Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Jaksa Studi di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara)

(1)

PENG

F

GARUH

TER

(Studi

Disusu Pendid

J

FAKULTA

IL

H PEND

RHADA

di Kejak

un Untuk M dikan Sarjan

JEANETT

AS ILMU

LMU ADM

DIDIKA

AP KIN

ksaan Tin

SKRIP

Memenuhi P na (S-1) Pad

dan Ilmu

OLEH

TE CARO

100903

U SOSIAL

MINISTR

MEDA

AN DA

NERJA

ggi Suma

PSI

ersyaratan M da Departem Politik

H

OLINA SO

070

L DAN IL

RASI NE

AN

N PELA

JAKSA

atera Utar

Menyelesaik men Ilmu So

ONDA

LMU POL

GARA

ATIHA

A

ra)

ikan osial

LITIK

AN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Jeanette Carolina Sonda

NIM : 100903070

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : PengaruhPendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Jaksa ( Studi di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara)

Medan, Juni 2014 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Arlina, SH, M.Hum Drs. M.Husni Thamrin Nasution, M.Si NIP.195603041977102001 NIP.196401081991021001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP

KINERJA JAKSA

(Pada Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara)

Nama : Jeanette Carolina Sonda

Nim : 100903070

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Arlina, SH.,M.Hum

Salah Satunya cara yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan kinerja jaksa adalah dengan melalui pengembangan jaksa yaitu dengan cara melakukan pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan Pelatihan jaksa juga dirancang untuk suatu instansi dalam prospek masa depan.

Berdasarkan dari rumusan masalah Seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, maka dapat disimpulkan pendidikan dan pelatihan ini Berdasarkan tabel frekuensi klafikasi responden untuk variabel X menunjukkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan yang terdiri indikator waktu pelaksanaan, peserta, widyaswara, materi yang di berikan, metode/kurikulum, fasilitas, serta pengelola Diklat berada pada ketegori tinggi dengan presentase 44,73 % dan variabel Y menunjukkan bahwa kinerja pegawai pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara berada pada ketegori tinggi dengan indikator kesetian , prestasi kerja, kedisiplinanan,kreatifitas, kerjasama, kecakapan, tanggungjawab , serta efektifitas dan efisiensi dengan presentasi 42,10%.

Dan berdasarkan hasil perhitungan koefisiean determinasi diperoleh besar pengaruh Pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pegawai pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sebesar 19,44 % dan sisanya sebesar 80,56% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang belum diperhitungkan dalam penelitian.

Kata kunci : Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Peningkatan Kinerja Jaksa, Model Pembelajaran Training Cycle.


(4)

Abstraction

One way that can only be done in an effort to improve performance through the development of the prosecutor is the attorney that is by way of education and training. Education and training is also designed for an attorney in the agency's future prospects.

Based on the formulation of the problem How much influence on the performance of education and training in North Sumatra office of the High Court, it can be concluded the education and training of respondents klafikasi Based on the frequency table for the variable X indicates that education and training indicators that comprise the implementation time, participants, Widyaswara, material that is given, the method / curriculum, facilities, and education and training managers are in high categories with a percentage of 44.73% and a variable Y indicates that the performance of employees in the Attorney General's office is located in North Sumatra indicator categories with high fidelity, performance, kedisiplinanan, creativity , cooperation, skill, responsibility, and the effectiveness and efficiency of the presentation of 42.10%.

And based on the results of the calculation koefisiean determination obtained great influence on the performance of education and training of employees in the office of the High Court of North Sumatra by 19.44% and the remaining 80.56% is influenced by other factors that have not been taken into account in the study.

Keywords: Effects of Education and Training, Performance Improvement attorney, Model Learning Training Cycle.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan penyertaan yang telah diberikan sampai ini penulis masih diberikan kesehatan dan semangat yang luar biasa sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Jaksa Pada Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara”

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik. Penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini pekenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtua tercinta, Bapak (Robinson Simanjuntak) dan Mamak (Mardame Lbn.Tobing) yang selalu memberikan doa, dukungan dan pengertian dalam menyelesaikan skripsi ini dengan kesabaran yang sangat meningkatkan semangat baik dalam dukungan moriil dan materiil.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku dosen pembimbing saya yang telah sabar mengajari dan memberi masukkan dalam penyelesaian skripsi ini.


(6)

4. Bapak Drs. M.Husni Thamrin, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

5. Dosen-dosen dan Staf Pengajar Ilmu Administrasi Negara yang telah banyak membantu penulis dalam kegiatan akademis.

6. Kepada Kak Dian dan Kak Mega selaku pegawai pendidikan FISIP USU yang selalu membantu penulis dalam urusan administrasi yang berhubungan dengan perkulihaan maupun skripsi.

7. Kepada Bapauda (Ir.Poltak Simanjuntak) dan Inanguda (Romauli Simatupang SKM, M.Kes ) yang selalu memberi dukungan dan motivasi buat penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada Kakak (Diana Sonda, S.Pi )dan Adik-adikku (Dini Sonda, Destini Sonda dan Anthoni Simanjuntak) yang terdekat yang telah memberikan dukungan dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada Saudara-saudara sepupu, dan semua keluarga yang telah membawa saya dalam doanya dalam menyusun skripsi ini.

10.Untuk Sahabat SMU saya ( Novi Yanthy Simatupang, SH) yang telah menghibur saya dengan setia menemani selama ini saat senang maupun duka. Terimakasi dukungan dan Motivasinya.

11.Untuk Rhenata Caludia, S.Sos terimakasih atas dukungan, motivasi dan pemberi semangatnya.


(7)

12.Untuk sahabat-sahabat saya semasa kuliah ( Sarayati Saharfina, Nurdiana Sari Pohan, Anes Tresia Ginting dan Putri S W Simarmata) terima kasih kalian juga selalu setia menemani penulis dalam suka dan duka selama 4 tahun ini, semoga Kebersamaan kita selalu terjalin.

13.Untuk Sahabat saya sekaligus kelompok Magang Sampe Raya( Santa, Artha, Renata, Charty, Grace, Martin, Yudo, Adit, Calvin, Erin, Ratih dan Chandra) dimana kita saling mendukung, membantu dan mendoakan dalam menyelesaikan perkuliahan kita. Penulis berharap Kebersamaan kita selalu terjalin sampai kapanpun.

14.Untuk Abang dan Kakak senior Departemen Administrasi Negara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.Terima kasih segala bantuannya selama kuliah.

15.Untuk Adriyan Ginting terimakasih telah menemani dan saling memberi motivasi dalam segala hal.

Penulis telah berupaya secara maksimal dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa yang digunakan, untuk itu penulis memohon maaf atas kurang sempurnanya skripsi ini dan kiranya skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.


(8)

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Medan, Mei 2014 Hormat saya,

Jeanette Carolina Sonda

                         


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penulisan ... 3

1.4 Manfaat Penulisan ... 3

1.5 Kerangka Teori ... 4

1.5.1 Pendidikan dan Pelatihan ... 5

1.5.1.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan ... 5

1.5.1.2 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan ... 8

1.5.1.3 Manfaat Pendidikan dan Pelatihan ... 10

1.5.1.4 Metode Pendidikan dan Pelatihan ... 11

1.5.1.5 Jenis dan Jenjang Diklat ... 14

1.5.1.6 Kurikulum dan Struktur Program ... 14

1.5.1.7 Tenaga Pendidikan/ Pengajar, Pelatih dan Fasilitator ... 15

1.5.1.8 Jangka Waktu dan Tempat Penyelenggaraan Diklat ... 16

1.5.1.9 Evaluasi dan Penilaian ... 17


(10)

1.5.2 Kinerja Jaksa ... 20

1.5.2.1 Definisi Kinerja ... 20

1.5.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ... 21

1.6 Hipotesis ... 25

1.7 Definisi Konsep ... 26

1.8 Defenisi Operasional ... 27

1.9 Sismatika Penulisan ... 30

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ... 32

2.2 Lokasi Penelitian... 32

2.3 Populasi dan Sampel ... 31

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33

2.5 Teknik Penentuan Skor ... 34

2.6 Teknik Analisa Data ... 36

2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment ... 36

2.6.2 Uji Signifikan ... 38

2.6.3 Koefisien Determinasi ... 38

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Profil Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara ... 40


(11)

3.1.2 Jumlah Jaksa di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara ... 40

3.1.3 Visi dan Misi ... 40

3.1.4 Tugas dan Fungsi ... 42

3.1.5 Struktur Organisasi ... 44

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Data Umum Indentitas Responden ... 46

4.2 Variabel Penelitian ... 49

4.2.1 Pendidikan dan Pelatihan (Variabel X) ... 49

4.2.2 Kinerja Pegawai (Variabel Y) ... 63

4.3 Klasifikasi Data ... 76

4.3.1Pendidikan dan Pelatihan ( Variabel X ) ... 76

4.3.2Kinerja Pegawai ( Variabel Y ) ... 78

4.4 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Jaksa ... 81

4.4.1 Koefisien Korelasi Product Moment ... 81

4.4.2Uji Signifikan ... 84

4.4.3Koefisien Determinan ... 85

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Analisa Data ... 88


(12)

5.1.1 Pendidikan dan Pelatihan (Variabel X) ... 88

5.1.2Kinerja Pegawai (Variabel Y) ... 90

5.2 Analisa Pengaruh pendidikan dan pelatihan ... 93

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 95

6.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

 


