Komunikasi Antar Pribadi Orangtua Dan Anak Dalam Menanamkan Pengetahuan Bahasa Daerah (Studi Deskriptif Pada Orangtua Dan Anak Di Lingkungan III Kelurahan Tembung-Kecamatan Medan Tembung)

(1)

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI ORANGTUA DAN ANAK

DALAM MENANAMKAN PENGETAHUAN BAHASA

DAERAH

(Studi Deskriptif Pada Orangtua dan Anak di Lingkungan III Kelurahan Tembung-Kecamatan Medan Tembung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi Diajukan Oleh :

060904003

AFIFAH ALI AMRAN

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH:

NAMA : AFIFAH ALI AMRAN

NIM : 060904003

DEPARTEMEN : ILMU KOMUNIKASI

JUDUL : KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI ORANGTUA DAN ANAK DALAM MENANAMKAN PENGETAHUAN BAHASA DAERAH

(STUDI DESKRIPTIF PADA ORANGTUA DAN ANAK DI LINGKUNGAN III KELURAHAN TEMBUNG-KECAMATAN MEDAN TEMBUNG)

PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN ILMU

KOMUNIKASI

DRA. LUSIANA A. LUBIS, M.A DRS. AMIR PURBA, M.A NIP. 196704051990032002 NIP. 195102191987011001

PEMBANTU DEKAN I

DRS. HUMAIZI, M.A NIP. 195098091986011002


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI……….. I

KATA PENGANTAR………... II

DAFTAR ISI……….. IV

DAFTAR TABEL………..… VI

DAFTAR GAMBAR………..… IX


(4)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Komunikasi Antar Pribadi Orangtua dan Anak Dalam Menanamkan Pengetahuan Bahasa Daerah (Studi Deskriptif Pada Orangtua dan Anak di Lingkungan III kelurahan Tembung-Kecamatan Medan Tembung). Perumusan masalah dalam skripsi ini adalah “ bagaimanakah komunikasi antar pribadi orang tua dan anak dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah di Lingkungan III Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung?”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui komunikasi antar pribadi orangtua dan anak dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah di Lingkungan III Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung. Adapun teori yang digunakan adalah komunikasi, komunikasi antar pribadi, S-O-R (system organism respon), komunikasi keluarga, dan bahasa verbal dalam konteks komunikasi antar budaya.

Populasinya adalah Orangtua dan anak (usia 13-15 tahun) di Lingkungan III kelurahan Tembung kecamatan Medan-Tembung. Penentuan jumlah sampel menggunakan metode yang dipopulerkan oleh Arikunto (2000:125), jumlah keseluruhan populasi sebanyak 135 keluarga dan jumlah sampelnya adalah 48 keluarga. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling) Peneliti melakukan cara untuk mengambil sampel dengan memilih teknik mengundi. Analisis data sendiri dilakukan dengan menggunakan analisis tabel tunggal.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan suatu peristiwa atau situasi penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Selain melalui buku-buku dan internet, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara wawancara dan memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuisioner kepada responden. Setiap kuisioner berisi 27 pertanyaan tertutup dan 2 pertanyaan terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi orangtua dan anak di Lingkungan III kelurahan Tembung kecamatan Medan tembung, sudah berjalan cukup efektif. Hanya saja intensitasnya masih kurang. Dengan demikian perkembangan bahasa daerah dalam keluarga sudah berjalan, meskipun dengan tingkat perkembangan yang masih rendah.


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya dan Sholawat pada Rasullullah SAW atas Shafa’atnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Komunikasi Antar Pribadi Orangtua dan Anak dalam Menanamkan Pengetahuan Bahasa Daerah, sebagai tugas akhir Penulis sebagai mahasiswa FISIP USU. Selama penulisan skripsi ini, dari mulai pemilihan judul sampai akhirnya selesai tentunya tak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga penulis menyampaikan ribuan terima kasih kepada:

1. Ayahandaku tersayang H. Ali Amran Zakaria Lc yang telah memberikan dukungan moril, do’a yang tak pernah hentinya, semangat serta nasehat pada ananda hingga sampai saat ini. Juga pada Ibunda Dra.Hj.Maisarah MG.

2. Bapak Drs. Humaizi, M.A selaku Pembantu Dekan I FISIP USU.

3. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departement Ilmu Komunikasi Fisip USU.

4. Ibunda Dra. Lusiana A. Lubis, M.A selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan Penulis selama penulisan Skripsi ini berlangsung.

5. Kakanda Multazimah dan adik-adik semuanya, Zaki, Fais, Ridho, dan Dedek. Semoga kita bisa menjadi anak yang berbakti dan dapat membahagiakan orangtua kita, amiiiin.


(6)

6. Soulmate tersayang sepanjang masa, Buq Uncu, sssi bun, dan tata’ arga yang selalu bisa menghapus kepenatan dan menggantinya dengan senyum serta canda tawa, makasih ya kedan beda generasi qu. Cepat besar dan semoga jadi anak pintar yang sayang orangtua ya. Papah sayang ma kelen. 7. Keluarga Flickazone qu tersayang; Dinda, Buti, Deqbel, Ika, Lakbel, Ntol, Areph juga doyok. Kalian sahabat terbaik dalam hidup qu, jangan lupakan semua kebelean yang pernah kita lalui, always luv bele

8. Para kedan gilo, Ichonk, Mbak lun, Upeq, semuanya. Kelen memang ga ada dua nya. Tetap gini terus ya sahabatqu.

9. Keluarga besar Mukhtar Ghaffar, khususnya Atok tersayang yang selalu mendoakan cucu sulungnya ini di tiap doanya. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan namanya disini. Thanks for all.

Medan, Juni 2010 Penulis


(7)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………...……….……….1

1.2 Perumusan Masalah …...………...………...7

1.3 Pembatasan Masalah ……..……….……...7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...8

1.5 Kerangka Teori ...9

1.6 Kerangka Konsep ……..………...………18

1.7 Model Teoritis ..………...….19

1.8 Operasional Variabel .………...…....20

1.9 Defenisi Operasional..………...…………21

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi ………..……...23

2.2 Komunikasi Antar Pribadi ………..…………31

2.3 S-O-R (Sistem Organism Response)...36

2.4 Komunikasi Keluarga...40

2.5 Bahasa Verbal dalam Konteks Komunikasi Antar Budaya...44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian.………..…………...49

3.1.1 Batas-batas Kelurahan ………..………...49

3.1.2 Keadaan Penduduk……….………..………....49

3.1.3 Karakteristik Penduduk………...……….50

3.1.4 Fasilitas dan Sarana Pemerintah.………..………....52

3.2 Metode Penelitian ……….………...53

3.3 Populasi dan Sampel ...54

3.4 Teknik Pengambilan Sampel ……….…..56

3.5 Teknik Pengumpulan Data... ………...……....56


(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data.………..………...59

4.1.1 Tahap Awal ………..………...59

4.1.2 Pengumpulan Data ………..…………59

4.2 Proses Pengolahan Data ………..………60

4.3 Analisis Tabel Tunggal ………..…………..61

4.4 Pembahasan ………...………..98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………..………101


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel ………...……….….20

Tabel 2.1. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ....………….…..50

Tabel 2.2. Kepadatan Penduduk ………..………..………50

Tabel 2.3. Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Tembung ….……...….….51

Tabel 2.4. Agama yang dianut...…….………...52

Tabel 2.5. Etnis ……….……….52

Tabel 2.6. Fasilitas Umum ………...……….………52

Tabel 2.7 Jumlah penduduk di Setiap Lingkungan ...54

Tabel 3.1 Usia Responden ………...….……….………61

Tabel 3.2 Jenis Kelamin ………..……….………62

Tabel 3.3 Suku ………...……….………..63

Tabel 3.4 Kedudukan Anak dalam Keluarga ………..………….………63

Tabel 3.5 Intensitas Melakukan Komunikasi tentang Bahasa Daerah dengan Orangtua .……….64

Tabel 3.6 Lamanya Berkomunikasi Antar Pribadi dengan Orangtua Mengenai Bahasa Daerah dalam Sehari ……….………..65

Tabel 3.7 Sikap Anak ketika proses komunikasi antar pribadi sedang berlangsung ...67

Tabel 3.8 Waktu Melakukan Komunikasi Antar Pribadi dengan Pembahasan Mengenai Bahasa Daerah ...69

Tabel 3.9 Sikap Orangtua Ketika Proses Komunikasi Antar Pribadi mengenai Bahasa Daerah sedang Berlangsung ………..……..71

Tabel 3.10 Tempat berlangsungnya proses komunikasi antarpribadi Anak dan orangtua tentang bahasa daerah...72

Tabel 3.11 Tingkat Kenyamanan Anak Ketika Proses Komunikasi Antar Pribadi Mengenai Bahasa Daerah Sedang Berlangsung ……….75

Tabel 3.12 Suasana yang Terjadi Saat Pembicaraan tentang Bahasa Daerah Berlangsung ...76


(10)

