, dan oleh karenanya bukan hanya semata meminjamkan uang.22

Modal yang digunakan bisa jadi dalam bentuk uang tunai atau dalam bentuk barang atau aset. Rasio pembagian keuntungan dapat ditentukan pada saat perjanjian dan jika rasio berbagi rugi tidak disebutkan maka kerugian akan secara otomatis dibagi berdasarkan proposal modal yang disertakan.

Kedua pihak memiliki hak untuk mengelola meski salah satu dari kedua pihak bisa saja menyerahkan haknya kepada yang lain. Musyarakah jarang digunakan disebabkan oleh tinginya derajat ketidapastian atas peruntungan yang akan didapat. Musyarakah digunakan dalam kasus-kasus yang melibatkan besar dan untuk proyek-proyek joint venture.

Dalam penyaluran pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad Musyarakah, Undang-Undang Perbankan Syariah memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan akad Musyarakah adalah akad kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan

22


(40)

kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.23

Dalam pembiayaan berdasarkan akad Musyarakah, bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan bersama-sama menyediakan dana dan/atau barang untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu. Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan bank sebagai mitra usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang disepakati.

Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak. Pembiayan atas dasar akad Musyarakah diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang, serta bukan dalam bentuk piutang atau tagihan. Dalam hal pembiayaan atas dasar akad Musyarakah diberikan dalam bentuk uang, maka harus dinyatakan secara jelas jumlahnya. Dalam hal pembiayaan atas dasar akad Musyarakah diberikan dalam bentuk barang, maka barang tersebut harus dinilai atas dasar harga pasar (net realize value) dan dinyatakan secara jelas jumlahnya.

Pengembalian pembiayaan Musyarakah ini dilakukan dalam dua cara, yaitu secara angsuran ataupun sekaligus pada akhir periode akad, sesuai dengan jangka waktu pembiayaan atas dasar Musyarakah.

23


(41)

26

Pembagian hasil usaha dilakukan berdasarkan laporan hasil usaha nasabah berdasarkan bukti pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan. Bank dan nasabah menanggung kerugian secara proposional menurut porsi modal masing-masing.

Alur transaksi Musyarakah digambarkan sebagai berikut:24 Gambar 2.2 Alur Pembiayaan Musyarakah

Keterangan :

1) Pengajuan permohonan pembiyaan oleh nasabah dengan mengisi formulir permohonan pembiayaan. Formulir tersebut diserahkan kepada bank syariah

24

Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2014, h.138. Negosiasi dan

Akad Musyarakah

Bank Syariah (mitra pasif)

Nasabah (mitra aktif)

4a. Menerima porsi laba 5. Menerima kembalian modal.

4b. Menerima

porsi laba

3. Membagi hasil usaha

- Keuntungan dibagi sesuai nisbah

- Kerugian tanpa kelalaian nasabah ditanggung oleh Bank

syariah. 2. Pelaksanaan Usaha Produktif


(42)

beserta dokumen pendukung. Pihak bank selanjutnya melakukan evaluasi kelayakan pembiayaan Mudharabah yang diajukan nasabah dengan analisa 5C (Character, Capacity, Capital, Commitment dan Collateral). Analisis diikuti kemudian dengan verifikasi. Bila nasabah dan usaha dianggap layak, selanjutnya diadakan perikatan dalam bentuk penandatanganan kontrak

Mudharabah dengan mudharib di hadapan notaris. Kontrak yang dibuat

setidaknya memuat berbagai hal untuk memastikan terpenuhinya rukun

Musyarakah.

2) Bank dan nasabah mengkontribusikan modalnya masing-masing dan nasabah sebagai mitra aktif mulai mengelola usaha yang disepakati berdasarkan kesepakatan dan kemampuan terbaiknya.

3) Hasil usaha dievaluasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan kesepakatan. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara bank sebagai

shahibul maal dengan nasabah sebagai mudharib sesuai dengan porsi yang

telah disepakati. Seandainya terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian nasabah sebagai mudharib, maka kerugian sepenuhnya ditanggung oleh bank. Adapun kerugian yang disebabkan oleh kelalaian nasabah sepenuhnya menjadi tanggung jawab nasabah.

4) Bank dan nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing berdasarkan metode perhitungan yang telah disepakati.


(43)

28

5) Bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah. Jika nasabah telah mengembalikan semua modal milik bank, selanjutnya usaha menjadi milik nasabah sepenuhnya.

B.Risiko

1. Pengertian Risiko

Pengertian risiko dapat dilihat dari dua sisi. “Risiko merupakan bahaya: adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang

menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai”.

