Proses Pengolahan Data Analisis Tabel Tunggal

Pada saat pengisian kuisioner, peneliti menjelaskan pertanyaan yang ada untuk dipilih jawabannya oleh responden. Ketika ada pertanyaan yang pilihan jawabannya dianggap sedikit membingungkan responden, peneliti menjelaskan kembali bagaimana cara yang harus dilakukan responden utnuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal tersebut dimaksudkan peneliti untuk mendapatkan data yang akurat. Saat anak sedang mengisi kuisioner, peneliti melakukan wawancara kepada orangtua responden. Penyebaran kuisioner ini berakhir pada tanggal 30 April.

4.2. Proses Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah peneliti selesai mengumpulkan data dari 48 responden. Adapun tahapan pengumpulan data tersebut adalah: 1. Penomoran Kuisioner Penomoran kuisioner yaitu memberi nomor unit kuisioner sebagai pengenal, yaitu dari 1-48. 2. Editing Editing yaitu proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisisan dalam kotak kode yang disediakan. 3. Coding Coding yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke kotak kode yang disediakan di kuisioner dalam bentuk angka score. 4. Inventarisasi Variabel Universitas Sumatera Utara Inventarisasi Variabel yaitu data mentah yang diperoleh dan dimasukkan ke dalam lembar Foltron Cobol FC sehingga memuat seluruh data dalam satu kesatuan. 5. Menyediakan Kerangka Tabel Banyaknya kerangka tabel minimal sejumlah pertanyaan dalam kuisioner, maksimal sesuai dengan kebutuhan analisis. Kerangka tabel ini dilengkapi dengan nomor tabel, judul tabel, kolom vertikal dan horizontal, kategori dan indikator, frekuensi, persen, dan total. Fungsi kerangka tabel ini untuk mewadahi selebaran data penelitian. 6. Tabulasi Data Tabulasi data yaitu memindahkan variabel responden dari lembar FC ke dalam kerangka tabel. Adapun tabel yang disajikan berbentuk tabel tunggal. Penyebaran data dalam tabel secara rinci melalui kategori, frekuensi, persentase, dan selanjutnya di analisis.

