Eksistensi lembaga Komisi Kejaksaan RI dalam menjaga kinerja jaksa di Pengadilan Tinggi Jakarta

51 Berikut kinerja Komisi Kejaksaan berdasarkan 2 tahun belakangan ini 2013-2014 mengenai laporan rekapitulasi data LapduLapmas wilayah hukum DKI Jakarta. 3 No. Wilayah Jumlah LapduLapmas 2013 Jumlah LapduLapmas 2014 1 Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta 30 25 2 Kejaksaan Negeri Pusat 38 31 3 Kejaksaan Negeri Selatan 23 16 4 Kejaksaan Negeri Timur 12 8 5 Kejaksaan Negeri Utara 19 12 6 Kejaksaan Negeri Barat 14 9 Jumlah 136 94 Melihat laporan diatas terjadi penurunan laporan aduan yang terjadi dalam 2 tahun terakhir. Meskipun penurunan di Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta tersebut belum signifikan Komisi Kejaksaan tetap menelusuri laporan yang masuk dengan di bantu lembaga yang sudah bekerja sama dalam melakukan penilaian terhadap Jaksa. Keikutsertaan masyarakat sangat membantu dalam pemrosesan pengawasan terhadap kinerja Jaksa dalam persidangan maupun di luar persidangan yang dilakukan Komisi Kejaksaan. Eksistensi Komisi Kejaksaan belum secara maksimal dan tidak efektif jika hanya mempunyai 9 komisioner dengan menangani Kejaksaan yang ada di Indonesia secara Nasional. Adapun unsur atau poin dalam menjadi penilaian perilaku Jaksa adalah 33 Hasil wawancara dengan salah seorang kepala Sekretariat Komisi Kejaksaan RI pada tanggal 16 Januari di kantor Komisi Kejaksaan 52 ucapan,sopan santun, etika bersikap, perbuatan dari seorang Jaksa dalam menjalankan tugas kedinasannya di Pengadilan.

C. Hambatan Komisi Kejaksaan RI dalam pelaksanaan Tugas

Komisi Kejaksaan RI telah merencanakan untuk merencanakan untuk melakukan pengambilalihan pemeriksaan namun masih terkendala persoalan teknis pelaksanaan di lapangan sehingga Komisi Kejaksaan belum dapat menentukan untuk memulai kegiatan mengambil langkah konkrit tersebut. Ada beberapa masalah yang menyebabkan kinerja Komisi Kejaksaan belum berjalan secara maksimal, diantaranya adalah: 1. Belum terbentuknya kelompok kerja sesuai Perpres No. 18 tahun 2011 sebagai tenaga ahli yang diharapkan akan membantu kelancaran pelaksanaan tugas anggota Komisi Kejaksaan serta dapat membuat lebih tajam dan akuratnya penelaahan terhadap laporan masyarakat yang diterima Komisi Kejaksaan. 2. Terjadinya masa kekosongan anggota Komisi Kejaksaan RI periode I ke periode II selama 1 satu tahun, sehingga semua kegiatan diambil alih oleh sekretaris Komisi Kejaksaan RI dan Rencana Anggaran dibuat oleh sekretariat Komisi berdasarkan kebutuhan normal saja, tanpa melalui konsultasi anggota Komisi Kejaksaan periode II yang terbentuk belakangan setelah Rencana Anggaran diserahkan ke Bappenas. 3. Belum maksimalnya dukungan administratif, khususnya dari sumber daya manusia dengan jumlah yang terbatas, yaitu dari PNS Kejaksaan Agung yang diperbantukan kepada Komisi Kejaksaan. Pada saat ini sudah terjadi 53 integrasi dari PNS Kejaksaan Agung ke PNS Menkopolhukam sesuai amanat dari Perpres No. 18 tahun 2011, namun sumber daya manusia yang dibutuhkan tetap belum terpenuhi secara lengkap, baik jumlah maupun kompetensinya. 4. Sangat tingginya ekspektasi atau harapan masyarakat terhadap penegak hukum untuk membuat bentuk keadilan pada masyarakat belum terwujud sampai saat ini. 5. Belum digunakannya teknologi informasi secara penuh dalam menjalankan kegiatan penghimpunan dan penelaahan tugas laporan masyarakat, sehingga belum terjadi efisiensi kerja dan tenaga. 6. Belum selesainya perangkat Peraturan internal di Komisi Kejaksaan sebagai pendukung kinerja anggota Komisi. Untuk mengatasi masalah yang ada Komisi Kejaksaan sudah melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut seperti telah selesainya pembuatan peraturan internal guna mendukung kegiatan kerja komisi kejaksaan. Pendukung Komisi Kejaksaan seperti sarana, prasarana dan staf pendukung juga menambah permasalahan yang dihadapi Komisi Kejaksaan. Masalah jumlah pegawai yang belum memenuhi kondisi ideal dan masalah kompetensi pegawai sekretariat terutama di bidang pelayanan teknik yang menangani laporan pengaduan masyarakat seharusnya memikili latar belakang pendidikan hukum guna menunjang pekerjaan di bidang teknis. 54

