Komunikasi Antar Pribadi Dan Kepribadian Anak-Anak Cacat (Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Dalam Perkembangan Kepribadian Anak-anak Cacat Pada YPAC Melalui Pendekatan Behaviorisme di Kota Medan)

(1)

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN KEPRIBADIAN

ANAK-ANAK CACAT

(Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Dalam Perkembangan Kepribadian Anak-anak Cacat Pada YPAC Melalui

Pendekatan Behaviorisme di Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh: MAYA MAYYESA

070922029

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI (EKSTENSION) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Komunikasi Antar Pribadi dan Kepribadian Anak-anak Cacat” dengan perumusan masalah bagaimana peranan komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur melalui metode pendekatan behaviorisme.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi antar pribadi yang terjadi diantara guru dan siswa YPAC Medan melalui pendekatan behaviorisme dilihat berdasarkan stimulus, respon dan reaksi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi dengan analisa tabel tunggal yang mana menggunakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.

Populasi dan sampel yang digunakan sebanyak 35 orang guru YPAC Medan yang mengajar di kelas SLB C (Tuna Grahita) dan SLB D (Tuna Daksa) dengan Total Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku, internet serta penelitian lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada para guru YPAC Medan untuk dijadikan responden.

Analisa data yang digunakan adalah analias tabel tunggal yaitu membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisa tabel tunggal menggunakan tabulasi data dengan memindahkan variabel responden ke Foltron Cobol.

Dari penelitian yang dilakukan bahwa komunikasi antar pribadi yang terjalin diantara guru dan siswa YPAC Medan memiliki peranan penting untuk menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan mengajarkan siswa YPAC Medan untuk mampu berkembang dan berkarya di masa yang akan datang.


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang senantiasa kita harapkan syafaatnya di yaumil akhir.

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Komunikasi Antar Pribadi dan Kepribadian Anak-anak Cacat (Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru dalam Perkembangan Kepribadian Anak-anak Cacat pada YPAC melalui Pendekatan Behaviorisme di Kota Medan).” Penelitian ini

dilakukan untuk melengkapi salah satu persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan studi Strata 1 (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi FISIP di Universitas Sumatera Utara (USU).

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini adalah karena adanya motivasi, masukan serta kritikan yang penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis pertama kali menyampaikan terima kasih kepada Ayahanda

H.Satrial,Amd dan Ibunda Tercinta Hj.Yetti Damayanti yang telah berkorban

untuk anaknya sampai saat ini dan mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih untuk Adikku Tersayang

Tissa Septiana Risa dan Putria Mawaddah yang telah memberikan support dan


(4)

Penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

3. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, M.S, selaku dosen pembimbing yang telah membagikan pengetahuan melalui penyusunan skripsi, terima kasih untuk saran, kritik serta waktu luang yang diberikan hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU, terima kasih telah membimbing penulis dalam perkuliahan.

5. Kak Icut, Maya yang telah membantu seluruh urusan akademis penulis di kantor Jurusan Ilmu Komunikasi, terima kasih.

6. Kak Ros selaku staf akademik yang telah membantu urusan bidang akademik kepada penulis.

7. Ibu Nerry Surya BSc.Psi dan Bapak Drs. Surya Ratsyah selaku Kepala Sekolah Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di YPAC Medan. Terima kasih telah mengarahkan dan membimbing penulis.

8. Seluruh guru dan pegawai YPAC Medan, terima kasih telah memberikan kesempatan, pengarahan dan masukan kepada penulis ketika melakukan penelitian.

9. Bapak Ratno, Mbak Yani dan Mbak Citra selaku bagian administrasi yang telah membantu memberikan dan mencarikan data, terima kasih.


(5)

10.Bapak Ruben Alang, Bapak Benny Agustian, dan Bapak Banti selaku atasan penulis dikantor mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini.

11. Teman-teman kantorku yang sudah memberikan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi, Kak Anda, Kak Puput, Kak Ros, Kak Egu, Bang Yusuf, Bang Rainly dan karyawan-karyawati PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) terima kasih banyak telah membantuku. Sukses untuk kalian semua.

12.Teman-temanku yang terbaik yang selalu kumpul dikala kita senang dan duka: Ami, Mega, Nanda, Poppy, Irma dan Eci terima kasih ya untuk selama ini telah mensupport penulis dan jangan lupa teruskan semangat

kalian untuk mengerjakan skripsi, jangan malas-malas ya, jangan sampai putus hubungan kita karena semuanya itu banyak kenangan yang sudah kita jalani bersama.

13. Terkhusus buat sahabat dekatku Putri Arde Wulan yang selalu baik, mendukung dan mengerti aku. Tidak lupa juga teman-temanku lainnya yang dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini membantu dan mensupport aku, terima kasih.

14.Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi Extension stambuk 2006 dan 2007, telah menjadi tempat berbagi cerita, informasi kuliah, masukan, saran dan waktu kumpul untuk tertawa.


(6)

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa masih banyak yang harus dibenahi dan masih jauh dari sempurna penulisan skripsi ini.

Hanya Allah-lah sumber segala kesempurnaan. Semoga kebaikan dan kesabaran semua pihak yang telah membantu dinilai ibadah di sisi-Nya. Amiin.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 6

I.3 Pembatasan Masalah ... 6

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 7

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Kerangka Teori ... 8

I.6 Kerangka Konsep ... 16

BAB II URAIAN TEORITIS ... 18

II.1 Peran Komunikasi Antar Pribadi ... 18

II.2 Proses Komunikasi Antar Pribadi ... 21

II.3 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi ... 23

II.4 Pengertian Kepribadian ... 25

II.5 Bentuk Kepribadian ... 27

II.6 Hubungan Kepribadian dengan Perilaku ... 31

II.7 Teori S-O-R ... 33

II.8 Teori Kepribadian ... 34

II.9 Teori Behaviorisme ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

III.1 Metodologi Penelitian ... 38

III.2 Lokasi Penelitian ... 38

III.3 Populasi dan Sampel ... 39

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39

III.5 Analisis Data ... 40

III.6 Waktu Penelitian ... 40

III.7 Model Teoritis ... 41

III.8 Operasional Variabel ... 41

III.9 Defenisi Operasional ... 42

III.10 Deskripsi Daerah Penelitian ... 43

III.10.1 Sejarah YPAC Medan ... 43

III.10.2 Visi dan Misi YPAC Medan ... 49

III.10.3 Jumlah Anak Binaan ... 50

III.10.4 Fasilitas dan Sarana... 50

III.10.5 Sistem Pengajaran ... 54


(8)

SUSUNAN YPAC Medan ... 56

Organ YPAC Medan ... 56

Pusat Rehabilitasi Anak (PRA) ... 57

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 58

IV.1 Pelaksanaan dan Pengumpulan Data ... 58

IV.1.1 Tahap Awal ... 58

IV.1.2 Pengumpulan Data ... 58

IV.2 Proses Pengolahan Data ... 59

IV.2.1 Penomoran Kuesioner ... 59

IV.2.2 Editing ... 59

IV.2.3 Coding ... 60

IV.2.4 Inventarisasi Variabel ... 60

IV.2.5 Tabulasi Data ... 60

IV.3 Analisa Tabel Tunggal ... 60

IV.4 Pembahasan……….. 78

Hasil Observasi Di YPAC Medan ………... 80

Hasil Interview Di YPAC Medan ……… 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 93

V.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 1 Operasional Variabel ... 41

Tabel 2 Jenis Kelamin ... 60

Tabel 3 Pendidikan ... 61

Tabel 4 Penghasilan ... 61

Tabel 5 Golongan ... 62

Tabel 6 Suku ... 62

Tabel 7 Melakukan Komunikasi Tatap Muka ... 63

Tabel 8 Siswa Menanyakan Pelajaran yang Tidak Dimengerti ... 63

Tabel 9 Menggunakan Simbol / Lambang Ketika Siswa Berbicara ... 64

Tabel 10 Ketika Menanyakan Sesuatu Siswa Merasa tersinggung atau Marah ... 65

Tabel 11 Terbuka Kepada Guru ... 65

Tabel 12 Meniru Guru ... 66

Tabel 13 Mampu Melaksanakan Tugas yang Diberikan Guru ... 66

Tabel 14 Memberi Nasehat ... 67

Tabel 15 Menggunakan Alat Bantu Ketika Belajar ... 67

Tabel 16 Memahami apa yang Disampaikan Oleh Siswa ... 68

Tabel 17 Kedekatan Siswa Dengan Guru Seperti Orang Tua Siswa Sendiri ... 68

Tabel 18 Ketika Bertemu, Siswa Merasa Bertemu Dengan Orang Asing atau Marah ... 69


(10)

Tabel 19 Siswa Senang Bila Diberi Sesuatu ... 69

Tabel 20 Memberikan Pekerjaan Rumah Kepada Siswa ... 70

Tabel 21 Mmebimbing / Mengarahkan Siswa Ketika Belajar ... 70

Tabel 22 Siswa Memperhatikan Apa yang Disampaikan Guru Ketika Belajar... 71

Tabel 23 Tindakan Guru Menunjukkan Sikap Menyayangi ... 72

Tabel 24 Menggunakan Bahasa Terpilih Ketika Bertutur Kata ... 72

Tabel 25 Memandang Siswa Baik dan mampu Berkembang ... 73

Tabel 26 Memiliki Daftar Kepribadian ... 73

Tabel 27 Bermain Sendiri atau Dengan Teman-Teman Ketika Istirahat Pelajaran ... 74

Tabel 28 Menjalin Hubungan Baik dengan Orang Tua Siswa Tabel 29 Memandang Siswa Mampu dan Berkarya di Masa Depan ... 75

Tabel 30 Siswa Memperhatikan Mata Jika Berbicara ... 76

Tabel 31 Menggunakan Gaya Bicara ... 76


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar nama siswa SLB C YPAC Medan 2. Daftar nama siswa SLB D YPAC Medan

3. Daftar nama guru / pegawai SLB C YPAC Medan 4. Daftar nama guru / pegawai SLB D YPAC Medan 5. Kuesioner

6. Tabel Foltron Cobol

7. Foto kegiatan siswa YPAC Medan

8. Surat penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara yang ditujukan kepada Ketua YPAC Medan Jl.Adinegoro No.2 Medan.