4.3 Analisis Tabel Tunggal

Analisi tabel tunggal yang dimaksudkan untuk melihat distribusi jawaban responden dari setiap variabel yang diteliti. Dalam analisis tabel tunggal ini, data yang disajikan terdiri dari 3 bagian yaitu, karakteristik responden, komunikasi antar pribadi orangtua dan anak, dan bahasa verbal. Berikut ini adalah penyajian tabel tunggal dengan analisis menggunakan perangkat lunak windows SPSS versi 14.0, dan berikut hasil pembahasannya. Tabel 3.1 Usia Responden Universitas Sumatera Utara No Usia Responden F 1 13 Tahun 25 52,1 2 14 Tahun 13 27,1 3 15 Tahun 10 20,8 Total 48 100 P.1FC.3-4 Tabel 3.1 menunjukkan usia yang mendominasi adalah usia 13 tahun dengan jumlah 25 anak 52,1, dan jumlah anak yang berusia 14 tahun adalah 13 anak 27,1, serta usia yang paling sedikit adalah anak yang berusia 15 tahun dengan jumlah 10 orang 20,8. Tabel 3.2 Jenis Kelamin No Jenis Kelamin F 1 Laki-laki 14 29,2 2 Perempuan 34 70,8 Total 48 100 P.2FC.5 Tabel 3.2 menunjukkan jenis kelamin responden, jenis kelamin dengan jumlah terbanyak adalah perempuan, dengan jumlah 34 anak 70,8. Sedangkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 14 anak 29,2 dengan total 48 anak. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada saat menyebarkan kuisioner, jumlah anak perempuan lebih banyak dibandingkan anak laki-laki. Bahkan ada beberapa keluarga yang peneliti temui di lapangan yang semua anak mereka berjenis kelamin perempuan. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan anak perempuan lebih banyak dibandingkan pertumbuhan anak laki- laki, khususnya di Lingkungan III, kelurahan Tembung. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.3 Suku No Suku F 1 Mandailing 13 27,1 2 Minang 11 22,9 3 Jawa 13 27,1 4 Lain-lain 11 22,9 Total 48 100 P.3 FC.6 Berdasarkan tabel 3.3 di atas, menunjukkan bahwa suku Mandailing dan suku Jawa merupakan suku yang mendominasi dengan jumlah yang sama. Jumlah suku keduanya adalah 13 anak 27,1. Suku Minang juga masih dapat dikatakan suku dengan jumlah yang cukup banyak, 11 responden 22,9 berasal dari suku Minang. Sedangkan suku lain-lain tersebut berjumlah 11 anak, masing-masing 4 anak 8,3 bersuku Melayu, 2 anak 4,2 dengan suku Aceh, 1 anak 2,1 bersuku Sunda, serta 2 anak 4,2 berasal dari suku Batak Tapsel kemudian 1 anak 2,1 keturunan Cina dan Jawa. Tabel 3.4 Kedudukan Anak dalam Keluarga Universitas Sumatera Utara No Kedudukan anak dalam keluarga F 1 1 14 29,2 2 2 12 25,0 3 3 12 25,0 4 4 6 12,5 5 5 2 4,2 6 8 1 2,1 7 10 1 2,1 Total 48 100 P.4FC.7 14 responden 29,2 menempati urutan anak pertama dalam keluarganya, dan masing-masing 12 anak 25, berada di urutan ke- 2 dan ke-3 dalam keluarganya. Hal ini juga berdasarkan rata-rata usia orangtua anak yang berusia 30 sampai 40 tahun. Dan untuk yang menepati urutan anak dengan posisi anak bungsu dalam keluarganya, usia orangtua mereka rata-rata 50 sampai dengan umur 60 tahun. Tabel 3.5 Intensitas Melakukan Komunikasi tentang Bahasa Daerah dengan Orangtua No Intensitas melakukan komunikasi tentang bahasa daerah dengan orangtua F 1 Tidak Sering Kurang dari 2x Sehari 24 50,0 2 Jarang 2x Sehari 22 45,8 Universitas Sumatera Utara 3 Sangat Sering Lebih dari 4x Sehari 2 4,2 Total 48 100 P.5FC.8 Dua puluh empat anak mengungkapkan bahwa mereka tidak sering melakukan komunikasi antar pribadi dengan orangtua mereka tentang bahasa daerah, begitu juga dengan 22 anak lainnya 45,8 yang mengatakan kalau mereka jarang melakukan komunikasi antar pribadi tersebut. Hanya 2 anak 4,2 yang menyatakan bahwa mereka sangat sering melakukan komunikasi antar pribadi tentang bahasa daerah dengan orangtua mereka. Pernyataan ini juga sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan kepada orangtua mereka, sebagian besar orangtua mereka mengungkapkan bahwa mereka jarang melakukan komunikasi antar pribadi dengan anak mereka tentang bahasa daerah disebabkan karena memang orangtua tidak memiliki waktu khusus untuk berkomunikasi tentang bahasa daerah pada anak mereka. Kalau pun pernah itu juga hanya sesekali, sambil memerintahkan pekerjaan untuk si anak misalnya sewaktu mereka menyuruh anak untuk makan, mandi, dan sebagainya. Tabel 3.6 Lamanya Berkomunikasi Antar Pribadi dengan Orangtua Mengenai Bahasa Daerah dalam Sehari No Lamanya Berkomunikasi Antar Pribadi dengan Orangtua Mengenai Bahasa Daerah dalam Sehari F 1 Tidak Pernah 25 52,1 2 Kurang dari 1 Jam 21 43,8 3 Antara 1-2 Jam 2 4,2 Total 48 100 Universitas Sumatera Utara P.6FC.9 Tabel 3.6 diatas menunjukkan bahwa 25 anak 52,1 menyatakan dalam sehari mereka tidak pernah berkomunikasi antar pribadi dengan orangtua mereka dengan pembahasan mengenai bahasa daerah. Demikian halnya dengan 21 anak lainnya 43,8, mereka juga mengungkapkan kalau mereka melakukan komunikasi antar pribadi tentang bahasa daerah dengan orangtua mereka dengan frekuensi waktu yang kurang dari 1 jam. Tetapi 2 anak 4,2 menyatakan kalau mereka melakukan komunikasi antar pribadi tentang bahasa daerah dengan orangtua mereka dengan waktu antara 1 sampai 2 jam. Fakta tersebut senada dengan penuturan orangtua mereka pada saat wawancara yang peneliti lakukan, bahwa dalam sehari tidak dapat ditentukan berapa lama mereka berkomunikasi dengan anaknya dengan pembahasan mengenai bahasa daerah. Karena orangtua hanya memakai kata per kata jika berkomunikasi tentang bahasa daerah dengan anaknya, atau pun dengan bahasa campuran yakni bahasa daerah suku mereka dan bahasa Indonesia yang mereka pakai sehari-hari. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.7 Sikap Anak ketika proses komunikasi antar pribadi sedang berlangsung N o Sikap Anak ketika proses komunikasi antar pribadi sedang berlangsung Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah Total F F F F F 1 Sangat mendengarkan dan memahami 5 10,4 21 43, 8 16 33, 3 6 12,5 48 100 2 Mendengarkan dengan serius 5 10,4 11 22, 9 25 52, 1 7 14,6 48 100 3 Mendengarkan dengan santai 7 14,6 23 47, 9 15 31, 3 3 6,3 48 100 4 Acuh tak acuh 2 4,2 9 18, 8 14 29, 2 23 47,9 48 100 P.7FC.10-13 Berdasarkan tabel 3.7, dapat diuraikan sikap anak ketika proses komunikasi antar pribadi sedang berlangsung pada pilihan sikap “Sangat Mendengarkan dan Memahami” hasilnya menyebutkan ada 21 anak 43,8 menyatakan bahwa mereka sering bersikap “Sangat Mendengarkan dan Memahami”. Ini menunjukkan sikap anak yang masih menghormati orangtua nya ketika sedang menyampaikan atau menganjurkan sesuatu kepada mereka, meskipun ada 6 anak 12,5 yang memilih jawaban “Tidak Pernah”. Universitas Sumatera Utara Pada pilihan sikap “Mendengarkan dengan Serius”, hasilnya menunjukkan bahwa 25 anak 52,1 menjawab bahwa mereka jarang menampilkan sikap tersebut. Usia 13-15 tahun merupakan fase remaja awal, dimana anak-anak masih berproses menuju dewasa namun tetap mendominasi sifat anak-anaknya, sehingga mereka masih belum terlalu suka dengan suasana yang terlalu serius walaupun masih ada 5 anak 10,4 yang memilih pilihan “Sangat Sering” untuk pilihan sikap yang mereka tampilkan saat berkomunikasi antar pribadi dengan orangtua. Pilihan sikap ketiga saat berkomunikasi antar pribadi dengan orangtua, yakni “Mendengarkan dengan Santai” ada 23 anak 47,9 menyatakan bahwa mereka sering bersikap yang demikian saat berkomunikasi antar pribadi dengan orang tua, sehingga suasana komunikasi yang terjalin antara orangtua dan anak dapat berlangsung dengan nyaman dan tidak ada tekanan. Karena dengan suasana santai yang tercipta membuat anak lebih “betah” untuk berkomunikasi dengan orangtua dengan suasana yang cukup kondusif untuk si anak dalam menambah pengetahuannya tentang bahasa daerah dari suku mereka. Pada point ke 4 dalam tabel 3.7 diatas yakni sikap “Acuh Tak