D. Analisis Penulis

Pada dasarnya, kedudukan Komisi Kejaksaan dalam ketatanegaraan Indonesia sebagai lembaga eksternal dalam pengawasan kinerja Jaksa ini cukup membantu JamWas selaku pengawasan internal dari Kejaksaan Agung itu sendiri. Dalam hal pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Kejaksaan dalam mengawasi Kinerja Jaksa terlihat eksistensinya di Pengadilan tinggi Jakarta. Namun terlihat dalam 2 tahun terakhir sebagai contoh Laporan aduan dari masyarakat masih terlihat sedikit penurunan dengan komisioner yang ada di Komisi Kejaksaan yang hanya berjumlah 9 orang dan dalam pengambilalihan tindaklanjut dari laporan yang didapat komisi kejaksaan seharusnya bisa di selesaikan secara langsung oleh Komisi Kejaksaan bukan hanya sekedar bersifat rekomendasi. Jika kewenangan Komisi Kejaksaan dalam pengawasan kinerja Jaksa tidak hanya bersifat rekomendasi atau saran berdasarkan dalam Undang- Undang Perpres no 18 tahun 2011 dan perkuat lagi maka kinerja Komisi Kejaksaan semakin terlihat dalam menangani pengawasan kinerja Jaksa sesuai dengan Standard Operating Procedure SOP. Penulis melihat kinerja komisi kejaksaan di pengadilan tinggi jakarta dalam pengawasan diberlakukan atas pelaksanaannya cenderung kepada pengawasan internal yang dilakukan oleh aparat pengawas internal. Peran komisi kejaksaan hanya sampai pada menindaklanjuti laporan serta memberikan rekomendasi kepada aparat pengawas internal untuk diberikan 55 jawaban apakah hasil pengawasan, pemantauan, penilaian tersebut ada bukti atau informasi baru yang belum dan perlu diklarifikasi lebih lanjut. Hasil atas telaah pemantauan digunakan untuk mengetahui apakah ada pemeriksaan yang tidak dikoordinasikan dengan Komisi Kejaksaan, dan atau untuk mengetahui apakah pihak pengawasan internal bersungguh-sungguh melakukan pemeriksaan. Serta untuk mengetahui apakah rekomendasi dilaksanakan pengawas internal. Tanggungjawab untuk melakukan koordinasi yang baik diantara para pihak terkait tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan amanat yang diberikan oleh rakyat. Sebagai daerah yang mayoritas penduduknya muslim, pelaksanaan amanat merupakan kewajiban dan perintah agama, sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surat An-nisa ayat 58:   ð                                         ء ﺎ ﺳ ّﻧ ﻟ ا : ٥٨ Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. QS. An-Nisa : 58 Kesadaran atas tanggung jawab besar Komisi Kejaksaan,aparat pengawas internal, pengadilan tinggi negeri jakarta selaku pemegang amanat rakyat daerah DKI Jakarta wajib diperlukan. Maka jika terjadi penyelewengan maka pihak-pihak tersebut tidak hanya harus bertanggung jawab terhadap rakyat, tetapi juga terhadap Allah SWT. Dengan demikian, maka diharapkan