Tabel 3.13 Umpan balik atau tanggapan anak kepada orangtua ketika pesan tentang bahasa daerah

telah disampaikan ...77 Tabel 3.14 Peran Orangtua dalam Hal Memberikan Pengetahuan Bahasa

Daerah pada Anak ……….………...80 Tabel 3.15 Tingkat Kesenangan Anak Mengenai Topik Bahasa Daerah

saat Berkomunikasi Antar Pribadi dengan

Orangtua ………...…81 Tabel 3.16 Tingkat Pemahaman Anak Mengenai Isi Pesan tentang

Bahasa Daerah yang Telah Disampaikan Oleh

Orangtua ………...82 Tabel 3.17 Tingkat Kejelasan Isi Pesan Tentang Bahasa Daerah

yang Disampaikan Oleh

Orangtua ……….…..83 Tabel 3.18 Tingkat Penting atau Tidaknya Orangtua Memberikan

Pengetahuan Bahasa Daerah pada

Anak ……….84 Tabel 3.19 Cara yang Dilakukan oleh Orangtua dalam

Menyampaiakan Pemahaman Mengenai Bahasa

Daerah ...85 Tabel 3.20 Intensitas Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Daerah

Dengan Orangtua ……….87 Tabel 3.21 Jumlah Kata Dari Bahasa Daerah Yang Dikuasai

Oleh Anak ………89 Tabel 3.22 Tingkat Kerumitan Bahasa Daerah ……….….90 Tabel 3. 23 Tingkat Kemampuan Anak dalam Memahami Isi Pesan

Mengenai Bahasa Daerah ……….………91 Tabel 3.24 Berkomunikasi Dengan Teman Menggunakan Bahasa

Daerah ………..92 Tabel 3.25 Jenjang Usia Anak Mendapatkan Pemahaman Pengetahuan

Bahasa Daerah ………...…...……94 Tabel 3.26 Peningkatan pemahaman tentang bahasa


(11)

Tabel 3.27 Situasi Saat Orangtua Berkomunikasi dengan Menggunakan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model S-O-R ………...15 Gambar 2. Model teoritis ………..19 Gambar 3 Model S-O-R ………39


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. BIODATA

2. KUISIONER

3. TABEL FOLTRON COBOL

4. LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI 5. SURAT PENELITIAN

6. SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI KELURAHAN


(14)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Komunikasi Antar Pribadi Orangtua dan Anak Dalam Menanamkan Pengetahuan Bahasa Daerah (Studi Deskriptif Pada Orangtua dan Anak di Lingkungan III kelurahan Tembung-Kecamatan Medan Tembung). Perumusan masalah dalam skripsi ini adalah “ bagaimanakah komunikasi antar pribadi orang tua dan anak dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah di Lingkungan III Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung?”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui komunikasi antar pribadi orangtua dan anak dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah di Lingkungan III Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung. Adapun teori yang digunakan adalah komunikasi, komunikasi antar pribadi, S-O-R (system organism respon), komunikasi keluarga, dan bahasa verbal dalam konteks komunikasi antar budaya.

Populasinya adalah Orangtua dan anak (usia 13-15 tahun) di Lingkungan III kelurahan Tembung kecamatan Medan-Tembung. Penentuan jumlah sampel menggunakan metode yang dipopulerkan oleh Arikunto (2000:125), jumlah keseluruhan populasi sebanyak 135 keluarga dan jumlah sampelnya adalah 48 keluarga. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling) Peneliti melakukan cara untuk mengambil sampel dengan memilih teknik mengundi. Analisis data sendiri dilakukan dengan menggunakan analisis tabel tunggal.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif, yang hanya menggambarkan suatu peristiwa atau situasi penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Selain melalui buku-buku dan internet, pengumpulan data juga dilakukan dengan cara wawancara dan memberikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuisioner kepada responden. Setiap kuisioner berisi 27 pertanyaan tertutup dan 2 pertanyaan terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi orangtua dan anak di Lingkungan III kelurahan Tembung kecamatan Medan tembung, sudah berjalan cukup efektif. Hanya saja intensitasnya masih kurang. Dengan demikian perkembangan bahasa daerah dalam keluarga sudah berjalan, meskipun dengan tingkat perkembangan yang masih rendah.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Segala kegiatan dan buah pikiran manusia menghasilkan kebudayaan. Tiap kelompok masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda, karena masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal dengan kemajemukannya dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa/etnis, agama, bahasa istiadat dan sebagainya.

Setiap suku dan bangsa mempunyai budaya masing-masing. Keberagaman budaya yang ada di Indonesia juga berarti bahasanya pun beragam. Bahasa merupakan unsur penting dalam setiap kebudayaan. Menurut Nababan, bahasa terlibat dalam semua aspek kebudayaan. Hampir semua kegiatan manusia dilakukan dengan berbahasa. Kita tidak mungkin dapat mengembangkan unsur kebudayaan seperti pakaian, rumah, lembaga pemerintahan, dan sebagainya tanpa bahasa.

Bahasa sebagai sistem komunikasi masyarakat mempunyai makna hanya dalam kebudayaan yang mewadahinya. Itu berarti, untuk memahami suatu budaya, kita perlu memahami bahasanya. Sebaliknya, untuk memahami suatu bahasa, sedikit banyak kita perlu memahami budayanya (Nugroho, 2007 : 145).

Menurut kamus Antropologi (1985), bahasa daerah adalah bahasa yang dipergunakan oleh penduduk di daerah geografis tertentu yang terbatas dalam


(16)

wilayah suatu negara. Kesadaran berbahasa merupakan modal penting dalam mewujudfungsikan berbahasa, bagaimana menempatkan bahasa yang beraneka ragam ke posisi yang sesuai dengan tuntutan zaman, namun tetap melestarikan kebudayaan lama. Hal ini untuk menjaga agar bahasa daerah tidak punah karena hadirnya bahasa resmi dan bahasa asing.

Salah satu aspek kebudayaan yang kiranya menduduki prioritas utama untuk dibina, dikembangkan, dan selanjutnya diwariskan ialah bahasa-bahasa daerah. Karena bahasa daerah merupakan alat komunikasi yang pertama diperoleh anak dalam keluarga dan juga sebagai petunjuk identitas kebudayaan daerah yang perlu dilestarikan kehidupannya.

Kepunahan bahasa, terutama bahasa daerah, menjadi masalah serius yang juga perlu perhatian pemerintah dan masyarakat. Sebab, proses kepunahan bahasa ini akan diikuti dengan kepunahan budaya dan pada akhirnya kepunahan masyarakat. Padahal, bahasa adalah refleksi dan identitas yang paling kokoh dari sebuah budaya.

Generasi muda saat ini sedikit yang peduli terhadap bahasa ibu. Disebabkan karena adanya anggapan jika berbahasa daerah dianggap tidak modern dan kampungan. Ditambah lagi dengan bermunculannya tayangan televisi maupun acara di radio yang lebih menonjolkan bahasa campuran Indonesia dan Inggris, juga bahasa gaul metropolitan yang banyak digunakan anak muda.


(17)

Pengembangan bahasa daerah sebagai bahasa ibu di Indonesia, juga dapat dilakukan dengan mengenalkan bahasa daerah kepada anak-anak sejak dini. Tentunya diperlukan peran dari keluarga dan lingkungan masyarakat daerah setempat agar bahasa daerah setempat tidak punah

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup.

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu, melalui keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu. Meskipun merupakan organisasi sosial terkecil dalam suatu budaya, namun mempunyai pengaruh yang amat penting.

Keluargalah yang paling berperan dalam proses pengembangan diri anak selama periode-periode formatif dalam kehidupannya. Keluarga memberi banyak pengaruh budaya kepada anak, juga berperan sebagai pembimbing anak dalam menggunakan bahasa, mulai dari cara memperoleh kata hingga dialek. Keluarga juga memberikan persetujuan, dukungan, ganjaran, dan hukuman yang mempengaruhi nilai-nilai yang anak kembangkan dan tujuan-tujuan yang ingin ia capai (Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, 1993:31).


(18)

Pada lingkungan rumah tangga, proses komunikasi diantara anggota keluarga dirasakan lebih akrab apabila digunakan bahasa daerah. Dalam bahasa daerah, cara berbahasanya adalah dengan memperhatikan tatakrama dan kedudukan orang yang diajak bicara, sehingga suasana kekeluargaan terhadap orang tua atau orang–orang yang lebih tua semakin terasa dalam suasana kedaerahan. Suasana kerukunan dan keakraban akan tampak dalam penggunaan bahasa daerah ini, dan memang harus diakui bahwa, karena sudah terbiasa sejak kecil, penggunaan bahasa daerah dirasakan lebih komunikatif dan lebih

menunjukkan keakraban

Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh De Vito (1976) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Secara umum, komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus menerus. Komunikasi antar pribadi juga merupakan suatu pertukaran yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik, sedangkan makna yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah


(19)

pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi (Liliweri, 1991:12).