Risiko juga merupakan peluang: adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk

mencapai tujuan”.25

Risiko dapat pula dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Terkait hal tersebut, Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut.26

1) Risk is the chance of loss (risiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian).

Chance of loss berhubungan dengan suatu eksposure (keterbukaan) terhadap

kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu.

25

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.4.

26

Veithzal Rivai dan Andira Permata Veithzal, Islami Financial Management (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.40.


(44)

2) Risk is the possibility of loss (risiko adalah peluang terjadiya kerugian) Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Berbeda dengan di atas, possibilty of loss tidak selalu tergantung kepada exposure karena dalam setiap kegiatan peluang terjadinya kerugian selalu ada.

3) Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian)

Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty

merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang berkelanjutan. Objective uncertainty dapat dijelaskan sebagai penyebaran hasil aktual dari hasi yang diharapkan dan probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan.

4) Risk is dispersion of actual from expected results (risiko merupakan

penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan)

Ahli statistik mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai di sekitar suatu posisis setral atau di sekitar titik rata-rata (overage

point). Sehingga titik yang berada di luar posisi sentral atau di luar titik

rata-rata dapat dikatakan merupakan penyebaran/penyimpangan dari kondisi normal.

5) Risk is the probability of any outcome different from the one excpected

(risiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan). Selain kemungkinan mengalami penyimpangan, peluang


(45)

30

terjadinya penyimpangan juga merupakan risiko yang harus diantisipasi dan dipertimbangkan.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia PBI No.13/25/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, risiko didefinisikan sebagai potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu.

Bank syariah sebagai suatu entitas bisnis tidak hanya mampu menghasilkan keuntungan yang dapat dibagihasilkan kepada nasabahanya, melainkan dapat pula mengalami kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. Oleh karenanya bank syariah harus mampu mengelola risiko ini agar tidak terjadi kerugian kepada pihak bank selaku entitas bisnis.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Lebih lanjut lagi jika risiko pada usaha nasabah adalah suatu kondisi pada usaha yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi fisik maupun finansial yang tidak menguntungkan bagi tercapainya sasaran usaha yaitu biaya, waktu dan mutu usaha.


(46)

2. Jenis –jenis Risiko Perbankan Syariah

Risiko yang dihadapi bank syariah bisa diklasifikasikan menjadi dua bagian besar, yakni risiko yang sama dengan yang dihadapi bank konvensional dan risiko yang memiliki keunikan tersendiri karena harus mengikuti prinsip-prinsip syariah. Mayoritas risiko yang dihadapi bank konvensional, seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko benchmark, risiko operasional, risiko likuiditas dan risiko hukum harus dihadapi bank syariah. Tetapi, karena harus mematuhi aturan syariah, risiko yang dihadapi bank syariah pun menjadi berbeda.

Bank syariah juga harus menghadapi risiko-risiko yang unik (khas). Risiko unik ini muncul karena isi neraca bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional. Dalam hal ini pola bagi hasil (profit and loss sharing) yang dilakukan bank syariah menambah kemungkinan munculnya risiko-risiko lain seperti withdrawal risk, fiduciary risk dan displaced commercial risk merupakan contoh risiko unik yang harus dihadapi bank syariah. Variasi ini bersama-sama dengan variasi model pembiayaan dan kepatuhan pada prinsip-prinsip Islam.

Risiko-risiko pada bank syariah sebagaimana telah dijelaskan dalam peraturan ang diterbitkan oleh Bank Indonesia, yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum


(47)

32

Syariah dan Unit Usaha Syariah. Jenis-jenis risiko yang dimaksud adalah sebagai berikut:27

1) Risiko kredit (risiko pembiayaan) adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

2) Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.

3) Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa menggangu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

4) Risiko Operasional adalah risiko yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang memengaruhi operasioanal bank.

5) Risiko Hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau lemahan aspek yuridis.

6) Risiko Reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan

stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

27

A. Wangsawijaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.86.


(48)

7) Risiko Strategik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputuasan starategik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

8) Risiko Kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah.

9) Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga bank.

10) Risiko Investasi (Equity Invesment Risk) adalah risiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing.

3. Risiko Pembiayaan Perbankan Syariah

Risiko yang perlu menjadi perhatian bank dalam menyalurkan pembiayaan, antara lain:28

1) Risiko politik, didasarkan atas kebijakan/kestabilan politik (termasuk kebijakan ekonomi, keamanan, sosial dan budaya suatu daerah/negara). Kebijakan politik yang tidak kondusif di suatu negara dapat memengaruhi aktivitas bisnis debitur.