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ... 35

Tabel 2.2 ... 37

Tabel 4.1 ... 46

Tabel 4.2 ... 47

Tabel 4.3 ... 48

Tabel 4.4 ... 48

Tabel 4.5 ... 49

Tabel 4.6 ... 50

Tabel 4.7 ... 51

Tabel 4.8 ... 52

Tabel 4.9 ... 53

Tabel 4.10 ... 54

Tabel 4.11 ... 55

Tabel 4.12 ... 56

Tabel 4.13 ... 57

Tabel 4.14 ... 57

Tabel 4.15 ... 58

Tabel 4.16 ... 59

Tabel 4.17 ... 60

Tabel 4.18 ... 60

Tabel 4.19 ... 61


(14)

Tabel 4.22 ... 64

Tabel 4.23 ... 65

Tabel 4.24 ... 66

Tabel 4.25 ... 66

Tabel 4.26 ... 67

Tabel 4.27 ... 68

Tabel 4.28 ... 69

Tabel 4.29 ... 69

Tabel 4.30 ... 70

Tabel 4.31 ... 71

Tabel 4.32 ... 72

Tabel 4.33 ... 73

Tabel 4.34 ... 74

Tabel 4.35 ... 74

Tabel 4.36 ... 75

Tabel 4.37 ... 77

Tabel 4.38 ... 80


(15)

ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP

KINERJA JAKSA

(Pada Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara)

Nama : Jeanette Carolina Sonda

Nim : 100903070

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Arlina, SH.,M.Hum

Salah Satunya cara yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan kinerja jaksa adalah dengan melalui pengembangan jaksa yaitu dengan cara melakukan pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan Pelatihan jaksa juga dirancang untuk suatu instansi dalam prospek masa depan.

Berdasarkan dari rumusan masalah Seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, maka dapat disimpulkan pendidikan dan pelatihan ini Berdasarkan tabel frekuensi klafikasi responden untuk variabel X menunjukkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan yang terdiri indikator waktu pelaksanaan, peserta, widyaswara, materi yang di berikan, metode/kurikulum, fasilitas, serta pengelola Diklat berada pada ketegori tinggi dengan presentase 44,73 % dan variabel Y menunjukkan bahwa kinerja pegawai pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara berada pada ketegori tinggi dengan indikator kesetian , prestasi kerja, kedisiplinanan,kreatifitas, kerjasama, kecakapan, tanggungjawab , serta efektifitas dan efisiensi dengan presentasi 42,10%.

Dan berdasarkan hasil perhitungan koefisiean determinasi diperoleh besar pengaruh Pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pegawai pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sebesar 19,44 % dan sisanya sebesar 80,56% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang belum diperhitungkan dalam penelitian.

Kata kunci : Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Peningkatan Kinerja Jaksa, Model Pembelajaran Training Cycle.


(16)

Abstraction

One way that can only be done in an effort to improve performance through the development of the prosecutor is the attorney that is by way of education and training. Education and training is also designed for an attorney in the agency's future prospects.

Based on the formulation of the problem How much influence on the performance of education and training in North Sumatra office of the High Court, it can be concluded the education and training of respondents klafikasi Based on the frequency table for the variable X indicates that education and training indicators that comprise the implementation time, participants, Widyaswara, material that is given, the method / curriculum, facilities, and education and training managers are in high categories with a percentage of 44.73% and a variable Y indicates that the performance of employees in the Attorney General's office is located in North Sumatra indicator categories with high fidelity, performance, kedisiplinanan, creativity , cooperation, skill, responsibility, and the effectiveness and efficiency of the presentation of 42.10%.

And based on the results of the calculation koefisiean determination obtained great influence on the performance of education and training of employees in the office of the High Court of North Sumatra by 19.44% and the remaining 80.56% is influenced by other factors that have not been taken into account in the study.

Keywords: Effects of Education and Training, Performance Improvement attorney, Model Learning Training Cycle.


(17)

BAB I

 

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kinerja Kejaksaan Republik Indonesia khususnya dalam masalah penegakan hukum, institusi Kejaksaan RI berusaha tetap konsisten dalam upaya memecahkan masalah-masalah yang krusial. Salah satu upaya yang ditempuh adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan terutama dalam mewujudkan insan Adhyaksa yang menjadi ujung tombak dalam proses penegakan hukum, dengan demikian diharapkan.

Pengembangan jaksa sangat diperlukan dalam sebuah instansi, karena dengan adanya program dapat membantu meningkatkan kemampuan dan keterlampilan jaksa. Pendidikan dan Pelatihan jaksa juga dirancang untuk suatu instansi dalam prospek masa depan. Pentingnya pendidikan dan pelatihan bukanlah semata-mata bagi jaksa yang mengikuti pendidikan dan pelatihan, tetapi juga keuntungan instansi. Karena dapat meningkatkan kinerja jaksa.

Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa bertujuan mendidik dan menyiapkan insan Adhyaksa untuk menjadi Jaksa yang berkualitas, memiliki wawasan luas, kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas dengan dilandasi profesionalisme integritas kepribadian dan disiplin yang tinggi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI.


(18)

Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa Kelas 1 (satu) Tahun 2008 sesuai dengan Peraturan Jaksa Agung RI Nomor: No. 006/A/JA/2008 tanggal 29 Januari 2008 dan PERJA Nomor: No. PER-068/A/JA/07/2007 tanggal 12 Juli 2007 tentang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kejaksaan RI, mengalami perubahan yang mendasar dalam hal kurikulum dan mata pelajaran. Hal ini bertujuan agar para peserta diklat dapat belajar lebih profesional dan diharapkan setelah selesai mengikuti diklat dan dilantik menjadi Jaksa, dapat melaksanakan tugas-tugas dasar seorang Jaksa dengan baik dan kompeten.

Berdasarkan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia No. PER-021 a/A/JA/03/2007, tanggal 14 Maret 2007, tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pembentukan Jaksa Tahun 2008, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia telah melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa dengan biaya sesuai yang tersedia dalam Daftar Isian Proyek Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia tahun 2008.

Pendidikan Pelatihan Pembentukan Jaksa Tahun 2008 Kelas 1 ni diikuti oleh pegawal Negeh Tata Usaha Kejaksaan Republik Indonesia, yang berijazah Sarjana Hukum (S-1) dan Sarjana Hukum (S-2) yang berasal dan Kejaksaan Agung RI, Kejaksaan Tinggi serta Kejaksaan Negeri seluruh Indonesia dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk mengikuti Diklat oleh Jaksa Agung Muda Pembinaan.


(19)

Berdasarka uraian di atas tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melihat seberapa besar pengaruh dalam pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara terhadap kinerja Jaksanya, sehingga penulis mengadakan penelitian dengan judul :

“Penngaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Jaksa (Pada Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara)”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka penulis ingin merumuskan masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut :

“Seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara”

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapi. Adapun tujuan penelitian ini adalah berikut :

Mengukur seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, selain untuk melatih dan mengembangkan kemampuan penulisan dalam melakukan dalam melakukan penulisan karya ilmiah juga untuk memenuhi salah satu pesyaratan dalam memperoleh gelar sarajana.


(20)

2. Bagi pihak kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara , dapat dijadikan bahan masukan dalam meningkatkan kinerja di Kejaksaan.

3. Bagi Fakultas ilmu sosial dan politik Universitas Sumatera Utara, sebagai penambahan kualitas dan kuantitas referensi di bidang ilmu sosial pada umumnya dan ilmu administrasi negara pada khususnya.

1.5 Kerangka Teori

Sebagai tolak ukur dalam memecahkan masalah , perlu digunakan pedoman teoritik, adanya landasan teoritik yang digunakan peneniliti dalam menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Menciptakan presepsi pola pikir yang komprehensif dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang Kejaksaan demi terwujud kepastian hukum dan tata pemerintahan yang bersih dan baik. Sebagaimana memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi kepada pelayanan pengayoman dan pemberdayaan masyarakat; dan dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterlampilan dan sikap untuk melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang Kejaksaan secara profesioanal dengan dilandasi sikap dan kepribadian seorang Jaksa yang bersendikan Tri Krama Adhyaksa: Dalam menanamkan semangat dinamika kelompok bagi peserta Diklat sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian dalam melaksanakan tugas.


(21)

1.5.1 Pendidikan dan Pelatihan

1.5.1.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan.

Untuk meningkatkan kualitas dari pegawai Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sebagai abdi masyarakat , negara dan bangsa sangat perlu dilakukan pendidikan dan peltihan terhadap pegawainya yang ingin meningkatkan jabatannya menjadi jaksa . Pendidikan dan Pelatihan jabatan pegawai Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara yang dapat disebut juga dengan diklat yang dengan proses belajar dan penambah pengetahuan guna meningkatkan kompetensi Pegawai yang ingin menjadi jaksa di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara.

Pendidikan menurut wijaya (1995:75 ) dimaksudkan untuk membina kemampuan atau mengembangkan kemampuan berfikir para pegawai , guna meningkatkan kemampuan mengeluarkan gagasan-gagasan sehingga mereka dapat menunaikan tugas dengan kinerja yang baik dengan menjungjung rasa kewajiban yang sebaik-baiknya.

Pelatihan dapat difenisikan dengan upaya untuk mentransferkan keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sehingga para peserta menerima dan pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan ( Revida 2007:94)

Hamalik (2000:10) menjelaskan pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang diberikan kepada tenaga profesional kepelatihan dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi.