Acuh”, 23 anak 47,9 menjawab bahwa mereka tidak pernah bersikap demikian pada orangtua mereka saat proses komunikasi antar pribadi sedang berlangsung. Meskipun anak-anak di usia 13-15 tahun ini tergolong masih labil, namun mereka masih menjunjung sikap sopan santun kepada orangtua saat berkomunikasi. Bagaimanapun seorang anak sudah seharusnya bersikap yang demikian kepada orangtua mereka, walau tetap masih ada 2 anak 4,2 yang menjawab Universitas Sumatera Utara bahwa mereka sangat sering menampilkan sikap tersebut saat berkomunikasi antar pribadi dengan orangtua mereka. Tabel 3.8 Waktu Melakukan Komunikasi Antar Pribadi dengan Pembahasan Mengenai Bahasa Daerah N o Waktu Melakukan Komunikasi Antar Pribadi dengan Pembahasan Mengenai Bahasa Daerah Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah Total F F F F F 1 Pagi Hari 1 2,1 1 2,1 20 41,7 26 54, 2 48 100 2 Siang Hari 2 4,2 1 2,1 33 68,8 12 25, 48 100 3 Sore Hari 1 2,1 10 20, 8 26 54,2 11 22, 9 48 100 4 Malam Hari 2 4,2 12 25, 23 47,9 11 22, 9 48 100 P.8FC.14-17 Saat pagi hari, melakukan komunikasi antar pribadi dengan orangtua tentang bahasa daerah 1 anak 2,1 mengaku bahwa ia sangat sering berkomuikasi antar pribadi dengan orangtua nya. Sebanyak 26 anak 54,2 menyebutkan bahwa tidak pernah berkomunikasi antar pribadi dengan orang tua mereka dengan pembahasan mengenai bahasa daerah di pagi hari. Universitas Sumatera Utara Ketika ditanya alasannya mengapa, mereka menyatakan bahwa kalau pagi hari mereka sibuk mempersiapkan diri untuk ke sekolah jadi kurang efektif rasanya berkomunikasi antar pribadi dengan orangtua dengan pembahasan tentang bahasa daerah, karena harus berlomba dengan sang waktu mempersiapkan diri memulai rutinitas harinya. Demikian halnya dengan orangtua mereka, untuk orangtua yang bekerja di pagi hari alasannya senada dengan sang anak, “rasanya repot sekali kalau sudah pagi hari” begitu juga alasan yang dilontarkan oleh para ibu rumah tangga, mereka mengaku kalau pagi hari merupakan waktu yang sangat singkat untuk mengurus keperluan anak-anak dan suami mereka. Pada pilihan waktu siang hari, sebanyak 33 anak 68,8 menyatakan bahwa mereka jarang melakukan komunikasi antar pribadi tentang bahasa daerah dengan orangtua mereka bahkan ada 12 anak 25,0, yang mengungkapkan kalau mereka tidak pernah berkomunikasi antar pribadi tentang bahasa daerah dengan keluarganya. Kalau pada pilihan waktu di pagi hari alasan mereka karena harus berburu dengan waktu seperti yang dipaparkan di uraian sebelumnya, maka untuk alasan mereka di siang hari kebanyakan mengatakan bahwa mereka masih berada di sekolah dan orangtua pun masih belum pulang bekerja. Sebanyak 26 anak 54,2 mengatakan bahwa pada waktu sore hari mereka jarang berkomunikasi tentang bahasa daerah dengan orangtua nya, hanya 1 anak 2,1 yang menyebutkan kalau mereka sangat sering berkomuikasi tentang bahasa daerah dengan orangtua mereka di sore hari. Universitas Sumatera Utara Pada pilihan waktu malam hari, dari pertanyaan “Waktu Melakukan Komunikasi Antar Pribadi dengan Pembahasan mengenai Bahasa Daerah”, sebanyak 15 anak 25,0 mengaku bahwa mereka sering berkomunikasi tentang bahasa daerah dengan orangtua. Demikain halnya jawaban yang diberikan oleh orangtua dari wawancara yang peneliti lakukan. Menurut para orangtua, untuk memberikan pengetahuan tentang bahasa daerah malam hari merupakan saat yang tepat. Karena pada malam hari semua anggota keluarga berkumpul, dan lebih bisa untuk menikmati suasana bersantai yang akrab dengan keluarga di malam hari. Tabel 3.9 Sikap Orangtua Ketika Proses Komunikasi Antar Pribadi mengenai Bahasa Daerah sedang Berlangsung No Sikap Orangtua Ketika Proses Komunikasi Antar Pribadi mengenai Bahasa Daerah sedang Berlangsung F 1 Sangat Serius 4 8,3 2 Serius 7 14,6 3 Santai 33 68,8 4 Sangat Santai 4 8,3 Total 48 100 P.9FC.18 Dari seluruh responden yang menjawab pertanyaan “Sikap Orangtua ketika Proses Komunikasi Antar Pribadi Mengenai Bahasa Daerah sedang Berlangsung”, sebanyak 33 anak 68,8 mengaku bahwa orangtua mereka bersikap santai saat berkomunikasi antar pribadi mengenai bahasa daerah. Empat anak 8,3 yang menjawab sikap orangtua mereka sangat serius, dan 7 anak 14,6 memilih jawaban bahwa orangtua bersikap serius saat Universitas Sumatera Utara berkomunikasi antar pribadi dengan mereka, kemudian ada 4 anak 8,3 yang mengungkapkan bahwa orangtua bersikap sangat santai saat menyampaikan pengetahuan tentang bahasa daerah pada mereka. Bahasa daerah sebenarnya tidak sulit untuk dipelajari dan ditanamkan pada anak, hanya saja diperlukan ketekunan dari orangtua agar dapat terus mendorong anak untuk mau menambah pengetahuan mereka tentang bahasa daerah. Di mulai dari memberikan pengetahuan per kata dari bahasa daerah tersebut dan mengucapkannya sesering mungkin pada anak, maka lambat laun anak dapat memperbanyak kosa kata ataupun pengetahuan seputar bahasa daerah dari suku orangtua nya. Tabel 3.10 Tempat berlangsungnya proses komunikasi antarpribadi Anak dan orangtua tentang bahasa daerah N o Tempat berlangsungny a proses komunikasi antarpribadi Anak dan orangtua tentang bahasa daerah Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah Total F F F F F 1 Di ruang makan 2 4,2 8 16,7 22 45, 8 16 33, 3 48 100 2 Di ruang TV 9 18, 8 29 60,4 10 20, 8 - - 48 100 Universitas Sumatera Utara 3 Di ruang keluarga 8 16, 7 20 41,7 17 35, 4 3 6,3 48 100 4 Di luar rumah 5 10, 4 3 6,3 22 45, 8 18 37, 5 48 100 P.10FC.19-22 Berdasarkan tabel 3.10, dapat diuraikan bahwa sebanyak 22 anak 45,8 menyebutkan bahwa mereka memilih “Jarang” untuk pilihan tempat berlangsungnya komunikasi antar pribadi tentang bahasa daerah di ruang makan, hanya ada 2 anak 4,2 yang mengatakan “Sangat Sering” berkomunikasi antar pribadi di ruang makan. Pada pilihan “Di Ruang TV”, 29 anak 60,4, mengungkapkan kalau mereka sering melakukan komunikasi tentang bahasa daerah dengan orangtuanya. Alasan mereka ruang TV merupakan ruangan yang paling pas untuk berkumpul dengan keluarga sambil menyaksikan acara hiburan, jadi ketika malam hari sambil menyaksikan acara televisi sesekali orangtua memberikan pengetahuan tentang bahasa daerah pada anak. Biasanya anak sering bertanya kepada orangtua bahasa daerah dari kata yang ia tidak tahu mengucapkannya. Misalnya bahasa daerah untuk kata minum, makan, malas, ataupun kata-kata yang lain yang ingin diketahuinya. Untuk pilihan tempat “Ruang Keluarga” sebanyak 20 anak 41,7 memilih jawaban “Sering” dari pertanyaan tempat dimana berlangsungnya komunikasi antar pribadi tentang bahasa daerah dengan orangtua. Dan untuk pilahan “Jarang” sebanyak 17 anak 35,4. Universitas Sumatera Utara Ruang keluarga merupakan ruangan yang sering dipakai untuk berkumpulnya keluarga membicarakan semua hal yang dapat menambah keakraban. Selain itu ruangan keluarga juga sering digunakan untuk berdiskusi antara orangtua dan anak dalam membicarakan permasalahan si anak di sekolah, memberikan nasihat, maupun masalah intern. Sehingga ruang keluarga termasuk ke dalam ruangan yang cukup efektif untuk orangtua dalam memberikan pengetahuan bahasa daerah pada anak. Pada point ke 4 dalam tabel 3.10, yakni pilihan tempat dimana biasanya proses komunikasi antar pribadi tentang bahasa daerah berlangsunng. Sebanyak 22 anak 45,8 menyebutkan bahwa mereka “Jarang” melakukan komunikasi antar pribadi tentang bahasa daerah dengan keluarganya. Menurut orangtua biasanya mereka membawa anak pada acara kumpul keluarga besar, seperti acara pernikahan keluarga besar, arisan, dan sebagainya. Dalam acara ini semua keluarga besar berkumpul dan hampir semuanya berkomunikasi dengan menggunakna bahasa daerah suku mereka, ini membuat anak secara tidak langsung akan belajar untuk menambah pengetahuan mereka seputar kebudayaan, maupun adat istiadat, khususnya mengenai bahasa daerah. Namun saat-saat seperti ini tidak berlangsung dengan intensitas yang cukup sering, hanya ketika ada acara keluarga tertentu saja. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.11 Tingkat Kenyamanan Anak Ketika Proses Komunikasi Antar Pribadi Mengenai Bahasa Daerah Sedang Berlangsung No Tingkat Kenyamanan Anak Ketika Proses Komunikasi Antar Pribadi Mengenai Bahasa Daerah Sedang Berlangsung F 1 Sangat Nyaman 6 12,5 2 Nyaman 17 35,4 3 Kurang Nyaman 18 37,5 4 Tidak Nyaman 7 14,6 Total 48 100 P.11FC.23 Menurut tabel 3.11, yakni “Tingkat Kenyamanan Anak ketika Proses Komunikasi Antar Pribadi Mengenai Bahasa Daerah sedang Berlangsung. Ada 18 anak 37,5 menyatakan perasaan “Kurang Nyaman” dan 17 anak 35,4 mengaku “Nyaman” saat mereka berkomunikasi antar pribadi dengan orangtua mereka dengan pembahasan mengenai bahasa daerah. Karena pengetahuan tentang bahasa daerah ini memang perlu ditanamkan kepada anak sebagai penerus generasi kebudayaan suku orangtua mereka, tergantung bagaimana cara yang dipakai oleh orangtua dalam memberikan pengetahuan tersebut pada anak- anaknya. Dan untuk anak yang menyatakan “Sangat Nyaman” saat berkomunikasi antar pribadi tentang bahasa daerah dengan orangtua mereka sebanyak 6 anak 12,5, ini menggambarkan kalau mereka menyukai pembahasan tentang bahasa daerah saat berkomunikasi antar pribadi dengan orangtua. Hanya saja masih ada 7 anak yang mengaku kalau mereka “Tidak Nyaman” dengan pembahasan tersebut. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.12 Suasana yang Terjadi Saat Pembicaraan tentang Bahasa Daerah Berlangsung N o Suasana yang Terjadi Saat Pembicaraan tentang Bahasa Daerah Berlangsung Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah Total F F F F F 1 Penuh Keseriusan 6 12,5 7 14, 6 20 41, 7 1 5 31, 3 48 100 2 Banyak Tanya Jawab 8 16,7 14 29, 2 23 47, 9 3 6,3 48 100 3 Kaku Dominasi Orangtua 3 6,3 10 20, 8 21 43, 8 1 4 29, 2 48 100 4 Penuh Canda Tawa 9 18,8 23 47, 9 10 20, 8 6 12, 5 48 100 P.12FC.24-27 Dari total keseluruhan responden, sebanyak 20 anak 41,7 mengungkapkan “Suasana yang Terjadi Saat Pembicaraan tentang Bahasa Daerah Berlangsung” adalah suasana yang “Penuh Keseriusan” jarang terjadi saat komunikasi sedang berlangsung. Dan 15 anak 31,3 mengaku “Tidak Pernah” berada dalam situasi penuh keseriusan ketika komunikasi sedang berlangsung. Pada point ke- 2 dalam tabel 3.12, suasana banyak tanya jawab saat komunikasi sedang berlangsung. Sebanyak 23 anak 47,9 mengungkapkan kalau suasana tersebut jarang terjadi. Dan 3 anak 6,3 yang memilih bahwa suasana tersebut “Tidak Pernah” terjadi saat komunikasi sedang terjadi. Universitas Sumatera Utara Dari 48 responden, 21 anak 43,8menjawab kalau mereka “Jarang” merasakan suasana kaku yang didominasi orangtua saat komunikasi antar pribadi sedang berlangsung. Hanya 3 anak 6,3 yang mengungkapkan kalau mereka sangat sering merasakan suasana tersebut. Kemudian untuk responden yang mengatakan sering merasakan suasana kaku yang di dominasi orang tua ada sebanyak 10 anak 20,8, serta responden yang mengungkapkan mereka tidak pernah merasakan suasana yang kaku tersebut sebanyak 14 anak 29,2. Hampir sebagian responden mengungkapkan kalau mereka sering merasakan suasana yang penuh canda tawa saat orangtua menyampaikan pengetahuan tentang bahasa daerah, yakni sebanyak 23 anak 47,9. Menurut mereka ada beberapa kata dari bahasa daerah yang lucu dan terdengar aneh, sehingga mengundang tawa mereka saat orangtua mengucapkan kata dari salah satu bahasa daerah tersebut. Suasana canda tawa seperti ini biasanya berlangsung ketika waktu bersantai dan berkumpul dengan keluarga. Tabel 3.13 Umpan balik atau tanggapan anak kepada orangtua ketika pesan tentang bahasa daerah telah disampaikan N o Umpan balik atau tanggapan anak kepada orangtua ketika pesan tentang bahasa daerah telah disampaikan Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah Total F F F F F 1 Kembali bertanya tentang pembahasan yang belum dimengerti 8 16, 7 2 5 52, 1 11 22,9 4 8,3 48 100 Universitas Sumatera Utara 2 Menerima semua pesan terlebih dahulu, kemudian berusaha memahami sendiri - - 1 5 31, 3 23 47,9 1 20, 8 48 100 3 Tidak menanyakan pembahasan yang tidak di mengerti - - 1 20, 8 20 41,7 1 8 37, 5 48 100 4 Tidak memberikan tanggapan apapun - - 4 8,3 24 50,0 2 41, 7 48 100 P.13FC.28-31 Berdasarkan tabel 3.12 di atas, mayoritas responden menyatakan bahwa mereka “Sering” memberikan tanggapan kepada orangtua mereka dengan cara kembali bertanya tentang pembahasan yang belum dimengerti. Sebanyak 25 anak 52,1 memberikan jawaban tersebut, mereka merasa kalau bahasa daerah bukanlah bahasa umum yang mereka pakai. Namun meskipun demikian masih ada rasa ingin tahu dari dalam diri mereka untuk mempelajari lebih jauh tentang bahasa daerah ini, oleh sebab itu pada saat berkomunikasi dengan orangtua, mereka menanyakan kembali tentang pembahasan yang belum dimengerti. Hanya 4 anak 8,3 yang menyebutkan kalau mereka “Tidak Pernah” memberikan tanggapan yang demikian pada orangtua ketika proses komunikasi sedang berlangsung. Dua puluh tiga anak 47,9 menyebutkan bahwa mereka “Jarang” memberikan tanggapan untuk menerima semua pesan terlebih dahulu kemudian berusaha memahami sendiri pada orangtua, ketika komunikasi antar pribadi tentang bahasa daerah sedang berlangsung. Universitas Sumatera Utara Dalam memahami sesuatu yang disampaikan oleh orangtua, lebih efektif untuk menanyakan kembali pesan yang belum dimengerti. Sehingga anak tidak mudah melupakan apa yang telah disampaikan oleh orangtuanya. Ketika anak lebih memilih untuk menerima semua pesan terlebih dahulu dan berusaha memahaminya sendiri, dikhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman untuk memahami dan memaknai pesan yang telah disampaikan orangtua. Dari keseluruhan responden, sebanyak 20 anak 41,7 mengungkapkan kalau mereka jarang untuk tidak menanyakan pembahasan mengenai bahasa daerah yang tidak dimengerti. Dan untuk yang memilih jawaban kalau mereka sering bersikap yang demikian ada sebanyak 10 anak 20,8. Ketika proses komunikasi tersebut sedang berlangsung, tentunya ada beberapa pesan yang disampaikan oleh orangtua yang belum dimengerti anak, dalam hal ini orangtua lebih dituntut untuk memilih cara yang efektif agar pesan yang diberikan pada anak dapat disampaikan secara sederhana sehingga lebih memudahkan proses pemahaman bagi anak. Setengah dari total responden yakni 24 anak 50,0 menyebutkan kalau mereka “Jarang” untuk tidak memberikan tanggapan apapun saat komunikasi antar pribadi tentang bahasa daerah sedang berlangsung. Karena bagaimanapun bahasa daerah yang ada sekarang ini masih belum terlalu dijadikan patokan utama bagi orang tua untuk menerapkannya pada anak-anaknya, banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa daerah dalam keluarga. Salah satunya adalah lingkungan, baik itu lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah mereka. Universitas Sumatera Utara Bahasa utama yang dipakai dalam kedua lingkungan tersebut adalah bahasa nasional yakni bahasa Indonesia. Karena itu anak sudah terbiasa dari kecil menggunakan bahasa Indonesia, meskipun ada beberapa anak yang dapat mengerti jika kedua orangtua sedang berkomunikasi memakai bahasa daerah namun, ia belum mampu berkomunikasi secara lancar dengan memakai bahasa tersebut dikarenakan keterbatasan kosa kata dari bahasa daerah yang dikuasainya. Tabel 3.14 Peran Orangtua dalam Hal Memberikan Pengetahuan Bahasa Daerah pada Anak No Peran Orangtua dalam Hal Memberikan Pengetahuan Bahasa Daerah pada Anak F 1 Sangat berperan 14 