28

Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), h.75.


(49)

34

2) Risiko sifat usaha, masing-masing bisnis/usaha mempunyai jenis dan tingkat risiko yang berbeda-beda. Karena itu, bank harus dapat memahami aktivitas bisnis debitur (seperti turn over usaha, spesifikasi/kekhususan usaha, bidang investasi dan jenis usaha) sehingga dapat melakukan mitigasi risiko untuk menjaga fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada debitur dapat berjalan dengan lancar.

3) Risiko geografis, timbul karena faktor alam, lingkungan dan lokasi usaha. Bank harus menganalisis lokasi usaha debitur.

4) Risiko persaingan. Bank harus memperhatikan bagaimana tingkat persaingan usaha debitur dalam pangsa pasar yang dimasukinya dan konsentrasi pembiayaan dalam suatu segmen usaha terkait persaingan bank dalam penyaluran pembiayannya.

5) Risiko ketidakpastian usaha. Kecermatan dalam melakukan analisis dan proyeksi terhadap kondisi bisnis debitur, apakah dalam tahap start-up, growth, atau decline.

6) Risiko infasi, akibat dari value of money (nilai uang) yang diperhitungakan dalam aktivitas penyaluran pembiayaan (cost of fund/money of borrowing).

Secara lebih luas, setidaknya risiko pembiayaan mengandung tiga komponen:29

29

Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), h.76.


(50)

1) Peluang gagal bayar (probability of default), yaitu ketidakmampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya kepada bank,

2) Eskposur pembiayaan (exposure financing), yaitu berkaitan dengan potensi jumlah kerugian jika debitur gagal bayar,

3) Tingkat pemulihan (recovery rate), yaitu tingkat pengembalian pembiayaan yang telah gagal bayar sebagai upaya pemulihan kinerja bank.

Terdapat beberapa risiko yang dapat muncul pada kontrak Musyarakah, yaitu:

 Risiko pembiayaan, risiko operasional, risiko pasar dan risiko likuiditas adalah risiko-risiko utama yang dihadapi oleh lembaga keuangan ketika menjalankan kontrak Musyarakah.

 Risiko-risiko yang dihadapi saat menjalani kontrak. Harus diingat bahwa lembaga keuangan yang melibatkan diri dalam kontrak Musyarakah harus mau berbagi baik keuntungan maupun kerugian. Rasio bagi untung yang disepakati bisa jadi berbeda dengan rasio modal, sementara rasio bagi rugi harus sama degan rasio modal. Pada situasi seperti ini, lembaga keuangan mengalami penyebaran porsi keuntungan dan kerugian yang tidak menguntungkan.

Pada kontrak Musyarakah, risiko operasional utamanya disebabkan oleh risiko bisnis. Lembaga keuangan yang mempunyai hak dalam pengelolaan usaha kemitraan semacam itu bisa berpartisipasi dan atau memonitor proses usaha yang dijalankan untuk meminimalisir risiko-risiko terkait lebih jauh lagi, polis asuransi


(51)

36

dapat digunakan untuk melindungi kerugian-kerugian besar yang disebabkan oleh kejadian-kejadian besar.

Sama dengan pengeloaan risiko operasional, lembaga keuangan dapat meminimalisir risiko pembiayaan pada kontrak Musyarakah dengan cara terlibat langsung dalam aktifias bisnis dan atau memonitor kondisi neraca keuntungan dan kerugian usaha yang dijalankan.

Untuk meminimalisir risiko pembiayaan dan risiko pasar, lembaga keuangan yang menjalani kontrak Musyarakah harus menetapkan pembayaran atas penjualan ekuitas kepada mitranya dengan sejumlah cicilan yang sudah disiapkan. Pada kontrak Musyarakah risiko likuiditas dapat dihindari dengan cara mengelola sumber dari mana risiko berasal atau dengan cara menahan (tidak memberi) modal tambahan.

Lembaga keuangan yang menjalani kontrak Mudharabah dihadapkan pada risiko operasional, risiko pasar dan risiko likuiditas. Analisa terhadap identifikasi risiko pada kontrak Mudharabah dibagi menjadi dua periode: a) selama masa berjalannya investasi dari perjanjian yang dilakukan dan b) selama masa bagi untung dan tanggung rugi, jika ada.