(22)

Sementara itu pengertian pelatihan menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 01/kep/M. Pan/2001 adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada teori yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang dengan menggunakan pendekatan pelatihan untuk bertujuan untuk meningkatkan dalam suatu beberapa jenis keterlampilan tertentu.

Pengelolaan diklat adalah merupakaan proses kegiatan berupa perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian monitoring dan evaluasi guna meningkatkan kompentensi atau kemampuan Pegawai Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dalam suatu jabatan untuk menyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara efektif dan efesien.

Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi dimaksud adalah dengan mengikutsertakan pegawai tersebut dalam program Pendidikan dan Pelatihan dan dapat di sah kan menjadi Jaksa.

Sedarmayanti (2004:143), menyatakan , salah satu cara untuk mempertinggi mutu pegawai pada program pendidikan dan pelatihan (Diklat) . Pendidikan dan Pelatihan merupakan uapaya untuk menambah pengetahuan dan keterlampilan bekerja, sehingga dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja.

Dengan itu juga, Notoadmojo (2003:30) menyatakan bahwa Pendidikan dan Pelatihan bagi karyawannya harus memperoleh perhatian besar.

Kemudian, Wursanto (1998:59), menyatakan bahwa untuk mempertinggi mutu pegawai, baik pengetahuan, keterlamilan, bakat maupun mentalnya, kepada para pegawai perlu diberikan berbagai macam latihan dan pendidikan.


(23)

Pandangan dari segi Pendidikan dan Pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.(Notoadmojo, 2003:28).

Pandangan lainnya, dikemukaan oleh Nasution (2000:71),dimana ia membedakan Pendidikan dan Pelatihan sebagai berikut: Pendidikan adalah suatu proses, teknis dan metode belajar mengajar dengan maksud mentransfer suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelatihan adalah suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan teknik dan metode tertentu, guna meningkatkan keterlampilan dan kemampuan kerja seseorang (karyawan atau sekelompok orang).

Berdasarkan dari pendapat para ahli tersebut, dapat kita pahami bahwa pelaksanaan pendidikan dan Pelatihan itu perlu dan merupakan suatu modal bagi organisasi untuk berkembang lebih baik, dengan diklat, pegawai dapat ditingkatkan kualitasnya, kompetensi, sehingga akan berpengaruh pada produktivitas, dan kinerja dalam pelayanan secara umum.

Dalam rangka pengelolahan Pendidikan dan Pelatihan ini terdapat empat hal yang secara prinsip yang harus diperhatikan, adalah: (a) Analisa Kebutuhan Diklat (Need Analysis); (b) Prinsip Pembelajaran (Learning Principles); (c) Teknik-teknik Diklat (Traning Techniques); (d) Evaluasi Program (Program Evaluation). (Newstrom dalam suherman: 2005).

Berdasarkan dari keseluruhan uraian, dapat dinyatakan bahwa pendidikan lebih bersifat umum dan untuk kepentingan seseorang, merupakan suatu proses belajar mengajar dengan serangkaian kegiatan yang berlangsung relatif lama dan


(24)

diselenggarakan dengan pendekatan formal bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dengan mentransferkan sejumlah teori bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dengan menstransferkan sejumlah teori yang menjadi landasan dalam bersikap dan bertindak , yang dapat berguna baik untuk masa sekarang maupun yang akan datang.

Sementara itu, pelatihan lebih bersifat khusus, yang merupakan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk pengembangan keterlampilan atau kemampuan kerja individu ataupun kelompok, yang sudah bekerja suatu organisasi tertentu , agar lebih menjadi efisien, efektif. Pelatihan ini juga dimaksud untuk peningkatan produktifitas kerja pegawai, yang bersifat lebih terarah dan lebih menekankan pada praktek.

1.5.1.2 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Wursanto (1989:60) secara umum tujuan lain dari pendidikan dan pelatihan, yaitu :

1. Menambah pengetahuan pegawai.

2. Meningkat pengabdian , mutu, keahlian dan keterlampilan pegawai. 3. Mengubah dan membentuk sikap pegawai.

4. Mengembangkan keahlian pegawai sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cepat.

5. Mengembangkan semangat , kemauan dan kesenangan kerja pegawai. 6. Mempermudah pengawasan terhadap pegawai.


(25)

Sedangkan menurut Hamalik (2001 : 12) menjelaskan Diklat mempunyai tujuan tertentu ialah untuk meningkatkan kemampuan kerja perserta yang menimbulkan perubahan prilaku aspek-aspek kognitif (pengetahuan) , keterlampilan dan sikap.

Selanjutnya tujuan dari pendidikan dan pelatihan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No 101 Tahun 2000 menjelaskan bahwa diklat bertujuan untuk :

1. Meningkatkan pengetahuan , keahlian , keterlampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan kebutuhan instansi.

2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharuan dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

3. Memantapkan sikap dn semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan , pengayoman dan pemberdayaan masyarakat.

4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintah yang baik.

Tujuan dan sasaran Pendidikan dan Pelatihan dapat terlaksana jika ada dukungan dari para penyelenggara serta unit kerja dan motivasi dari para peserta Diklat itu sendiri. Pada prinsipnya, para peserta Diklat harus menyadari pentingnya mengikuti dengan benar karena kegunaan diklat dimaksudkan dalam upaya peningkatan kompetensi mereka, sehingga yang diharapkan dapat maksimal yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi jaksa dalam


(26)

memberikan pelayanan pada publik yang mereka layani sesuai dengan kualitas yang mereka miliki dan kebutuhan publik.

Tujuan Pelatihan dan Pendidikan bagi Jaksa menurut Peraturan Jaksa Agung 068/A/JA/07/2007- Pasal 2 adalah untuk:

a. Meningkatkan kesetian dan ketataan sebagai pegawai Kejaksaan kepada Pancasila dan UUD 1945, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia; b. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir serta wawasan yang

komprehensif dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang Kejaksaan dan tata pemerintahan yang baik(good governance);

c. Memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat;

d. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterlampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang Kejaksaan secara profesional dengan dilandasi sikap dan kepribadian Seorang Jaksa yang bersendikan Tri Krama Adhyaksa.

e. Menanamkan semangat dinamika kelompok bagi peserta Pendidikan dan Pelatihan sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian dalam melaksanakan tugas.


(27)

1.5.1.3 Manfaat Pendidikan dan Pelatihan

Adapun 5 manfaat dan dampak yang diharapkan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan menurut Sastrohadiwiryo (2002: 198) antara lain:

1. Peningkatan keahlian kerja, yaitu para tenaga kerja menjadi memiliki motovasi untuk meningkatkan kualitas dalam bekerja dengan produktivitasnya.

2. Pengurangan keterlambatan kerja, yaitu pengurangan tenaga kerja seperti seperti sakit , macet, dan keperluan keluarga yang tidak dapat diganggu dapat diminimalisasi, karena pemimpin mengutamakan pegawai yang bersangkutan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

3. Pengurangan timbulnya kecelakaan dalam bekerja, yaitu timbulnya kelalaian dalam bekerja biasanya disebabkan karena kelalaian pegawai saat bekerja.

4. Peningkatan produktivitas kerja, yaitu dengan adanya pendidikan dan pelatihan maka diharapkan pegawai akan lebih semangat sehingga dapat memahami kondisi pekerjaannya.

5. Peningkatan rasa tanggungjawab, yaitu menuntut tanggungjawab yang besar sehingga pegawai menghargai setiap tugas diberikan yang juga dipengaruhi pemberian dan pembekalan melalui pendidikan dan pelatihan.

1.5.1.4 Metode pendidikan dan pelatihan.

Metode yang dapat digunakan dalam pendidikan dan pelatihan yang digunakan dalam guna meningkatkan mutu Jaksa dalam pengetahuan,


(28)

keterlampilan maupun dalam sikapnya. Metode penelitian menurut tujuan dan program pelatihan adalah :

1. Ceramah, kuliah, tanya jawab 2. Curah pendapat (brain storming) 3. Peran serta (role playing)

4. Studi kasus

5. Presentasi dan Seminar. 6. Simulasi

7. Dinamika kelomok

Teknik-teknik Pendidikan dan pelatihan ini, harus disesuaikan dengan kebutuhan dan yang terakhir apakah program Pendidikan dan Pelatihan tersebut berjalan atau terlaksanaan dengan berhasil dan mencapai sasaran maximal.

Sementara itu, pengertian dari studi kasus menurut Mangkunegara (2003:65) ialah uraian tertulis atau lisan tentang masalah yang ada atau keadaan selama waktu tertentu yang nyata maupun secara hipotesis. Pada metode ini peserta diminta untuk mengindentifikasikan masalah-masalah dan merekomendasikan pemecahan masalahnya. Metode ini mengkehendaki belajar melalui perbuatan, dengan maksud meningkatkan pemikiran analisis dan kemampuan memecahkan masalah.