9. Surat izin penelitian dari YPAC Medan Jl.Adinegoro No.2 Medan

10. Surat telah menyelesaikan penelitian di YPAC Medan Jl.Adinegoro No.2 Medan.

11. Surat pengajuan skripsi

12. Lembar catatan bimbingan skripsi 13. Biodata penulis


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Komunikasi Antar Pribadi dan Kepribadian Anak-anak Cacat” dengan perumusan masalah bagaimana peranan komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur melalui metode pendekatan behaviorisme.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi antar pribadi yang terjadi diantara guru dan siswa YPAC Medan melalui pendekatan behaviorisme dilihat berdasarkan stimulus, respon dan reaksi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi dengan analisa tabel tunggal yang mana menggunakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.

Populasi dan sampel yang digunakan sebanyak 35 orang guru YPAC Medan yang mengajar di kelas SLB C (Tuna Grahita) dan SLB D (Tuna Daksa) dengan Total Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku, internet serta penelitian lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada para guru YPAC Medan untuk dijadikan responden.

Analisa data yang digunakan adalah analias tabel tunggal yaitu membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisa tabel tunggal menggunakan tabulasi data dengan memindahkan variabel responden ke Foltron Cobol.

Dari penelitian yang dilakukan bahwa komunikasi antar pribadi yang terjalin diantara guru dan siswa YPAC Medan memiliki peranan penting untuk menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan mengajarkan siswa YPAC Medan untuk mampu berkembang dan berkarya di masa yang akan datang.


(13)

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih pun.

Berkomunikasi antar pribadi, atau secara ringkas berkomunikasi, merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya. Komunikasi antar pribadi sangat penting bagi kehidupan manusia

Dalam menciptakan hubungan yang lebih mendalam maka manusia melakukan komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologi, dan proses psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi antar


(14)

pribadi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya dialogis; (http://digilib.petra.ac.id;

Liliweri, 1997, p.12).

Demikian pula komunikasi yang dilakukan oleh anak-anak cacat. Banyak penderita cacat yang menganggap bahwa keadaan cacatnya tersebut sebagai penghalang yang telah merampas mereka dari kehidupan ini. Penderita cacat tersebut merasa kemampuan dirinya terbatas, bahkan tak sedikit pula yang merasa bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dan kurang percaya diri karena keterbatasan yang dimilikinya itu. Sikap dan usaha-usaha guru sebagai suatu bentuk reaksi untuk menolong dan membantu anak tersebut sangatlah mempengaruhi kualitas watak dan kepribadian si anak. Guru mengajarkan berbagai hal kepada anak-anak cacat agar mampu untuk berkembang dan berkarya secara mandiri. Guru juga akan membantu anak-anak cacat untuk tidak merasa malu akan kecacatan yang dimilikinya. Sebaliknya, guru akan membantu dan membuat anak-anak cacat bisa mandiri dan membanggakan kedua orang tuanya. Guru mengajarkan bagaimana cara mengucapkan lafal huruf, mengenal diri anak, mengikuti gerakan, berpikir, dan membuat sesuatu. Hal ini diajarkan kepada anak-anak cacat untuk membuka wawasan yang mereka miliki walaupun dengan keterbatasan yang mereka miliki. Anak-anak cacat juga akan menerima rasa kasih sayang dari guru seperti layaknya kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Walaupun demikian, sering terjadi orang tua enggan mengakui bahwa anak tersebut mempunyai cacat. Keengganan menerima situasi seperti itu sering disertai perasaan menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan anak tersebut.


(15)

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa suasana emosional dalam keluarga sangatlah penting bagi perkembangan kepribadian anak. Terlebih lagi karena setiap anak yang cacat adalah anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan emosional khusus. Mereka sangat tergantung pada kasih sayang, perhatian dan perlindungan orang tua. Maka hubungan anak yang cacat dengan orang tua dan saudara-saudaranya lebih penting daripada anak yang normal karena selain diajarkan di sekolah tentang kasih sayang, pelajaran, dan bagaimana berbicara serta pelafalan, anak cacat harus mendapat pelatihan di rumah oleh orang tuanya agar apa yang telah diajarkan di sekolah dapat lebih diterapkan dan anak akan tetap terlatih. Sehingga, disinilah komunikasi antara orang tua dan anak sangat dibutuhkan.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah penyampaian dan penerimaan suatu pesan (message). Komunikasi antar pribadi adalah

semacam suatu transaksi, hubungan atau spiritual yang terjadi ketika dua atau lebih manusia rela dan mampu untuk bertemu sebagai orang-orang yang saling berbagi satu sama lain dengan keunikan mereka, memilih secara aktif, emosi, bernilai dan sadar akan kehadiran yang lainnya.

Dalam hal ini pendekatan behaviorisme menekankan kepada tingkah laku

yang boleh dilihat dan diukur. Pendekatan ini dipelopori oleh John B. Watson di Universiti John Hopkins Amerika Serikat pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa tingkah laku dipengaruhi oleh persekitaran dan bukannya unsur-unsur dalaman. Situs e-psikologi.com mengutip dari para ahli; Menurut Bernstein


(16)

yang menekankan ide bahwa tingkah laku dan proses adalah hasil daripada pembelajaran. Menurut pendekatan ini, tingkah laku ialah satu sisi gerak balas yang dipelajari dengan wujudnya rangsangan. Pendekatan ini dikenali sebagai psikologi rangsangan gerak balas atau ringkasnya R-G. Selain J.B Watson, ahli-ahli psikologi behaviorisme yang lain ialah B.F Skinner, Ivan Pavlov dan E.L.

Thorndike.

Menurut situs e-psikologi.com, Pavlov (1962), setiap rangsangan akan

menimbulkan gerak balas dan berlaku pembelajaran apabila terdapat kaitan antara rangsangan dan gerak balas. Hal ini bermaksud pembelajaran yang berlaku apabila ada kaitan antara rangsangan dan gerak balas. Menurut situs e-psikologi.com, Mahani Razali (2002), hal yang berlaku adalah pembelajaran yang berlaku akibat dari dua rangsangan ini. B.F. Skinner (1904-1990) setuju dengan pendapat Pavlov tetapi menyatakan bahawa tingkah laku dapat diperhatikan dalam jangka panjang supaya dapat mengubah perlakuan yang mudah kepada perlakuan kompleks. Menurut beliau, bimbingan, latihan, ganjaran, pengukuhan dan pengajaran yang terus-menerus adalah penting bagi menjamin perubahan tingkah laku yang berkesan. Bagi E.L. Thorndike, walaupun pembelajaran berlaku hasil gabungan antara stimulus (rangsangan) dan response (gerak balas) seperti

pendapat Pavlov dan Skinner, beliau memberi penekanan terhadap pembelajaran keberhasilan dan pengulangan. Contohnya, Ghazali, seorang murid dalam tahun enam akan terus memperbaiki kelemahan matematikanya hasil dari pengajaran dan pujian dari gurunya setelah ia berhasil menyelesaikan masalah matematika yang diberikan kepadanya.


(17)

Berdasarkan pendekatan behaviorisme, anak-anak cacat berkomunikasi

sesuai dengan karakteristik pribadinya berdasarkan stimulus, respon, dan reaksi. Tetapi bagi setiap anak-anak cacat tentu memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan pendekatan behaviorisme dalam komunikasi antar pribadi dalam

perkembangan kepribadian masing-masing. Untuk lebih mengenal lebih jauh seperti apa peranan metode pendekatan behaviorisme pada anak-anak cacat

berdasarkan stimulus, respon dan reaksi maka perlu dilakukan penelitian. Subjek yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah anak-anak YPAC Tuna Daksa (anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi dan otot) sedemikian rupa dan Tuna Grahita (anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial) usia 8-15 tahun yang berlokasi di Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur, mengingat YPAC adalah suatu Yayasan Pembinaan Anak Cacat yang mengajarkan hal pribadi dan sosial serta memberikan kasih sayang kepada anak-anak cacat. Penelitian ini bersifat mendalam dan kontinu. Beberapa anak cacat Tuna Daksa dan Tuna Grahita akan diamati secara mendalam untuk mendapatkan karakter komunikasi dalam pendekatan behaviorisme. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan bagi pihak yang berkaitan dalam berkomunikasi dengan anak-anak cacat.