Dalam keluarga komunikasi merupakan hal yang amat penting untuk menjaga hubungan antar pribadi tiap anggota keluarga, khususnya hubungan orangtua dan anaknya. Karena orangtua lah yang memegang andil besar dalam keluarga, dan juga dalam hal pengembangan kepribadian maupun pelestarian kebudayaan pada sebuah keluarga. Sehingga hal yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana komunikasi antar pribadi yang dilakukan dalam sebuah kelurga, dapat berjalan lancar.

Kelurahan Tembung merupakan kelurahan yang peneliti pilih untuk melakukan penelitian ini, yang terletak di Jalan Bantan No 17 Medan-Tembung. Kelurahan ini terbagi pada enam lingkungan dengan jumlah penduduk yang berjumlah 13315 jiwa. Pada penelitian ini peneliti membatasi lokasi penelitian hanya pada satu Lingkungan. Karena luasnya area penelitian, peneliti hanya mengambil satu lingkungan saja yakni Lingkungan III dengan jumlah 402 Kepala Keluarga dan total penduduk sebanyak 2145 jiwa.

Penduduk di lingkungan ini berasal dari keluarga dengan latar belakang usia, pendidikan, pekerjaan dan suku yang beraneka ragam. Dikarenakan perbedaan latar belakang tersebut tentu saja cara yang dipakai orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pada anak akan berbeda.


(20)

Peneliti ingin mengetahui bagaimana sebenarnya komunikasi antar pribadi yang dilakukan orangtua dan anaknya dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah di keluarga untuk mempertahankannya pada generasi mereka, yakni anak-anaknya. Apakah dengan menerapkan peraturan harus menggunakan bahasa daerah jika sedang berada dirumah, atau jika sedang dalam musyawarah keluraga, atau dengan kondisi yang lainnya.

Melihat pada kehidupan orang-orang desa yang tinggal di daerah dengan unsur kebudayaan yang masih sangat terjaga, dalam keluarganya mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah. Karena pada saat orangtua dalam keluarga tersebut masih berada pada posisi sebagai anak, orangtuanya sudah membiasakan dirinya untuk menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-harinya. Dan hal itu pulalah yang ia terapkan pada keluarganya, sehingga bahasa daerah tersebut dapat diwariskan secara turun temurun.

Terdapat perbedaan antara masyarakat desa dan masyarakat kota, ketika dihadapkan pada kehidupan masyarakat kota khususnya kota metropolitan dengan segala kemegahan dan life style nya, cara hidup yang instant dan serba modern dengan teknologi yang semakin canggih. Bagaimanakah bahasa daerah yang berasal dari beragam suku yang ada di Indonesia ini diwariskan pada genersai selanjutnya, khususnya dalam sebuah keluarga. Komunikasi antar pribadi seperti apa yang diterapkan keluarga terutama orangtua untuk menanamkan pengetahuan bahasa daerah pada anak.


(21)

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti komunikasi antar pribadi orang tua dan anak dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah di lingkungan III Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “ bagaimanakah komunikasi antar pribadi orang tua dan anak dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah di Lingkungan III Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung?”

1.3 Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:

1) Objek penelitiannya adalah orang tua dan anak yang berusia 13-15 tahun (siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)). 2) Penelitian ini hanya melihat komunikasi antar pribadi orangtua dan


(22)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui komunikasi antar pribadi orangtua dan anak dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah di Lingkungan III Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung

2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi orangtua dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah

3) Untuk mengetahui peran orangtua dalam melestarikan bahasa daerah dalam keluarga.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diberikan dari penelitian ini adalah :

1) Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU. 2) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah

ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai komunikasi, khususnya komunikasi antar pribadi.

3) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam kajian studi ilmu sosial/komunikasi mengenai peran orangtua dalam menanamkan pengetahuan bahasa daerah pada anak.


(23)

1.5 Kerangka Teori

Menurut Nawawi, setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1955: 40).

Wilbur Schramm menyatakan bahwa teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar tinggi, dan daripadanya proposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku (Effendi, 1990: 241).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah teori komunikasi, komunikasi antar pribadi, S-O-R (sistem organism respon), komunikasi keluarga, dan bahasa verbal dalam konteks komunikasi antar budaya.

1.5.1 Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Dengan komunikasi, seseorang dapat menyampaikan informasi, ide ataupun pemikiran, pengetahuan, konsep dan lain-lain kepada orang lain secara timbal-balik, baik sebagai penyampai (komunikator) maupun sebagai penerima pesan (komunikan).

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”, yakni “sama makna” (lambang). Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator


(24)

kepada penerima pesan sebagai komunikan yang bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antar kedua belah pihak.

Sebelum komunikator mengirimkan pesan-pesan/ informasi kepada pihak komunikan, terlebih dahulu memberikan makna dalam pesan-pesan tersebut (decode). Pesan tersebut ditangkap oleh komunikan dan diberikan makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya (encode).

Sebuah defenisi singkat untuk lebih memahami pengertian komunikasi, Effendi mengutip pendapat Harold The Lasswell, yaitu cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan” who says what, in wich channel, to whom, with what effect”. Pernyataan ini mengandung lima unsur dasar komunikasi (Effendi, 1990:255). Dengan begitu, di dalam berkomunikasi ada lima unsur yang tercakup, yaitu komunikator, pesan, saluran, komunikan, dan efek.

Berdasarkan uraian yang ada, khususnya dalam membicarakan pengertian komunikasi, maka dapat diikhtisarkan:

a. Komunikasi berasal dari Bahasa Latin, Communis yang berarti sama. Maksudnya bila seseorang menyampaikan pesan komunikasi kepada orang lain maka terlebih dahulu harus menyadarkan persamaan lambang dengan orang yang dituju sebagai sasaran komunikasi.

b. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan komunikasi dari seseorang atau sekelompok kepada sesorang atau sekelompok lain.


(25)

c. Kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen seperti sumber, pesan, saluran, penerima, gangguan, proses penyampaian, arus balik dan efek.

d. Kegiatan komunikasi meliputi komunikasi intra individu, antar individu, kelompok kecil, public speaking, komunikasi massa maupun komunikasi antar kebudayaan (Suwardi, 2007: 11).

1.5.2 Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi dan komunikasi antar pribadi merupakan jenis yang dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis dan memilki arus balik bersifat langsung.

De Vito (1976) mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi mengandung ciri-ciri, yaitu: keterbukaan (openes), empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positivness), kesamaan ( equality). Sedangkan menurut Evert M. Rogers dalam Depari (1988) ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi adalah:

a. Arus pesan yang cenderung dua arah. b. Konteks komunikasinya tatap muka. c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi.

d. Kemampuan mengatasi tingkat selektifitas (terutama “selective exposure” ) yang tinggi.


(26)

e. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat. f. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap.

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu.

b. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu. c. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta

yang tidak mempunyai identitas yang jelas.

d. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

e. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan. f. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatakan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.

g. Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil.

h. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang bermakna (Liliweri, 1991:12).


(27)

1.5.3 S-O-R (Sistem Organism Response)

S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek materialnya adalah manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Teori ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi yang mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu.

Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;Pesan (stimulus, S), Komunikan (organism, O), dan Efek (Response, R).

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku maupun kognitif pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

a. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.


(28)

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah “how”, bukan “what” atau “why”. Dalam perubahan sikap, tampak bahwa sikap yang dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovland, Janis, dan Kelley mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable penting yaitu,

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Gambar 1 Model S-O-R

Stimulus

Organism: a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan


(29)

Bagan diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, komunikan mengerti setelah komunikan menerimanya dan mengolahnya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 1990: 254).

1.5.4 Komunikasi Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan.

Keluarga sebagai kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu, melalui keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu.


(30)

Suasana kekeluargaan dan kelancaran berkomunikasi antara anggota keluarga dapat tercapai apabila setiap anggota keluarga menyadari dan menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing sambil menikmati haknya sebagai anggota keluarga.

Agar komunikasi dan hubungan timbal balik dapat terpelihara dengan baik, maka hubungan timbal balik dalam keluarga harus menggambarkan kaitan yang sangat kuat sebagai berikut:

a. Hubungan suami-istri berdasarkan cinta kasih.

b. Hubungan orangtua dengan anak didasarkan kasih-sayang. c. Hubungan orangtua dengan anak remaja berdasarkan kasih sabar. d. Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sesama.

e. Komunikasi dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan bahagia bila berlandaskan kasih sayang (Gunarsa, 2002:13).

1.5.5 Bahasa Verbal dalam Konteks Komunikasi Antar Budaya

Bahasa adalah sarana utama untuk berkomunikasi dengan orang lain dan menyimpan informasi. Bahasa juga merupakan sarana utama dalam pewarisan budaya dari satu generasi pada generasi berikutnya. Bahkan, tanpa bahasa budaya yang sebagaimana kita kenal tidak akan ada.

Dalam kaitannya dengan studi kebudayaan (culture) bahasa ditempatkan sebagai sebuah unsur penting selain unsur-unsur lain seperti sistem pengetahuan, mata pencaharian, adat istiadat, kesenian, sistem peralatan hidup dan lain-lain.