Selanjutnya, metode terakhir adalah seminar dan presentasi. Seminar bermakna sebagai pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah dibawah pimpinan ahli (guru besar, pakar dan lainnya). Jadi, prinsipnya seminar hampir sama dengan diskusi , hanya saja pada seminar fokus perannya lebih


(29)

dipegang oleh pimpinan seminar dalam mengarahkan dikusi yang terjadi setelah suatu masalah dipresentasikan oleh seseorang atau seseorang lain yang mewakili kelompok, tiap kelompok atau perwakilan kelompok dapat mengajukan pertanyaan, menyumbangkan ide dan lainnya, yang pada akhirnya seminar akan dibuat suatu kesimpulan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita analisis Kebutuhan pendidikan dan Pelatihan merupakan langkah awal yang penting dalam manajemen kediklatan. Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan merupkan kesenjangan kompetensi yang dipersyaratan dalam jabatan dengan kompetensi yang secara nyata dimiliki oleh aparatur dalam jabatan dengan kompetensi yang secara nyata dimiliki oleh aparatur dalam pelaksanaan tugas (Peraturan Menteri Dalam Negeri RI nomor 31 tahun 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah).

Dapat penulis tambahkan, bahwa kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan dapat terdiri dari tiga kategori (Peraturan Menteri Dalam Negeri RI nomor 31 nomor 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah), yaitu:

1. Kebutuhan pada tingkat organisasi/lembaga. 2. Kebutuhan pada tingkat jabatan/posisi. 3. Kebutuhan pada tingkat individu/perorangan.

Demikian dari kebutuhan dari pendidikan dan pelatihan ini ada tiga langkah utama yaitu: 1. Indetifikasi kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan.


(30)

3. Penilaian Kesenjangan pengetahuan, sikap dan keterlampilan.

Dari hasil yang dapat dimaksud, yang akan menjadi sebuah tujuan Pendidikan dan Pelatihan yaitu dengan adanya kompetensi dasar dan indikator keberhasilan. Kompetensi dasar merupakan suatu tujuan umum yang dapat menggambarkan pengetahuan, sikap dan keterlampilan yang harus dicapai oleh peserta dalam suatu program atau jenis diklat tertentu.

1.5.1.5Jenis dan Jenjang Diklat

Menurut peraturan Jaksa Agung 068/A/JA/07/2007 tentang jenis dan jenjang diklat , penulis ingin memaparkan Jenis Diklat Fungsional Kejaksaan, Diklat Fungsional Kejaksaan adalah pendidikan dan pelatihan yang dipersyaratkan untuk mencapai kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang Jabatan Fungsional tertentu. Diklat Fungsional Kejaksaan terdiri dari:

1. Bidang tugas Pembinaan meliputi antara lain: Diklat Bendaharawan, Diklat Kearsipan , Diklat Pranata Komputer, Diklat Kepustakaan, Diklat Penelitian, Diklat Widyaiswara dan Diklat Perancang Peraturan Perundang-undangan.

2. Bidang tugas Intelijen meliputi Diklat Sandiman. 3. Bidang tugas Pengawasan meliputi Diklat Auditor.

Jenis-jenis Diklat Teknis dan Fungsional lainnya sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan Kejaksaan akan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Pusat Diklat.


(31)

1.5.1.6 Kurikulum dan Struktur Program

Menurut Peraturan Jaksa Agung 068/A/JA/07/2007 tentang Kurikulum dan Struktur Program terdapat pada pasal 17, yaitu:

a. Penyusunan kurikulum Diklat harus mengacu pada standar kompetensi jabatan.

b. Kurikulum Diklat Prajabatan dan Diklat Kepemimpinan ditetapkan oleh Instansi Pembinaan.

c. Penyusunan kurikulum Diklat Teknis dan Diklat Fungsional akan ditetapkan dengan Peraturan Jaksa Agung RI.

d. Kurikulum Diklat Teknis Kejaksaan disusun oleh Tim POKJA, Kepala Pusat Diklat dengan rekomendasi materi dari masing-masing unit kerja teknis atau instansi terkait lainnya.

e. Kurikulum Diklat Pembentukan Jaksa disusun oleh Tim POKJA bersama Kepala Pusat Diklat yang rinciannya diatur tersendiri dengan Peraturan Jaksa Agung RI

f. Kurikulum Diklat Fungsional Kejaksaan selain Diklat Pembentukan Jaksa, disusun oleh Tim POKJA Widyaiswara, Kepala Pusat Diklat dan mengadakan koordinasi dengan instansi terkait serta mengacu pada standar kompentensi jabatan fungsional dimaksud.

g. Struktur Program Diklat Kejaksaan ditentukan oleh Kepala Pusat Diklat berdasarkan jenis dan jenjang Diklat yang diselenggarakan.


(32)

1.5.1.7 Tenaga Pendidik / Pengajar, Pelatih dan Fasilitator

Tenaga Pendidik/pengajar, pelatih dan fasilitator terdiri dari (Menurut Peraturan Jaksa Agung 068/A/JA/07/2007 Pasal 17), yaitu:

1. Tenaga pendidik / pengajar, pelatihan dan fasilitator terdiri dari: a. Widyaiswara;

b. Penyelenggara program DIKLAT;

c. Pejabat struktural di lingkungan Kejaksaan RI; d. Jaksa Fungsional di lingkungan Kejaksaan RI; e. Akademisi dari Universitas;

f. Pakar di bidang masing-masing; g. Pejabat instansi lain yang terkait; h. Tenaga pendidik dan pelatih lainnya

2. Penentuan Widyaiswara, Pejabat Struktural dan Jaksa Fungsional di lingkungan Kejaksaan sebagai tenaga pendidik/pengajar, pelatih dan fasilitaor diatur tersendiri dengan Keputusan kepala Pusat Diklat Kejaksaan RI.

1.5.1.8 Jangka Waktu Dan Tempat Penyelenggaraan Diklat

1. Jangka waktu penyelenggaraan Diklat untuk masing-masing jenis Diklat ditetapkan oleh Kepala Pusat Diklat.

2. Tempat penyelenggaraan Diklat di Pusat Diklat Kejaksaan RI atau di sentra-sentra Diklat yang ditentukan oleh kepala Pusat Diklat sesuai


(33)

3. Sentra Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan, Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dan Kejaksaan Tinggi Sulawesi

1.5.1.9 Evaluasi dan Penilaian

a. Pada setiap akhir program Diklat diadakan evaluasi dan penilaian terhadap unsur-unsur Peserta Diklat, tenaga pendidik/pelatih dan penyelenggara yang terlibat dalam penyelenggaraan Diklat.

b. Hasil evaluasi dan penilaian tersebut pada ayat (1) dilaporkan kepada Kepala Pusat Diklat.

c. Penilaian terhadap hasil belajar dan sikap kepribadian peserta Diklat dilaksanakan secara obyektif dan terbuka.

d. Widyaiswara, Pendidik/Pengajar/Fasilitator wajib mengadakan evaluasi berupa ujian baik secara tertulis maupun tidak tertulis (lisan) yang harus diikuti oleh seluruh peserta Diklat.

e. Penilaian dan penentuan hasil akhir yang dicapai oleh peserta Diklat dari masing-masing jenis dan jenjang Diklat ditetapkan oleh rapat gabungan.

f. Widyaiswara/Pengajar/Pendidik/Fasilitator dan penyelenggara yang dipimpin oleh Kepala Pusat Diklat.

g. Komponen penilaian terhadap peserta Diklat meliputi unsur-unsur:


(34)

 Sikap perilaku yang terdiri dari: Disiplin, Kepemimpinan, Kerjasama, Prakarsa dan kehadiran di kelas minimal 85% (delapan puluh lima persen).

 Keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan: diskusi, studi kasus, peran serta, penulisan kertas kerja, penulisan makalah, praktek kerja lapangan, simulasi peradilan, seminar dan presentasi.

Komponen penilaian terhadap Widyaiswara/Pendidik Pengajar/Fasilitator meliputi unsur-unsur, pencapaian tujuan pembelajaran, sistematika penyajian, kemampuan menyajikan/ memfasilitasi sesuai program Diklat, ketepatan waku kehadiran dalam penyajian, penggunaan metode Diklat, pemberian motivasi kepada peserta, penguasaan materi, penampilan (performance) dan kerjasama diantara para Pendidik/Pengajar/Fasilitator.

Klasifikasi penilaian terhadap hasil yang diperoleh masing-masing peserta Diklat, Pendidik/ Widyaiswara/ Pengajar/ Fasilitator didasarkan pada nilai rata-rata yang diperoleh dan diberikan predikat:

Sangat Memuaskan : 90.00 – 100 Memuaskan : 85.00 – 89.99 Baik Sekali : 77.50 – 84.99 Baik : 70.00 – 77.4 Kurang Baik : di bawah 70


(35)

Ujian ulangan (ujian perbaikan) bagi peserta untuk semua jenis DIKLAT Teknis maupun Fungsional yang memperoleh nilai dibawah 70 (tujuh puluh) hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali oleh setiap Pengajar/ Widyaiswara/ Pendidik/Fasilitator.

Nilai hasil ujian ulangan (ujian perbaikan) tidak boleh melebihi batas minimal nilai kelulusan untuk setiap mata pelajaran.

1.5.1.10 Susunan Organisasi

Susunan Oraganisasi Kejaksaan Menurut Mahendra (1993:102) terdiri dari: 1. Jaksa Agung;

2. Wakil Jaksa Agung;

3. Jaksa Agung Muda Pembinaan; 4. Jaksa Agung Muda Inteljen;

5. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 6. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus;

7. Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara; 8. Jaksa Agung Muda Pegawasan.

9. Pusat;

10.Kejaksaan di daerah: a. Kejaksaan Tinggi; b. Kejaksaan Negeri.