Melihat situasi demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap peranan komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan kepribadian


(18)

anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita melalui pendekatan behaviorisme;

Bagaimana stimulus, respon dan reaksi yang terjadi pada anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita dalam berkomunikasi. Penelitian dilakukan di sebuah Yayasan Pembinaan Anak Cacat yang berlokasi di Jl. Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur karena peneliti ingin melihat bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita dengan guru terhadap perkembangan kepribadian melalui pendekatan behaviorisme.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dikemukakan perumusan sebagai berikut:

“Bagaimanakah peranan komunikasi antar pribadi terhadap perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec. Medan Timur melalui pendekatan behaviorisme?”

I.3 Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadi spesifik, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah adalah sebagai berikut:

1. Penelitian bersifat deskriptif, yaitu menerangkan dan memberikan gambaran ilmiah dari komunikasi antar pribadi.

2. Penelitian ini meneliti peranan pendekatan behaviorisme komunikasi

antar pribadi guru dalam perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita yang dilakukan oleh staf pengajar YPAC.


(19)

3. Objek penelitian adalah anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita usia 8-15 tahun yang berlokasi di JL. Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur.

4. Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2009.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kegiatan anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita dalam berkomunikasi dengan guru dan orang tua sehingga tercipta suatu komunikasi yang komunikatif diantara anak-anak cacat dan guru serta orang tua.

b. Untuk mengetahui bagaimana stimulus, respon dan reaksi terhadap perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur.

c. Untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadi guru dalam perkembangan kepribadian anak-anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur melalui pendekatan behaviorisme.

I.4.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan referensi, terutama dalam bidang komunikasi antar pribadi.


(20)

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang komunikasi, sumber informasi bagi yang membutuhkannya. c. Secara praktis, penelitian ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

agar bagi yang memerlukan pemahaman tentang karakter komunikasi manusia dapat menerapkannya pada bidang-bidang baik itu di bidang kedokteran, psikologi, pendidikan ataupun sosial.

I.5 Kerangka Teori

Kerangka teori berfungsi sebagai pendukung untuk menganalisa variabel yang akan diteliti. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok fikiran dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1994: 40). Kerangka teori merupakan hasil berfikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat dalam masalah dan atau sub masalah.

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ini adalah Teori S-O-R, Komunikasi antar pribadi, Teori Kepribadian dan Teori Behaviorisme.

Teori S-O-R

Menurut Effendy (1993: 254), Teori S-O-R adalah singkatan dari

Stimulu-Organism-Response yang awalnya berasal dari ilmu psikologi. Objek material

psikologi dan komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus,


(21)

sehingga orang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Model stimulus-response (rangsangan-tanggapan), atau

lebih populer dengan sebutan model S-R menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima (receiver) sebagai akibat dari komunikasi. Menurut

model ini, dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima, pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus (rangsangan) tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Model S-R dapat digambarkan sebagai berikut:

(Sumber: Effendy, 1993: 255)

Komunikasi antar pribadi

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka tetapi

Organisme - Perhatian - Pengertian - Penerimaan Stimulus

Response (Perubahan Sikap)


(22)

juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan diantara mereka satu dengan yang lainnya, saling mempengaruhi.

Orang menamakan peristiwa seperti dilukiskan di atas sebagai suatu peristiwa komunikasi. Didalam buku Alo Lili Weri (1991: 12), mengutip pendapat beberapa para ahli; menurut Schramm (1974) di antara manusia yang bergaul, mereka saling berbagi informasi, gagasan, sikap. Demikian pula menurut Merrill dan Lownstein (1971) terjadi penyesuaian pikiran, penciptaan, perangkat simbol bersama dalam pikiran para peserta, singkatnya suatu pengertian. Menurut Theodorson (1969) komunikasi adalah pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada yang lain, terutama dengan menggunakan simbol.

Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial.

Masih dalam buku Alo Lili Weri (1991: 12), komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh De Vito (1976) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau, sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Effendy (1986: 12) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi (penulis, pribadi) adalah komunikasi antara komunikator dengan


(23)

seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak.

Dari berbagai sumber di atas, Alo Lili Weri (1991: 12-13) dapat dirumuskan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai cir-ciri sebagai berikut:

1. Spontan dan terjadi sambil lalu.

2. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

3. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas terlebih dahulu.

4. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja. 5. Kerap kali berbalas-balasan.

6. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dia orang, serta hubungan harus bebas, bervariasi, adanya pengaruh.

7. Harus membuahkan hasil.

8. Menggunakan berbagai lambang bermakna.

Teori Kepribadian

Di dalam buku Paulus Budiraharjo (1997: 34); menurut B.F.Skinner, kepribadian manusia adalah sekelompok pola-pola kebiasaan yang menjadi ciri khas suatu individu. Ia memandang kebiasaan individu sebagai hasil dari paksaan dunia luar yang menghendaki seseorang untuk melakukan sesuatu.


(24)

Skinner juga lebih menyukai menyelidiki kepribadian dengan memfokuskan pada aspek belajar dengan perilaku-perilaku yang banyak mengizinkan individu melangsungkan hidup dan berhasil dalam transaksinya dengan lingkungan atau sesorang selama hidup belajar tentang kemungkinan-kemungkinan yang menghasilkan kepuasan dan kesakitan dalam situasi tertentu. Anak belajar membedakan stimulus atau situasi yang merupakan kesempatan untuk memperoleh penguatan karena perilaku tertentu atau situasi yang tidak mengarah ke penguatan perilaku yang sama. Perilaku yang dipelajari kemudian disebut sebagai perilaku di bawah kontrol stimulus. Misalnya, seorang anak yang belajar menangis di muka umum biasanya langsung diberi perhatian dan kenyamanan oleh ibunya sedangkan menangis di rumah biasanya diabaikan. Keterampilan yang sederhana dipelajari lebih dahulu kemudian perilaku yang lebih kompleks diperoleh dan digunakan. Tetapi seseorang tidak dilihat sebagai organisme yang pasif yang menanggapi tanda-tanda penguatan secara otomatis. Melainkan, orang mengadakan kontrol diri terhadap lingkungan dengan secara aktif memilih dan mengubah variabel-variabel lingkungan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka.

Skinner tidak hanya tertarik dengan jadwal penguatan (schedules of

reinforcement) yang menentukan perilaku tetapi juga dalam peranan self control

process. Individu dikatakan melatih self control bila mereka secara aktif

mengubah variabel-variabel yang menentukan perilaku mereka. Misalnya, ketika seseorang tidak dapat belajar karena ada radio dengan suara musik yang sangat keras, kita mematikannya. Dengan demikian, kita secara aktif mengubah variabel


(25)

yang mempengaruhi perilaku kita. Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengendalikan perilaku, yang kemudian banyak diantaranya telah dipelajari oleh social-learning theorist yang tertarik dalam

modeling dan modifikasi perilaku. Teknik tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengekangan fisik (physical restraints)

2. Bantuan fisik (physical aids)

3. Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)

4. Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)

5. Melakukan respons-respons lain (performing alternative responses)

6. Menguatkan diri secara positif (positif self reinforcement)

7. Menghukum diri sendiri (self punishment)

Pendekatan Skinner memperhatikan fenomena yang dapat diamati yang dibagi dalam dua kelas utama: stimulus-stimulus, yaitu ciri-ciri lingkungan yang dapat diamati yang mempengaruhi organisme dan respons-respons, perilaku yang tampak dari organisme tersebut. Semua variabel yang ada diantara atau menengahi stimulus dan respons dan tidak dapat dijelaskan berkenaan dengan stimulus atau respon, dianggap ada di luar daerah kepentingan pendekatan tersebut.

Teori Behaviorisme

Radical behaviorism pada awal pemunculannya hanya mempercayai hal

yang observable (dapat diamati) dan measurable (dapat diukur) sebagai sesuatu

yang sah dalam pengukuran kepribadian. Mimpi, fantasi, intuisi, perasaan diabaikan. Radical behaviorism, pada prinsipnya mencoba melarikan diri dari


(26)

hal-hal yang abstrak. Kemudian, kaum behavioris muda mulai mengadakan revisi terhadap behaviorisme ortodoks dengan menerima fenomena kejiwaan yang

abstrak seperti ego, id, ilusi, mimpi dan sebagainya. Kelompok ini menamakan diri sebagai methodological behaviorism.

Optimisme kaum behavioris terhadap kondisi objektif yang memperngaruhi perilaku manusia membuat teori ini banyak dikritik tidak banyak memberi sumbangan berarti terhadap pemahaman (teori-teori) kepribadian manusia. Akan tetapi, bukan berarti bahwa behaviorisme tidak memberi

kontribusi apa pun terhadap psikologi. Behaviorisme banyak dipakai dalam terapi,

terutama dalam usaha menyembuhkan perilaku menyimpang yang sudah lama tidak ditolong.

The token economy adalah contoh penerapan behavioristik di rumah sakit

jiwa, di mana pasien yang may mengatur hidupnya dengan baik diberikan stimulus berupa uang-uangan yang bisa ditukar dengan makanan atau minuman. Setelah pasien menjadi sadar akan tugas keseharian, disiplin diri, terapi lain harus diterapkan untuk mengobati akar masalah psikologis yang sebenarnya. Behaviorisme disini sangat bermanfaat sebagai sistem terapi darurat, karena

behaviorisme tidak pernah mempersoalkan kompleksitas kejiwaan yang muncul

sebagai akar persoalan psikis individu. Behaviorisme hanya memandang perilaku

yang malajusted adalah hasil belajar dari lingkungan secara keliru.