29,2 2 Berperan 18 37,5 3 Kurang berperan 11 22,9 4 Tidak berperan 5 10,4 Total 48 100 P.14FC.32 Peran orangtua dalam memberikan pengetahuan tentang bahasa daerah pada anak sangatlah penting, karena dari orangtua anak dapat mengerti tentang sesuatu yang belum diketahuinya. Keluarga merupakan tempat utama bagi si anak dalam mempelajari hal dalam kehidupannya. Delapan belas orang anak 37,5 menyatakan bahwa orang tua mereka “Berperan” dalam hal memberikan pengetahuan tentang bahasa daerah. Dalam keluarga memang orangtua yang memegang kendali utama untuk memberikan berbagai hal yang bermanfaat bagi si anak. Universitas Sumatera Utara Dalam hal memberikan pengetahuan bahasa daerah pada anak, orangtua dituntut lebih aktif lagi membiasakan anak untuk mempelajari bahasa daerah suku mereka. Tentunya harus diimbangi dengan tanggapan yang positif dari si anak sehingga bahasa daerah dalam keluarga mereka tidak hilang begitu saja. Ketika orangtua berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah pada anak, dan ada beberapa kata dari bahasa daerah tersebut yang tidak dimengrti akan mengundang rasa ingin tahu dalam dirinya untuk mempelajari bahasa daerah tersebut. Dan jika hal ini berlangsung secara terus menurus anak akan lebih banyak mengetahui kosa kata bahasa daerah suku mereka. Tabel 3.15 Tingkat Kesenangan Anak Mengenai Topik Bahasa Daerah saat Berkomunikasi Antar Pribadi dengan Orangtua No Tingkat Kesenangan Anak Mengenai Topik Bahasa Daerah saat Berkomunikasi Antar Pribadi dengan Orangtua F 1 Sangat Senang 13 27,1 2 Senang 18 37,5 3 Kurang Senang 16 33,3 4 Tidak Senang 1 2,1 Total 48 100 P.15FC.33 Bahasa daerah yang berkembang dalam keluarga merupakan topik yang disenangi oleh para responden, terbukti dengan 18 anak 37,5 yang mengaku kalau mereka “Senang” dengan topik tentang bahasa daerah saat berkomunikasi antar pribadi dengan orangtua mereka. Demikan pula dengan 13 anak 27,1 Universitas Sumatera Utara lainnya juga menyampaikan hal yang sama, kalau topik tentang bahasa daerah merupakan topik yang sangat mereka senangi. Sebanyak 16 anak 33,3 mengungkapkan kalau mereka kurang senang dengan topik tersebut. Dan 1 anak 2,1 yang menyatakan kalau ia tidak senang dengan topik tentang bahasa daerah. Fakta di atas menunjukkan kalau ternyata anak menyukai pembahasan tentang bahasa daerah, namun anak tersebut masih dalam tahap mempelajari tentang bahasa daerah dari orangtua. Tabel 3.16 Tingkat Pemahaman Anak Mengenai Isi Pesan tentang Bahasa Daerah yang Telah Disampaikan Oleh Orangtua No Tingkat Pemahaman Anak Mengenai Isi Pesan tentang Bahasa Daerah yang Telah Disampaikan Oleh Orangtua F 1 Sangat Memahami 7 14,6 2 Memahami 12 25,0 3 Kurang Memahami 25 52,1 4 Tidak Memahami 4 8,3 Total 48 100 P.16FC.34 Sebanyak 25 anak 52,1 mengungkapkan kalau mereka kurang memahami isi pesan tentang bahasa daerah yang telah di sampaikan oleh orangtua. Isi pesan tersebut berupa pengetahuan seputar bahasa daerah, seperti kosa kata, pentingnya bahasa daerah untuk dilestarikan agar tidak punah, dan sebagainya. Tujuh anak 14,6 mengatakan kalau mereka sangat memahmi pesan yang disampaikan orangtua. Dan 12 anak 25,9 juga menyebutkan bahwa Universitas Sumatera Utara mereka cukup memahami pesan yang disampaikan oleh orangtua mereka tentang bahasa daerah. Hanya 4 anak 8,3 menyatakan kalau mereka tidak memahami isi pesan tersebut. Dalam menyampaiakan pengetahuan tentang bahasa daerah pada anak, orangtua perlu memperhatikan bagaimana tingkat pemahaman anak, dan juga bagaimana caranya agar anak tersebut dapat dengan mudah memahami pesan yang disampaikan. Sehingga apabila pesan tersebut telah diterima oleh si anak, mereka dapat menggunakan kemampuan dasar mereka untuk mengolah kemudian memahami isi pesan tentang bahasa daerah yang sudah disampaikan oleh orangtuanya. Tabel 3.17 Tingkat Kejelasan Isi Pesan Tentang Bahasa Daerah yang Disampaikan Oleh Orangtua No Tingkat Kejelasan Isi Pesan Tentang Bahasa Daerah yang Disampaikan Oleh Orangtua F 1 Sangat Jelas 9 18,8 2 Jelas 21 43,8 3 Kurang Jelas 16 33,3 4 Tidak Jelas 2 4,2 Total 48 100 P.1735 Isi pesan tentang bahasa daerah yang disampaikan oleh orangtua tentang bahasa daerah pada anak, haruslah jelas. Agar anak dapat mengerti dan paham pengetahuan bahasa daerah seperti apa ingin disamapaikan oleh orangtua. Karena bahasa daerah ini bukanlah bahasa utama yang mereka pakai sehari-hari untuk Universitas Sumatera Utara berkomunikasi, sehingga memerlukan penjelasan isi yang lebih dalam dari orangtua. Anak akan lebih memahami pesan yang disampaikan kepadanya, apabila orangtua menyampaikannya dengan jelas. Mengenai tingkat kejelasan isi pesan ini, sebanyak 21 anak 43,8 mengatakan bahwa isi pesan yang disampaikan oleh orangtua sudah jelas. Responden yang mengatakan bahwa pesan yang disampaikan sudah sangat jelas sebanyak 9 anak 18,8. Sebanyak 16 anak 33,3 yang mengaku kalau menurut mereka orangtua kurang jelas dalam menyampaikan pesan tersebut. Hanya 2 anak 4,2 yang mengaku bahwa pesan yang disampaikan oleh orangtua tentang pengetahuan bahasa daerah tidak jelas. Tabel 3.18 Tingkat Penting atau Tidaknya Orangtua Memberikan Pengetahuan Bahasa Daerah pada Anak No Tingkat Penting atau Tidaknya Orangtua Memberikan Pengetahuan Bahasa Daerah pada Anak F 1 Sangat Penting 17 35,4 2 Penting 23 47,9 3 Kurang Penting 8 16,7 4 Tidak Penting - - Total 48 100 P.18FC.36 Mayoritas responden menjawab bahwa peran serta orangtua dalam memberikan pengetahuan bahasa daerah adalah penting, sebanyak 23 47,9 menyatakan hal yang demikian. Dengan jawaban yang demikian menunjukka n Universitas Sumatera Utara kalau sebenarnya anak menyadarai betapa pentingnya bahasa daerah suku mereka untuk dipelajari. Terlihat sedikit aneh apabila anak yang bersuku manadailing tidak satu pun memahami bahasa daerah sukunya, atau anak dengan suku jawa tidak menguasai beberapa kata dari bahasa suku nya, demikian pula dengan suku-suku lainnya. Begitu juga dengan 17 anak 35,4 juga menyebutkan bahwa orangtua sangat penting berperan aktif dalam hal memberikan pengetahuan bahasa daerah pada anak. Untuk responden yang menyebutkan kalau peran ortangtua dalam memberikan pengetahuan tentang bahasa daerah kurang penting, ada 8 anak 16,7 dan tidak ada responden yang menyatakan kalau orangtua tidak penting untuk memberikan pengetahuan yang demikian. Tabel 3.19 Cara yang Dilakukan oleh Orangtua dalam Menyampaiakan Pemahaman Mengenai Bahasa Daerah N o Cara yang Dilakukan oleh Orangtua dalam Menyampaiakan Pemahaman Mengenai Bahasa Daerah Sanga t sering Sering Jarang Tidak pernah Total F F F F F 1 Dilakukan dengan berdiskusi dan serius 3 6, 3 11 22, 9 21 43, 8 1 3 27, 1 48 100 2 Dilakukan dengan berdiskusi tetapi santai 1 2, 1 21 43, 8 20 41, 7 6 12, 5 48 100 Universitas Sumatera Utara 3 Diobrolkan dengan diselingi bercanda 3 6, 3 33 68, 8 8 16, 7 4 8,3 48 100 4 Diobrolkan sambil melakukan kegiatan lain 4 8, 3 26 54, 2 14 29, 2 4 8,3 48 100 P.19FC.37-40 Dalam menyampaikan pengetahuan mengenai bahasa daerah, ada beberapa cara yang biasa dipakai oleh para orangtua. Namun beda pemikiran maka beda pula cara yang di pakai. Untuk cara yang dilakukan dengan berdiskusi dan serius, sebanyak 21 anak43,8 menyebutkan kalau orangtua mereka jarang memakai cara tersebut. Pembahasan mengenai bahasa daerah ini bukanlah termasuk kedalam pembahasan yang serius, sehingga orangtua juga jarang menggunakan cara yang demikian. Hanya ada 3 anak 6,3 yang menyebutkan kalau orangtua mereka sangat sering memakai cara yang demikian. Untuk cara yang dilakukan dengan berdiskusi tetapi santai, sebanyak 21 anak 43,8 menyebutkan bahwa orangtua sering memakai cara tersebut. Orangtua menuturkan kalau anak-anak tidak