24
1. Gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam Pasal 19 huruf b,
pelanggaran ta’lik talak, pen, diajukan kepada pengadilan ditempat kediaman penggugat.
2. Gugatan tersebut dalam ayat 1 dapat diajukan setelah lampau 2 dua
tahun terhitung sejak tergugat meninggalkan rumah. 3.
Gugatan dapat diterima apabila tergugat menyatakan atau menunjukan sikap tidak mau lagi kembali ke rumah kediaman bersama.
Pasal 22 1.
Gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam Pasal 19 huruf f, suami istri terus menerus dalam perselisihan, diajukan kepada pengadilan tempat
kediaman tergugat. 2.
Gugatan tersebut dalam ayat 1 dapat diterima apabila telah cukup jelas bagi pengadilan mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu
dan setelah mendengar pihak keluarga serta orang-orang yang dekat dengan suami istri itu.
Adapun yang menyangkut alasan-alasan dan dukungan alat buktinya, dijelaskan dalam Pasal 74, 75, dan 76 UU No. 71989 dan Pasal 133, 134, dan
135 Kompilasi. Hal-hal yang menjadi sebab putusnya ikatan perkawinan antara seorang
suami dengan seorang istri yang menjadi pihak-pihak terikat dalam perkawinan menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974 pasal 38 dinyatakan
ada tiga sebab, yaitu karena kematian, perceraian dan atas keputusan pengadilan.
19
19
Ahmad Khuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995, cet. Pertama, h. 117.
25
Perceraian dapat merupakan sebab suami, sebab istri, dan sebab keputusan pengadilan, akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Sebab yang merupakan hak suami
Ikatan perkawinan yang dibangun oleh pihak-pihak dengan dasar sukarela dalam arti bebas dari paksaan luar, termasuk pihak dari wali,
orang tua ataupun penguasa. Oleh karena itu dalam kondisi tertentu bila ikatan itu tidak dapat dipertahankan, Islam membolehkan untuk
memutuskan ikatannya atas dasar kemampuan pihak-pihak. Suami diberi hak untuk melaksanakan suatu perbuatan hukum yang akan menjadi
sebab pemutusannya. Perbuatan hukum itu disebut dengan thalaq.
20
2. Sebab yang merupakan hak istri
Istri diberi hak untuk melakukan suatu perbuatan hukum yang menjadi sebab putusnya perkawinan, perbuatan hukum tersebut adalah
Khul’un.
21
Istri meminta suaminya untuk melakukan pemutusan tali ikatan perkawinan dengan cara istri menyediakan pembayaran untuk
menebus dirinya kepada suaminya. 3.
Sebab atas keputusan pengadilan Sesuai dengan kedudukannya, kekuasaan atau hak pengadilan berada
diluar pihak-pihak yang mengadakan akad sehingga dalam hal pemutusan hubungan ikatan perkawinan ini pengadilan tidak melakukan inisiatif.
Keterlibatannya terjadi apabila salah satu pihak suami atau pihak istri mengajukan gugat atau permohonan kepada pengadilan.
20
Ahmad Khuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995, cet. Pertama, h. 117-118.
26
Perceraian hanya dapat dilakukan dalam sebuah sidang dipengadilan. Apabila perceraian dilakukan bukan didalam sidang pengadilan maka
perceraian itu tidak sah karena tidak ada kekuatan hukumnya yang tetap. Pada permulaan sidang di pengadilan, hakim melakukan perdamaian
terhadap para pihak untuk tidak bercerai, akan tetapi apabila tidak dapat didamaikan maka sidang dilanjutkan.
Suami istri memiliki hak yang sama untuk melakukan perceraian karena pihak itu tidak melaksanakan hak dan kewajibannya dalam rumah
tangga. akan tetapi perceraian itu harus dengan alasan-alasan yang sesuai dengan apa yang telah diatur dalam undang-undang perkawinan adalah
mempersulit terjadinya perceraian. Karena tujuan dari perkawinan itu adalah membentuk keluarga bahagia yang kekal serta sejahtera.
Adapun menurut undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 39 ayat 2 dijelaskan bahwa untuk melakukan perceraian diperlukan alasan-
alasan yang dapat dijadikan dasar untuk perceraian, oleh karena itu dalam Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 pasal 19.
Subekti SH mengatakan bahwa perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan satu pihak dalam
perkawinan itu.
22
Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa perceraian dapat terjadi karena thalaq atau gugatan perceraian.
Thalaq adalah hak cerai bagi suami sedangkan gugatan cerai adalah hak cerai istri dengan alasan yang telah datur dalam Kompilasi Hukum
Islam pasal 116.
22
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa, 1995, cet Ke-27, h. 42.
27
BAB III SEKS MENYIMPANG DALAM PERKAWINAN
A. Pengertian Seks Menyimpang
1. Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kepuasan sesksual, dengan tidak
sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan adalah menggunakan objek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan seks bersifat
psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan dan faktor genetic.
1
Penyimpangan seksual terdisi atas dua suku kata yaitu penyimpangan dan seksual. Penyimpangan berasal dari kata dasar
“simpang” yang memiliki empat pengertian. Pertama, mempunyai arti proses, yaitu cara pembuatan yang menyimpang atau menyimpangkan.