(31)

Bahkan bahasa dapat dikategorikan sebagai unsur kebudayaan yang berbentuk non material selain nilai, norma, dan kepercayaan (belief) (Liliweri, 2003: 132).

Jadi, bahasa merupakan komponen budaya yang sangat penting dan mempengaruhi penerimaa serta prilaku manusia, perasaan dan juga kecendrungan manusia untuk mengatasi dunia sekeliling. Dengan kata lain, bahasa mempengaruhi kesadaran, aktivitas dan gagasan manusia, menentukan benar atau salah, moral atau tidak bermoral, dan baik atau buruk (Liliweri, 2003:57).

Meskipun pemakai bahasa daerah dalam lingkup kecil, namun karena bahasa daerah adalah salah satu penjelmaan dan bagian dari suatu bentuk kebudayaan, betapapun sederhananya tentu berharga untuk diketahui dan dipelajari demi perkembangan ilmu bahasa dan kebudayaan Indonesia secara keseluruhan dan utuh.

Dalam suatu bahasa tentu akan terdapat rumusan nilai-nilai kehidupan masyarakat pendukungnya, seperti adat istiadat, nilai kerohanian, kesusilaan, tata cara kehidupan, alam pikiran, atau sikap pandangan hidup dan sebagainya yang meliputi segala aspek maupun inspirasi kebudayaan masyarakat pendukungnya. Manfaat dari mempelajari bahasa daerah antar lain:

a. Menemukan warisan peninggalan budaya masa lampau, yang ternyata mengandung nilai-nilai kehidupan yang luhur.

b. Mengetahui bentuk-bentuk kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh Indonesia.

c. Budaya dan bahasa daerah mengandung nilai kehidupan klasik yang murni dan merupakan dasar-dasar kepribadian bangsa.


(32)

d. Dalam pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara, banyak mengambil dan menyerap kata-kata yang berasal dari bahasa daerah (Waridah Q, dkk, 2003: 94).

1.6Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penlitian yang dicapai dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, , 1995 : 33). Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggenarlisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Kriyantono, 2007: 149).

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan menggunakan variable. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yang bersifat deskriptif ini, yaitu:

1) Variabel Teoritis 2) Variabel Operasional


(33)

1.7Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar 2. Model teoritis

1.8Operasional Variabel

Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep, dibuatlah operasionalisasi variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian. . Adapun operasional variable dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:

Komunikasi Antar Pribadi Bahasa Verbal a. Komunikasi antar

pribadi orangtua dan anak

b. Karakteristik responden

a. Isi pesan b. Kejelasan isi c. Cara penyampaian

pesan

d. Tingkat kerumitan bahasa

e. Pemahaman terhadap pesan yang disampaikan


(34)

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel

Variabel Teoritis Variable Operasional

1. Komunikasi antar pribadi orangtua dan anak

a. Frekuensi komunikasi b. Intensitas komunikasi

c. Waktu pada saat proses komunikasi antar pribadi berlangsung

d. Suasana penyampaian pesan e. Umpan balik

2. Bahasa Verbal a. Isi pesan

b. Kejelasan isi

c. Cara

penyampaian pesan

d. Tingkat

kerumitan bahasa

e. Pemahaman

terhadap pesan yang disampaikan

3. Karakteristik responden a. Usia

b. Jenis kelamin c. Suku


(35)

1.9Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama. ( Singarimbun, 1995:46).

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1) Komunikasi Antar Pribadi orangtua dan anak

a) Frekuensi komunikasi, lamanya proses komunikasi antar pribadi oleh orangtua dan anak berlangsung.

b) Intensitas komunikasi, seberapa sering komunikasi yang terjadi antara orangtua dan anak.

c) Waktu pada saat proses komunikasi antar pribadi berlangsung, waktu yang dipilih untuk melaksanakan proses komunikasi.

d) Suasana penyampaian pesan, situasi atau kondisi yang terjadi pada saat proses komunikasi antar pribadi berlangsung.


(36)

e) Umpan balik, tanggapan yang diberikan oleh orangtua maupun anak setelah menyampaikan pesan.

2) Bahasa verbal

a) Isi pesan, pesan yang disampaikan oleh orangtua dan anak, apakah pembahasannya merupakan pesan yang penting atau hanya sekedar obrolan biasa.

b) Kejelasan isi, pesan yang disampaikan apakah sudah cukup jelas dan mudah dipahami, atau memerlukan penjelasan selanjutnya. c) Cara penyampaian pesan, cara-cara yang di pakai untuk

menyampaikan pesan-pesan tentang pengetahuan bahasa daerah. d) Tingkat kerumitan bahasa, kata-kata dalam bahasa daerah yang

rumit untuk dimengerti anak.

e) Pemahaman terhadap pesan yang disampaikan, pemahaman yang didapatkan oleh anak tentang isi pesan yang disampaikan.

3) Karakteristik responden

a) Usia, usia dari responden baik orangtua maupun anak. b) Jenis kelamin, tingkatan umur dari responden

c) Suku, identitas kebudayaan yang ada pada diri responden d) Anak ke-, kedudukan atau urutan anak ke berapa dalam


(37)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi

Kehadiran komunikasi menurut perjalanan sejarah sama tuanya dengan umur peradaban manusia di permukaan bumi ini. Pada zaman pra sejarah manusia telah mengenal proses penyampaian pernyataan dengan bahasa isyarat, bahasa lisan, gambar-gambar dan berbagai jenis gendering (drum) dan alat penabuh lainnya yang pada wujudnya dimaksudkan untuk menyampaikan suatu pesan komunikasi atau message.

Perkembangan kegiatan komunikasi itu sendiri sejak permulaan sejarah hingga sekarang ini, secara sistematis selalu diiringi dengan kemajuan yang dicapai manusia. Semakin maju peradaban hidup manusia, maka semakin maju pula kegiatan komunikasi tersebut. Kegiatan tersebut selalu berorientasi pada pola kehidupan manusia tersebut. Perkembangannya terus bergeser sesuai dengan bergesernya pola hidup dan tatanan kehidupan dari manusia saat itu pula.

Pada awal permulaan sejarah terlihat pergeseran kegiatan komunikasi secara cepat beradaptasi. Yakni mulai sejak Johan Gutenberg pada tahun 1450


(38)

menemukan mesin cetak, Claude Chappe dengan sistem telegraph tahun 1973, Alexander Graham Bell dengan penemuan telephone tahun 1876 dan Guglielmo Marconi di tahun 1896 menemukan gelombang elektronik untuk pemancar radio.

Hadirnya penemuan-penemuan baru ini merubah kegiatan komunikasi manusia, yang sesuai dengan perkembangan zaman. Kegiatan komunikasi tidak pernah tertinggal di belakang peradaban manusia, selalu seiring dan sejalan sampai kapan pun juga (Suwardi, 2007: 7).

Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Dengan komunikasi, seseorang dapat menyampaikan informasi, ide ataupun pemikiran, pengetahuan, konsep dan lain-lain kepada oranglain secara timbal-balik, baik sebagai penyampai (komunikator) maupun sebagai penerima pesan (komunikan).

Secara epistimologis istilah kata komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin yakni communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa diinterpretasikan dengan pemaknaannya adalah sama makna.

Jadi secara sederhana, dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut.

Komunikasi sendiri adalah sebuah kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk hidup. Tak hanya manusia, binatang juga melakukan proses komunikasi diantar sesamanya, dengan bahasanya sendiri. Dr. Everett Kleinjan menyatakan bahwa komunikasi adalah bagian kekal dari kehidupan manusia


(39)

seperti halnya bernafas, sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi.

Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannnya dan hasratnya kepada orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat (nonverbal), kemudian disusun dengan kemampuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bahasa verbal.

Sementara itu sifat dasar manusia yaitu “keingintahuan” yang sangat kuat dalam diri manusia tentang berbagai kejadian dan fenomena di dunia ini, mendorong manusia untuk terus-menerus mengumpulkan, saling menukar dan mengendalikan informasi juga menjadi tonggak penting manusia untuk melakukan komunikasi.

Harold D. Laswell, sarjana ilmu politik yang meminati kajian ilmu komunmikasi menyebutkan tiga alasan yang mendasar penyebab mengapa manusia perlu berkomunikasi. Tiga alasan tersebut adalah :

a. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannnya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan menghindari pada hal yang mengancam dirinya.

b. Upaya manusia untuk bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Proses kelanjutan masyarakat tergantung pada bagaimana masyarakat bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, tidak hanya pada alam namun pada kelompok masyarakat dan manusia yang lain sehingga mampu mencapai suasana yang harmonis.


(40)

c. Upaya manusia untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Suatu masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya wajib dan dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, prilaku dan peranan. Sehingga kelangsungan transformasi nilai dapat berkembang dari waktu ke waktu.

Sejak tahun empat puluhan atau tepatnya era 1930-1960, defenisi-defenisi mengenai komunikasi telah banyak diungkap, ketika itu para ahli di Amerika Serikat mulai merasakan kebutuhan akan “Science of Communication”, di antaranya adalah Carl L. Hovland, seorang sarjana psikologi yang menaruh perhatian pada perubahan sikap.