suka jika dibawa dengan pembicaraan yang serius, dan memang pembahasan mengenai bahasa daerah ini kurang efektif apabila dilakukan dengan diskusi yang penuh keseriusan. Orangtua menuturkan bahwasanya anak-anak tidak suka dibawa kedalam pembicaraan yang serius dan kaku, kebanyakan dari anak-anak tersebut lebih suka jika membicarakan sesuatu diobrolkan sambil diselingi bercanda dengan suasana yang santai. Terbukti dengan mayoritas responden sebanyak 33 anak 68,8 Universitas Sumatera Utara anak yang menyebutkan kalau orangtua mereka sering menggunakan cara yang demikian untuk menyampaikan pembahasan mengenai bahasa daerah pada anak. Selain cara-cara yang dipaparkan di atas, cara lain yang biasa dipakai oleh orangtua dalam menyampaikan pembahasan mengenai bahasa daerah adalah dengan diobrolkan sambil melakukan kegiatan lain. Sebanyak 26 anak 54,2 menyebutkan kalau orangtua mereka sering melakukan cara yang demikian. Biasanya komunikasi antar pribadi yang mereka lakukan tentang bahasa daerah dilakukan sambil makan malam bersama, menonton televisi, sambil berkumpul bersama keluarga dengan suasana yang santai, dan sebagainya. Tabel 3.20 Intensitas Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Daerah Dengan Orangtua No Intensitas Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Daerah Dengan Orangtua F 1 Sangat Sering 3 6,3 2 Sering 5 10,4 3 Jarang 26 54,2 4 Tidak Pernah 14 29,2 Total 48 100 P.20FC.41 Berkomunikasi dengan orangtua menggunakan bahasa daerah bagi anak merupakan hal yang tidak mudah, disebabkan dengan keterbatasan dari kosa kata yang diketahuinya. Dengan demikian sebanyak 26 anak 54,2 menyebutkan bahwa mereka jarang melakukan hal tersebut. Kemampuan anak dalam memahami bahasa daerah terbatas hanya pada tingkat pemahaman ketika orangtua berkomunikasi dengan bahasa daerah saja, Universitas Sumatera Utara untuk memberikan tanggapan yang sama dengn memakai bahasa daerah sebagian anak merasa belum cukup mampu. Sehingga jika orangtua berkomunikasi memakai bahasa daerah, anak hanya menjawab atau memberikan tanggapannya dengan memakai bahasa Indonesia yang sehari-hari ia pakai. Sebanyak 14 anak 29,2 juga memberikan jawaban kalau mereka tidak pernah memakai bahasa daerah jika berkomunikasi dengan orangtua. Kalau pun mereka menjawab dengan memakai bahasa daerah, kata-kata yang mereka pakai merupakan kata-kata umum dari bahasa daerah tersaebut. Misalnya seperti kata “olo” yang dalam bahasa Manadailing berarti “iya”. Kata “uwes” yang dalam bahasa Jawa berarti “sudah”, dan kata-kata lainnya dalam bahasa suku yang lain pula. Untuk anak yang mengungkapkan kalau mereka sangat sering memakai bahasa daerah ketika berkomunikasi antar pribadi dengan orangtuanya, berjumlah 3 anak 6,3 dan anak yang mengaku kalau mereka sering memakai bahasa daerah saat berkomunikasi antar pribadi dengan orangtua, sebanyak 5 anak 10,4. Mereka mengungkapkan kalau dari kecil orangtuanya sudah membiasakan diri mereka untuk berkomunikasi dengan bahasa daerah di rumah, sehingga mereka sudah terbiasa dengan bahasa daerah tersebut. Namun jika dibandingkan dengan jumlah anak yang jarang dan bahkan tidak pernah memakai bahasa daerah, jumlah tersebut masih tergolong sedikit, karena ternyata lebih banyak anak yang menyebutkan kalau dalam berkomunikasi di rumah dengan orangtua mereka bahasa daerah tersebut masih belum terlalu Universitas Sumatera Utara mereka kuasai, sehingga mereka berkomunikasi antar pribadi dengan orangtua hanya memakai bahasa Nasional Indonesia saja. Tabel 3.21 Jumlah Kata Dari Bahasa Daerah Yang Dikuasai Oleh Anak No Jumlah Kata Dari Bahasa Daerah Yang Dikuasai Oleh Anak F 1 Sangat Banyak Lebih dari 100 Kata 1 2,1 2 Banyak Antara 50 Sampai 100 Kata 4 8,3 3 Sedikit Sekitar 20 Kata 25 52,1 4 Sangat Sedikit Kurang dari 10 Kata 18 37,5 Total 48 100 P.21FC.42 Jumlah kata dari bahasa daerah salah satu suku bangsa memang jumlahnya cukup banyak. Sebanyak kata dari bahasa Indonesia maka sebanyak itu pula kosa kata yang ada pada bahasa daerah, hanya saja ada beberapa kata yang pengucapannya dalam bahasa daerah hampir sama dengan bahasa Nasional bahasa Indonesia. Dengan jumlah kata yang demikian banyaknya tersebut, membuat anak harus lebih banyak mempelajari kata-kata baru dari bahasa daerah setiap harinya. Mayoritas responden mengungkapkan bahwa jumlah kata dari bahasa daerah yang mereka kuasai masih sedikit sekitar 20 kata, sebanyak 25 anak 52,1 menyatakan hal yang demikian. Dan untuk responden yang menyebutkan kalau jumlah kata dari bahasa daerah yang masih sangat sedikit kurang dari kata mereka kuasai, ada sebanyak Universitas Sumatera Utara 18 anak 37,5. Hanya ada 1 anak 2,1 yang menyebutkan bahwa jumlah kata dari bahasa daerah yang ia kuasai sangat banyak, yakni lebih dari 100 kata. Dan untuk responden yang menyatakan jumlah kata dari bahasa daerah yang ia kuasai banyak antara 50 sampai 100 kata berjumlah 4 anak 8,3. Jumlah yang masih sangat sedikit dari total responden. Hal ini menunjukkan bahwa diantara 48 responden, sebanyak 43 anak menyebutkan kalau mereka masih kurang mampu menguasi kosa kata dari bahasa daerah dengan cukup baik, karena jumlah kata yang mereka kuasai dari bahasa daerah tersebut pun , masih sangat sedikit. Tabel 3.22 Tingkat Kerumitan Bahasa Daerah No Tingkat Kerumitan Bahasa Daerah F 1 Sangat Rumit 5 10,4 2 Rumit 9 18,8 3 Cukup Rumit 29 60,4 4 Tidak Rumit 5 10,4 Total 48 100 P.22FC.43 Bahasa daerah merupakan bahasa yang memang sudah seharusnya untuk diwariskan secara turun temurun, karena bahasa daerah merupakan wujud kebudayaan yang paling nyata dari sebuah suku bangsa. Sehingga bahasa daerah tersebut perlu untuk dilestarikan agar tidak punah begitu saja dari kehidupan manusia. Universitas Sumatera Utara Namun ketika orangtua memberikan pengetahuan bahasa daerah tersebut, anak merasa bahwa kata-kata dari bahasa daerah cukup rumit dan agak aneh sehingga sulit untuk dipahami. Dilihat dari segi kerumitan bahasa daerah, sebanyak 29 anak 60,4 mengungkapkan bahwa bahasa daerah suku mereka cukup rumit untuk dipahami. Demikian pula dengan 9 anak 18,8 lainnya yang juga mengungkapkan bahwa kata-kata dari bahasa daerah suku mereka rumit untuk dipelajari, dan 5 anak 10,4 memberikan jawaban yang menyatakan bahwa bahasa daerah suku mereka sangat rumit untuk dipelajari. Untuk anak yang menyebutkan bahwa bahasa daerah suku mereka tidak rumit untuk dipelajari, ada sebanyak 5 anak 10,4. Tabel 3. 23 Tingkat Kemampuan Anak dalam Memahami Isi Pesan Mengenai Bahasa Daerah No Tingkat Kemampuan Anak dalam Memahami Isi Pesan Mengenai Bahasa Daerah F 1 Sangat Mampu 5 10,4 2 Mampu 15 31,3 3 Kurang Mampu 25 52,1 4 Tidak Mampu 3 6,3 Total 48 100 P.23FC.44 Berdasarkan tabel 3.23 di atas, sebanyak 25 anak 52,1 menyatakan kalau mereka kurang mampu dalam memahami isi pesan tersebut. Dan untuk 15 Universitas Sumatera Utara anak 31,3 lainnya yang mengatakan bahwa mereka mampu dalam memahami isi pesan tentang bahasa daerah yang disampaikan oleh orangtua. Isi pesan yang disampaikan dengan pembahsan mengenai bahasa daerah berupa kata-kata atau kalimat yang didalamnya terdapat beberapa kata dari bahasa daerah. Setelah orangtua menyampaikan isi pesan tersebut, orangtua menerangkan kembali kata yang digunakannya dalam berkomunikasi dengan memakai kata-kata dari bahasa daerah untuk diartikan ke dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian anak dapat memahami apa isi pesan yang ingin disampaikan oleh orangtua kepada mereka. Sebanyak 5 anak juga mengatakan bahwa mereka sangat mampu dalam memahami isi pesan dari bahasa daerah yang disampaikan oleh orangtua mereka. Meskipun masih terdapat 3 anak 6,3 yang mengaku kalau mereka masih tidak mampu untuk