Jadi, pada prinsipnya dibutuhkan berbagai pendekatan lain yang menyertai strategi behavioristik dalam sistem terapeutik yang efektif. Karena perilaku manusia yang tampak, bagaimanapun, bukanlah tolok ukur yang akurat dari apa


(27)

yang dipikirkan dan dirasakannya. Mengubah perilaku individu yang dianggap menyimpang tanpa memahami lebih mendalam kompleksitas problematika psikis manusia akan menghasilkan terapi yang sia-sia.

Pendekatan behaviorisme ini memandang perubahan perilaku manusia dari

stimulus, respon dan reaksi yang nantinya akan menentukan perilaku manusia itu sendiri.

Stimulus

Apa saja yang menyentuh alat indera – dari dalam atau dari luar – disebut stimulus. Saat ini Anda sedang membaca tulisan saya (stimulus eksternal), padahal pikiran Anda sedang diganggu oleh perjanjian utang yang habis waktu ini (stimulus internal). Anda serentak menerima dua macam stimulus. Alat penerima Anda segera mengubah stimulus ini menjadi energi saraf untuk disampaikan ke otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat indera Anda,

stimulus harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimulus disebut ambang mutlak (absolute threshold). Demikian juga dalam menerima informasi yang

disampaikan tentu sesuai dengan kapasitas stimulus yang dimiliki. Respon

Tanggapan yang diberikan informan dari informasi yang disampaikan dalam mengolah dan memanipulasi informasi. Respon yang diberikan ini tentu akan berbeda-beda sesuai dengan hasil pengolahan informasi oleh informan. Respon ini juga akan membantu informan untuk menghasilkan reaksi yang baginya tentu akan mengubah perilaku.


(28)

Reaksi

Hasil dari stimulus dan respon yang dihasilkan dalam mengubah perilaku. Dalam reaksi tersebut manusia memilih dan menjalankan hasil perubahan perilaku tersebut yang merupakan kunci dalam melakukan pendekatan behaviorisme.

Dalam pendekatan behaviorisme ini, perubahan perilaku akan terus berubah

sesuai dengan stimulus yang datang dan bagaimana respon itu terjadi sehingga timbulnya reaksi yang menentukan perilaku manusia.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang akan dicapai (Nawawi, 1993: 40). Kerangka konsep memuat variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini ada tiga variabel yang akan diteliti, yaitu: a. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gajala/unsur yang lain yaitu variabel terikat (Nawawi, 1993: 56).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi antar pribadi, indikatornya adalah:

1. Stimulus 2. Respon 3. Reaksi 4. Kedekatan


(29)

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh variabel bebas (Nawawi, 1993: 457)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perkembangan kepribadian anak-anak cacat, indikatornya adalah:

1. Arah pandangan mata 2. Gaya bicara


(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1 Peran Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan suatu bidang ilmu komunikasi, bidang ini setiap hari hadir dalam setiap hubungan antar manusia kapan dan dimana saja. Seorang tukang kayu, tukang foto, dramawan dan sastrawan, pastor dan haji, profesor dan musikus, pelajar dan mahasiswa dalam dunianya sendiri maupun dunia bersamanya melakukan komunikasi antar manusia. Dari jenis pekerjaan dan profesi seseorang kepada orang lain, mungkin masih ditambah lagi dengan cara berpikirnya, melahirkan perasaannya dan perilaku nyatanya. Ilmu komunikasi, khususnya komunikasi antar pribadi mempelajari objek hubungan antara manusia.

Meskipun demikian banyak ahli juga berpendapat bahwa semua yang menjadi tekanan dalam komunikasi antar pribadi akhirnya bermuara pada: perspektif situasi. Perspektif situasi merupakan suatu perspektif yang menekankan bahwa sukses tidaknya komuniksi antar pribadi sangat tergantung pada situasi komunikasi, mengacu pada hubungan tatap muka antara dua orang atau sebagian kecil orang dengan mengandalkan suatu kekuatan yang segera saling mendekati satu dengan yang lain pada saat itu juga daripada memperhatikan umpan balik yang tertunda (misalnya dalam hal komunikasi antar manusia bermedia seperti surat menyurat, percakapan, telepon, faximile), menurut De Haan (1952) dalam buku (Komunikasi Antar Pribadi, Alo Liliweri, 1991: 31).


(31)

Masih dalam buku Alo Liliweri (1991: 31), ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya yang terangkum dari pendapat-pendapat Reardon (1987), Effendy (1986a), Porter dan Samovar (1982). Sifat-sifat komunikasi antar pribadi itu adalah:

1. Melibatkan didalamnya perilaku verbal dan non verbal.

2. Melibatkan pernyataan/ungkapan yang spontan, scripted dan contrived.

3. Komunikasi antar pribadi tidaklah statis melainkan dinamis.

4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya). 5. Dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

6. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan. 7. Melibatkan didalamnya bidang persuasif.

Disamping itu, Halloran (1980) dalam buku (Alo Liliweri, 1991: 48) mengemukakan bahwa manusia sebenarnya berkomunikasi dengan orang lain karena beberapa faktor, yaitu:

1. Perbedaan antar pribadi.

2. Manusia meskipun merupakan makhluk yang utuh namun tetap mempunyai kekurangan.

3. Adanya perbedaan motivasi antar manusia.

4. Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuan dari orang lain.


(32)

Masih dalam buku Alo Liliweri (1991: 48), Cassagrande juga berpendapat hampir senada, bahwa orang berkomunikasi dengan orang lain karena:

1. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan.

2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif tetap.

3. Interaksi hari ini merupakan spektrum pengalaman masa lalu, dan buat orang mengantisipasi masa depan.

4. Hubungan yang diciptakan kalau berhasil merupakan pengalaman yang baru.

Kita akhirnya dapat mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi tidak dapat dielakkan dalam hidup bermasyarakat itu. Suatu kesadaran akan kekurangan yang dimiliki, suatu perbedaan kesadaran akan adanya perbedaan yang hakiki antar pribadi, perbedaan dalam motif (dorongan-dorongan untuk mencapai kebutuhan yang berbeda baik kebutuhan biologis, sosiologis) keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain menyebabkan setiap orang mencari relasi dengan orang lain. Relasi, interaksi itu dapat dimulai oleh setiap orang mulai dari dalam rumah, tetangga, kemudian meluas ke bidang pekerjaan.

Saling melengkapi kekurangan atas perbedaan tersebut senantiasa dialami karena masyarakat terus berubah untuk memenuhi kebutuhan yang satu terhadap kebutuhan lainnya yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Ia, manusia mencatat pelbagai pengalamannya masa lalu dari relasinya dengan orang lain kemudian mengantisipasikan, memperkirakan apakah komunikasi masih relevan dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan di masa datang.


(33)

Oleh karena itu, pada saat sekarang para ahli komunikasi menghendaki supaya seorang yang berkomunikasi harus mampu mengubah cara berpikir, perasaan atau perilaku sesama, hal itu akan tercapai kalau ia juga memberikan kesempatan pada pihak lain untuk dapat mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan dan perilakunya.

II. 2 Proses Komunikasi Antar Pribadi

Ciri Komunikasi Antar Pribadi yang sifatnya adalah dua arah atau timbal balik. Istilah ini disebut dengan Two Ways Communication. Apabila dua orang individu atau lebih terlibat dalam suatu percakapan dan terdapat adanya kesamaan makna dari apa yang mereka percakapan maka dapat dikatakan bahwa komunikasi itu mengarah kepada komunikasi antar pribadi apalagi bila komunikasinya cukup efektif untuk mengubah perilaku orang lain.

Segi efektifnya adalah adanya arus balik langsung yang dapat ditangkap baik oleh komunikator maupun komunikan sesuai dengan lambang-lambang komunikasi verbal atau juga non verbal sebagaimana dipergunakan bila terjadi proses komunikasi.

Dalam memahami proses komunikasi antar pribadi akan dikemukakan pendapat beberapa para ahli dari beberapa sumber yang dikutip dari situs

bagaimana proses komunikasi antar pribadi.

Menurut William F. Glueck dalam bukunya “Management” menyatakan

komunikasi antar pribadi ialah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih dalam suatu kelompok kecil manusia


(34)

dimana komunikasi merupakan sesuatu yang menguntungkan bagi seorang komunikator adalah karena ia dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya dari mulai nama, pekerjaan, agama, pengalaman, cita-citanya, dan sebagainya. Dari sini komunikator akan dapat melakukan perubahan sikap, pendapat, dan perilaku komunikannya ke arah tujuan sebagaimana ia inginkan.

Disamping itu, Everet M. Rogers dalam bukunya “Mass Media and

Interpersonal Communication” mengatakan komunikasi antar pribadi adalah

merupakan aspek yang sangat penting dalam teori komunikasi yang merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dari interaksi tatap muka oleh antar pribadi.

Lebih lanjut Rogers mengatakan proses komunikasi antar pribadi adalah proses pengaruh mempengaruhi yang merupakan proses yang bersifat psikologis dan oleh karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis manusia yang memiliki suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kesamaan dalam kelompok yang tidak lain tanda adanya proses sosial.

Proses komunikasi antar pribadi juga merupakan pengungkapan oleh pihak seseorang / lebih yang mengatur secara sadar tindakan-tindakan pihak lain dan kemudian mengadakan pengamatan kembali atas tindakan yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan seperti ini adalah suatu kesadaran dari komunikator ke komunikan yang merupakan jalinan antar pribadi.

Proses komunikasi antar pribadi akan muncul bila mempunyai enam ciri, yaitu sebagai berikut:


(35)

1. Dilaksanakannya karena adanya faktor pendorong.

2. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja. 3. Kerap kali berbalas-balasan.