(36)

1.5.2 Kinerja Jaksa 1.5.2.1 Definisi kinerja

Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Kane (1993) menjelaskan, kinerja sebagai rekaman hasil kerja yang diperoleh karyawan tertentu melalui kegiatan dalam kurun waktu tertentu.

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program kebikjasaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi . Kinerja jaksa merupakan hasil jaksa atau kemampuan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan dapat dilihat dari dua sudut, yaitu kemampuan individu dan kinerja diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seorang jaksa pada bidang pekerjaan yang ditekuni selama waktu tertentu.

Kinerja didefinisikan secara formal sebagai jumlah kualitas dari tugas yang terselesaikan secara individu , kelompok atau organisasi. Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial yang meliputi antaralain perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, penyediaan, pengevaluasian, pengaturan staf, negosiasi, perwakilan dan pengendalian.

Bila sekelompok sumber daya aparatur pemerintah dan segenap pimpinannya mempunyai kinerja yang baik, maka kinerja pemerintah akan baik juga. Hampir seluruh cara pengukuran kinerja mempertimbangkan 3 aspek, yaitu: 1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan.


(37)

Pengertian kinerja (performance) dapat didefenisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau the degree of accomplishment, atau dengan kata lain kinerja merupakan tingkat pencapaian dari tujuan organisasi.

Pengertian kinerja telah dirumuskan oleh beberapa ahli manajemen antara lain sebagai berikut:

1. Stoner dalam bukunya manajemen mengemukakan kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan, dan presepsi peranan.

2. Handoko mengdefenisikan kinerja sebagai proses dimana organisai mengevaluasi atau menilai prestasi dari kinerja pegawai.

3. Prawiro Suntoro yang mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode berkala.

Dari ketiga defenisi kinerja diatas , dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari :

1. Hasil fungsi pekerjaan.

2. Faktor yang berpengaruh terhadap presepsi, peranan dan sebagainya. 3. Pencapaian tujuan organisasi.

4. Periode waktu tertentu.

1.5.2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Gibson (1996) menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu:


(38)

a. Variabel individu, yang meliputi kemampuan dan ketrampilan, fisik maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan jenis kelamin, asal usul dan sebagainya. Kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu, sedangkan demografi mempunyai hubungan tidak langsung pada perilaku dan kinerja.

b. Variabel organisasi, yakni sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.

c. Variabel psikologis, yakni persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja dan motivasi

Faktor yang dapat membangun kinerja jaksa terhadap kondisi tenaga kerja , yaitu: a. Penilaian Kinerja.

Penilaian pelaksanaan yang diharapkan dapat menunjukkan prestasi jaksa secara teratur sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan karir jaksa secara teratur sehingga sanggat bermanfaat bagi pengembangan karir jaksa yang dinilai organisasi secara keseluruhan.

Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha untuk mempertinggi kerja personel dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa tertentu yang menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen (Prihadi,2004)


(39)

Hasil kerja pegawai selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan , misalnya targer atau sasaran yang telah di tentukan bersama. Tentunya dalam penilaian tetap mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi yang mempengaruhi kinerjanya.

b. Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Soeprihanto (2000:39) adalah sebaga berikut:

1. Mengetahui keadaan keterlampilan dan kemampuan setiap pegawai rutin. 2. Untuk digunakan sebagai dasar perencanaan bidang personalia , khususnya

penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil dari kinerja. 3. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan pegawai

seoptimal mungkin, sehingga antara lain dapatdiarahkan jenjang karirnya atau perencanaan karirnya, keanaikan pangkat dan kenaikan jabatan.

4. Mendorong terciptnya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan bawahan.

5. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang personalia, khususnya prestasi pegawai dalam bekerja.

6. Secara pribadi, bagi pegawai dapat memacu perkembangannya, sebaliknya bagi atasan yang menilai akan lebih memperhatikan dan mengenal bawahan, sehingga dapat membantu dalam memotivasi dalam bekerja.

7. Hasil penilaian kinerja tersebut akan bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan di bidang personalia secara keseluruhan.


(40)

c. Unsur-Unsur yang Dinilai

Unsur-unsur yang dapat dinilai dari kinerja adalah : 1. Kerjasama

Kerjasama adalah suatu kemampuan seseorang untuk bekerja bersama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hasil yang telah di targetkan bersama.

2. Prakarsa

Prakarsa adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan dan langkah-langkah atau tata pelaksanaan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari atasannya.

3. Prestasi Kerja

Suatu kinerja yang dipakai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.Pada umumnya prestasi kerja seorang pegwai dipengaruhi dengan kecakapan, keterlampilan, dan kesanggupan pegawai dan bersangkutan.

4. Tanggung Jawab

Kesanggupan seseorang pegawai dalam menyelesaikan tugas dalam pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul resiko atas keputusan yang diambilnya.

5. Ketaatan

Kesanggupan seseorang dalam mentatati segala ketetapan, peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang diberikan atasan yang


(41)

berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan perusahaan maupun pemerintah yang bersifat tertulis maupun tidak tertulis.

6. Kejujuran

Suatu rasa ketulusan hati seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan.

7. Kesetian

Tekad dan kesanggupan dalam menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Kesetiaan pegawai terhadap instansi sengat berhugungan dengan pengabdiannya. Pengabdiannya yang dimaksud adalah sumbangan pikiran dan tenaga yang iklas dengan mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan sementara relevan , belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian , belum jawaban yang empirik. (sugiyono, 2006:70)

Berdasarkan pengertian tersebut , penulis mengajukan suatu hipotesis dari penelitian adalah:


(42)

1. Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara varibel indenpendent (X) dengan variabel (Y), maka adanya pengaruh yang positif antara Pendidikan antara Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil di kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara

2. Hipotesis nol (Ho), yaitu tidak adanya hubungan yang mempengaruhi antara variabel independent (X) dengan Variabel dependent (Y), adaanya pengaruh negatif antara Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara

1.7 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995:33)

Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan yaitu:

a. Pendidikan dan Pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar yang merupakan usaha sadar dan terencana , yang bertujuan untuk meningkatkan, pengetahuan, kemampuan, keterampilan serta keahlian baik yang diselenggarakan di dalam maupun di luar organisasi.

b. Kinerja pegawai yaitu hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi.


(43)

Dalam hal ini adalah kinerja para pegawai di kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara kejujuran dan kesetiaan.

1.8 Defenisi Operasional

Defenisi operasional menurut Singarimbun (1995:33) adalah unsur yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukurannya tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa variabel-variabel tersebut.

Berdasarkan defenisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa defenisi operasional yang dilakukan dalam suatu penelitian ini adalah :

1. Pendidikan dan Pelatihan (variabel bebas X) dengan indiktor sebagai berikut:

a. Perserta

Perserta Diklat adalah para pegawai yang telah memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dilakukan dalam suatu organisasi.

b. Instruktur

Instruktur adalah seseorang yang diberi wewenang untuk memberikan fasilitas dalam agenda pembelajaran Diklat PNS,menguasai materi dan mampu mentransferkan ilmu pengetahuan kepada peserta Diklat. c. Materi Diklat

Materi yang digunakan tenaga penajar saat kegiatan diklat berlangsung dimana materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan dan pelatihan


(44)

d. Metode atau Kurikulum Diklat

Metode pendidikan dan pelatihan merupakan suatu cara sistematis yang dapat memberikan deskriptif secara luas serta dapat mengkondisikan penyelengaraan pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan aspek kognitif, efektif dan psikomotorik tenaga kerja terhadap tugas dan pekerjaannya.

e. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan adalah kesesuaian pelaksanaan diklat dengan waktu yang telah ditetapkan.

f. Fasilitas Diklat.

Merupakan sarana dan prasarana diklat yang merupakan alat bantu dan fasilitas penunjang yang dapat digunakan untuk menjamin efektifitas agenda pembelajaran.

g. Pengelolahan Diklat

Pengelolahan diklat merupakan orang-orang yang mengoptimalkan seluruh komponen diklat untuk mencapai sasaran diklat secara efektif dan efisiensi.

2. Kinerja (variabel terikat Y) penelitian ini adalah kinerja pegawai indikatornya sebagai berikut:

a. Kerjasama

Mampu untuk melakukan kerjasama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah di tetapkan.


(45)

b. Keputusan

Mampu mengambil keputusan, langkah-langkah dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan.

c. Prestasi kerja

Kecakapan dan keterlampilan dalam melaksanakan tugas, kesungguhan dalam pelaksanaan tugas serta hasil kerja sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan.

d. Tanggungjawab

Kesanggupan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta mampu memikul resiko dan keputusan yang diambil/tindakan yang dilakukan.

e. Ketaatan

Menaati segala ketetapan, peraturan perundang-undangan dan peraturan kedianasan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan pimpinan.

f. Kedisplinan

Kedisplinan jaksa dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya cepat menjadi tolak ukur kinerja.

g. Kreativitas

Kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitas dan mengeluarkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaanya sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna.


(46)

h. Efektivitas dan Efisiensi

Pekerjaan yang dilakukan pegawai harus berjalan secara efektif dan efesien agar dapat mencapai hasil kinerja karyawan yang maksimal.

1.9 Sismatika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional dan sistematika penelitian. BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor, dan teknik analisa data.

BAB III :

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum tentang objek atau karakteristik lokasi penelitian yang relefan dengan topik penelitian, visi dan misi, kedudukan dan tugas dan fungsi.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang di peroleh selama penelitian dilapangan atau berupa dokumen-dokumen yang akan disajikan.