memahami pesan yang disampaikan oleh orangtua mereka mengenai bahasa daerah. Tabel 3.24 Berkomunikasi Dengan Teman Menggunakan Bahasa Daerah No Berkomunikasi Dengan Teman Menggunakan Bahasa Daerah F 1 Sangat Pernah 2 4,2 2 Pernah 11 22,9 3 Jarang 10 20,8 4 Tidak Pernah 25 52,1 Total 48 100 P.24FC.45 Untuk anak yang mengaku kalau mereka pernah memakai bahasa daerah ketika berkomunikasi dengan teman, ada sebanyak 11 anak 22,9. Dan 2 anak Universitas Sumatera Utara 4,2 juga menyatakan bahwasanya dirinya sangat pernah memakai bahasa daerah saat berkomunikasi dengan teman-temannya. Sebanyak 25 anak 52,1 menyebutkan bahwa dalam berkomunikasi dengan teman, mereka tidak pernah memakai bahasa daerah. Seperti penjelasan sebelumnya yang telah dipaparkan, bahwasanya bahasa daerah menurut anak sulit untuk dipahami karena kerumitan dari bahasanya, sehingga anak lebih suka untuk memakai bahasa nasional saja untuk berkomunikasi dengan orang lain, khusunya dengan teman sebayanya. Demikian pula dengan 10 anak 20,8 yang lain, mereka juga menyatakan bahwa mereka masih jarang memakai bahasa daerah dengan teman- temanya. Karena teman mereka juga melakukan hal yang sama dengan mereka, yakni berkomunikasi dengan bahasa nasional saja. Meskipun mereka lebih suka memakai bahasa nasional untuk berkomunikasi, mereka masih memiliki kemauan dan antusisas yang cukup baik untuk mempelajari pengetahuan seputar bahasa daerah yang disampaikan oleh orang tua mereka. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.25 Jenjang Usia Anak Mendapatkan Pemahaman Pengetahuan Bahasa Daerah No Jenjang Usia Anak Mendapatkan Pemahaman Pengetahuan Bahasa Daerah F 1 Antara Usia 13-15 Tahun 10 20,8 2 Antara Usia 10-12 Tahun 12 25,0 3 Antara Usia 7-9 Tahun 18 37,5 4 Pada Usia 5-6 Tahun 8 16,7 Total 48 100 P.25FC.46 Dari segi usia anak ketika ia mendapatkan pengetahuan bahasa daerah dari orangtua, mayoritas anak menjawab antara usia 7-9 tahun. Sebanyak 18 anak 37,5 menyebutkan hal yang demikian, bahwa pada usia tersebut mereka sudah dibiasakan dalam hal memberikakan pengetahuan tentang bahasa daerah dari orangtua. Untuk usia antara 10-12 tahun, ada 12 anak 25,0 menyebutkan pada usia itulah orangtuanya mulai melatih mereka dalam hal memberikan pengetahuan bahasa daerah. Jenjang usia yang demikian merupakan usia yang dianggap efektif untuk memberikan pengetahuan bahasa daerah pada anak. Sehingga untuk seterusnya anak akan terbiasa dengan usaha yang dilakukan orangtua kepadanya untuk memberikan pengetahuan tentang bahasa daerah tersebut. Responden yang mengungkapkan bahwa orangtuanya mulai memberikan pengetahuan mengenai bahasa daerah pada mereka sejak usia antara 13-15 tahun, Universitas Sumatera Utara berjumlah 10 anak 20,8. Sedangkan responden yang menyebutkan pada usia 5-6 tahun orangtuanya memberikan pengetahuan tersebut kepada mereka, berjumlah 8 anak 16,7. Tabel 3.26 Peningkatan pemahaman tentang bahasa daerah No Peningkatan pemahaman tentang bahasa daerah F 1 Sangat Meningkat 6 12,5 2 Meningkat 16 33,3 3 Kurang Meningkat 22 45,8 4 Tidak Meningkat 4 8,3 Total 48 100 P.26FC.47 Setelah pesan yang disampaikan orangtua tentang bahasa daerah pada anak dapat mereka pahami, maka orangtua mengharapkan pengetahuan anak mengenai bahasa daerah suku mereka dapat mengalami peningkatan dari sebelumnya. Namun, sebanyak 22 anak 45,8 mengungkapkan bahwasanya pemahaman mereka tentang bahasa daerah kurang meningkat setelah orangtua menyampaikannya pada mereka. Sebanyak 16 anak 33,3 yang lain menyebutkan bahwa pemaham mereka mengenai bahasa daerah meningkat ketika orangtua telah selesai memberikan pengetahuan tersebut. Enam anak 12,5 menuturkan hal yang sama pula, pemahaman mereka sangat meningkat setelah orangtua memberikan pengetahuan tersebut. Namun, ,masih terdapat 4 anak 8,3 yang mengaku bahwa pemahaman mereka tidak Universitas Sumatera Utara meningkat setelah orangtua mereka menyampaikan pengetahuan mengenai bahasa daerah. Tabel 3.27 Situasi Saat Orangtua Berkomunikasi dengan Menggunakan Bahasa Daerah N o Situasi Saat Orangtua Berkomunikasi dengan Menggunakan Bahasa Daerah Sangat sering Sering Jarang Tidak pernah Total F F F F F 1 Kegiatan sehari- hari 7 14, 6 8 16, 7 27 56, 3 6 12, 5 48 100 2 Jika ada topik-topik tertentu 3 6,3 1 7 35, 4 20 41, 7 8 16, 7 48 100 3 Ketika acara keluarga 13 27, 1 1 4 29, 2 13 27, 1 8 16, 7 48 100 4 Ketika membicarakan hal yang lebih pribadi 6 12, 5 7 14, 6 19 39, 6 1 6 33, 3 48 100 P.27FC.448-51 Tabel terakhir di bab empat memaparkan mengenai situasi saat orangtua responden berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah. Yakni sebanyak 27 anak 56,3 mengungkapkan bahwa orangtua mereka jarang menggunakan bahasa daerah dalam kegiatan sehari-hari. Menurut pemaparan orangtua, mereka memang jarang memakai bahasa daerah dalam kegiatan sehari-hari disebabkan perbedaan suku antara suami istri tersebut. Seperti yang ditutrkan oleh salah satu orangtua respoden, ia berasal dari suku Jawa, sedangkan suaminya berasal dari suku aceh. Dengan demikian terdapat kendala apabila mereka harus berkomunikasi dengan memakai bahasa daerah dari salah satu di antara mereka. Istri kurang Universitas Sumatera Utara menguasai bahasa aceh, dan suaminya tidak terlalu paham tentang bahasa Jawa. Sehingga agar lebih memudahkan mereka berkomunikasi, maka bahasa utama yang mereka pakai adalah bahasa Nasional Indonesia. Ketika ada topik-topik tertentu, responden menuturkan bahwasanya orangtua mereka juga jarang menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi. Sebanyak 20 anak 41,7 menuturkan hal yang demikian. Namun sebanyak 17 responden 35,4 menyatakan kalau orangtua mereka sering menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi. Pada point ke 3 di tabel 3.27 diatas, dapat dilihat bahwasanya orangtua responden sering menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi. Ketika ada acara keluarga, tentunya banyak saudara dari keluarga besar berkumpul. Dan memang mereka memakai bahasa daerah ketika berkomunikasi dengan keluarga besar, meskipun masih ada juga beberapa kata dari bahasa Indonesia yang mereka gunakan. Orangtua mengungkapkan, dengan memakai bahasa daerah saat berkomunikasi dengan keluarga besarnya, suasana keakraban diantara mereka akan semakin terjalin. Seperti acara arisan keluarga, acara pernikahan, maupun acara lainnya yang membuat keluarga besar dapat berkumpul. Pada acara berkumpulnya acara keluarga ini, anak pun dapat menambah pengetahuan seputar bahasa daerah mereka meskipun hanya penambahan kata-kata dari bahasa daerah. Saat orangtua mereka sedang berkomunikasi dengan salah seorang anggota keluarga besar menggunakan bahasa daerah, mereka mendengarkan perbincangan tersebut. Dan ketika ia tidak atau belum memahami apa yang Universitas Sumatera Utara diobrolkan oleh orangtua dengan salah seorang anggota keluarganya, ia akan menanyakan kepada orangtua tentang apa yang diobrolkan. Dan saat orangtua menjelaskan, secara tidak langsung anak akan mendapatkan penambahan kata baru dari bahasa daerah yang belum diketahuinya. Dengan demikian ketika orangtua mulai membiasakan anak untuk ikut berkumpul dengan keluarga besar, maka anak akan semakin banyak mendapatkan penambahan kata dari bahasa daerah suku nya tersebut. Ketika orangtua membicarakan hal yang lebih pribadi, sebanyak 19 anak 39,6 menyebutkan bahwa orangtua mereka jarang menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi. Hal yang lebih pribadi ketika akan dibicarakan orangtua biasanya merupakan persoalan yang mungkin belum cocok untuk diketahui anak, sehingga menurut orangtua anak belum terlalu paham kalau pun orangtuanya membicarakan persoalan tersebut kepada anak mereka.