Masalah-masalah berkaitan dengan risiko yang muncul selama masa investasi dari kontrak Mudharabah terdiri dari:


(52)

 Selama masa investasi kontrak kemitraan Mudharabah, lembaga keuangan dihadapkan pada risiko operasional. Risiko operasional muncul disebabkan oleh kejadian-kejadian eksternal termasuk kejadian bencana juga disebabkan oleh kegagalan di internal usaha. Kejadian-kejadian semacam itu menyebabkan gangguan besar bagi perkembangan usaha dan menyebabkan kerugian (kecil dan besar) di mana lembaga keuangan diharuskan menanggung secara keseluruhan.

 Sebagai akibat dari menanggung kerugian-kerugian di atas, lembaga keuangan dihadapkan pada risiko likuiditas. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa lembaga keuangan harus mencarikan modal usaha dengan jumlah di atas dari batas dan rencana yang seharusnya dan oleh karena itu lembaga keuangan sangat mungkin tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya yang lain (seperti menyediakan dana tunai untuk kontrak Mudharabah lainnya).

 Kerugian-kerugian besar dapat terjadi disebabkan oleh ketidakmampuan mitra usaha untuk melanjutkan pengembangan usaha dan atau pelaksanaan proyek. Dalam kasus ini, lembaga keuangan menghadapi risiko likuiditas lainnya dan juga menghadapi risiko kredit yang disebabkan oleh kegagalan mitra usaha untuk mendatangkan cash flow yang diproyeksikan (di masa mendatang).


(53)

38

Masalah-masalah yang berkaitan dengan risiko yang muncul selama masa bagi untung rugi pada kontrak Mudharabah terdiri dari:

 Setelah masa investasi awal, kontrak Mudharabah diharapkan memberikan keuntungan finansial (profit). Namun demikian, kontrak Mudharabah berpotensi menyebabkan lembaga keuangan yang merupakan mitra keuangan berhadapan pada risiko operasional, risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas sebagai berikut:

 Karena lembaga keuangan dalam kontrak Mudharabah memiliki andil kemitraan pada bisnis aktual yang dibiayai olehnya maka lembaga keuangan secara serta merta dihadapkan pada risiko bisnis dan risiko operasional. Hal ini terjadi disebabkan oleh kejadian eksternal atau di internal usaha dan menyebabkan kerugian terhadap bisnis yang sedang dijalankan. Selanjutnya, atas kegiatan-kegiatan usaha yang berjalan tidak sebagaimana mestinya atau terjadinya kegagalan-kegagalan dalam usaha yang ada di luar cakupan “due

dilligence‟ yang terjadi selama dijalankannya proses operasional dan

aktifitas usaha yang menyebabkan kerugian, maka lembaga keuangan harus menanggung kerugian tersebut sepenuhnya.

 Kerugian-kerugian besar pada kontrak Mudharabah dapat mengakibatkan ketidakmampuan lembaga keuangan untuk memberikan modal tambahan investasi Mudharabah dan bisnispun sangat mungkin tidak bisa beroperasi lagi. Kejadian ini akan menyebabkan terjadinya pembayaran ekuitas terakhir untuk pembagian ekuitas investasi. Dalam kasus ini, harga ekuitas sangat


(54)

mungkin mempunyai harga pasar yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai pada awal investasi dan mengakibatkan ancaman finansial kepada risiko pasar ekuitas.

 Lembaga keuangan tentunya mencari keuntungan yang dihasilkan dari kontak Mudharabah. Sebagai sebuah konsekuensi dari kerugian-kerugian yang disebutkan di atas, para investor di bisnis Mudharabah tidak bisa memberikan keuntungan. Lembaga keuangan dihadapkan pada risiko kredit yang disebabkan oleh kegagalan mendapatkan expected cash in dari laba usaha.

 Ketidakmampuan bayar yang disebutkan di atas menghadapkan lembaga keuangan pada risiko likuiditas karena besar kemungkian lembaga keuangan tidak bisa menyediakan dana tunai yang memadai untuk diberikan kepada investasi dan aktifitas-akifitas lainnya.

 Pada kontrak finansial Mudharabah, lembaga keuangan mempunyai hak yang tidak kuat dalam hal pengelolaan bisnis kemitraan. Sebagaimana disebutkan di atas, batasan-batasan ini dapat menyebabkan munculnya risiko transparansi sehingga mendatangkan kerugian bagi lembaga keuangan. Oleh sebab itu, risiko transparansi harus sangat diperhatikan dan dikontrol oleh lembaga keuangan yang menyediakan kontrak Mudharabah.