Kedua, bermakna membelok menempuh jalan. Ketiga, maksudnya tidak menurut apa yang sudah ditentukan, tidak sesuai dengan rencana.
Keempat, menyalahi kebiasaan, menyeleweng baik dari hukum, kebenaran, dan agama.
2
1
Zamzani Sutriyanto, Diskusi Seksologi Modern, Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2013,cet. Ke-1, h. 118.
2
Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1995, h. 488.
28
Kata “seksual” mempunyai dua pengertian. Pertama, berarti menyinggung hal reproduksi atau perkembangan lewat penyatuan dua
individu yang berbeda yang masing-masing menghasilkan sebutir telur dan sperma. Kedua, secara umum berarti menyinggung tingkah laku,
perasaan, atau emosi yang bersosiasi dengan perangsangan alat kelamin, daerah-daerah erogenous, atau dengan proses perkembangbiakan.
3
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Penyimpangan Seksual adalah perilaku seksual seseorang yang
dianggap menyimpang atau menyalahi aturan yang sudah ditetapkan. Definisi lain menyebutkan bahwa Penyimpangan seksual adalah
aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan sesksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang
digunakan oleh orang tersebut adalah menggunaan objek seks yang tidak wajar.
Rasulullah bersabda dalam hadis
ْنم نْوّْعم : ْمّسو هْيّع ها ىَّص ها لْوسر ل اق ةرْير يبا ْنع ًةأرْما ىتا
بد ْنم ئاس لاو دادوبا هاور ا ر
Artinya : Dari Abu Hurairah : Rasulullah bersabda : Terlaknatlah laki- laki yang mendatangkan istrinya pada lubang belakangnya”. HR. Abu
Daud dan Nasaa’i.
4
3
J. P Chaplin, Kamus Lengkap Biologi, terjemahan. Kartini Kartono, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet. Ke-9, h. 460.
4
M. Bukhori, Hubungan Seks Menurut Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994 Cet. Ke-1, h. 54.
29
2. Bentuk-bentuk Penyimpangan Seksual
Ada banyak penyimpangan seksual yang terjadi dimasyarakat, berikut ini macam-macam bentuk penyimpangan seksual diantaranya:
a. Inces, yaitu keinginan untuk melakukan hubungan seksual dengan
muhrim, seperti dengan ibunya, bapaknya, anaknya, atau dengan saudara kandungnya sendiri. Kasus ini banyak terjadi dimasyarakat,
sering kita mendengar seorang bapak menghamili anak kandungnya sendiri, anak memperkosa ibunya, dan lain sebagainya.
5
b. Necropilia, yaitu seseorang yang mencari kepuasan seksual dengan
menyetubuhi mayat bahkan terkadang ia bersikap kanibal, yakni dengan melahapnya sekaligus, korban biasanya orang yang ia
senangi, biasanya untuk memenuhi hasrat seksualnya orang yang ia senangi tersebut ia bunuh, kemudian mayatnya ia setubuhi.
6
c. Ekshibisionsme, yaitu seseorang yang akan memperoleh kepuasan
seksual dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik, dan
menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang, kondisis seperti ini sering diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya yang
dilanjutkan dengan masturbasi.
5
Menurut Para Psikolog inces adalah perilaku penyimpangan seksual dan menurut hukum islam incest adalah berhubungan dengan wanita-wanita yang diharamkan.
6
Menurut Para Psikolog inces adalah perilaku penyimpangan seksual dan menurut hukum islam incest adalah berhubungan dengan wanita-wanita yang diharamkan.
30
d. Fethisisme, pada penderita fethisisma, aktifitas seksual disalurkan
melalui bermasturbasi dengan BH breast holder, celana dalam, kaos kai, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau
dorongan seksual. Sehingga orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan.
e. Onani Masturbasi, yaitu menyalurkan hasrat seksual dengan cara
merangsang alat kelamin, baik dengan menggunakan tangan dan sebagainya, beberapa pakar kedokteran dan pendidikan menganggap
masturbasi tidak menimbulkan efek samping yang serius bagi kesehatan, sedangkan sebagian yang lain menganggap perbuatan
tersebut sangat merusak kesehatan.
7
f. Pedophilia, yaitu seseorang yang baru mendapatkan kepuasan
seksual jika melakukan hubugan dengan anak-anak, hal ini sangat dilarang oleh agama.
g. Voyeurisme, yaitu berasal dari bahasa perancis yaitu Vayeur yang
artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip lawan jenisnya yang sedang
telanjang, mandi bahkan mengintip orang yang sedang berhubungan seksual.
h. Masochisme,yaitu penderita akan merasakan kenikmatan seksual jika
ia disakiti oleh pasangannya, misalnya dipukul dengan tangan, dicambuk, dan lain sebagainya atau seolah-olah dia diperkosa. Rasa
sakit yang ia terima itu akan mendatangkan kenikmatan yang luar biasa baginya, bahkan lebih nikmat daripada hubungan kelamin.
7
David O.Sears, Psikologi Sosial, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama Cet. Ke-5, h. 123.