Teori signalling berfokus kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting
bagi investor dan pelaku bisnis lainnya karena informasi perusahaan yang dikeluarkan menyajikan keterangan, catatan atau gambaran perusahaan baik untuk
keadaan masa lalu, saat ini, maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan
tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Pengumuman informasi akuntansi memberikan
signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang good news sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan
demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik
laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar Putra, 2013.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan
tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi
non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Semua investor memerlukan informasi untuk mengambil keputusan bagi setiap perusahaan
sehingga dapat menanamkan modalnya dengan risiko yang ditanggung pihak investor
sendiri. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.
Berdasarkan teori signalling maka investor dan kreditor menginginkan pengungkapan oleh perusahaan seluas-luasnya untuk mengurangi asimetri informasi. Sehingga
hadirnya good corporate governance diharapkan mampu untuk membuat perusahaan memberikan informasi kepada investor dan kreditor secara transparan, sehingga dapat
meningkatkan kinerja perusahaan.
2.2 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi atau perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya Putra,
2013. Perusahaan sebagai bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan yang ingin
dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan berbanding lurus pada kinerja perusahaan selama
periode berjalan. Apabila kinerja perusahaan baik, kemungkinan tujuan perusahaan tercapai semakin besar. Kinerja suatu perusahaan dapat diukur agar bisa dipakai
sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal. Kinerja perusahaan merupakan gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan
yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan
prestasi kerja pada masa lalu ataupun kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
pihak manajemen agar dapat menganalisis kinerjanya selama satu periode demi memenuhi kewajibannya terhadap para investor dan juga untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Wulandari 2006 menegaskan bahwa kinerja merupakan sebuah konsep yang sulit,
baik definisi maupun dalam pengukurannya, karena sebagai sebuah konstruk, kinerja bersifat multidimensional dan oleh karena itu pengukuran dengan menggunakan
dimensi pengukuran tunggal tidak mampu memberikan pemahaman yang komprehensif. Sehingga ukuran kinerja yang cocok dan layak tergantung pada
keadaan unik yang dihadapi oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan return on assets ROA yang mewakili
rasio profitabilitas, cash ratio rasio kas yang mewakili rasio likuiditas, dan debt to asset ratio yang mewakili rasio solvabilitas untuk mengukur kinerja perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini. ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari tingkat asset tertentu yang dimiliki perusahaan Hanafi dan Halim, 2007. Semakin tinggi laba yang dihasilkan
oleh perusahaan maka semakin tinggi ROA yang berarti semakin tinggi juga kinerja perusahaan tersebut. ROA juga sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan seperti yang dilakukan dalam penelitian Jumandani 2012, Doni 2011,