(55)

40

Penilaian risiko akad Mudharabah dan Musyarakah ini meliputi:

a. Business Risk

Faktor yang memengaruhi business risk:

1) Industry Risk, yaitu risiko yang terjadi pada jenis usaha yang ditentukan

oleh:

2) Karakeristik masing-masing jenis usaha 3) Kinerja keuangan jenis usaha

4) Faktor negatif uang memengaruhi perusahaan, misalnya keadaan force

majeure, permasalahan hukum, pemogokan, market risk (forex risk,

interest risk, security risk)

b. Shringking Risk

Faktor yang memengaruhi shringking risk:

1) Unusual Business Risk, yaitu risiko bisnis yang luar biasa yang

ditentukan oleh:

 Penurunan drastis tingkat penjualan bisnis yang dibiayai.

 Penurunan drastis harga jual barang/jasa dari bisnis yang dibiayai.

 Penurunan drastis harga barang/jasa dari bisnis yang dibiayai.

2) Jenis bagi hasil yang ditentukan (profit and loss sharing atau revenue


(56)

Profit and loss sharing: shringking risk muncul jika terjadi loss

sharing yang harus ditanggung oleh bank.

Revenue sharing: shringking risk terjadi jika nasabah tidak mampu

menanggung biaya (nafaqah) yang seharusnya ditangggung nasabah tidak mampu melanjutkan usahannya.

c. Character Risk

Faktor yang memengaruhi character risk:

1) Kelalaian nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank. 2) Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati.

3) Pengelolaan internal perusahaan yang tidak dilakukan secara profesional sesuai standar pengelolaan yang disepakati antara bank dengan nasabah. C.Manajemen Risiko Perbankan Syariah

1. Pengertian Manajemen Risiko

Dalam upaya meningkatkan good corporate governance dan manajemen risiko pada industri perbankan, bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif. Ketentuan manajemen risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah telah diatur dalam PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.


(57)

42

Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.30

Dalam pasal 2 Peraturan Bank Indonesia tersebut ditegaskan bahwa bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif, baik untuk bank secara individual maupun untuk bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak. 2. Proses Manajemen Risiko

Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai tambah.

Proses manajemen risiko pada dasarnya meliputi: identifikasi risiko, pengukuran risiko dan pengelolaan risiko. Pengalaman menunjukkan bahwa tahapan ini sangat membantu dalam menganalisis hal-hal tidak pasti yang akan terjadi di masa yang akan datang. Manajemen risiko memanfaatkan informasi tersebut untuk memusatkan perhatian pada masa depan apabila terdapat ketidakpastian dan kemudian mengembangkan rencana yang sesuai untuk mengatasi isu-isu potensial tersebut dari dampak yang merugikan.

30

A. Wangsawijaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.86.


(58)

Tahapan atau proses dalam manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Perencanaan (Planning)

Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang terorganisasi, komprehensif dan interaktif, untuk keperluan identifikasi dan penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian risiko yang kontinu untuk menentukan perubahan risiko, serta mengalokasikan sumber daya yang memenuhi.

2) Pengorganisasian (organization)

Meyakinkan bahwa semua pihak/unit organisasi dalam perusahaan/bank terlibat secara aktif sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing sehingga dapat menjamin bahwa semua pihak akan berkontribusi dengan optimal. 3) Penilaian (assesment)

Terdiri dari proses identifikasi dan analisis area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai sasaran biaya, kinerja/perfomance, dan waktu penyelesaian kegiatan.

a) Identifikasi (Identifying)

Merupakan proses peninjauan area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko potensial, untuk selanjutnya diidentifikasi dan didokumentasi sehingga jika kata ingin mengelola risiko dengan baik maka risiko harus bisa diidentifikasi, dipelajari karakteristiknya dan


(59)

44

kemudian diukur. Pengukuran tersebut ingin melihat indikator tinggi rendahnya risiko, dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan. Jika kita bisa melakukan langkah-langkah tersebut, pengelolaan risiko bisa dilakukan lebih baik. Identifikasi risiko bisa dilakukan melalui

berbagai teknik, seperti meneliti sumber risiko „risk factors’ peril

„kerugian, mengidentifikasi sumber-sumber risiko dari lingkungan dan meneliti risiko yang barangkali bisa muncul dari setiap sumber tersebut, mewawancarai manajer mengenai risiko-risiko yang dianggap penting bagi organisasi.

b) Analisis (analyzing)

Merupakan proses menggali informasi/deskripsi lebih dalam terhadap risiko yang telah diidentifikasi yang dilanjutkan dengan mengukur risiko , yang terdiri atas:

1) Kuantifikasi risiko dalam probabilitas dan konsekuensinya terhadap aspek biaya, waktu dan teknis proyeksi.

