Pertimbangan dan Putusan Hakim

43 oleh Tergugat ketidakhadiran Tergugat dianggap mengakui dalil Penggugat ternyata juga saling bersesuaian, selanjutnya Majelis Hakim telah dapat menemukan fakta-fakta mengenai keadaan rumah tangga Penggugat dan Tergugat sebagai berikut: a. Bahwa setidaknya sejak bulan juni 2010 dan bahkan menurut keterangan kedua saksi sejak anak pertama Penggugat dan Tergugat lahir 1996, rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah sering diwarnai perselisihan dan pertengkaran karena Tergugat sering mengucapkan kata-kata kasar kepada Penggugat, mengalami penyimpangan seksual, dan telah menjalin hubungan dengan wanita lain bernama Desi. 6 b. Bahwa sejak persidangan pertama 31 juli 2012 Tergugat telah tidak pulang kerumah dan memilih tinggal di rumah orang tuanya, tidak ada komunikasi dan tidak mengirim nafkah. c. Bahwa kedua saksi selaku keluarga dan orang dekat Penggugat sudah berusaha menasihati Penggugat namun tidak berhasil dan kini saksi sudah tidak ingin lagi menurunkan Penggugat dan Tergugat karena sudah tidak tahan melihat penderitaan Penggugat. Menimbang, bahwa kedua saksi selaku orang dekat Penggugat sudah tidak sanggup merukunkan Penggugat dan Tergugat di samping itu Majelis telah menyaksikan sendiri betapa Penggugat sudah tidak ingin melanjutkan perkawinannya dengan Tergugat karena sudah tidak tahan atas perilaku Tergugat. 6 Putusan Perkara Cerai Gugat, Wawancara Ketua Hakim Pengadilan Agama Depok, h. 2. 44 Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta sebagaimana di uraikan di atas, Majelis menilai telah terbukti antara penggugat dan tergugat telah terjadi perselisihan yang terus menerus setidaknya perselisihan batin yang berkepanjangan, perselisihan mana dirasa sangat prinsip bagi penggugat sehingga menyebabkan sudah tidak ada harapan lagi untuk dapat di rukunkan kembali. Menimbang, bahwa tidak adanya harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat dapat disimpulkan dari hal- hal sebagai berikut : 1 Bahwa tergugat tidak pernah hadir di persidangan meskipun telah dua kali dipanggil untuk menghadap di persidangan, merupakan indikasi tergugat tidak ingin menyelesaikan persoalan rumah tagganya secara baik. 2 Bahwa keluarga penggugat sudah bertemu dengan keluarga tergugat namun tidak ada respon untuk menyelesaikan persoalan rumah tangga penggugat dan tergugat. 3 Bahwa Majelis telah berusaha menasehati penggugat agar tetap mempertahankan rumah tangganya pada setiap persidangan, namun juga tidak membuahkan hasil. Menimbang, bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara suami istri dan bukan ikatan hukum semata, oleh karena itu jika ikatan batin tersebut sudah pecah dan sekarang penggugat sudah tidak berkeinginan lagi untuk melanjutkan perkawinannya sedangkan tergugat ternyata tidak menunjukan adanya itikad baik untuk mempertahankan 45 rumah tangga, maka Majelis menilai perkawinan yang seperti itu sudah tidak akan dapat memberikan ketentraman jiwa serta kebahagiaan sebagaimana yang dikehendaki Firman Allah dalam Surat Ar Ruum ayat 21 dan pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam, dan jika ikatan perkawinan yang seperti itu dipaksakan tetap berlanjut, patut di duga justru akan menimbulkan kemadlaratan bagi kedua belah pihak. Menimbang, bahwa dari pertimbangan-pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, Majelis berkesimpulan telah terbukti adanya perselisihan yang terus menerus antara penggugat dan tergugat yang tidak ada harapan untuk hidup rukun kembali dalam rumah tangga, sehingga gugatan penggugat dinilai telah memenuhi alasan perceraian sebagaimana maksud ketentuan pasal 39 ayat 2 huruf f Penjelasan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam. Menimbang, bahwa oleh karena ternyata tergugat telah dipanggil secara resmi dan patut tidak dapat datang menghadap, sedangkan dalil- dalil gugatan penggugat beralasan dan tidak melawan hukum, maka sesuai ketentuan pasal 125 HIR, gugatan penggugat dapat dikabulkan dengan tanpa hadirnya tergugat verstek. Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal yang telah dipertimbangkan diatas, Majelis Hakim berpendapat gugatan penggugat 46 patut dikabulkan dengan menjatuhkan talak satu ba’in sughro tergugat atas diri penggugat. Menimbang, bahwa untuk memenuhi ketentuan maksud pasa 84 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, Majelis Hakim perlu memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama depok untuk mengirimkan sehelai salinan putusan ini yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah pada Kantor Urusan Agama tempat perkawinan dilaksanakan, yaitu Kantor Urusan Agama Kecamatan Cimanggis, Kota Depok dan Kantor Urusan Agama yang mewilayahi tempat tinggal penggugat dan tergugat yakni Kantor Urusan Agama Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Menimbang, bahwa perkara ini termasuk bidang perkawinan maka berdasarkan pasal 89 ayat 1 Undang-undang No. 7 Tahun 1989, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, maka segala biaya perkara yang timbul dibebankan kepada penggugat yang besarnya akan ditetapkan dalam diktum amar putusan ini. Mengingat segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hukum syari’ah yang berkaitan dengan perkara ini. 2. Putusan Hakim a. Menyatakan Tergugat yang telah dipanggil secara resmi dan patut untuk menghadap di persidangan, tidak hadir. 47 b. Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek c. Menjatuhkan talak satu Ba’in Sughro Tergugat YONI ANDONO BIN SUWONDO HP terhadap Penggugat dan Penggugat ASPRIATI BINTI WAGIMIN d. Memerintahkan Panitera untuk mengirimkan salinan putusan ini yang telah berkekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. e. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara ini sejumlah Rp 316.000,- tiga ratus enam belas ribu rupiah Demikian diputuskan dalam permusyawaratan Majelis Hakim pada hari Selasa tanggal 04 September 2012 M. Bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1433 H. Oleh Ketua Hakim Umar Faruq, S.Ag., MSI sebagai Hakim Ketua, Hj. Sucianti, S.H. dan E. Kurniati Imron, S. Ag. Masing- masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana pada hari itu juga dibacakan oleh Hakim Ketua tersebut dalam persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum dengan didampingi Hakim-hakim Anggota tersebut, dibantu oleh Totih RA, S.H. sebagai Panitera Pengganti dengan dihadiri oleh Penggugat tanpa hadirnya Tergugat.