Menurutnya, ilmu komunikasi adalah “suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap (a systematic attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which information is transmitted and opinions and attitudes are formed).

Adapun mengenai komunikasinya sendiri, Hovland merumuskan sebagai “proses” dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikate) ( Amir Purba, Dkk, 2006: 29).

Berdasarkan uraian yang ada, khususnya dalam membicarakan pengertian komunikasi, maka dapat diikhtisarkan:

e. Komunikasi berasal dari Bahasa Latin, Communis yang berarti sama. Maksudnya bila seseorang menyampaikan pesan komunikasi


(41)

kepada orang lain maka terlebih dahulu harus menyadarkan persamaan lambang dengan orang yang dituju sebagai sasaran komunikasi.

f. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan komunikasi dari seseorang atau sekelompok kepada seseorang atau sekelompok lain.

g. Kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen seperti sumber, pesan, saluran, penerima, gangguan, proses penyampaian, arus balik dan efek.

h. Kegiatan komunikasi meliputi komunikasi intra individu, antar individu, kelompok kecil, public speaking, komunikasi massa maupun komunikasi antar kebudayaan (Suwardi, 2007: 11).

Dari defenisi tersebut, dapat kita ketahui bahwa ilmu komunikasi mempelajari dan meneliti perubahan sikap dan pendapat yang diakibatkan oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.

Berdasarkan tujuannya, komunikasi bertujuan untuk mengubah sikap, opini, prilaku dan masyarakat. Sedangkan fungsi dari komunikasi adalah menginformasikan, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi.

Unsur-unsur dalam komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dan saling melengkapi satu sama lain, dalam sebuah rangkaian sistem yang memungkinkan berlangsungnya suatu aktifitas komunikasi. Aktifitas komunikasi sebagai suatu proses memiliki berbagai defenisi yang beraneka ragam, mulai dari


(42)

yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Adapun unsur-unsur tersebut terdiri dari:

a. Sumber komunikasi( Communicator) – Penerima (Communicant) Sumber (komunikator) dalam sebuah aktifitas komunikasi adalah seseorang atau sekelompok orang, yang pada awalnya memulai pembicaraan dan selanjutnya menjadi setiap orang yang sedang berbicara ketika memberikan respon. Sedangkan penerima (komunikaan), adalah orang yang sedang menerima pesan.

Dalam hal ini, keduanya akan bergantian fungsi atau berubah fungsi sesuai dengan peranannya masing-masing. Oleh karena itu, sumber sebagai komunikator dan penerima sebagai komunikan, merupakan satu kesatuan dari dua istilah yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses komunikasi.

b. Encoding-Decoding

Dalam proses komunikasi encoding-decoding merupakan dua fungsi yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan satu sama lain sebab keduanya diperankan oleh komunikator dan komunikan. Sebagai komunikator akan melakukan fungsi encode (encoding) dan pada saat itu disebut sebagai encoder, sedangkan komunikan melakukan fungsi decode (decoding) yang disebut sebagai decoder.


(43)

Pesan (Message) adalah kata verbal tertulis (written) maupun lisan (spoken), isyarat (gestural), gambar (pictorial) maupun lambang-lambang lainnya yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dan dapat dimengerti oleh komunikan.

d. Saluran (Channel)

Saluran (channel) adalah media yang dipergunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Komunikasi menggunakan alat atau sarana sebagai saluran, disebabkan komunikan sebagai sasaran dalam komunikasi berada dalam jarak yang jauh dari komunikator. Oleh sebab itu, pesan berupa lambang-lambang yang menggunakan saluran primer memerlukan alat bantu saluran sekunder. Seperti telepon, surat, televisi, majalah, surat kabar, internet, (untuk pesan yang bersifat umum).

Selain dikarenakan oleh jarak kebutuhan akan media ini, juga diperlukan untuk menjangkau khalayak sasaran dalam jumlah yang banyak dan menyebar di berbagai tempat. Berdasarkan karakteristik saluran-saluran tersebut dapat dikelompokkan ke dalam space (ruang), time (waktu), serta space (ruang) dan time (waktu).

e. Umpan Balik (Feedback)

Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan kembali kepada sumbernya. Oleh karena itu, memiliki arti yang sangat penting


(44)

yang akan menentukan kontinuitas serta keberhasilan komunikasi tersebut. Umpan balik dapat berasal dari diri sendiri, dan dapat pula bersumber dari oranglain.

Selain itu umpan balik juga bias bersifat positif, dan bisa pula bersifat negatif. Umpan balik positif adalah respon atau tanggapan yang diterima, baik berupa pesan verbal maupun nonverbal sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator yang mengakibatkan komunikasi terus berlanjut. Sedangkan umpan balik negatif adalah tanggapan yang diberikan oleh komunikan, berupa pesan-pesan yang tidak sesuai dengan harapan komunikator dan dapat mengganggu kelangsungan proses komunikasi selanjutnya.

f. Efek (effect)

Efek dalam komunikasi adalah hasil yang dicapai dari sebuah proses komunikasi, yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dampak atau hasil dari kegiatan komunikasi yang membawa konsekuensi perubahan, misalnya dalam aspek kognitif seperti terjadinya peningkatan pengetahuan, kemampuan, intelektual yang semakin baik, wawasan yang semakin luas, meningkatnya kemampuan menganalisis atau melakukan evaluasi dan sebagainya. ( Amir Purba, Dkk, 2006: 29)

2.2 Komunikasi Antar Pribadi

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan


(45)

sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka tetapi juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan di antara mereka satu dengan yang lainnya, saling mempengaruhi.

Orang menamakan peristiwa seperti dilukiskan di atas sebagai suatu peristiwa komunikasi. Menurut Schramm (1974) diantara manusia yang bergaul, mereka saling berbagi informasi, gagasan dan sikap. Demikain pula menurut Merrill dan Lownstein (1971) terjadi penyesuaian pikiran, penciptaan perangkat simbol bersama dalam pikiran para peserta, singkatnya suatu pengertian.

Dan menurut Theodorson (1969) komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada orang lain, terutama dengan menggunakan simbol. Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga, merupakan permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial (Liliweri, 1991:11).

Secara umum, komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus.

Komunikasi antar pribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman


(46)

di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.

Di balik pengertian ini sebenarnya terdapat sejumlah karakteristik yang menentukan kegiatan dapat disebut komunikasi antar pribadi. Judy C. Pearson (1983) menyebutkan enam karakteristik komunikasi antar pribadi, yaitu:

a. Komunikasi antar pribadi diimulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman berangkat dari dalam diri kita, artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita.

b. Komunikasi antar pribadi bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada tindakkan pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan.

c. Komunikasi antar pribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Maksudnya komunikasi antar pribadi tidak hanya berkenaan dengan isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa partner komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan partner tersebut.

d. Komunikasi antar pribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi

e. Komunikasi antar pribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan yang lainnya (interdependen) dalam proses komunikasi.


(47)

f. Komunikasi antar pribadi tidak dapat diubah maupun di ulang. Jika salah mengucapkan sesuatu kepada partner komunikasi kita, mungkin kita dapat minta maaf dan diberi maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan (Sendjaja, 2005:21).

Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial, di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana di ungkapkan oleh De Vito (1976) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Efenndy (1986b) mengungkapkan bahwa, pada komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau prilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung.

Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberikan kesempatan kepada komunikasi untuk bertanya seluas-luasnya.

Pendapat lain dari Dean C. Barnlund (1968) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antar dua orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang, yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur.


(48)

Menurut Rogers dalam Depari (1988) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut, yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Juga Tan (1981) mengemukakan bahwa interpersonal communication (komunikasi antar pribadi) adalah komunikasi tatap muka antara dua atau lebih orang.

De Vito (1976) mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi mengandung ciri-ciri, yaitu: Keterbukaan (openes), empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positivness), dan kesamaan ( equality). Menurut Evert M. Rogers dalam Depari (1988) ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi adalah:

a. Arus pesan yang cenderung dua arah; b. Konteks komunikasinya tatap muka; c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi;

d. Kemampuan mengatasi tingkat selektifitas (terutama “selective exposure”) yang tinggi;

e. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat; f. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap.

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu;


(49)

b. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu; c. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta

yang tidak mempunyai identitas yang jelas;

d. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja;

e. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan; f. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatakan

hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan;

g. Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak suskses jika tidak membuahkan hasil;

h. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang bermakna

Klinger (1977) mengemukakan bahwa, hubungan-hubungan dengan orang lain, ternyata mempengaruhi kita. Kita tergantung terhadap orang-orang yang lain karena, mereka juga berusaha mempengaruhi kita melalui pengertian yang diberikannya.

Informasi yang dibaginya, semangat yang disumbangkannya , dan masih banyak lagi pengaruh lainnya yang menerpa kita. Semuanya membentuk pengetahuan, menguatkan perasaan dan barangkali juga meneguhkan prilaku manusia. Keinginan berkomunikasi antar pribadi disebabkan karena dorongan


(50)

pemenuhan kebutuhan yang belum, tidak dimiliki seseorang sebelumnya atau belum layak dihadapannya.