2) Penyebab risiko.

3) Keterkaitan antar risiko. 4) Saat terjadinya risiko. 5) Sensitivitas terhadap waktu. 6) Mengukur risiko.

Setiap risiko mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga pengukuran risikonya juga berbeda-beda.


(60)

c) Penanganan (handling)

Merupakan proses identifikasi, evaluasi, seleksi dan implementasi penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing program, yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencgah risiko, mengontrol risiko dan mengalihkan risiko.

d) Pemantauan (monitoring)

Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.

e) Pengendalian Risiko

Bank harus memiliki sistem pengendalian risiko yang memadai dengan mengacu pada kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Proses pengendalian risiko yang diterapkan bank harus disesuaikan dengan eksposur risiko atau tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko. Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh bank antara lain dengan metode mitigasi risiko serta penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.

3. Manajemen Risiko Bank Syariah

Kompleksnya risiko-risiko yang dihadapi oleh bank syariah menuntut kerangka manajemen risiko yang komprehensif, kerangka pelaporan risiko dan


(61)

46

pengendalian risiko. Diperlukan adanya pengembangan kerangka manajemen risiko dari suatu organisasi, yang cukup komprehensif untuk melakukan pengukuran, pelaporan, manajemen dan kontrol atas semua risiko dan semua instrumen. Manajemen risiko yang efisien dangat penting untuk mengurangi semua tekanan risiko. IFSB (Islamic Financial Service Board) telah membuat satu set berisi prinsip-prinsip untuk manajemen risiko. Prinsip ini harus diikuti oleh bank syariah untuk mengurangi berbagai risiko yang mereka hadapi.

Prinsip IFSB (Islamic Financial Service Board) atas manajemen risiko: a. Institusi keuangan Islam harus memiliki proses untuk menghilangkan semua

elemen manajemen risiko, termasuk risiko identifikasi, pengukuran, mitigasi, monitoring pelaporan dan kontrol. Proses ini melibatkan implementasi kebijakan yang sesuai batasan, prosedur dan sistem informasi manajemen yang efektif.

b. Institusi keuangan Islam, harus menjamin sebuah sistem pengendalian yang mencukupi dengan pemeriksaan yang sesuai. Kontrolnya, (1) harus sesuai dengan aturan syariah; (2) sesuai dengan peraturan dan kebijakan dan prosedur internal; (3) melakukan penyatuan proses manajemen risiko. c. Institusi keuangan Islam harus menjamin kualitas dan pelaporan risiko akan

tersedia untuk pemegang wewenang pengaturan.

d. Institusi keuangan Islam harus membuat informasi terbuka yang sesuai dan tepat waktu bagi para pemegang investasi sehingga investor dapat


(62)

memperkirakan risiko potensial dan upah atas investasi mereka dan juga untuk melindungi bunga mereka atas keputusan mereka melakukan proses.

D.Konsep Profitabilitas

Profit (laba) merupakan kelebihan pendapatan dibandingkan dengan jumlah

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Analisa profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna, khususnya investor dan kreditor. Bagi investor, laba umumnya merupakan sumber pembiayaan bunga dan pokok. Penilaian profitabilitas bank syariah dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Pada umumnya perusahaan berpendapat bahwa masalah profitabilitas merupakan masalah yang lebih penting dibandingkan hanya dengan masalah laba, karena laba yang besar saja bukan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien. Dengan demikian profit merupakan ukuran kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalam untuk menghasilkan.

Rasio profitabilitas perbankan syariah adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui usaha operasional bank. Rasio profitabilitas merupakan alat yang paling sederhana, mudah dimengerti dan mudah dipahami oleh masyarakat umum dalam menilai dan mengukur kinerja keuangan perusahaan dan merupakan rasio kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau proftabilitas.


(63)

48

Rasio profitabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.

Salah satu alat untuk mengukut rasio profitabilitas adalah ROA (Return on

Asset). ROA adalah ukuran rasio yang dinyatakan dalam persentase antara

pendapatan bersih setelah pajak yang diperoleh perusahaan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki perusahaan. ROA adalah perbandingan (rasio) laba sebelum pajak

(earning before tax/EBT) selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha

dalam periode yang sama. Semakin besar ROA, semakin besar pula keuntungannya yang dicapai oleh bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Indikator variabel ini diukur dengan:

Return on Asset (ROA) bertujuan untuk mengukur keberhasilan manajemen

dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.


