Perceraian dalam Fikih KONSEPSI PERCERAIAN DALAM FIKIH DAN
17
Meskipun tidak ada ayat Al-Quran yang menyuruh atau melarang melakukan talaq yang mengandung arti hukumnya mubah, namun talak
itu termasuk perbuatan yang tidak disenangi Nabi. Hal ini mengandung arti perceraian itu hukum asalnya adalah makruh. Adapun ketidak
senangan Nabi kepada perceraian itu terlihat dalam hadisnya dari Ibnu Umar. Menurut riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan di sahkan oleh
Hakim. Sabda Nabi :
Artinya : “Sesuatu yang halal yang sangat tidak disukai Allah adalah
perceraian” HR. IBNU MAJAH Walaupun hukum asal dari talak itu adalah makruh, namun melihat
keadaan tertentu dalam situasi tertentu, maka hukum talak itu adalah sebagai berikut.
a Nadab atau sunnah, yaitu daam keadaan rumah tangga sudah tidak
dapat dilanjutkan dan seandainya dipertahankan juga kemudaratan yang lebih banyak timbulnya.
b Mubah atau boleh saja dilakukan bila memang perlu terjadi
perceraian dan ada pihak-pihak yang dirugikan dengan perceraian itu sedangkan manfaatnya juga ada kelihatannya.
c Wajib atau mesti dilakukan yaitu perceraian yang mesti dilakukan
oleh hakim terhadap seseorang yang telah bersumpah untuk tidak menggauli istrinya sampai masa tertentu, sedangkan ia tidak mau
11
Hasan Saleh, Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer, Jakarta:Rajawali Pers,2008, h. 318.
18
pula membayar kafarat sumpah agar ia dapat bergaul dengan istrinya. Tindakan itu memudharatkan istrinya.
d Haram talak di lakukan tanpa alasan, sedangkan istri dalam keadaan
haid atau suci yang dalam masa itu ia telah diganti. 2.
Bentuk-bentuk Perceraian Pengadilan Agama meninjau dari segi tatacara bentuk perceraian
dibedakan menjadi dua: a.
Cerai talak Cerai talak ialah putusnya perkawinan atas kehendak suami
karena alasan tertentu dan kehendaknya itu dinyatakan dengan ucapan tertentu. Tidak dapat dikatakan dengan lisan dan juga dengan
tulisan, sebab kekuatan penyampaiannya baik melalui ucapan maupun tulisan adalah sama. Perbedaannya adalah jika talak
disampaikan dengan ucapan, maka talak itu diketahui setelah ucapan talak disampaikan suami. Sedangkan penyampaian talak dengan
lisan diketahui setelah tulisan tersebut terbaca. b.
Cerai gugat Cerai gugat adalah suatu gugatan yang diajukan oleh istri
terhadap suami kepada pengadilan dengan alasan-alasan serta meminta pengadilan untuk membuka persidangan itu, dan perceraian
atas dasar cerai gugat ini terjadi karena adanya satu putusan pengadilan.
19
Dalam hukum islam cerai gugat disebut dengan khulu’ berasal
dari kata khal’u al shaub, artinya melepas pakaian, karena wanita
adalah pakaian laki-laki dan sebaliknya laki-laki adalah pelindung wanita. Para ahli fikih memberikan pengertian Khulu’ yaitu
perceraian dari pihak perempuan dengan tebusan yang diberikan istri kepada suami.
12
Perceraian atau putusanya perkawinan itu terbagi menjadi dua, yaitu cerai hidup dan cerai mati.
1. Cerai hidup
Cerai hidup dapat terjadi karena masalah yang tidak dapat didamaikan atau karena suami atau istri murtad keluar dari
agama islam.
13
Cerai hidup ini ada beberapa macam dilihat dari beberapa keadaan. Pertama, dilihat dari sah tidaknya suatu perceraian,
terbagi kepada talaq sunni, thalaq bid’i.Kedua, dilihat dari
kemungkinan boleh tidaknya suami kembali rujuk kepada istrinya, terbagi kepada
talaq raj’i dan thalaq ba’in. Dilihat dari tidak sahnya suatu perceraian :
a Thalaq Sunni, yaitu talak yang dinyatakan suami ketika istri
tidak dalam keadaan haid. Talak ini sah, dibenarkan, dan tidak melanggar sunnah Nabi, karena tidak berpengaruh
12
Hamdani, H.S.A, Risalah Nikah, Ahli Bahasa Agus Salim, h. 261.
13
Hasan Saleh, Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer, Jakarta:Rajawali Pers,2008 h. 321.
20
pada perhitungan masa iddah, melainkan langsung memasuki masa iddah.
b Thalaq Bid’i, yaitu talak yang dinyatakan suami ketika istri
dalam keadaan haid. Talak ini bertentangan dengan Sunnah Nabi dan Haram. Dengan cara ini, hitungan masa iddah
memanjang, karena setelah jatuh talak tidak dapat langsung dihitung masa iddahnya.
Dilihat dari tidak bolehnya suami kembali rujuk kepada istinya.
a Talaq Raj’i, ialah talak yang memberi peluang kepada
suami untuk kembali rujuk kepada istrinya, selama istrinya masih dalam masa iddah, tanpa melalui
pernikahan baru. Thalaq Raj’i adalah talak satu atau talak dua tanpa didahului tebusan iwadh dari pihak
istri. Yang dimaksud dengan rujuk adalah sebagaimana
dikemukakan Al-Mahalli :
“Rujuk ialah kembali kedalam hubungan perkawinan akibat cerai yang bukan ba’in, selama dalam iddah”
b Talaq Ba’in, ialah talak yang tidak memberi peluang
kepada suami untuk kembali rujuk lagi kepada istrinya, karena ia telah menjatuhkan talak tiga kepada
21
istrinya, sehingga jika ingin kembali kepada istrinya ia harus melalui pernikahan baru.
2. Cerai Mati
Cerai mati adalah cerai karena suami atau istri meninggal. Dengan meninggalnya suami atau istri, maka perkawinan antara
keduanya terputus sendirinya. Bagi yang ditinggalkan, ia bebas untuk menikah lagi, dengan ketentuan sebagai berikut :
a Istri yang ditinggal mati suaminya boleh menikah lagi dengan
pria lain setelah mengalami masa iddah selama empat bulan sepuluh hari, tetapi jika ia dalam keadaan hamil, maka ia
harus menunggu iddah, hingga melahirkan. b
Sedangkan suami yang ditinggal mati istrinya boleh menikah lagi dengan wanita lain setelah mempertimbangkan berbagai
aspek, baik aspek psikologis keluarga maupun kesiapan sebagai suami yang bertanggungjawab.