4. Mempersyaratkan adanya hubungan atau interaksi antar dua orang atau lebih.

5. Suasana hubungan harus bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan. 6. Menggunakan berbagai lambang-lambang yang berguna.

II.3 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi dapat diperoleh dengan membangun kontak dengan orang lain, untuk kemudian memberikan kesamaan dalam makna pesan maka komunikasi antar pribadi bisa dikembangkan lebih luas akibat orang menukarkan pengalamannya.

Kadang-kadang ketika terlibat dalam suatu proses komunikasi antar pribadi diantara kita tidak sadar bahwa sukses komunikasi disebabkan karena kita berhasil mempertukarkan pengalaman masing-masing. Ketika kita berkomunikasi maka kita memberitahukan suatu informasi, membujuk, menukarkan ide dan pengalaman, ataupun orang lain. Pada saat seperti itu kita secara bergantian mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap suatu ceritera tentang hidup ketiadaan orang tua, kekurangan uang, tugas-tugas kuliah yang berat, kemarahan sang profesor, putusnya tali cinta dengan sang pacar. Pertukaran pengalaman seperti itu merupakan pemerkayaan komunikasi antar pribadi untuk lebih mendekatkan peserta, saling mengerti dalam saling melengkapi. Peserta komunikasi menjadi puas karena dalam pengalamannya berkomunikasi itu banyak


(36)

sekali pertanyaan yang sudah secara langsung maupun tidak langsung dijawab dalam beragam ceritera.

Kelebihan komunikasi antar pribadi atau komunikasi tatap muka ini merupakan satu rangkaian pertukaran-pertukaran pesan antara dua orang dalam proses komunikasi diantara mereka berhasil menjalin suatu kontak, kontak itu berhasil karena mereka saling mempertukarkan pesan secara bergantian dan berbalas-balasan. Bentuk komunikasi tatap muka mempunyai keistimewaan dimana efek dan umpan balik, aksi dan reaksi langsung terlihat karena jarak fisik partisipan yang dekat sekali. Aksi maupun reaksi verbal dan non verbal, semuanya terlihat dengan jelas langsung. Oleh karena itu, tatap muka yang dilakukan terus menerus kemudian dapat mengembangkan komunikasi antar pribadi yang memuaskan dua pihak.

Kegiatan tatap muka yang dilakukan antar pribadi dengan sesamanya merupakan suatu gerakan yang terus menerus dalam waktu dan ruang sebagai wujud keberadaan dan hubungannya yang aktif dengan orang lain. Dalam proses seperti ini, komunikasi tatap muka selalu berusaha saling menarik lawannya untuk memasuki area pengaruh komunikasi, area pengalaman dan area rujukannya. Komunikasi tatap muka merupakan suatu komunikasi yang dinamis yang dimulai melalui kesan pertama yang menarik perhatiannya.


(37)

II. 4 Pengertian Kepribadian

Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya.

Kepribadian secara umum

Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, kata persona merujuk pada topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau “buruk” karena bersifat netral.

Kepribadian menurut Psikologi

Untuk menjelaskan kepribadian menurut psikologi saya akan menggunakan teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.


(38)

Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.

Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama.

Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut.

Dari sebagian besar teori kepribadian diatas, dapat kita ambil kesamaan menurut E.Koswara yakni sebagai berikut:

1. Sebagian besar batasan melukiskan kerpibadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita. 2. Sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti


(39)

perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian,” keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui study tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan dapat menjadi jelas atau dapat dipahami. Para teoris kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu yang unik atau ciri khas pada diri setiap orang. 3. Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut “sejarah hidup”, perkembangan, dan perspektif. Kepribadian, menurut teoris kepribadian, merepresentasikan proses keterlibatan subyek atau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup factor-faktor genetic atau biologis, pengalaman-pengalaman social, dan perubahan lingkungan. Atau dengan kata lain, corak dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh factor-faktor bawaan dan lingkungan.

II.5 Bentuk Kepribadian

Kepribadian manusia terbentuk dari banyak sekali komponen (sifat), dan setiap komponen merupakan variabel. Setiap orang memiliki kepribadian yang susunan komponennya berbeda dengan orang lain. Karena itu setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda dengan orang lain.

Namun demikian, untuk memudahkan kepribadian itu dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis, yakni sebagai berikut:

1. Sanguinis yang Populer 2. Melankolis yang Sempurna 3. Koleris yang Kuat


(40)

Setiap kepribadian memliki kekuatan dan kelemahan. Semua jenis kepribadian diperlukan adanya dalam setiap sistem sosial/organisasi. Kepribadian sebagai totalitas sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang tidak bisa disebut baik atau jelek, komponen-komponennya yang bisa jelek/lemah atau baik/kuat.

Sanguinis Kekuatan

Kepribadian yang menyenangkan, ceria, supel, suka bicara dan bercerita, punya selera humor yang baik, emosional dan demonstratif, antusias dan ekspresif, optimis, penuh rasa ingin tahu, berhati tulus, tidak menyimpan dendam dan cepat meminta maaf, menyukai kegiatan spontan dalam bekerja, mengajukan diri secara sukarela untuk bekerja, mengilhami orang lain untuk bergabung dan dapat mempesona orang lain untuk bekerja.

Kelemahan

Mendominasi percakapan dan suka membesar-besarkan, egoistis, suka mengeluh, kekanak-kanakan, tidak pernah dewasa, mudah marah/emosional, sensitif terhadap yang dikatakan orang tentang dirinya, melupakan kewajiban, keyakinan cepat luntur, tidak disiplin, mudah teralihkan perhatiannya,benci sendirian, tidak tetap/mudah berubah dan pelupa, pandai berdalih, suka mencari perhatian, sorotan dan kasih sayang, dukungan dan penerimaan orang di sekelilingnya, memutuskan dengan perasaan.


(41)

Melankolis Kekuatan

Perfeksionis, standar tinggi, cenderung diam dan pemikir sehingga membutuhkan ruang dan ketenangan supaya bisa berpikir dan melakukan sesuatu. Serius dan bertujuan, analitis, berbakat dan kreatif, berfilsafat dan puitis, bijaksana, idealis, menghargai keindahan, sensitif kepada orang lain, berteman dengan hati-hati. Puas ada di belakang layar, menghindari perhatian, setia dan mengabdi, mau mendengarkan keluhan dan mudah terharu, dalam bekerja: suka keteraturan, serba tertib dan hati-hati, rapi dalam perencanaan, dan hemat.

Kelemahan

Mengingat yang negatif dan menikmati sakit hati. Citra diri rendah dan merendahkan diri sendiri. Standar suka terlalu tinggi. Sangat memerlukan persetujuan. Mementingkan diri sendiri. Terlalu instropektif. Tertekan karena ketidaksempurnaan. Tidak aman secara sosial. Menarik diri dan menjauh. Suka mengkritik orang lain. Tidak menyukai yang menentang. Mencurigai orang lain, pendendam. Tidak mudah memaafkan dan penuh kontradiksi. Dalam kerjaan : suka memilih pekerjaan sulit. suka ragu-ragu dan melewatkan banyak waktu.

Kholeris Kekuatan

Tipe ini berbakat menjadi pemimpin. Suka berprestasi dan mengorganisasikan. Hidupnya berorientasi pada tujuan, aktif dan dinamis.. Berkemauan keras dan tidak mudah putus asa. Tidak menyukai air mata dan


(42)

emosi. Bebas dan mandiri. Dalam bekerja, suka yang serba teratur dan mencari pemecahan praktis. Mau melakukan tugas yang sulit dan suka ditantang. Bisa mendelagasikan pekerjaan dan mau bekerja untuk kegiatan kelompok . Bergerak cepat untuk bertindak sehingga unggul dalam keadaan darurat.

Kelemahan

Orang bertipe koleris terlalu bersemangat, suka memerintah dan tidak sabaran, keras kepala dan kaku. Menyukai kontroversi dan pertengkaran, tidak mau menyerah kalau kalah. Tidak simpatik/kurang peka terhadap perasaan orang lain. Suka merasa benar sendiri. Mendominasi orang lain Dalam bekerja, termasuk pecandu kerja, menuntut loyalitas dan penghargaan bawahan. Bisa kasar atau taktis. Mngharapkan pengakuan atas prestasinya.

Phlegmatis Kekuatan

Kadang tipe ini dipandang sebagai orang yang lamban. Sebenarnya bukan karena ia kurang cerdas, tapi justru karena ia lebih cerdas dari yang lain. Mudah bergaul dan santai. Mudah diajak rukun dan menyenangkan. Tenang, teguh, sabar dan seimbang. Hidup konsisten. Tidak banyak cakap tetapi bijaksana. Simpatik dan baik hati. Menyembunyikan emosi. Hidupnya penuh tujuan. Tidak suka mempersoalkan hal sepele. Punya banyak akal dan bisa mengucapkan kata-kata yang tepat di saat yang tepat. Pendengar yang baik, memiliki rasa humor yang tajam. Suka mengawasi orang lain. Berbelas kasihan dan peduli. Dalam bekerja:


(43)

cakap dan mantap, dapat menengahi masalah. Menghindari pertikaian. Menemukan cara yang mudah. Baik dibawah tekanan.