(64)

Klarifikasi tingkat Return on Asset (ROA) dinilai berdasarkan kriteria berikut: Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Return On Asset

Peringkat Kriteria

1 ROA > 1,5%

2 1,25% < ROA ≤ 1,5%

3 0,5% < ROA ≤ 1,25%

4 0% < ROA ≤ 0,5%

5 ROA ≤ 0%

E.Value at Risk (VaR)

1. Pengertian Value at Risk

Value at Risk (VaR) merupakan metode yang banyak diterima diaplikasikan

saat ini. Value at Risk pada saat ini dianggap sebagai metode standar di dalam mengukur risiko pasar (market risk) dan mulai banyak digunakan untuk mengukur risiko (portofolio) kredit.

Value at Risk adalah suatu metode pengukuran risiko secara statistik yang

memperkirakan kerugian maksimum yang mungkin terjadi atas suatu portofolio pada tingkat kepercayaan (level of confidence) tertentu. Nilai VaR selalu disertai dengan probabilitas yang menunjukkan seberapa mungkin kerugian yang terjadi akan lebih kecil daripada nilai VaR tersebut. VaR adalah suatu nilai kerugian yang mungkin dialami dalam jangka waktu yang telah ditentukan.


(65)

50

Per definisi Value at Risk adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu/periode tertentu (predicted worst-case loss with a specific confidence level ove a period of time”). Konsep VaR berdiri di atas observasi statistik atas data-data historis dan relatif dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang bersifat objektif. Upaya untuk mengukur risiko telah dilakukan orang dengan berbagai cara.31

Berbagai indikator yang sering digunakan oleh bank dalam mengukur dan mengelola risiko kredit atas portofolio kreditnya, misalnya penetapan rating, pembatasan tenor, pembatasan sektor industri, penetapan watch list, dsb.

VaR (Value at Risk) dikatakan dapat merangkum seluruh substansi yang ingin ditangkap dari alat-alat atau metode-metode tradisional tersebut. VaR (Value

at Risk) juga mengakomodasi kebutuhan untuk mengetahui potensi kerugian atau

eksposur tertentu. VaR (Value at Risk) juga dapat diterapkan pada berbagai level transaksi, mulai dari individual exposure sampai pada portofolio exsposures.32

Secara umum ada empat pertanyaan dasar yang akan dijawab dengan menggunakan konsep VaR (Value at Risk).

1) Berapa banyak kerugian yang akan dialami bank?

31

Veithzal Rivai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Managetent For Islamic Bank, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), h.135.

32


(66)

2) Apakah kerugian tersebut akan terkonsentrasi pada satu aspek tertentu (obligor, area, jenis risiko)?

3) Exposure mana yang akan meminimalkan risiko dari exposure yang lain?

4) Berapa banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan mengambil risiko tersebut?

Konsep Value at Risk (VaR) ini dipopulerkan oleh J.P Morgan pada tahun 1994 sebagai alat ukur risiko. Regulator sektor finansial telah mengadopsi VaR sebagai alat ukut risiko yang dapat digunakan secara umum.33 VaR menunjukkan berapa banyak perusahaan dapat kehilangan atau membuat probabilitas tertentu dalam waktu tertentu. VaR merangkum risiko keuangan yang melekat dalam portofolio menjadi beberapa sederhana.

VaR memiliki tiga metode untuk melakukan perhitungan, yaitu

Variance-covariance Method, Historical Simulation Method dan Monte Carlo Simulation

Method.

Ketiga metode tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing antara lain:

1) Variance-covariance Method atau disebut juga Delta Normal Method

memiliki keunggulan dari sisi kemudahan komputasi dan implementasi. Model ini diperkenalkan oleh JP.Morgan pada awal 1990-an. Asumsi yang digunakan dalam Variance-covariance Method adalah:

33


(67)

52

 Portofolio disusun atas aset-aset yang linier. Lebih tepanya, perubahan nilai dari suatu portofolio bersifat linier dependen pada semua perubahan yang terjadi pada nilai aset. Jadi, return portofolio juga bersifat dependen pada return aset.

Return aset berdistribusi normal. Selain memiliki keunggulan dalam hal

kemudahan komputasi dan implementasi, metode ini memiliki kelemahan dalam akurasi (lebih lemah) dibandingkan dua metode lainnya.

2) Historical Simulation Method merupakan metode yang paling sederhana

dan paling transparan dalam perhitungan. Termasuk dalam perhitungan nilai portofolionya. Kelemahan metode ini tidak menggunakan distribusi normal pada return asetnya.