Jadi adanya motif-motif tertentu yang dikandung oleh setiap manusia dalam pemenuhan kebutuhan. Menurut Gerungen (1986) motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Jadi motif-motif itu memberi tujuan dan arah tingkah laku (Liliweri, 1991).

2.3 S-O-R (Sistem Organism Response)

S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Teori ini mula-mula dikemukakan oleh para psikolog seperti Parliv, Shiner, dan Hull. Teori ini dilandasi suatu anggapan bahwa, organisme menghasilkan prilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu.

Dalam proses perubahan sikap, maka sikap komunikan akan dapat berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi dari apa yang pernah dialaminya.

Teori S-O-R ini yang semula berasal dari psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 1990 :254). Jadi unsur-unsur dalam teori S-O-R adalah:

a. Stimulus (S) : Pesan b. Organism (O) : Komunikan


(51)

Dalam teori ini objek materialnya adalah manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi yang mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu.

Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku maupun kognitif pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

e. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

f. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

g. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).


(52)

h. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah “how”, bukan “what” atau “why”. Dalam perubahan sikap, tampak bahwa sikap yang dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Hovland, Janis, dan Kelley mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu,

d. Perhatian e. Pengertian f. Penerimaan

Gambar 3 Model S-O-R

Stimulus

Organisme: d. Perhatian e. Pengertian f.Penerimaan

Response (Perubahan Sikap)


(53)

Bagan diatas menunjukkan bahwa, perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak.

Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, komunikan mengerti setelah komunikan menerimanya dan mengolahnya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 1990: 254).

2.4Komunikasi Keluarga

Dalam pengertian psikologis, (Soelaeman, 1994) keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama, dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, dan saling memperhatikan.

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan.

Keluarga juga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.


(54)

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup.

Agar komunikasi dan hubungan timbal balik dapat terpelihara dengan baik, maka hubungan timbal balik dalam keluarga harus menggambarkan kaitan yang sangat kuat sebagai berikut:

f. Hubungan suami-istri berdasarkan cinta kasih.

g. Hubungan orangtua dengan anak didasarkan kasih-sayang. h. Hubungan orangtua dengan anak remaja berdasarkan kasih sabar. i. Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sesama.

j. Komunikasi dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan bahagia bila berlandaskan kasih sayang (Gunarsa, 2002:13).

Setiap individu dilahirkan, tumbuh, dan berkembang di dalam keluarga. Peranan individu ditentukan adat istiadat, norma-norma, dan nilai-nilai, serta bahasa yang ada pada keluarga itu melalui proses sosialisasi dan internalisasi. Keluarga sebagai kelompok perantara pertama yang mengenalkan nilai-nilai budaya kepada si anak. Disinilah anak mengalami hubungan sosial dan disiplin pertama yang dikenakan kepadanya dalam kehidupan sosial.


(55)

a. Sebagai kelompok dimana individu pada dasranya dapat menikmati bantuan utama dari sesamanya serta keamanan dalam hidupnya,

b. Sebagai kelompok dimana individu waktu ia sebagai anak-anak masih belum berdaya, mendapat pengasuhan permulaan dari pendidikannya (Posman, 1998: 51)

Perlu disadari bahwa ada banyak jenis keluarga. Ada keluarga kecil dan besar, keluarga miskin dan kaya, keluarga di desa dan di kota, keluarga yang harmonis dan kurang harmonis, dan seterusnya. Salah satu funsi keluarga yaitu sebagai sarana pewarisan budaya bagi individu, seperti: cara-cara pelamaran, hukum perkawinan, pola adat menetap, sistem kekerabatan, dan sebagainya. Hal-hal yang didapat seorang anak sebagai anggota keluarga adalah sebagai berikut:

a. Keagamaan: keluarga harus mampu menjadi wahana yang pertama dan utama untuk membawa seluruh anggotanya melaksanakan Ketuhanan Yang Maha Esa.

b. Kebudayaan: keluarga dikembangkan menjadi wahana untuk melestarikan budaya nasional yang luhur dan bermartabat.

c. Kasih sayang: keluarga dikembangkan menjadi wahana pertama dan utama untuk menumbuhkan kasih sayang sesama anggota. d. Perlindungan: keluarga dikembangkan menjadi pelindung yang

utama dan kokoh dalam memberikan kebenaran dan keteladanan kepada anak-anak.


(56)

e. Reproduksi: keluarga menjadi pengatur dan pembina reproduksi keturunan secara sehat dan berencana, sehingga anak-anak berkualitas prima.

f. Pendidikan: keluarga sebagai sekolah dan guru yang pertama dan utama dalam mengantarkan anak-anak untuk mandiri dan panutan. g. Ekonomi: keluarga menyiapkan dirinya untuk menjadi suatu unit

yang mandiri dan sanggup meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin.

h. Pemeliharaan lingkungan: keluarga siap dan sanggup untuk memelihara kelestarian lingkungannya untuk memberikan yang terbaik kepada anak cucu pada mas ayang akan datang. (Posman, 1998: 61)

Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi, dan memberikan pengertian. Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memelihara interaksi antara satu anggota lainnya sehingga tercipta komunikais yang efektif.

Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang di jalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.


(57)

Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi di antara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.

Suasana kekeluargaan dan kelancaran berkomunikasi antara anggota keluarga dapat tercapai apabila setiap anggota keluarga menyadari dan menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing sambil menikmati haknya sebagai anggota keluarga (Gunarsa, 2002:13).

2.5Bahasa Verbal dalam Konteks Komunikasi Antar Budaya

Bahasa juga merupakan “sarana” dalam melakukan pergaulan manusia dalam komunikasinya. Jadi bahasa merupakan komponen budaya yang sangat penting yang mempengaruhi penerimaan dan perilaku manusia, perasaan dan kecendrungan manusia untuk bertindak mengatasi dunia sekeliling. Dengan kata lain bahasa mempengaruhi kesadaran, aktivitas, dan gagasan manusia, menentukan benar atau salah, moral atau tidak bermoral, dan baik atau buruk.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multilingua dan multicultural. Masing-masing suku bangsa menggunakan bahasa daerahnya sebagai alat komunikasi. Bahasa daerah dengan pendukung terbesar adalah bahasa Jawa dengan jumlah pemakai sekitar 50 juta, yang kedua adalah bahasa Sunda dengan jumlah pemakai sekitar 20 juta orang, yang ketiga adalah bahasa daerah Madura.


(58)

Bahasa daerah yang wilayah penyebarannya serta penggunaanya paling luas hampir meliputi semua bandar dan pusat-pusat perdagangan di Nusantara adalah bahasa Melayu. Sejak zaman Sriwijaya bahasa ini yang dalam bentuknya bercampur bahasa Sansekerta, telah menjadi bahasa resmi dan bahasa prasasti di Kerajaan Sriwijaya. Kemudian penyebaran bahsa Melayu diperkuat oleh kekuasaan kerajaan Malaka pada abad ke- 15, Kerajaan Aceh pada zaman Sultan Iskandar Muda pada abad ke- 17. Bahasa Melayu sejak abad ke-16 dan 17 telah berkembang menjadi bahasa pergaulan dan bahasa perdagangan atau bahasa perantara (lingua franca) hampir di seluruh pantai dan kepulauan Nusantara serta sebagian Asia tenggara.

Dalam kaitan dengan ilmu komunikasi, kita menempatkan kata “verbal” untuk menunjukkan pesan-pesan (massage) yang dikirimkan atau yang diterima dalam bentuk kata-kata, baik lisan (oral, vocal) maupun tulisan (written, visual).

Secara etimologis, kata verbal dari bahasa verb (bahasa latin) yang berarti word (kata). Word merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, rhema, yang berarti “sesuatu” yang digunakan untuk menggambarkan tindakan, eksistensi, kejadian atau peristiwa, atau “sesuatu” yang digunakan sebagai pembantu atau penghubung sebuah predikat.

Kata “verbal” sendiri berasal dari bahasa Latin, verbalis, verebum yang sering pula dimaksudkan dengan “berarti” atau “bermakna melalui kata”, atau yang berkaitan dengan “kata” yang digunakan untuk menerangkan fakta, ide, atau tindakan yang lebih sering berbentuk percakapan lisan daripada tulisan.


(59)

Kita juga mengenal istilah verbalisme, artinya pernyataan verbal, pernyataan dalam bentuk satu kata atau lebih kata, atau sebuah frase kata-kata. Sedangkan verbalist mengacu pada seseorang yang sangat mengutamakan kata-kata verbal dalam menjelaskan segala sesuatu.

Bahasa dapat membantu kita untuk memiliki kemampuan memahami dan menggunakn simbol, khususnya simbol verbal dalam pemikiran dan berkomunikasi. Sebuah simbol adalah representasi dari sesuatu, misalnya gambar buah apel adalah wakil dari gagasan bernama apel. Dengan cara yang sama, kata apel adalah sebuah simbol.