C. Analisis Hukum

Dalam menganalisa tentang putusan perkara Nomor: 1300Pdt.G2012PA Dpk. Penulis memandang bahwa keputusan Majelis Hakim yang berdasarkan bukti-bukti dan saksi-saksi yang telah ada dikemukakan di Pengadilan Agama, pada umumnya Pengadilan mengabulkan 48 gugatan perceraian disebabkan keduanya sudah tidak dapat lagi hidup rukun, berdasarkan pertimbangan hukum yaitu sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan sehingga untuk membina rumah tangga bahagia dan sakinah sebagaimana yang dikehendaki oleh pasa 1 Undang- undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan jo pasal 3 Inpres No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam tidak tercapai, kemudian atas pertimbangan tersebut berdasarkan pasal 19 f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam dan talak yang dijatuhkan adalah talak satu bain sughra sesuai yang diatur dalam pasal 119 ayat 2 huruf c KHI. 7 Dari segi pendekatan konsep, tujuan perkawinan ialah menurut perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dalam mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur. Selain itu ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa tujuan perkawinan dalam Islam selain untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia juga sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam menjalani hidupnya di dunia ini, juga mencegah perzinahan agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat. Dari definisi perkawinan menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan maka dapat disimpulkan bahwa tujuan 7 Lihat Kompilasi Hukum Islam. 49 perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah bahwa perkawinan bertujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 8 Manusia diciptakan Allah SWT mempunyai naluri manusiawi yang perlu mendapatkan pemenuhan, pemenuhan naluri itu yang antara lain adalah keperluan biologisnya. Yang dengan ini, tujuan dari pernikahan bisa terlaksana, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Imran ayat 14 yang berbunyi :                            Artinya : Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa- apa yang diinginkan, yaitu : Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah- lah tempat kembali yang baik syurga”. Al-Imran: 14 Dari ayat diatas jelas bahwa kecintaan seseorangmerupakan sebuah perhiasan yang diberi Allah SWT yang dengan kecintaan tersebut, maka rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah dapat terjadi. Dalam menjalani perkawinan suatu keluarga harus dijalani dengan konsep mawaddah wa rahmah, saling mencintai, saling mengasihi, saling memberi dan menerima, salin terbuka. Sehingga dikiyaskan dalam QS An- Nisa:21, bahwa tali perkawinan sebagai ikatan yang kuat. 8 M. Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dari Segi Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Indo-Hill-co, 1990, cet. Ke-2. h. 26. 50 Terkadang, dalam menjalankan bahtera rumah tangga itu tidak selalu mulus, pasti ada kesalahfahaman, kekhilafan, dan pertentangan. Percecokan dalam menangani permasalahan keluarga ini ada pasangan yang dapat mengatasinya. Terkadang, percecokan itu perlu ada ditengah dinamika keluarga sebagai bumbu keharmonisan dan variasi rumah tangga, tentunya dalam porsi yang tidak terlalu banyak. Seperti yang terjadi pada seorang istri yang mengeluhkan masalahnya ke Pengadilan Agama Depok tentang persoalan yang terjadi dalam rumah tangga yang dikarenakan suaminya mengalami kelainan seksual, selain itu sering terjadi percecokan yang terus menerus antara keduanya sehingga rumah tangga yang diidamkan tidak bisa hidup rukun kembali. Dengan keadaan suami yang seperti ini, istri menjadi korban karena suaminya tidak bisa dan atau tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagai suami, sehingga istrinya hidup tanpa ketenangan dan kasih sayang. Dan akhirnya rumah tangga yang diidamkan seperti yang tercantum pada pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan yaitu rumah tangga yang bahagia dan kekal tidak terwujud. Dalam putusan Majelis Hakim memutuskan perkara tersebut sudah terdapat alasan-alasan yang menyebabkan putusnya perkawinan. Mengenai penetapan putungan pengadilan dalam perkara perdata ini khususnya pada cerai gugat yang disebabkan facktor penyimpangan seksual umumnya mengandung putusan yang berupa : 1. Mengabulkan gugatan Penggugat.