3) Monte Carlo Simulation Method juga merupakan metode pengukuran yang

relatif sederhana dibandingkan dengan Variance-covariane model. Monte

Carlo Simulation Method memiliki keunggulan dalam akurasi, namun

memiliki kelemahan dalam hal komputasi yang lebih rumit dibandingkan

Historical Simulation Method.

Kelebihan dari VaR adalah metode yang fokus pada downside risk, tidak tergantung pada asumsi distribusi dari return dan pengukuran ini dapat diaplikasikan ke seluruh produk-produk finansial yang diperdagangkan. Angka yang diperoleh dari pengukuran dengan VaR merupakan perhitungan secara agregat atau menyeluruh terhadap risiko produk-produk sebagi suatu kesatuan.


(1)

Regression

Lampiran 5. Hasil

Output

SPSS 20

Warning # 849 in column 23. Text: in_ID

The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It could

not be mapped to a valid backend locale.

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT ROA

/METHOD=ENTER VaRMudharabah VaRMusyarakah

/RESIDUALS DURBIN

/SAVE RESID.

Notes

Output Created 09-SEP-2016 15:36:53

Comments

Input

Active Dataset DataSet0


(2)

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File 60

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used

Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.

Syntax

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL

/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT ROA

/METHOD=ENTER VaRMudharabah VaRMusyarakah

/RESIDUALS DURBIN

/SAVE RESID.

Resources

Processor Time 00:00:00,02

Elapsed Time 00:00:00,02

Memory Required 1644 bytes

Additional Memory Required


(3)

Variables Created or

Modified RES_1 Unstandardized Residual

[DataSet0]

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered

Variables Removed

Method

1

VaRMusyarakah ,

VaRMudharaba hb

. Enter

a. Dependent Variable: ROA

b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,386a ,149 ,119 ,004175260 ,775


(4)

b. Dependent Variable: ROA

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression ,000 2 ,000 4,992 ,010b

Residual ,001 57 ,000

Total ,001 59

a. Dependent Variable: ROA

b. Predictors: (Constant), VaRMusyarakah, VaRMudharabah

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -,003 ,006 -,525 ,601

VaRMudharabah 3,867E-005 ,000 ,789 2,329 ,023

VaRMusyarakah -3,467E-005 ,000 -,997 -2,942 ,005

Coefficientsa


(5)

Tolerance VIF

1

(Constant)

VaRMudharabah ,130 7,699

VaRMusyarakah ,130 7,699

a. Dependent Variable: ROA

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions

(Constant) VaRMudharaba h

VaRMusyaraka h

1

1 2,912 1,000 ,00 ,00 ,00

2 ,086 5,826 ,04 ,00 ,14

3 ,002 35,760 ,96 1,00 ,86

a. Dependent Variable: ROA

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value ,00386769 ,01703727 ,00767485 ,001717480 60


(6)

Std. Predicted Value -2,217 5,451 ,000 1,000 60

Std. Residual -1,731 1,965 ,000 ,983 60

a. Dependent Variable: ROA

Heteroskedastisitas setelah di ln

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 7,700 4,509 1,708 ,093

lnVaRmudhara -,824 ,923 -,205 -,893 ,376

lnVaRMusyarakah ,459 ,302 ,349 1,520 ,134


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH, MUSYARAKAH DAN Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah Dan Murabahah Terhadap Profitabilitas (Roa) Pt. Bank Syariah Mandiri, Tbk Periode 2009-2016.

0 2 16

PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH, MUSYARAKAH DAN Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah Dan Murabahah Terhadap Profitabilitas (Roa) Pt. Bank Syariah Mandiri, Tbk Periode 2009-2016.

0 2 15

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH dan MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (periiode Desember 2007-Desember 2014).

1 3 12

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, dan MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (periiode Desember 2007-Desember 2014).

0 4 17

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 3 15

PENGARUH PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN MUDHARABAHTERHADAP PROFIT PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Pengaruh Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah Terhadao Profit Perbankan Syariah di Indonesia.

0 1 15

PENGARUH PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN MUDHARABAH TERHADAPPROFIT PERBANKAN SYARIAH Pengaruh Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah Terhadao Profit Perbankan Syariah di Indonesia.

0 2 12

PENGARUH RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS.

4 19 53

PENGARUH RISIKO PEMBIAYAAN MUDHARABAH, RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH

1 3 18

PENGARUH RISIKO PEMBIAYAAN MUDHARABAH, RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH - repository perpustakaan

1 24 13