Kemampuan berbicara adalah salah satu aspek dari belajar berbahasa, meskipun hal itu kadang kala kurang penting, namun kemampuan itu harus diajarkan agar kita dapat memahami dan menginterpretasi simbol-simbol bahasa yang telah disosialisasikan dan kita internalisasi. Oleh karena itu, maka belajar berbahasa sama dengan belajar berkomunikasi untuk meningkatkan kemampuan individu dalam menyampaikan ide/pikiran dalam makna-makna tertentu secara efektif dan spontan.

Ada dua pandangan yang mempengaruhi defenisi bahasa. Pertama, pandangan bahwa bahasa merupakan pernyataan tentang kesadaran yang luar biasa tentang diri sosial (social self). Kedua, pandangan bahwa bahasa merupakan gambaran tentang seluruh sistem pemikiran manusia. Dua defenisi itu sangat berbeda satu sama lain, dan gagal membuat gambaran yang tepat tentang bahasa.

Menurut Social Self Defenition, bahasa adalah sistem komunikasi manusia dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Sedangkan menurut Whole


(60)

System Defenotion, bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks intersubjektif.

Banyak diantara kita menggunakan bahasa dalam pengertian sebuah kesadaran sosial karena kita selalu memikirkan bagaimana menepatkan penggunaan bahasa yang didasarkan pada kemampuan konseptual dalam konteks sosial.

Dari cara pandang Social Self itulah kita perlu menghayati betapa pentingnya kesadaran sosial itu. Dalam kaitaanya dengan komunikasi maka defenisi pertama Social Self mempunyai kekuatan masa depan, terutama jika dikaitkan dalam situasi sosial tertentu.

Tanpa memperhatikan konteks sosial, bahasa apapun tidak akan ada artinya. Perspektif kedua dari defenisi bahasa memusatkan perhatian pada tiga pusat kesadaran pikiran manusia, yakni diri sosial, diri penggerrak syaraf, dan diri trasendental, komunikasi tanpa transmisi informasi.

Bahasa adalah medium kesadaran, tidak sekedar mengalihkan infprmasi. Bahasa menyatakan kesadaran dalam konteks sosial. Inilah media yang paling baik untuk menyatakan sruktur kesadaran, kepercayaan, maupun peta kesadaran. Oleh karena itu, banyak orang yang menyatakan bahwa bahasa menyatakan pikiran, dan bahkan prosedur pengujian struktur berpikir tentang sesuatu.

Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara bahasa dengan kesadaran, seperti dalam pernyataan “kita berbicara dengan akal melalui bahasa”. Lewat bahasa kita mengetahui mental orang lain yang berekspresi dengan


(61)

kata-kata (emosi). Manusia tanpa bahasa, mentalnya kurang lengkap (Liliweri, 2003: 134).

Meskipun pemakai bahasa daerah dalam lingkup kecil, namun karena bahasa daerah adalah salah satu penjelmaan dan bagian dari suatu bentuk kebudayaan, betapapun sederhananya, tentu berharga untuk diketahui dan dipelajari demi perkembangan ilmu bahasa dan kebudayaan Indonesia secara keseluruhan dan utuh.

Dalam suatu bahasa tentu akan terdapat rumusan nilai-nilai kehidupan masyarakat pendukungnya, seperti adat istiadat, nilai kerohanian, kesusilaan, tata cara kehidupan, alam pikiran, atau sikap pandangan hidup dan sebagainya yang meliputi segala aspek maupun inspirasi kebudayaan masyarakat pendukungnya. Manfaat dari mempelajari bahasa daerah antar lain:

a. Menemukan warisan peninggalan budaya masa lampau, yang ternyata mengandung nilai-nilai kehidupan yang luhur

b. Mengetahui bentuk-bentuk kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh Indonesia

c. Budaya dan bahasa daerah mengandung nilai kehidupan klasik yang murni dan merupakan dasar-dasar kepribadian bangsa

d. Dalam pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara, banyak mengambil dan menyerap kata-kata yang berasal dari bahasa daerah (Waridah Q, dkk, 2003: 94)


(62)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Daerah yang peneliti pilih adalah di kelurahan Tembung yang termasuk kedalam Kecamatan Medan Tembung. Mayoritas pekerjaan penduduk di kelurahan ini adalah PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan jumlah terbanyak dibandingkan pekerjaan lainnya. Penduduk di Kelurahan Tembung seluruhnya merupakan warga Negara Indonesia asli, dan tidak ada terdapat penduduk berkewarganegaraan Asing di kelurahan ini.

Kantor Kelurahan Tembung terletak di Jalan Bantan No. 17, yang dipimpin oleh Kepala Kekurahan T. Iskandar Rizal. Dengan jumlah pegawai kelurahannya sebanyak tujuh orang, yang terdiri dari Sekertaris Kelurahan dan Staff lainnya

3.1.1. Batas-batas Kelurahan

Apabila dilihat dari batas-batas Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung, maka dapat dituliskan sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Medan Estate b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bantan c. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Desa Tembung d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Bandar Selamat

3.1.2. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk dapat dirinci sebagai berikut, yaitu: a. Jumlah penduduk menurut umur/usia dan jenis kelamin


(63)

Tabel 2.1. Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Golongan Umur Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 0 – 12 bulan 166 150 316

2 13 bulan – 4 tahun 483 504 987

3 5 – 6 tahun 242 281 523

4 7 – 12 tahun 605 501 1106

5 13 – 15 tahun 566 603 1169

6 16 – 18 tahun 573 609 1182

7 19 – 25 tahun 707 761 1468

8 26 – 35 tahun 257 321 578

9 36 – 45 tahun 942 843 1785

10 46 – 50 tahun 375 388 763

11 51 – 60 tahun 829 786 1615

12 61 – 75 tahun 883 819 1702

13 > 75 tahun 62 59 121

Jumlah 6690 6625 13315


(1)

FOLTRON COBOL

No Karakteristik

res- responden

pon-

Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua dan Anak (X)

Bahasa

Verbal (Y)

den

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1

0

1

1

1

2

1

3

1

4

1

5

1

6

1

7

1

8

1

9

2

0

2

1

2

2

2

3

2

4

2

5

2

6

2

7

2

8

2

9

3

0

3

1

3

2

3

3

3

4

3

5

3

6

3

7

3

8

3

9

4

0

4

1

4

2

4

3

4

4

4

5

4

6

4

7

4

8

4

9

1 13 1 3 1 1 1 3 2 2 1 2 1 1 1 4 3 3 3 2 2 2 2 1 3 1 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 4 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 13 2 1 1 4 3 4 4 2 1 4 4 4 4 3 1 2 4 2 3 4 3 1 2 4 2 1 1 3 4 4 4 4 4 2 2 1 3 3 2 4 2 2 3 1 2 4 4 3 13 2 2 2 1 1 3 3 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 4 13 1 1 1 2 2 3 4 4 1 2 2 2 2 3 3 4 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 1 2 3 2 2 3 1 2 3 4 2 2 2 2 3 4 2 2 1 2 3 5 14 1 2 3 2 2 3 3 3 1 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 1 1 3 2 3 2 1 6 13 1 3 5 2 2 3 2 2 4 2 4 3 3 2 2 3 2 4 3 2 3 3 4 3 3 2 2 4 3 2 3 3 2 3 2 4 3 2 2 4 3 1 4 2 3 4 3 7 15 2 4 4 1 1 1 1 2 3 1 2 2 2 1 3 3 3 2 1 1 3 3 2 4 1 1 3 4 2 1 2 4 1 1 3 2 1 1 4 2 1 4 1 3 2 4 1 8 14 2 1 2 1 1 2 2 3 3 2 1 3 2 2 1 3 2 3 1 1 4 2 4 4 2 1 1 4 4 2 3 4 2 3 4 3 2 3 2 2 3 3 4 2 3 4 2 9 13 2 1 3 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 1 2 3 2 2 2 1 3 1 1 3 4 4 4 4 10 13 2 4 1 2 2 4 3 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 4 4 3 4 1 1 1 4 1 2 4 4 2 2 3 3 2 1 2 3 2 1 3 2 3 3 1 11 15 2 1 1 1 1 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 1 2 1 2 3 2 2 3 2 2 12 13 2 3 4 1 2 3 3 3 2 1 2 3 3 2 1 4 4 1 2 2 4 4 4 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 1 2 2 2 1 3 2 2 3 3 3 13 13 2 4 8 2 1 3 2 4 1 1 2 1 3 2 2 3 1 1 2 3 3 1 2 3 2 1 2 4 4 4 3 3 2 3 2 3 2 2 3 4 1 1 2 4 3 4 4 14 13 2 2 2 2 1 4 2 1 2 1 2 1 2 3 1 4 4 2 3 4 4 3 3 1 1 1 1 1 3 2 3 3 3 2 3 4 2 1 2 2 2 3 3 2 2 4 4 15 14 1 2 4 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 16 13 2 4 2 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 3 3 1 1 1 1 2 3 1 2 3 3 1 2 1 1 2 1 2 3 3 1 1 2 2 2 4 2 3 3 1 1 17 14 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 4 4 2 2 4 3 3 3 1 4 4 4 4 4 2 3 3 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2 18 14 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 4 1 3 3 1 4 4 2 2 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 1 4 4 2 2 4 3 2 2 2


