4
yang jaksa miliki antara lain: 1. Pidana, yaitu:
a. Melakukan penuntutan; b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap; c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana
bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat; d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang; e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik;
2. Perdata dan tata usaha negara, yaitu: dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau
pemerintah. 3. Di bidang ketertiban dan ketentraman umum, kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan: a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum; c. Pengawasan peredaran barang cetakan;
d. Pengawasan aliran
kepercayaan yang
dapat membahayakan
masyarakat dan negara; e. Pencegahan penyalahgunaan danatau penodaan agama;
5
f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal;
Melihat tugas dan wewenang jaksa yang terdapat dalam undang-undang tersebut, maka penegakan hukum di indonesia akan berjalan dengan baik dan
keadilan pun akan tercipta. Pada kenyataannya dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
penuntut umum sering kali melakukan penyimpangan-penyimpangan dan memikirkan kepentingan pribadi yang berupa financial sehingga keadilan
tidak terwujud. Belakangan ini banyak peristiwa yang tidak memuaskan berkaitan
dengan kinerja jaksa datang menghampiri seperti sering kali terjadi penyimpangan-penyimpangan dan memikirkan kepentingan pribadi yang
berupa financial sehingga keadilan tidak terwujud, sebagai contoh beberapa oknum jaksa menerima suap dan terjadi tindak pidana korupsi. Dimana tugas
dan wewenang jaksa sangat penting dalam membentuk hukum, menciptakan keadilan serta menentukan siapa yang dituntut dalam proses peradilan.
Upayapun dilakukan untuk mengatasinya yaitu dengan membentuk pengawasan eksternal Kejaksaan
5
salah satunya Komisi Kejaksaan. Jaksa
6
sebagai objek pengawasan merupakan salah satu dari penegak hukum di Indonesia, untuk itu perlu adanya pembinaan organisasi untuk ditingkatkannya
pengawasan.
5
Pengawasan eksternal Kejaksaan lainnya yaitu Komisi Etik PERJASA Persatuan Jaksa RI, BPK, DPR dan Presiden. Lihat Maissy Sabardiah, “Pembaharuan Pengawasan di Kejaksaan
Suatu Tinjauan”, Teropong, vol.IV, no. 2, April 2005,h.49.
6
Jaksa berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “Superintendant” berarti pengawas atau pengontrol soal-soal kemasyarakatan. Lihat Ilham Gunawan, Penegak Hukum dan Penegakan
Hukum,cet.ke-10,Bandung:Angkasa,1993, h.10.
6
Maka disinilah akuntabilitas Komisi Kejaksaan dipertaruhkan untuk mengantisipasi penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan. Penyimpangan
terjadi biasanya mengenai pemberian pelayanan kepada masyarakat, serta berkaitan dengan proses rekruitmen.
Cukup banyak peristiwa pelanggaan hukum maupun kode etik profesi oleh jaksa maupun pegawai tata usaha kejaksaan. Dalam tahun 2 tahun
terakhir 2013-2014 komisi kejaksaan mencatat bahwa di Kejaksaan DKI Jakarta menduduki peringkat ke dua setelah Aceh. Contoh kecil seperti baru-
baru ini kejadian di sebuah kejaksaan negeri jakarta selatan yang pernah menangani perkara kasus
bioremediasi yang jaksa melakukan pemerasan yakni Burdju Ronni Allan Felix dan Cecep Sunarto yang di berhentikan secara
tidak hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS. Melihat kasus yang terjadi seperti ini manakala sebuah kejaksaan Negeri belum benar-benar bersih dari
KKN Korupsi, Kolusi, Nepotisme. Dengan adanya peran Komisi Kejaksaan seharusnya tercipta kejaksaan
negeri yang bersih dari penyimpang-penyimpangan karena sebuah
pelanggaran yang dilakukan oleh jaksa baik kinerja ataupun mengenai kode etik jaksa menjadi acuan sebuah kejaksaan yang bersih terbebas dari
peyimpangan tersebut. Dimana Kejaksaan Tinggi Negeri DKI Jakarta saat ini yang menjadi
bahan penelitian karena terdapat hampir melebihi banyak kasus penyimpangan mengenai kinerja jaksa.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengajukan suatu judul yaitu
7
“Pengawasan Komisi Kejaksaan Terhadap Kinerja Jaksa Pengadilan Tinggi Jakarta Tahun 2013-2014
”.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah:
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu meluas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada pengawasan terhadap kinerja jaksa oleh
Komisi Kejaksaan dengan studi di Pengadilan Tinggi Jakarta yang berdasarkan kode etik jaksa diatur dalam PERJA nomor:
PER- 067AJA072007 dan mengacu pada PerPres No. 18 tahun 20011 tentang
Komisi Kejaksaan RI.
2. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas masalah dalam pembahasan ini, maka dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengawasan Komisi Kejaksaan terhadap kinerja jaksa? b. Bagaimana eksistensi lembaga Komisi Kejaksaan dalam menjaga kinerja
Jaksa di Pengadilan Tinggi Jakarta? c. Faktor-faktor yang menghambat pengawasan Komisi Kejaksaan terhadap
jaksa di Pengadilan Tinggi Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin penulis capai melalui penelitian ini adalah
8
sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengawasan yang dilakukan Komisi Kejaksaan
terhadap kinerja jaksa. b. Untuk mengetahui eksistensi lembaga komisi kejaksaan dalam menjaga
kinerja jaksa di pengadilan tinggi jakarta. c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pengawasan komisi
kejaksaan.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah : a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini memberi pengetahuan terhadap masyarakat mengenai kewenangan Komisi Kejaksaan dalam menangani
jaksa yang melakukan pelanggaran kode etik kejaksaan dan diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan pengawasaan kinerja jaksa
yang sesuai dalam Undang-undang kejaksaan. b. Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi Komisi
Kejaksaan untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengawasi jaksa.
D. Kajian Studi Terdahulu
Kajian terkait dengan Komisi Kejaksaan pasca reformasi khususnya, tengah menjadi bahan diskusi hangat dan mengalami perkembangan yang
cukup signifikan. Berbagai karya ilmiah dan tulisan baik berupa jurnal, buku,
9
maupun tulisan-tulisan lainnya banyak yang telah membahas hal ini. Namun,terkait dengan pembahasan tentang “Pengawasan Komisi Kejaksaan
Terhadap Kinerja Jaksa Pengadilan Tinggi Jakarta Tahun 2013-2014”, sejauh penelusuran penulis belum ada yang pernah melakukannya. Maka untuk
memposisikan skripsi ini kiranya perlu memaparkan penelitian-penelitian sebelumnya agar kemungkinan terjadinya pengulangan penelitian dapat
dihindari. Tesis tentang “peran komisi kejaksaan sebagai perwujudan partisipasi
publik dalam rangka pengawasan lembaga kejaksaan”, ditulis oleh Aditya Rakatama dari program Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum
Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2008. Tesis ini menjelaskan tentang
pengawasan internal di lembaga kejaksaan dan pengawasan dari komisi kejaksaan..Sedangkan penelitian penulis fokus terhadap eksistensi Komisi
Kejaksaan dalam pengawasan kinerja Jaksa di Pengadilan Tinggi Jakarta. Skripsi yang berjudul “Peran Komisi Kejaksaan dalam Pengawasan
Kinerja Kejaksaan ”, ditulis oleh Karlos Kriantadipa dari Fakultas Hukum Reguler Mandiri Universitas Andalas Padang pada tahun 2011. Skripsi ini
membahas tentang bagaimana peran komisi kejaksaan dalam mengawasi kinerja di kejaksaan sedangkan penulis membahas bagaimana pengawasan
yang dilakukan komisi kejaksaan dalam mengawasi kinerja jaksa di pengadilan tinggi jakarta.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa skripsi yang penulis ajukan tidak sama dengan ketiga skripsi diatas.
10
E. Metode Penelitian
Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, digunakan suatu metode penelitian dengan pemaparan sebagai
berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya,
untuk kemudian
mengusahakan pemecahan
atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan
7
. Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalahnya, tipe penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sosio-legal research, penelitian hukum empiris sosiologis
8
.
2. Pendekatan Masalah
Sehubung dengan tipe masalah yang digunakan empiris sosiologis, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan
statute approach dan pendekatan konsep conceptual approach. Pendekatan perundang-undangan statute approach digunakan untuk
meneliti aturan-aturan yang penormaannya justru kondusif untuk mengetahui lebih dalam mengenai kewenangan Komisi Kejaksaan dan
7
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III,Jakarta: Universitas Indonesia Press,1986,h.43.
8
Penelitian hukum empiris sosiologis yaitu untuk melihat bagaimana hukum dipraktikkan, bukan hanya dipandang sebagai kaidah perilaku saja, melainkan sebuah proses sosial atau lembaga
sosial. Dalam buku Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum,cet.I Ciputat:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2010, h.47.