4.4 Pembahasan

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung Kodya Medan 2000

0 33 58

Pola Komunikasi orangtua Tunggal Dengan Anak Remaja pada Suku Batak Di Desa Gempolan Kecamatan Sei Bamban

6 98 125

Komunikasi Antar Pribadi Dan Kepribadian Anak-Anak Cacat (Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Guru Dalam Perkembangan Kepribadian Anak-anak Cacat Pada YPAC Melalui Pendekatan Behaviorisme di Kota Medan)

10 80 109

Peran Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Anak Dalam Membentuk Perilaku Positif (Studi Kasus Peran Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak dalam Membentuk Perilaku Positif di Kelurahan Karang Berombak, Medan Barat)

3 84 217

Komunikasi Antar Pribadi Orangtua Dan Anak Dalam Film Mencari Hilal

7 58 135

PERAN POLA ASUH ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN KEMANIDIRIAN BELAJAR ANAK USIA DINI DI PAUD KARYA BAKTI KELURAHAN INDRAKASIH KECAMATAN MEDAN TEMBUNG.

0 4 26

PENDAHULUAN Pengalaman Komunikasi Interpersonal Orangtua Dan Anak Usia 8-10 Tahun Dalam Memahami Dampak Bermain Game Online Terhadap Prestasi Di Sekolah (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Orangtua Dan Anak Yang Bermain Game Online Di Y

1 4 28

Studi Fenomenologi Komunikasi Empatik Orangtua dan Anak Penderita Kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan

0 0 14

Studi Fenomenologi Komunikasi Empatik Orangtua dan Anak Penderita Kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan

0 0 1

Studi Fenomenologi Komunikasi Empatik Orangtua dan Anak Penderita Kanker di Yayasan Onkologi Anak Medan Chapter III VI

0 0 71