(2)

19 14 2 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 1 1 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 1 1 3 4 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 20 13 2 2 3 1 1 2 1 3 1 2 2 2 3 2 2 3 3 1 3 1 2 1 3 2 1 1 1 3 3 2 3 4 1 2 3 3 2 2 2 3 1 2 3 3 2 3 2 21 13 2 4 1 4 3 3 4 3 1 3 2 3 4 4 1 3 4 2 4 3 3 1 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 3 1 1 4 4 2 3 3 22 15 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 23 15 1 3 2 1 2 3 2 4 1 1 1 1 1 2 2 3 3 4 3 1 2 1 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 1 3 2 1 4 3 2 3 1 2 24 14 1 1 1 1 1 3 2 3 1 1 1 1 1 2 2 3 3 1 3 3 2 1 1 3 3 1 2 1 3 3 4 3 2 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 25 13 2 1 2 2 2 3 3 2 1 1 2 3 3 2 3 3 3 1 3 3 1 3 3 4 1 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 1 3 4 4 4 4 26 13 1 1 2 2 2 2 2 3 1 1 2 3 3 2 3 3 4 1 2 1 3 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 1 1 2 2 1 3 2 3 1 3 3 27 13 2 3 5 2 2 3 4 3 2 1 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 4 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 4 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 28 15 2 4 # 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 4 3 2 2 3 1 29 13 2 3 1 2 2 4 2 3 1 1 2 2 2 2 1 4 1 2 2 2 2 3 1 2 3 2 1 4 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 4 2 3 4 3 4 2 30 15 1 4 2 1 1 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 4 4 3 2 1 1 1 2 3 4 3 2 2 2 2 31 13 1 1 1 2 2 2 2 3 1 1 3 3 3 2 2 3 3 1 4 1 2 1 3 3 1 1 1 3 4 3 3 3 1 2 3 3 3 2 3 3 1 2 3 2 2 3 1 32 13 2 4 1 1 1 3 2 3 1 2 2 3 3 2 2 2 3 1 1 1 2 1 3 3 2 1 1 3 3 3 3 3 1 2 3 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 3 1 33 15 2 4 1 1 1 2 2 4 1 1 1 2 2 2 2 3 3 2 3 1 4 1 2 4 1 1 1 4 4 3 3 4 1 3 3 3 2 2 1 3 3 2 3 1 1 3 1 34 13 2 4 2 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 3 3 1 1 1 1 2 3 1 2 3 3 1 2 1 1 2 1 2 3 3 1 1 2 2 2 4 2 3 3 1 1 35 14 1 2 4 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 36 13 2 3 4 1 2 3 3 3 2 1 2 3 3 2 1 4 4 1 2 2 4 4 4 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 1 2 2 2 1 3 2 2 3 3 3 37 14 2 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 1 1 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 1 1 3 4 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 38 13 2 3 1 2 2 4 2 3 1 1 2 2 2 2 1 4 1 2 2 2 2 3 1 2 3 2 1 4 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 4 2 3 4 3 4 2 39 13 2 1 3 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 1 2 3 2 2 2 1 3 1 1 3 4 4 4 4


(3)

44 15 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 45 14 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 4 4 2 2 4 3 3 3 1 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 46 14 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 4 1 3 3 1 4 4 2 2 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 1 4 4 2 2 4 3 2 2 2 47 13 2 2 2 1 1 3 3 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 48 13 1 1 1 2 2 3 4 4 1 2 2 2 2 3 3 4 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 1 2 3 2 2 3 1 2 3 4 2 2 2 2 3 4 2 2 1 2 3


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2000,

Prosedur Penelitian

:

Suatu Pendekatan Praktek

,

Jakarta: Rineka Cipta.

Bulaeng, Andi, 2004,

Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer,

Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset.

Bungin, Burhan, 2001

, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif

dan Kualitatif

, Surabaya: Airlangga University Press.

Cangara, Hafid,2004,

Pengantar Ilmu Komunikasi

, Jakarta: PT. Remaja Grafindo

Persada.

Dayaksini Tri, 2004

Psikologi Lintas Budaya,

Malang: UMM Press.

D. Gunarsa, Singgih, 2002,

Asas-asas Psikologi keluarga Idaman,

Jakarta: PT.

BPK Gunung Mulia.

2003,

Psikologi Untuk Keluarga

, Jakarta: PT. BPK Gununhg Mulia.

Effendy, Onong Uchjana, 1990,

Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek,

Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Kriyantono, Rachmat, 2007,

Teknik Praktis Riset Komunikasi

, Jakarta: Kencana.

Liliweri,Alo, 2003,

Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya

, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset

1991,

Komunikasi Antar Pribadi

, Bandung, PT Citra Aditya Bakti

2001,

Gatra-Gatra Komunikasi antar Budaya,

Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

2005,

Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya,

Bandung:

LKIS.

Lubis, Suwardi, 2007,

Sistem Komunikasi Indonesia

, Medan: Bartong Jaya.

Matsumoto, Posman, 1998,

Pengantar Psikologi Lintas Budaya

, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Mulyana, Deddy, 2005,

Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,

Bandung: Remaja

Rosdakarya.

2004,

Komunikasi Efektif suatu Pendekatan Lintas Budaya,

Bandung; Remaja Rosdakarya.

1993,

Komunikasi Antar Budaya,

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, dan Jalaluddin, 1993,

Komunikasi Antar Budaya,

Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nawawi, Hadari, 1995

, Metode Penelitian Bidang Sosial

, Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Nugroho, Agus, 2007,

Pengantar Ilmu Budaya Insan

, Jakarta: Cendikia.

Purba, Amir, Dkk, 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi, Medan: Pustaka Bangsa

Press

Rakhmat, Jalaludin, 1993,

Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh

Analisis Statistik

, Bandung: Remaja Rosdakarya.


(5)

Suriadi,dkk, 1999,

Antropologi

, Jakarta: Bumi Aksara

Soelaeman, 1994,

Pegangan Sejarah Budaya

, Bandung: Armico

Trisnubrata, Nugroho, 2006,

Antropolog

i, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Wahlroos, Sven, 1974,

Komunikasi Keluarga

, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Waridah Q, dkk, 2003,

Sejarah Budaya

, Jakarta: Yudhistira.

Internet:

Per tanggal 21 Desember 2009)

2009)

2009)


(6)

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap

: Afifah Ali Amran

Tempat/ Tanggal Lahir

: Medan, 19 Maret 2010

Nama Orangtua; Ayah

: H. Ali Amran Zakaria

Ibu

: Dra. Hj. Maisarah MG

Riwayat Pendidikan

Taman Kanak-Kanak (TK)

: TKA Fathimaturridha, Tahun 1992-1993

Sekolah Dasar (SD)

: Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Medan,

Tahun 1994-1999

SLTP

: Madrasah Tsanawiyah Negeri II Medan,

Tahun 2000-2002

SMU

: Madrasah Aliyah Negeri I Medan,

Tahun 2003-2005

Perguruan Tinggi

: Universitas Sumatera Utara, FISIP Ilmu


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung Kodya Medan 2000

0 33 58

Pola Komunikasi orangtua Tunggal Dengan Anak Remaja pada Suku Batak Di Desa Gempolan Kecamatan Sei Bamban

6 98 125

Komunikasi Antar Pribadi Dan Kepribadian Anak-Anak Cacat (Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Dalam Perkembangan Kepribadian Anak-anak Cacat Pada YPAC Melalui Pendekatan Behaviorisme di Kota Medan)

10 80 109

Peran Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Anak Dalam Membentuk Perilaku Positif (Studi Kasus Peran Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak dalam Membentuk Perilaku Positif di Kelurahan Karang Berombak, Medan Barat)

3 84 217

Komunikasi Antar Pribadi Orangtua Dan Anak Dalam Film Mencari Hilal

7 58 135

PERAN POLA ASUH ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN KEMANIDIRIAN BELAJAR ANAK USIA DINI DI PAUD KARYA BAKTI KELURAHAN INDRAKASIH KECAMATAN MEDAN TEMBUNG.

0 4 26

PENDAHULUAN Pengalaman Komunikasi Interpersonal Orangtua Dan Anak Usia 8-10 Tahun Dalam Memahami Dampak Bermain Game Online Terhadap Prestasi Di Sekolah (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Orangtua Dan Anak Yang Bermain Game Online Di Y

1 4 28

Studi Fenomenologi Komunikasi Empatik Orangtua dan Anak Penderita Kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan

0 0 14

Studi Fenomenologi Komunikasi Empatik Orangtua dan Anak Penderita Kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan

0 0 1

Studi Fenomenologi Komunikasi Empatik Orangtua dan Anak Penderita Kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan Chapter III VI

0 0 71