adalah masalah gizi buruk. Pernyataan ini diutarakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan yang mengatakan :
“Saat ini penderita gizi buruk di Kota Medan ada sekitar lebih kurang 505 penderita. Penderita gizi buruk yang paling banyak berada di kawasan
Medan Belawan dan Medan Labuhan. Untuk melihat penurunan penderita gizi buruk, Dinkes membuat tiga program berupa pemberian makanan secara
tepat, penyuluhan dan membentuk keluarga sadar gizi. Untuk mengatasi meningkatnya penderita gizi buruk di Medan, pihak Dinkes tidak mungkin
mengandalkan anggaran dari APBD saja. Namun demikian, kepada masyarakat Kota Medan tetap awas melihat dan menyikapi penderita gizi
buruk yang menimpa anak mereka”.
4.4.4. Perumahan dan Lingkungan
Salah satu aspek yang dapat dilihat adalah melalui fasilitas perumahan yang telah disediakan antara lain seperti layanan air bersih, listrik, telepon, dan gas.
Berikut merupakan informasi persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih, listrik, telepon, dan gas dirinci per kecamatan di Kota Medan.
Tabel 18. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Bersih, Listrik, Telepon, Gas dirinci Per Kecamatan di Kota Medan
No Kecamatan
Jenis Pelayanan Air Bersih
Listrik Telepon
Gas 1
Medan Timur 99
100 75
40 2
Medan Polonia 99
100 70
35 3
Medan Labuhan 40
94 33
7 4
Medan Marelan 39
94 31
8 5
Medan Belawan 37
95 50
9
Sumber : Hasil Penelitian, 2007
Universitas Sumatera Utara
Bila dilihat dari penyebaran fasilitas perumahan, persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih sudah mencapai 99 di kecamatan Medan Timur dan
Medan Polonia. Rumah tangga di Kecamatan Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan umumnya belum menikmati fasilitas air bersih, dimana kebanyakan
rumah tangga masih menggunakan fasilitas air sumur. Pentingnya ketersediaan air bersih, yang merupakan salah satu unsur terpenting sanitasi kesehatan lingkungan,
juga tidak bisa diabaikan jika hal ini tidak diperhatikan, maka berbagai macam penyakit yang bersumber dari air kotor seperti tiphus, kolera dan disentri yang jika
terlalu parah bisa mengakibatkan kematian dan mudah sekali berjangkit. Penyakit- penyakit ini pula yang menyebabkan kematian pada anak-anak. Semua penyakit itu
harus diatasi secara cepat lewat penyediaan air bersih. Dalam pengadaan fasilitas listrik, rata-rata rumah tangga di Kecamatan
Medan Timur, Medan Polonia, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan umumnya sudah menikmati fasilitas listrik. Fakta ini menunjukkan bahwa
masyarakat Kota Medan umumnya sudah memiliki aliran listrik di rumah tangga mereka. Untuk layanan telepon, tidak semua rumah tangga menggunakan fasilitas
tersebut, disebabkan kebutuhan dan kemampuan ekonomi setiap masyarakat berbeda- beda. Begitu juga dengan layanan pasokan aliran gas di dalam rumah tangga, dimana
tampak penggunaan fasilitas ini yang sangat mencolok. Di kecamatan Medan Timur sebanyak 40 dan 35 di Medan Polonia, masyarakatnya menggunakan layanan
gas ke dalam rumah tangga mereka, dimana sebagian besar masyarakat di kecamatan
Universitas Sumatera Utara
ini merupakan masyarakat menengah ke atas. Masyarakat yang tidak menggunakan layanan ini umumnya menggunakan bahan bakar minyak tanah maupun tabung gas
untuk memasak. Selain penyediaan fasilitas perumahan, kawasan perumahan juga
mempengaruhi tingkat kesejahteraan. Kawasan perumahan yang berkembang mempunyai dua macam karakterpola, yaitu kawasan perumahan yang tertata baik
dan kawasan yang tidak tertata. Kawasan perumahan yang tertata dibangun dan dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan pengembang, mulai dari tipekelas
perumnasBTN sampai dengan perumahan mewah tipe real estate. Kawasan perumahan tertata umumnya berkembang di kawasan Kecamatan Medan Polonia dan
Medan Timur. Kawasan perumahan tidak tertata merupakan kawasan perumahan
tradisionalkonvensional, yang kemudian tumbuh dan berkembang secara alami, tanpa dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Di beberapa tempat,
kawasan perumahan tipe ini telah berkembang menjadi padat dan tidak teratur, sehingga menjadi kawasan kumuh. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kondisi
lingkungan sekitar.Di kecamatan Medan Labuhan, kawasan ini berada pada kawasan pinggiran rel kereta api, daerah aliran sungai dan di kawasan dekat pelabuhan.
Berdasarkan penuturan dari informan setempat tentang pemukiman kumuh di Medan Labuhan adalah sebagai berikut:
”Umumnya masyarakat miskin tinggal di kawasan pinggiran rel kereta api, daerah aliran sungai dan kawasan dekat pelabuhan. Mereka mendirikan
pemukiman yang tidak teratur dan terkesan kawasan kumuh. Seperti di
Universitas Sumatera Utara
kelurahan Pekan Labuhan, di sini masyarakat mendirikan pemukiman di daerah aliran sungai dengan pemukiman yang seadanya. Di kelurahan
martubung, kelurahan sei mati dan kelurahan besar, banyak masyarakat miskin mendirikan pemukiman di pinggir rel kereta api. Sedangkan di
kelurahan nelayan indah dan pekan labuhan dan kelurahan martubung banyak berdiri perumahan Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM atau
buruh bongkar muat. Perumahan ini juga merupakan kawasan kumuh tanpa dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Jadi di semua
kelurahan di kecamatan Medan Labuhan terdapat pemukiman yang tidak tertata dan terkesan kumuh bagi lingkungan sekitar.”
Kondisi di atas tidak hanya terjadi di Kecamatan Medan Labuhan, tetapi juga di kecamatan Medan Belawan. Masyarakat miskin yang tinggal di pinggir rel kereta
api berada di kelurahan Bagan Deli, dan kelurahan Belawan P. Sicanang. Di Kecamatan Medan Timur juga masih terdapat masyarakat miskin yang tinggal di
kawasan pinggir rel yaitu di Kelurahan Durian, Kelurahan Gaharu dan Kelurahan Glugur Darat II, begitu juga masyarakat di Kecamatan Medan Polonia, umumnya
masyarakat miskin tinggal di pemukiman daerah aliran sungai, yaitu aliran sungai deli.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa masyarakat marginal di satu sisi semakin terbatas aksesnya terhadap pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana dasarnya,
sedangkan di sisi lain kemampuan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat juga semakin menurun sejalan dengan
menurunnya kondisi perekonomian negara. Kondisi demikian semakin memperberat kondisi lingkungan permukiman yang sebelumnya sudah kumuh serta munculnya
kawasan-kawasan kumuh baru.
Universitas Sumatera Utara
4.4.5. Pengeluaran