(47)

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian. Kemudian diintrepertasikan dengan menggunakan korelasi hubungan antar variabel.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil dari penelitian yang telah dilakukan.


(48)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah dengan menggunakan metode korelasional dengan menggunakan analisa kuantitatif dan menggunakan rumus statistik dengan membantu menganalisa data dan fakta yang diperoleh.

Dengan metode penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja jaksa pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara.

2.2 Lokasi Penelitian

Dengan metode penelitian ini dilakukan di kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara Jl. Abdul Haris Nasution No. 1C Medan, Sumatera Utara 20146

2.3 Populasi dan Sampel a. Populasi

Yang dimaksud dengan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karaketeristik tertentu yang ditetapkan ileh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2005:90)

Dari pengertian diatas populasi yang dipilih erat kaitannya dengan masalah yang diteliti dean menjadi populasi dalam penelitian ini


(49)

adalah seluruh Jaksa di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara yang berjumlah 447 orang Jaksa.

b. Sampel

Untuk menentukan berapa jumlah sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data maka penulis berpedoman pada pendapat Arikunto yang menyatakan “Untuk subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, sedangkan jika subjeknya diatas 100 orang maka sampelnya antara 10-15% atau 20-25% atau lebih” (1998:107). Maka penulis menentukan jumlah sampel diantara 25% dari jumlah populasi 137 orang maka 34 orang

2.4 Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer adalah data yang dalngsung diperoleh dari sumber data pertama lokasi penelitian atau obyek penelitian (Burhan, 2005:12). Dalam hal ini data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jawaban responden yang diambil melalui cara sebagai berikut: 1. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik mengumpulkan data yang dilakuka dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2004:135) Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan memberikan daftar pertanyaan yang disusun sebelumnnya oleh peneliti dan diberikan kepada responden untuk mendapatkan jawaban secara


(50)

tertulis. Dalam hal ini peneliti mengambil data dengan kuesioner yang diisi oleh responden yaitu pegawai.

2. Observasi

Metode observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan secara sistematik hal-hal yang diselidiki.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui buku-buku dan dokumen-dokumen (Burhan, 2005;12). Dalam hal ini data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah literature atau buku-buku perpustakaan, dan dokumen penunjang yang dimiliki kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dan pencarian bahan-bahan yang relevan melalui internet.

2.5 Teknik Penentuan Skor

Untuk membantu menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian, maka peneliti menggunakan teknik penentuan skor. Teknik penentuan skor dalam penelitian ini adalah dengan memakai skala ordinal untuk menilai secara umum jawaban dari kuesioner. Adapun penentuan skor adalah:

a) Jawaban a diberi skor 5 b) Jawaban b diberi skor 4 c) Jawaban c diberi skor 3 d) Jawaban d diberi skor 2 e) Jawaban e diberi skor 1


(51)

Untuk penentuan klasifikasi jawaban variabel didasarkan atas skala interval dengan cara sebagai berikut:

ilangan BanyaknyaB

ah SkorTerend ggi

SkorTertin

erval  

int

Maka diperoleh;

5 1 5

8 , 0

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel, yaitu:

Tabel 2.1 Kategori Jawaban Responden Untuk Masing-masing Variabel

Kategori Nilai Sangat Tinggi 4,24 - 5,00

Tinggi 3,43 – 4,23 Sedang 2,62 – 3,42 Rendah 1,81 – 2,61 Sangat Rendah 1,00 – 1,80


(52)

2.6 Teknik Analisa Data

2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment

Cara ini dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya dan besar kecilnya hubungan antar variable bebas dengan variable terikat (Sudijono, 1996).

Cara perhitungan rumus sebagai berikut:

 

2 2

2

 

2

    Y Y n X X n Y X XY n r Keterangan:

r = angka indek korelasi product moment antara x dan y n = populasi

∑xy = jumlah hasil perkalian antara skor x dan y ∑x = jumlah seluruh skor x

∑y = jumlah seluruh skor y

Untuk melihat hubungan antara variable tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Nilai r positif menunjukkan hubungan kedua variable positif, artinya kenaikan nilai variable yang sau diikuti oleh variable lain.


(53)

b. Nilai r yang negative menunjukkan kedua variable negative, artinya menurunnya nilai variable yang satu diikuti dengan meningkatnya varabel yang lain.

c. Nilai r yang sama dengan nol (0) menunjukkna kedua variable tidak mempunyai hubungan, antara variable yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variable berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran atau interpretasi yaitu:

Tabel 2.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat

Sangat Kuat Sumber: sugiyono (2005:214)

Dengan nilai r yang kita peroleh, kita dapat melihat secara langsung melalui table korelasi, untuk menguji apakah nilai r yang kita peroleh tersebut berarti atau


(54)

tidak. Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan tertentu dalam hal ini signifikasn 5%. Bila nilai r tersebut adalah signifikan, artinya hipotesis kerja atau hipotesis alternative dapat diterima.

2.6.2 Uji Signifikan

Uji signifikasi adalah uji yang dilakukan untuk menentukan hipotesa diterima atau ditolak. Uji signifikasi ini dilakukan terhadap hipotesis nol (Ho) yang berbunyi:

“Tidak ada korelasi antara variable X dnegan variable Y”. Ho ditolak apabila nilai t-hitung lebih besar dari harga t-tabel (t-hitung > t-tabel), dan diterima bila harga t-hitung lebih kecil dari harga t-tabel.

Adapun rumus yang digunakan adalah:

2

1 2

r n r t

  

Dimana : r = koefisisen korelasi product moment n = jumlah sampel

2.6.3 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar (presentase) pengaruh yang ditimbulkan oleh variable bebas terhadap variable terikat.


(55)

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

 

r 2x100%

Dxy Keterangan;

D = Koefisien Determinasi

Rxy = Koefisien korelasi product moment antara x dan y

Masalah Hipotesis:

1. Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara variable independent (X) dengan variable (Y), maka adanya pengaruh yang positif antara pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pegawai pada kantor PT PLN Unit Induk Pembangunan Pembangkit I

2. Hipotesis Nol (Ho), yaitu tidak adanya hubungan yang mempengaruhi antara variable independent (X) dengan Variabel dependent (Y), adanya pengaruh negative.

           


(56)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Profil Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara 3.1.1 Lokasi Kantor.

Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara adalah jajaran Kejaksaan RI dengan wilayah tugas meliputi provinsi yang bersangkutan. Instansi ini berkantor di Jl. Abdul Haris Nasution No.1C Medan, telp. 061-7881490, 7879655, 7880608. Kejaksaan Tinggti Sumatera Utara dipimpin BAMBANG STYO WAHYUDI, SH. MH. sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi.

3.1.2 Jumlah Jaksa Di kejaksaan Tinggi Sumatera utara.

Jumlah Jaksa yang terdapat di Kejaksaan Tinggi Sumatera utara yang berjumlah 137 orang Jaksa.

3.1.3 Visi dan Misi

Menurut Peraturan Jaksa Agung No: 011/A/JA/01/2010 tentang Rencana Strategis Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2010-2014 tanggal 28 Januari 2010, sebagai berikut:

Visi Kejaksaan Republik Indonesia :

Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang bersih, efektif, efisien, transparan, akuntabel, untuk dapat memberikan pelayanan prima dalam mewujudkan supremasi hukum secara profesional, proporsional dan bermartabat yang berlandaskan keadilan, kebenaran, serta nilai – nilai kepautan.


(57)

Misi Kejaksaan Republik Indonesia :

1.Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi Kejaksaan dalam pelaksanaa tugas dan wewenang, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas penanganan perkara seluruh tindak pidana, penanganan perkara Perdata dan Tata Usaha Negara, serta pengoptimalan kegiatan Intelijen Kejaksaan, secara profesional, proposional dan bermartabat melalui penerapan Standard Operating Procedure (SOP) yang tepat, cermat, terarah, efektif, dan efisien.

2. Mengoptimalkan peranan bidang Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas bidang-bidang lainnya, terutama terkait dengan upaya penegakan hukum.

3. Mengoptimalkan tugas pelayanan publik di bidang hukum dengan penuh tanggung jawab, taat azas, efektif dan efisien, serta penghargaan terhadap hak-hak publik;

4. Melaksanakan pembenahan dan penataan kembali struktur organisasi Kejaksaan, pembenahan sistem informasi manajemen terutama pengimplementasian program quickwins agar dapat segera diakses oleh masyarakat, penyusunan cetak biru (blue print) pembangunan sumber daya manusia Kejaksaan jangka menengah dan jangka panjangtahun 2025, menerbitkan dan menata kembali manajemen administrasi keuangan, peningkatan sarana dan prasarana, serta peningkatan kesejahteraan pegawai melalui


(58)

tunjangan kinerja atau remunerasi, agar kinerja Kejaksaan dapat berjalan lebih efektif, efisien, transparan, akuntabel dan optimal. 5. Membentuk aparat Kejaksaan yang handal, tangguh, profesional,

bermoral dan beretika guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan wewenang, terutama dalam upaya penegakan hukum yang berkeadilan serta tugas-tugas lainnya yang terkait.

3.1.4 Tugas dan Fungsi

TUGAS : Melaksanakan tugas dan wewenang serta fungsi Kejaksaan di daerah hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa serta tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.