Kelemahan

Terlalu pemalu dan tidak banyak bicara. Tidak suka keramaian. Suka takut dan kawatir. Mementingkan diri sendiri dan suka merasa benar sendiri. Tidak antusias. Suka menilai orang lain. Suka menunda-nunda sesuatu. Kurang disiplin dan motivasi diri. Malas dan tidak peduli. Membuat orang lain merosot semangatnya. Lebih suka menonton. Tidak suka tantangan/resiko. Terlalu suka kompromi. Perlu waktu untuk menerima perubahan. Tidak suka didesak-desak.

II. 6 Hubungan Kepribadian dengan Perilaku

Kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang tentu akan mencerminkan perilakunya. Kepribadian tersebut akan menggamabarkan karekteristik seseorang bagaimana dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi atau interaksi yang terjadi akan menggambarkan bagaimana pesan yang ditimbulkan dari kepribadian seseorang yang mencerminkan perilaku.

Perilaku yang tercipta akan menghasilkan suatu gambaran komunikasi yang mencerminkan diri seseorang. Perilaku yang tercipta misalnya dari perkataan atau perbuatan. Kata-kata kasar yang diucapkan oleh seseorang tentu akan mencerminkan orang tersebut berkepribadian arogan dan pemarah. Kepribadian demikian membuat orang akan mempunyai persepsi bahwa seseorang tersebut memiliki perilaku yang tidak baik.


(44)

Perilaku yang dihasilkan karena kepribadian yang dimiliki membuat seseorang akan dikategorikan atau dipersepsikan tentang karakter yang ada. Hubungan antara kepribadian dengan perilaku membuat suatu sinkronisasi yang baik dimana kepribadian merupakan cerminan dari perilaku. Kepribadian yang dimiliki akan menjadi kelengkapan kategori seseorang dalam bertindak atau berbicara, terutama ketika berkomunikasi.

Ketika berkomunikasi komunikator akan menyampaikan pesan kepada komunikan dengan intonasi atau cara yang berbeda. Cara dalam menyampaikan pesan ini akan didukung dengan kepribadian yang dimiliki dan nantinya akan menghasilkan perilaku komunikator tersebut. Pesan yang disampaikan tentu akan berbeda pula mengingat dalam hal penangkapan pesan. Pesan yang diterima haruslah disampaikan dengan baik dan dengan kepribadian yang baik pula sehingga hasil dari pesan yang disampaikan akan menghasilkan respon atau tanggapan yang baik dan diterima dengan perilaku yang baik.

Dengan demikian, hubungan antara kepribadian dengan perilaku sangatlah penting mengingat kepribadian merupakan cerminan dari perilaku seseorang. Seseorang yang memiliki kepribadian yang baik tentu akan berperilaku yang baik pula karena cerminan dari perilaku yang baik akan memperoleh respon atau tanggapan yang positif dari orang lain.


(45)

II.7 Teori S-O-R

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya

kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Didalam situs Hosland, et al (1953) mengatakan

bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).


(46)

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.

II. 8 Teori Kepribadian

Kata kepribadian berasal dari kata Personality (Bahasa Inggris) yang

berasal dari kata Persona (Bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng; Yaitu

tutup muka yang sering dipakaioleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya adalah untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Hal itu dilakukan oleh karena terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik, ataupun yang kurang baik.

Menurut Kurt Lewin dalam buku Alo Liliweri (1991: 88-89) kepribadian akan mengalami perkembangan seiring dengan perubahan tingkah laku. Adapun pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan, berarti perubahan didalam variasi tingkah laku. Semakin bertambah usia seseorang, variasi kegiatannya semakin bertambah pula.

b. Perkembangan, berarti perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah laku.

c. Perkembangan, berarti bertambah luasnya arena aktivitas. d. Perkembangan, berarti perubahan dalam taraf realita.


(47)

e. Perkembangan, berarti semakin terdifferensiasinya tingkah laku.

f. Perkembangan, berarti stratifikasi.

Masih dalam buku Alo Liliweri (1991: 94), menurut Allport kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psychopysis yang

menentukan caranya yang khas menyesuaikan diri terhadap sekitar.

Pernyataan “dynamic organization” menekankan kenyataan bahwa

kepribadian itu selalu berkembang dan berubah, walaupun dalam pada itu ada organisasi atau sistem yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen dari kepribadian.

Istilah “psychophysical” menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah

eksklusif (semata-mata) mental bukan pula neural. Organisasi kepribadian melingkupi kerja tubuh dan jiwa (tak terpisah-pisah) dalam kesatuan kepribadian.

Istilah “determine” menunjukkan bahwa kepribadian mengandung

tendens-tendens determinasi yang memainkan peranan aktif didalam tingkah laku

individu.

Jadi, kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu……….. Kepribadian terletak dibelakang perbuatan-perbuatan khusus dan didalam individu.

Dari apa yang dikemukakan diatas itu nyata, bahwa bagi Allport kepribadian bukanlah hanya susunan si pengamat, bukan pula sesuatu yang hanya ada selama ada orang lain yang beraksi terhadapnya. Jauh dari itu kepribadian mempunyai eksistensiriil.


(48)

Satu unsur lagi yang penting dalam definisi diatas ialah kata khas (“unique”) yang menunjukkan tekanan utama yang diberikan oleh Allport pada

individualitas. Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya menyesuaikan diri terhadap sekitar, jadi dengan demikian berarti tidak ada dua orang yang mempunyai kepribadian yang sama.

Dengan menyatakan “adjustments to his environment” Allport

menunjukkan keyakinannya, bahwa kepribadianlah yang mengantarai individu dengan lingkungan fisis dan lingkungan psychologisnya, kadang-kadang mendudukinya, kadang-kadang menguasainya. Jadi, kepribadian adalah sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti adaptasi yang menentukan.

II. 9 Teori Behaviorisme

Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak

saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau

jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana

perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia, memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbul konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan


(49)

lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. (www.dosen.wordpress.com).

Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar

terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.

Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

Prinsip-prinsip teori behaviorisme:

- Obyek psikologi adalah tingkah laku

- Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek - Mementingkan pembentukan kebiasaan


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

III. 1 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi (Rakhmat, 1995: 34)

Penelitian yang bersifat deskriptif, memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Ada kalanya penelitian demikian bertolak dari beberapa hipotesa tertentu, ada kalanya tidak. Sering kali juga arah penelitiannya dibantu oleh adanya hasil penelitian sebelumnya. (Koentjaraningrat, 1986: 30)

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. (Suryabrata, 2003: 75)

Deskriptif termasuk salah satu penelitian eksperimen yang banyak dilakukan. Artinya, data yang sudah ada (dalam arti tidak sengaja ditimbulkan) dan penelitian tinggal merekam. (Arikunto, 2002: 12)

III. 2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di YPAC Jl.Adinegoro No.2 Medan Kel.Gaharu Kec.Medan Timur.


(51)

III. 3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dari dalam suatu penelitian (Nawawi, 1991: 41).

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 1994: 144). Besarnya sampel dalam penelitian adalah 35 orang guru disebut total sampling yaitu keseluruhan sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan mendapatkan data yang diperlukan atau dilakukan seadanya dan seandainya belum terpenuhi, tidak tertutup kemungkinan akan diambil beberapa sampel lagi sampai data terpenuhi.

III. 4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan data

melalui literatur maupun sumber bacaan lain yang mendukung. b. Penelitian lapangan (field research) diperoleh dengan cara:

• Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung objek yang diteliti.

• Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan lisan kepada subjek penelitian dan akan dilakukan wawancara langsung kepada informan.

• Kuesioner yaitu alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang dijawab tertulis pula oleh responden (Nawawi,


(52)

1995: 117). Jenis kuesioner yang dipakai adalah kuesioner tertutup, yaitu kuesioner yang sudah tersedia jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

III. 5 Analisis Data

Analisa data menggunakan pendekatan kualitatif, dimana silogisme dibangun berdasarkan pada hal-hal khusus atau data di lapangan dan bermuara pada kesimpulan-kesimpulan umum. Strategi analisis data kualitatif umumnya tidak digunakan sebagai alat mencari data dalam arti frekuensi akan tetapi digunakan untuk menganalisa proses sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak dipermukaan.

Dengan demikian, maka analisis data kualitatif digunakan untuk memahami sebuah proses dan fakta bukan sekedar untuk menjelaskan fakta tersebut, Burhan Bungin (2007: 143).

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis ke dalam bentuk penyajian, yaitu:

Analisis Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun,1995: 226).

III. 6 Waktu Penelitian


(53)

III. 7 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dibuat model teoritis sebagai berikut:

III. 8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk memudahkan penelitian ini perlu dibuat operasional variabel sebagai berikut:

Tabel 1

Operasional Variabel

Varibel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel bebas (X)

Komunikasi Antar Pribadi

a. Stimulus b. Respon c. Reaksi d. Kedekatan 2. Variabel terikat (Y)

Perkembangan kepribadian

a. Arah pandangan mata b. Gaya bicara

c. Tingkah laku Variabel Bebas (X)

Komunikasi Antar Pribadi

Variabel Terikat (Y) Perkembangan kepribadian


(54)

III. 9 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi alamiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

b. Variabel komunikasi antar pribadi, meliputi:

1. Stimulus yaitu menangkap dan mengolah informasi yang disampaikan sesuai dengan stimulus yang dimiliki.

2. Respon yaitu tanggapan yang diberikan dari informasi yang disampaikan sesuai dengan hasil pengolahan dan penangkapan informasi.

