Teori Signalling Landasan Teori
prestasi kerja pada masa lalu ataupun kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
pihak manajemen agar dapat menganalisis kinerjanya selama satu periode demi memenuhi kewajibannya terhadap para investor dan juga untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Wulandari 2006 menegaskan bahwa kinerja merupakan sebuah konsep yang sulit,
baik definisi maupun dalam pengukurannya, karena sebagai sebuah konstruk, kinerja bersifat multidimensional dan oleh karena itu pengukuran dengan menggunakan
dimensi pengukuran tunggal tidak mampu memberikan pemahaman yang komprehensif. Sehingga ukuran kinerja yang cocok dan layak tergantung pada
keadaan unik yang dihadapi oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan return on assets ROA yang mewakili
rasio profitabilitas, cash ratio rasio kas yang mewakili rasio likuiditas, dan debt to asset ratio yang mewakili rasio solvabilitas untuk mengukur kinerja perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini. ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari tingkat asset tertentu yang dimiliki perusahaan Hanafi dan Halim, 2007. Semakin tinggi laba yang dihasilkan
oleh perusahaan maka semakin tinggi ROA yang berarti semakin tinggi juga kinerja perusahaan tersebut. ROA juga sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan seperti yang dilakukan dalam penelitian Jumandani 2012, Doni 2011,
dan Iskandarsyah 2010. Oleh karena itu peneliti menggunakan ROA sebagai salah satu alat analisis yang menggambarkan kinerja keuangan perusahaan. Maka dalam
penelitian ini diharapkan bahwa dengan semakin tingginya tingkat transparansi, kepemilikan institutional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen semakin
tinggi pula ROA. Rasio kas merupakan salah satu rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan uang kas dan setara kas perusahaan yang tersedia untuk membayar kewajiban jangka pendeknya Iskandarsyah, 2010. Dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi rasio kas maka semakin tinggi juga kemampuan perusahaan untuk melunasi semua kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan kas
perusahaan. Rasio kas juga sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan melalui kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya. Seperti yang
dilakukan dalam penelitian Afriyeni 2008, Maith 2013, dan Kaunang 2013. Oleh karena itu peneliti menggunakan rasio kas untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan. Maka dalam penelitian ini diharapkan bahwa dengan semakin tingginya tingkat transparansi, kepemilikan institutional, kepemilikan manajerial dan komisaris
independen semakin tinggi pula rasio kas. Debt to assets ratio adalah salah satu dari rasio solvabilitas. Menurut Syamsuddin
2006 Debt to Assets Ratio DAR digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Debt to assets ratio merupakan
perbandingan antara total hutang dengan total aktiva, yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan aktiva perusahaan dengan menggunakan
hutang. Maka dapat diartikan bahwa apabila debt to asset ratio tinggi, maka hampir semua asset yang dimiliki perusahaan dibiayai oleh utang perusahaan, sebaliknya bila
debt to asset ratio rendah maka aktiva perusaahaan yang dibiayai oleh utang semakin rendah. DAR yang baik adalah perusaahaan yang memiliki DAR yang rendah, sebab
nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko berupa ketidakmampuan perusahaan membayar semua kewajibannya dikarenakan rasio yang tinggi akan
mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi. Peneliti yang menggunakan debt to asset ratio sebagai gambaran dalam menilai kinerja keuangan adalah Orniati 2009
dan Nugroho 2010. Maka dalam penelitian ini diharapkan bahwa dengan semakin tingginya tingkat transparansi, kepemilikan institutional, kepemilikan manajerial dan
komisaris independen maka semakin rendah debt to asset ratio.