FUNGSI:

1. Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perijinan sesuai dengan bidang tugasnya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;

2. Penyelengaraan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana, pembinaan manajemen, administrasi, organisasi dan tatalaksanaan serta pengelolaan atas milik negara menjadi tanggung jawabnya;


(59)

3. Pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun yang berintikan keadilan di bidang pidana;.

4. Pelaksanaan pemberian bantuan di bidang intelijen yustisial, dibidang ketertiban dan ketentraman umum, pemberian bantuan, pertimbangan, pelayanan dan penegaakan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan hukum dan tugas lain, untuk menjamin kepastian hukum, kewibawaanm pemerintah dan penyelamatan kekayaan negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan Jaksa Agung;

5. Penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan Hakim karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal - hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri;

6. Pemberian pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah, penyusunan peraturan perundang-undangan serta peningkatan kesadaran hukum masyarakat;

7. Koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis serta pengawasan, baik di dalam maupun dengan instansi terkait atas pelaksanaan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.


(60)

3.1.5 Struktur Organisasi.

KEJAKSAAN

TINGGI

KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

WAKIL KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

KOORDINATOR BAGIAN

TATA USAHA

ASISTEN

INTELEJEN

ASISTEN

TINDAK

PIDANA

KHUSUS ASISTEN

PEMBINAAN

ASISTEN

TINDAK PIDANA

UMUM

ASISTEN

PERDATA DAN

TATA USAHA

NEGARA

ASISTEN PENGAWASAN

KEJAKSAAN


(61)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menyebarkan kuesioner penelitian kepada responden selama melakukan penelitian di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. Adapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersifat tertutup, dimana responden diharuskan memilih salah satu alternatif jawaban yag tersedia. Setiap jawaban akan diberikan nilai atau skor dan selanjutnya akan dianalisa dengan menggunakan perhitungan statistic yaitu dengan menggunakan rumus Koefisien Kolerasi Product Moment dan Koefisien Determinan.

Koefisien yang disebarkan terdiri dari tiga kelompok pertanyaan terdiri dari: Identitas responden terdiri dari 4 pertanyaan, Variabel penelitian Pendidikan dan Pelatihan/ variabel bebas (X) terdiri dari 16 pertanyaan, dan Variabel penelitian Kinerja Pegawai/variable terikat (Y) terdiri dari 16 pertanyaan.

Bagian ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai masing-masing variabel yang diteliti tersebut yang kemudian akan digunakan dalam analisa data untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara variabel pendidikan dan pelatihan dengan variabel kinerja pegawai dan sekaligus untuk menguji hipotesis. Untuk menentukan nilaipada jenis pertanyaan dari suatu indikator, digunakan skala interval yang mengurutkan dari suatu tingkat sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah


(62)

dan sangat rendah. Jadi nilai masing-masing alternatif 5 (lima) jawaban yang telah disediakan adalah sebagai berikut:

1. Jawaban “a” bernilai 5 untuk tingkat sangat tinggi 2. Jawaban “b” bernilai 4 untuk tingkat tinggi 3. Jawaban “c” bernilai 3 untuk tingkat sedang 4. Jawaban “d” bernilai 2 untuk tingkat rendah. 5. Jawaban “e” bernilai 1 untuk tingkat sangat rendah. 4.1 Data Umum Identitas Responden

Data umum indentitas responden dimaksud untuk mengindentifikasi responden. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah jaksa Kejaksaan Tinggi Sumetera Utara yang pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan yang berjumlah 38 orang. Karakteristik responden ini meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan jabatan dari para responden. Untuk lebih jelasnya dilihat pada tabel-tabel yang diuraikan penelitian di bawah ini:

Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

NO

Jenis Kelamin

Frekuensi Presentase (%)

1 Laki-laki 21 55,26

2 Perempuan 17 44,73

JUMLAH 38 100


(63)

Berdasarkan tabel dapat menunujukan bahwa jumlah responden berjenis kelamin Laki-laki adalah berjumlah 21orang (55,26%) sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 17 (44,73%). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, mayoritas pegawai pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara berjenis kelamin pria.

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Usia

NO Usia Frekuensi Presentase (%)

1 25-35 15 39,47

2 36-45 14 36,84

3 46-55 9 23,68

4 56-65 - -

38 100

Sumber: Hasil Kuisioner 2014

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa responden yang berumur 25-35 tahun sebanyak 15 orang (39,47%), responden yang berumur36-45 tahun sebanyak 14 orang (36,84%) dan responden yang berumur 46-55 tahun sebanyak 9 orang (23,68%). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, banyak jaksa yang melakukan pendidikan dan pelatihan sekitaran umur 23-35 tahun.


(64)

Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan

NO Pendidikan Frekuensi Presentase

1 Sarjana (S-1) 25 65,78

2 Pasca Sarjana (S-2) 13 34,21

3 Doctor (S-3) - -

38 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa responden yang berpendidikan Sarjana (S-1) berjumlah 25 orang (65,78%), responden yang berpendidikan Pasca Sarajana (S-2) berjumlah 13 orang (34,21%). Hal ini menunjukan bahwa pendidikan jaksa pada Kantor Kejaksaan Tinggi sudah baik. Hal ini ditunjukkan oleh banyaaknya responden yang berpendidikan Sarjana.

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jabatan/Bidang

NO Golongan Frekuensi Presentase

1 III 13 34,21

2 IV 25 65,78

38 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa responden dengan berdasarkan golongan III berjumlah 13 orang (34,21%) dan yang bergolong IV berjumlah 25


(65)

orang (65,78%). Hal ini menunjukan bahwa lebih banyak yang mengikuti diklat yang bergolongan IV.

4.2 Variabel Penelitian

4.2.1 Pendidikan dan Pelatihan (Variabel X) A. Program Pendidikan dan Pelatihan

Tabel 4.5 Tujuan Program Pendidikan dan Pelatihan

NO Jawaban Responden Frekuensi Presentase (%)

1 Sangat Tercapai 19 50

2 Tercapai 19 50

3 Sedang - -

4 Kurang Tercapai - -

5 Sangat tidak Tercapai - -

38 100 Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Dari data pada tabel diatas, 19 responden (50%) menyatakan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sangat tercapai dengan waktu yang telah ditetapkan , dan 19 responden (50%) menyatakan tercapai. Hal ini menunujukan bahwa pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara berjalan dengan tujuan yang tercapai.


(66)

B. Peserta

Tabel 4.6 Waktu Pelaksanaan Pendidkan dan Pelatihan

NO Jawaban Responden Frekuensi Presentase (%)

1 Sangat Sesuai 31 81,57

2 Sesuai 7 18,42

3 Sedang - -

4 Kurang Sesuai - -

5 Sangat tidak sesuai - -

38 100 Sumber: Kuisioner 2014

Dari data pada tabel diatas, 31 responden (81,57%) menyatakan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sangat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan , dan 7 responden (18,42%) menyatakan sesuai. Hal ini menunujukan bahwa Waktu Pelaksanaan Pendidkan dan Pelatihan pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara berjalan dengan waktu yang sangat sesuai.


(67)

Tabel 4.7 Memenuhi Syarat untuk Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan NO Jawaban Responden Frekuensi Presentase (%)

1 Sangat Memenuhi 12 31,57

2 Memenuhi 26 68,42

3 Sedang - -

4 Kurang Memenuhi - -

5 Sangat tidak memenuhi - -

38 100 Sumber: Kuisioner 2014

Dari data pada tabel di atas, 12 responden (31,57%) menyatakan sangat memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan, 26 responden (68,42%) menyatakan memenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa peserta pendidikan dan pelatihan pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sudah memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.


(68)

Tabel 4.8 Penguasaan Bahan Kurikulum Bahan Materi

NO Jawaban Responden Frekuensi Presentase (%) 1 Sangat Menguasai 4 10,52

2 Menguasai 31 81,57

3 Sedang 3 7,89

4 Kurang Menguasai - -

5 Sangat tidak Menguasai - -

38 100 Sumber: Kuisioner 2014

Dari data pada tabel di atas, 4 responden (10,52%) menyatakan sangat menguasai dalam penguasaan kurikulum pendidikan dan pelatihan , 31 responden (81,57%) menyatakan menguasai dalam penguasaan kurikulum pendidikan dan pelatihan dan 3 responden (7,89%) menyatakan sedang dalam penguasaan kurikulum pendidikan dan pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa peserta pendidikan dan pelatihan pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sudah dapat menguasai kurikulum pendidikan dan pelatihan.


(69)

Tabel 4.9 Peningkatan Pengetahuan Terkait dalam Bidangnya

NO Jawaban Responden Frekuensi Presentase (%)

1 Sangat Meningkatkan 5 13,15

2 Meningkatkan 33 86,84

3 Sedang - -

4 Kurang Meningkatkan - - 5 Sangat tidak Meningkatkan - -

38 100 Sumber: Kuisioner 2014

Dari data pada tabel di atas, 5 responden (13,15%) menyatakan sangat meningkatkan Pengetahuan Terkait dalam Bidangnya, 33 responden (86,84%) menyatakan meningkatkan Pengetahuan Terkait dalam Bidangnya . Hal ini menunjukkan bahwa peserta pendidikan dan pelatihan pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sudah dapat meningkatkan Pengetahuan Terkait dalam Bidangnya.