3. Reaksi yaitu tindakan yang dihasilkan dari stimulus dan respon yang akan mengubah perilaku.

4. Kedekatan yaitu rasa persahabatan yang terbentuk antara dua orang atau lebih.

c. Variabel perkembangan kepribadian, meliputi:

1. Arah pandangan mata yaitu kontak yang dilakukan dengan melihat ekspresi dari mata.

2. Gaya bicara yaitu cara menyampaikan informasi yang akan disampaikan. 3. Tingkah laku yaitu perbuatan yang ditimbulkan dari suatu tindakan.


(55)

III. 10 Deskripsi Daerah Penelitian

Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) terletak dikawasan strategis, berada di Jl.Adinegoro No.2 Kel.Gaharu Kec.Medan Timur dengan luas tanah 4.574 m2 dan luas bangunan 3.432 m2. Yayasan ini terletak di samping kantor KPU Sumatera Utara dan tidak jauh didepannya terdapat Hotel Grand Angkasa Medan. Yayasan ini juga letaknya dekat dengan kantor Poltabes Medan dan kantor PWI. Letaknya yang strategis membuat yayasan ini menjadi salah satu tempat pilihan sekolah luar biasa untuk anak-anak cacat.

III.10.1 Sejarah YPAC Medan

Sejarah YPAC Medan secara Nasional

Almarhum Prof.Dr.Soeharso adalah seorang ahli bedah tulang (Orthoped) yang pertama kali merintis upaya rehabilitasi penyandang cacat (Penca). Beliau mendirikan pusat rehabilitasi-rehabilitasi Centrum, yang disingkat dengan R.C. bagi korban revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia di Solo pada tahun 1952. Pada saat itu beberapa daerah terserang wabah poliomyelitis, maka anak-anak tersebut tidak mendapat perhatian karena memang fasilitas tidak ada. Namun hal ini tidak dapat dibiarkan.

Setelah Almarhum Prof.Dr.Soeharso dalam tahun 1952 menghadiri ”International Conference on Social Work”di Madras, maka atas prakarsa beliau, dalam tahun1953 didirikan Yayasan Pemeliharaan Anak Tjatjat (Y.P.A.T) di Solo dengan Akte Notaris tanggal 17 Februari 1953. Rehabilitasi Centrum sangat besar bantuannya dengan memberikan ruangan khusus untuk merintis pelayanan kepada anak-anak yang dibawa ke Y.P.A.T. Almarhum Prof.Dr.Soeharso meletakkan


(56)

prinsip-prinsip pekerjaan Yayasan yang dalam garis besarnya sama dengan apa yang dikerjakan di Rehabilitasi Centrum.

Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun pengurus Y.P.A.T berhasil mendapatkan bantuan sebuah gedung dari Yayasan Dana Bantuan Departemen Sosial. Tepat pada tanggal 5 Februari 1954 dilaksanakan peletakan batu pertama. Enam bulan kemudian pada tanggal 8 Agustus 1954 Gedung Y.P.A.T yang terletak di Jl. Slamet Riyadi No.316 Medan dibuka.

Selanjutnya beliau berkeliling ke berbagai kota untuk menghimbau perorangan maupun organisasi wanita agar mendirikan Yayasan semacam Y.P.A.T guna memberikan pelayanan rehabilitasi pada anak cacat fisik (tuna daksa). Imbauan beliau mendapat tanggapan dari masyarakat. Y.P.A.T didirikan di beberapa tempat yang merupakan perwakilan Y.P.A.T yang di Solo.

Perwakilan tersebut didirikan di Jakarta, Semarang dan Surabaya pada tahun 1954, sedangkan Pangkal Pinang pada tahun 1955, Malang dan Ternate pada tahun 1956. Selanjutnya Jember didirikan pada tahun 1959, Bandung dan Palembang pada tahun 1960; Medan pada tahun 1964, Manado pada tahun 1970; Ujung Pandang pada tahun 1973; Banda Aceh pada tahun 1978; Bali pada tahun 1981 dan Sumatera Barat pda tahun 1990.

Perintis upaya Rehabilitasi Penca Almarhum Prf.Dr.Soeharso menerima pengakuan / penghargaan dari Luar Negeri berupa ”Albert Laskar Rehabilitation Award.” Beliau meninggal dunia pada tanggal 27 Februari 1971 karena serangan jantung. Dunia Rehabilitasi Penca Indonesia kehilangan seorang Bapak yang sejak


(57)

tahun 1945 sampai tahun 1971 mengabdikan hidupnya pada masyarakat pada umumnya dan para penca khususnya.

Seiring dengan berjalannya waktu YPAC dituntut pola pikir dari sosiokarikatif menjadi sosio transformatif menuju YPAC yang profesional. Untuk mencapai hal tersebut diatas kepada seluruh SDM YPAC dilakukan pelatihan-pelatihan tentang Kepemimpinan Pengetahuan Manajemen, Pengelolaan Keuangan, Pengelolaan Data, Tata Laksana Organisasi dan Tata Laksana Administrasi secara terstruktur dan berkesinambungan. Dengan terbitnya Undang-undang Yayasan No.16 Tahun 2001 YPAC telah menyesuaikan diri.

Seiring dengan perkembangan zaman maka isu-isu tentang kecacatan juga berubah. Masyarakat kecacatan semakin menyadari bahwa semua manusia mempunyai hak yang sama. Bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan umum dan kebutuhan khusus. Label cacat sebaiknya dihilangkan. Lebih sesuai kalau disebut ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS.

Sebagai aset bangsa dan generasi penerus mereka mempunyai hak yang sama untuk kelangsungan hidup dan tumbuh kembang seperti anak-anak yang lan sesuai potensi yang dimilikinya. CACAT ATAU TIDAK CACAT, ANAK ADALAH ANAK. Diagnosa kecacatannya hanya diperlukan untuk mendapatkan pelayanan paling baik bagi anak, selanjutnya mereka adalah tetap anak-anak.

Kesamaan hak bagi anak dengan kebutuhan khusus dapat direalisasikan antara lain melalui pendidikan terpadu dimana anak (cacat atau tidak cacat) duduk bersama dan belajar bersama dalam satu wadah. Semakin dini anak bersosialisasi, semakin optimal pula hasil yang diharapkan.


(58)

Sejarah YPAC Medan secara Umum

Sebagai cikal bakal perkembangan YPAC Cabang Medan pada saat itu dibuka pelayanan fisioterapi kepada Anak Cacat di kawasan Medan dan pada tahun 1971, diterima bantuan sebidang tanah seluas 4.574 m2 dengan luas bangunan 3.432 m2 di Jalan Adinegoro No.2 Medan dari walikota Medan Drs.Syurkani.

YPAC Cabang Medan dikukuhkan pendiriannya pada tanggal 5 Februari 1972 melalui Surat Keputusan Pengurus Pusat Yayasan No.19/SK/PH/YPAC/85.

Sesuai dengan UU No.16 tahun 2003 tentang yayasan maka YPAC Cabang Medan berubah status menjadi YPAC Medan berdasarkan Akta Notaris Henry Tjong, SH No.31 Tanggal 18 February 2004.

Di YPAC Medan layanan rehabilitasi diberikan bagi anak-anak cacat. Anak-anak cacat yang berada di YPAC Medan terdiri dari Tuna Daksa (kelainan anggota tubuh/gerakan) dan Tuna Grahita (keterbelakangan kemampuan intelektual)

a. Tuna Daksa

Tuna daksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Jika mereka mengalami gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi syaraf otak, mereka disebut Cerebral Palsy


(59)

Ciri-ciri anak tuna daksa dapat dilukiskan sebagai berikut: 1. Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh.

2. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali). 3. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil

dari biasa.

4. Terdapat cacat pada alat gerak.

5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.

6. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal.

7. Hiperaktif/tidak dapat tenang.

b. Tuna Grahita

Tuna grahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus.

Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara signifikan berada dibawah rata-rata normal. Bersamaan dengan itu pula, tuna grahita mengalami kekurangan dalam tingkah laku dan penyesuaian. Semua itu berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya. Dengan demikian, seorang dikatakan tuna grahita apabila memiliki tiga faktor, yaitu:

1. Keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau dibawah rata-rata. 2. Ketidakmampuan dalam perilaku adaptif.


(60)

3. Terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun.

Untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang, secara umum biasanya diukur melalui tes Intelegensi yang hasilnya disebut dengan IQ (Intelligence

Quotient), yang dapat dibagi menjadi:

a. Tuna grahita ringan biasanya memiliki IQ 70-55 b. Tuna grahita sedang biasanya memiliki IQ 55-40 c. Tuna grahita berat biasanya memiliki IQ 40-25 d. Tuna grahita berat sekali biasanya memiliki IQ <25

Adapun ciri-ciri fisik dan penampilan anak tuna grahita:

1. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar. 2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia.

3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat.

4. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong).

5. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali). 6. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).

Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan didirikan pada tahun 1964 oleh:

• Prof.Dr.H.R.Soeroso (FK-USU)

• Dr.B.Sitepu Pandebesi (DKK-Medan)

• Kol.Dr.Ibrahim Irsan (KESDAM)

• Dr.R.Soetjipto Gondo Amidjojo (IKES-SU)


(61)

Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan adalah sebuah Yayasan Nir-Laba yang membina anak-anak berkemampuan dan berkebutuhan khusus di kawasan Medan dan sekitarnya.

III.10.2 Visi dan Misi YPAC Medan

Visi

Mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi insan yang bertakwa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Misi

1. Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memberikan pelayanan kepada anak Tuna Daksa dan Tuna Grahita sesuai dengan kebutuhannya.

3. Mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai dengan minat dan bakat.

4. Menjadikan peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan, mampu beradaptasi dan berpartisipasi aktif di lingkungannya sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.

5. Menjadikan insan yang mandiri sesuai dengan kemampuannya.

6. Mengembangkan pengetahuan, sikap dan psikomotor peserta didik melalui layanan formal di sekolah.

7. Menanamkan konsep diri yang positif agar dapat beradaptasi, bersosialisasi di lingkungannya.


(62)

III.10.3 Jumlah Anak Binaan

Adapun jumlah anak binaan YPAC Medan:

• Pelayanan Medis: 58 orang

• Pelayanan Pendidikan: 161 orang

• Jumlah Alumni: 42 orang Jumlah Relawan

• Organ Yayasan: 14 orang

• Tenaga Ahli: 12 orang Jumlah Pelaksana

• Tenaga Para Medis: 3 orang

• Guru P.L.B: 36 orang

• Tenaga Penunjang: 14 orang

III.10.4 Fasilitas dan Sarana

Anak-anak yang dibina di YPAC Medan diberikan pelayanan menyeluruh dalam sebuah institusi yaitu Pusat Rehabilitasi Anak (PRA). Pusat rehabilitasi ini memberikan pelayanan kepada anak-anak Tuna Grahita dan Tuna Daksa, melalui unit-unit yaitu:

1. Unit Pelayanan Rehabilitasi 2. Unit Assesment

Unit layanan ini kemudian dibagi menjadi: 1. Layanan Assesment

Assesment merupakan kegiatan penyaringan terhadap anak-anak yang


(1)

2. Ibu Linda

Guru: Kelas V SLB C YPAC Medan

Apakah Ibu sering berkomunikasi tatap muka dengan siswa? Ya, setiap harinya kami berkomunikasi tatap muka

Apakah Ibu memberikan pelajaran kepada siswa setiap hari? Ya, sudah ada jadwal untuk pejaran setiap harinya

Ketika belajar, apakah siswa memperhatikan apa yang disampaikan oleh Ibu? Sebagian siswa memperhatikan apa yang disampaikan, sebagian lagi melakukan kegiatan lain

Apakah siswa merespon apa yang Ibu tanya atau sampaikan? Ya, siswa merespon apa yang disampaikan

Bagaimana arah pandangan mata siswa ketika Ibu berbicara dengan siswa? Siswa melihat ke arah saya ketika saya berbicara dengan mereka

Apakah Ibu dan guru-guru YPAC Medan menggunakan kata-kata atau bahasa terpilih ketika berbicara atau menyampaikan sesuatu?

Ya, kami menggunakan kata-kata atau bahasa yang mudah dan dipahami oleh siswa

Apakah siswa dapat mengerjakan seluruh tugas yang Ibu atau guru-guru berikan?

Ya, siswa dapat mengerjakan apa yang ditugaskan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Menurut Bapak, apakah perilaku yang dicerminkan oleh siswa menggambarkan kepribadian siswa?

Ya, perilaku yang dicerminkan oleh siswa menggambarkan kepribadian siswa, misalnya terdapat siswa yang hanya bisa senyum, tertawa, dan berbicara sendiri Menurut Ibu, apakah siswa mampu untuk mandiri, berkembang dan berkarya di masa yang akan datang?

Saya rasa bisa karena di YPAC Medan siswa diajarkan sebagaimana anak-anak sekolah lainnya agar siswa bisa mandiri dan mampu untuk meraih cita-cita mereka


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, serta jawaban atas kuesioner, hasil observasi dan interview dengan guru YPAC Medan, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain:

1. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu komunikasi tatap muka yang paling sering dilakukan diberbagai tempat dan kesempatan.

2. Komunikasi antar pribadi mencerminkan kepribadian atau karakteristik setiap orang baik dalam keadaan normal maupun tidak normal

3. Komunikasi antar pribadia diantara guru dan siswa akan menciptakan suasana yang nyaman dan erat kaitannya dengan kedekatan yang terjalin seperti orang tua dengan anak.

4. Komunikasi antar pribadi yang dilakukan olah guru-guru YPAC Medan adalah merupakan salah satu cara yang dapat membantu para siswa YPAC Medan untuk berkomunikasi secara baik dan menjadi mengerti akan maksud dari komunikasi yang dilakukan.

5. Kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang tentu akan menciptakan rasa saling untuk menyayangi dan menghormati satu sama lain.

6. Komunikasi juga memberikan dukungan kepada anak-anak cacat untuk tetap terus berusaha agar mampu untuk mandiri, berkembang dan berkarya di masa yang akan datang.


(3)

V.2 Saran

Dari beberapa pokok pikiran hasil penelitian yang disimpulkan diatas, setidaknya peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai masukan bagi YPAC Medan sebagai berikut:

1. Guru-guru YPAC Medan sebaiknya lebih meningkatkan lagi komunikasi antar pribadi dengan para siswa agar memperoleh kualitas komunikasi yang efektif.

2. Kedekatan dan pembinaan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa YPAC Medan ketika proses belajar mengajar sebaiknya diterapkan oleh para orang tua siswa di rumah.

3. Para guru sebaiknya menambah jam pelajaran sekolah bagi siswa, misalnya ekstrakurikuler.

4. Para guru harus memiliki sifat sabar dan penyayang kepada anak-anak cacat dan mengetaui sense akan hati anak-anak cacat tersebut.

5. Siswa sebaiknya diajak melihat dunia luar, misalnya berdarmawisata ke kebun binatang. Ini dimaksudkan agar siswa bisa belajar untuk mengenal dunia luar yang penuh dengan sejuta makn.

6. Sayangilah anak-anak cacat karena kecacatan bukanlah suatu hal yang dapat mengganggu masa depan tetapi harus mampu untuk dapat mandiri, berkembang dan berkarya di masa yang akan datang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Perspektif Mikro. Surabaya:Insan Cendekia.

Budiraharjo, Paulus. 1997. Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media Group.

Effendy, U.Onong. 2006. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Lubis, Suwardi. 1998. Metodologi Penelitian Komunikasi. Medan: USU Press. Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Purba, Amir, dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: Pustaka Bangsa Press.

Rakhmat, Jalaluddin. 1993. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

_____________. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Soehartono, Irawan. 2004. Metodologi Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang

Sujanto, Agus. 1986. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Supratiknya,A.1995.Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis.Yogayakarta: Kanisius.

Taniputera, Ivan. 2005. Psikologi Kepribadian. Jogjakarta: AR-RUZZ Media. Zaviera, Ferdinand. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Jogjakarta:


(5)


(6)

BIODATA PENULIS

DATA PRIBADI

Nama : Maya Mayyesa Tempat / tgl Lahir : Medan, 27 Mei 1986 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah Tinggi / Berat Badan : 160 cm / 50 Kg

Alamat : Jl. Jati 8 No.9 Perumnas Simalingkar Medan 20135 Anak : Ke-1 dari 3 Bersaudara

Saudara Kandung : Tissa Septiana Risa Putria Mawaddah RIWAYAT PENDIDIKAN

• SD Negeri 068008 Medan, 1992-1998 • SMP Al-Azhar Medan, 1998-2001 • SMU Negeri 13 Medan, 2001-2004

• D-III Bahasa Inggris Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, 2004-2007 • S-1 Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara, 2007-2009 BIODATA ORANG TUA

Nama Ayah : H. Satrial, Amd

Pekerjaan : Pegawai PT.Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) Alamat : Jl.Jati 8 No.9 Perumnas Simalingkar Medan 20135 Agama : Islam

Nama Ibu : Hj. Yetti Damayanti Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama : Islam

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya perbuat dengan sebenarnya.

Medan, Juni 2009 Hormat Saya,


Dokumen yang terkait

Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi : (Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)

6 51 77

Komunikasi Antar Pribadi Ayah Dan Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ayah terhadap Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja di SMA Swasta Al- Ulum, Medan)

0 44 140

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Terhadap Kepuasan Ekspatriat :( Studi Deskriptif Tentang Peranan Komunikasi Antar Pribadi Yang Dilakukan GRO (Guest Relation Officer ) Shoot Sports Bar &amp; Billiards Medan Terhadap Kepuasan Ekspatriat )

0 57 94

Komunikasi Antar Pribadi Orangtua Dan Anak Dalam Menanamkan Pengetahuan Bahasa Daerah (Studi Deskriptif Pada Orangtua Dan Anak Di Lingkungan III Kelurahan Tembung-Kecamatan Medan Tembung)

2 46 135

Komunikasi Antar Pribadi Ibu Dan Remaja Putri Terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ibu dan Remaja Putri terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri di SMU Sultan Iskandar Muda

1 45 92

Peran Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Anak Dalam Membentuk Perilaku Positif (Studi Kasus Peran Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak dalam Membentuk Perilaku Positif di Kelurahan Karang Berombak, Medan Barat)

3 84 217

Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Antar Orang Tua Dengan Anak Dalam Mengembangkan Kepribadian Anak (Suatu Studi Deskriptif Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dengan Anak Dalam Mengembangkan Kepribadian Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan

0 20 130

Komunikasi Antar Pribadi Orangtua Dan Anak Dalam Film Mencari Hilal

7 58 135

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU TERHADAP MURID (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Dalam Membentuk

0 3 16

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU TERHADAP MURID (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Dalam Membentuk

1 4 13