(70)

Tabel 4.10 Peningkatan Keterampilan Peserta Setelah Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan

NO Jawaban Responden Frekuensi Presentase (%) 1 Sangat Meningkat 6 15,78

2 Meningkat 28 73,68

3 Sedang 4 10,52

4 Kurang Meningkat - - 5 Sangat Tidak Meningkat - -

Jumlah 38 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Dari data pada tabel di atas, 6 responden (15,78%) menyatakan sangat meningkatkan Keterlampilan dalam Bidangnya, 28 responden (73,68%) menyatakan meningkatkan Keterlampilan dalam Bidangnya, 4 responden (10,52%) menyatakan sedang dalam meningkatkan Keterlampilan dalam Bidangnya. Hal ini menunjukkan bahwa peserta pendidikan dan pelatihan pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sudah dapat meningkatkan Pengetahuan Terkait dalam Bidangnya.


(71)

C. Widyaswara / Instruktur

Tabel 4.11 Penguasaan Instruktur terhadap Pendidikan dan Pelatihan

NO Jawaban Responden Frekuensi Presentase (%) 1 Sangat Menguasai 8 21,05

2 Menguasai 25 65,78

3 Sedang 5 13,15

4 Kurang Menguasai - - 5 Sangat Tidak Menguasai - -

Jumlah 38 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Dari data pada tabel di atas, 8 responden (21,05%) menyatakan sangat menguasai materi pendidikan dan pelatihan, 25 responden (65,78%) menyatakan menguasai materi pendidikan dan pelatihan,5 responden (13,15%) menyatakan sedang materi pendidikan dan pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa widyaswara/instruktur pendidikan dan pelatihan pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sudah menguasai materi pendidikan dan pelatihan.


(72)

D. Kurikulum Diklat

Tabel 4.12 Penguasaan Kurikulum dalam Pendidikan dan Pelatihan

NO Jawaban Responden Frekuensi Presentase (%) 1 Sangat Menguasai 6 15,78

2 Menguasai 27 71,05

3 Sedang 5 13,15

4 Kurang Menguasai - - 5 Sangat Tidak Menguasai - -

Jumlah 38 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Dari data pada tabel di atas, 6 responden (15,78%) menyatakan sangat menguasai materi pendidikan dan pelatihan, 27 responden (71,05%) menyatakan menguasai materi pendidikan dan pelatihan,5 responden (13,15%) menyatakan sedang materi pendidikan dan pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sudah menguasai kurikulum pendidikan dan pelatihan.


(73)

Tabel 4.13 Kesesuaian Kurikulum dalam Ahli Profesi terhadap Pelaksana Tugas Kasus Pidana

NO Jawaban Responden Frekuensi Presentase (%) 1 Sangat Sesuai 6 15,78

2 Sesuai 32 84,21

3 Sedang - -

4 Kurang Menguasai - - 5 Sangat Tidak Menguasai - -

Jumlah 38 100

Sumber: Hasil Kuesioner 2014

Dari data pada tabel di atas, 6 responden (15,78%) menyatakan sangat sesuai dengan ahli profesi, 32 responden (84,21%) menyatakan sesuai dengan ahli profesi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sudah sesuai dengan kurikulum dalam ahli profesi .

E. Materi Pendidikan dan Pelatihan

4.14 Kesesuaian Materi Pendidikan dan Pelatihan terhadap bidang tugas dan Fungsi Organisasi

NO Jawaban Responden Frekuensi Presentase (%) 1 Sangat Sesuai 14 36,84

2 Sesuai 22 57,89

3 Sedang 2 5,26

4 Kurang Sesuai - -

5 Sangat Tidak Sesuai - -


(1)

Selanjutnya pengaruh tersebut dapat dikatakan signifikan karena telah diuji dengan rumus uji signifikan korelasi product moment dan dikonsultasikan dengan tabel nilai-nilai distribusi t, dimana bahwa t hitung > t tabel yaitu 2,948> 2,028. Dari hasil uji signifikan tersebut maka dapat dillihat letak nilai uji signifikan dengan taraf kesalahan 5% uji dua pihak dan dk = n-2=36 maka diperoleh t-tabel = 2,028. Karena t-hitung lebih besar dari t-tabel maka variabel pendidikan dan pelatihan memiliki hubungan positif. Ini artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya koefisien korelasi antara pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja jaksa di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sebesar 2,948 adalah signifikan, artinya koefisien korelasi tersebut dapat diterima dan dapat digeneralisasikan atau dapat berlaku pada populasi dimana sampel yang 38 orang diambil.

Setelah hasil penelitian diketahui bahwa pengaruh antara pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pegawai adalah positif, signifikan, dan berada pada kategori sedang, maka dapat juga dilihat dari Koefisien Determinan antara variabel pendidikan dan pelatihan dengan variabel kinerja pegawai. Koefisien determinan menunjukkan bahwa 19,45% pendidikan dan pelatihan dapat mempengaruhi kinerja jaksa di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, dan selebihnya yaitu 80,6% dipengaruhi oleh faktor lainnya.


(2)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah dari hasil penelitian ini di intreprestasikan dan dianalisis maka dalam bab ini penulis dapat menarik kesimpulan yang menjadi inti dari penelitian yang telah dilakukakan mengenai pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap kinerja jaksa pada kantor Kejaksaaan Tinggi Sumatera Utara, yaitu :

1. Secara keseluruhan dari tabel-tabel data yang didapatkan dari penyebaran kuesioner kepada para jaksa yang telah mengukuti pendidikan dan pelatihan pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dikategorilan sedang. Berdasarkan tabel frekuensi klafikasi responden untuk variabel X menunjukkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan yang terdiri indikator waktu pelaksanaan, peserta, widyaswara, materi yang di berikan, metode/kurikulum, fasilitas, serta pengelola Diklat berada pada ketegori tinggi dengan presentase 44,73 %.

2. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi klasifikasi jawaban responden untuk variabel Y menunjukkan bahwa kinerja pegawai pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara berada pada ketegori tinggi dengan indikator kesetian , prestasi kerja, kedisiplinanan,kreatifitas, kerjasama, kecakapan, tanggungjawab , serta efektifitas dan efisiensi dengan presentasi 42,10%.


(3)

Berdasarkan analisa korelasi product moment diketahui bahwa terdapat pengaruh positif antara pendidikan dan pelatihan terhadapat kinerja jaksa di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara dengan korelasi sebesar 0,441. Berdasarkan interprestasi tersebut maka pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap kinerja jaksa di Kejaksaan Tinggi berada pada ketegori sedang antara (0,441>0,320). Dengan demikian hal ini memperlihatkan bahwa koefisien korelasi adalah signifikan dan hipotesa alternative yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

3. Berdasarkan uji “t” diperoleh hitung sebesar 2,948 selanjutnya harga t-hitung tersebut dibandingkan dengan harga t-tabel dengan tingkat kesalahan 5% dan diketahui = n-2 maka diperoleh t-tabel sebesar (2,948 > 2,028) dan t-hitung berada pada daerah Ha (hipotesis alternatif ). Jadi kesimpulannya koefisien korelasi antara pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja jaksa di Kejaksaan Tinggi sebesar 2,028 adalah signifikan dan hipotesis alternatif dapat diterima, artinya koefisien tersebut dapat diterima dan digenerlisasikan atau dapat berlaku pada populasi dimana sampel yang diambil berjumlah 38 orang.

Dan berdasarkan hasil perhitungan koefisiean determinasi diperoleh besar pengarug Pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pegawai pada kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sebesar 19,44 % dan sisanya sebesar 80,56% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang belum diperhitungkan dalam penelitian.


(4)

6.2 Saran

Dengan melihat hasil dari penelitian yang telah disimpulkan maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Instansi

a. Pelaksaan Pendidikan dan pelatihan perlu lebih di tingkatkan agar kinerja jaksa dapat meningkatkan secara maksimal .

b. Perlu adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan semangat para pegawai dalam mengikuti pendidkan dan pelatihan.

2. Bagi jaksa selaku peserta Pendidikan dan pelatihan

a. Para peserta Pendidkan dan pelatihan sebaiknya tetap menjaga bahkan meningkatkan kedisplinan ketika melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan agar kegiatan tersebut dapat berjalan lancar.

b. Para jaksa sebaiknya selalu menggunakan ilmu-ilmu yang diperoleh dari kegiatan Pendidikan dan Pelatihan dalam berkerja agar kinerja mereka lebih maksimal.

 


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Burhan.2005.Prosedur Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Hamalik , oemar . 2001. Manajemen Pelatihan Ketenga Kerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta. Bumikarsa.

Mangkunegara , AA, Anwar Prabu.2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Notoadmodjo, Soekodjo.2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia . Jakarta: PT. Rineka Cipta

Prabundu, Tika.2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kerja Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Renda, Erika, 2007. Administrasi Kepegawaian Publik : USU Pers.

Sartohadiwiryo, Siswanto.2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta . PT. Bumi Aksara.

Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelitian Survei.Jakarta: LP3S

Sudjiono,Anas. 1996. Evaluasi Pendidikan.Jakarta:PT Bumi Aksara.

Sugiono.2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Ganesha.


(6)

Widjaja, Amin. 1995. Pelaksanaan Proyek Penghasilan Perseorangan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sumber internet :

  http://www.kejaksaan.go.id/pusdiklat/uplimg/File/PPPJ.doc 

http://www.kejaksaan.go.id/uplimg/File/PERJA_DIKLAT_TTD_JA.doc