BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross- sectional, dengan melakukan observasi pada 11 gigi molar satu atau molar dua rahang
bawah untuk melihat dentin tersier yang terbentuk pada gigi penyirih yang mengalami atrisi.
3.2 Tempat dan Waktu
Tempat : Laboratorium BBPPTP Medan dan Laboratorium Biologi Oral FKG USU Waktu : Oktober 2014
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah gigi yang sudah dicabut dari penyirih. Sampel penelitian merupakan gigi yang mengalami atrisi akibat menyirih.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian merupakan gigi yang atrisi akibat menyirih yang sudah diekstaksi dan memenuhi kriteria eksklusi dan kriteria inklusi yang sudah
ditentukan.
3.4 Kriteria Pemilihan Sampel Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi:
Perempuan Suku Karo yang punya kebiasaan menyirih ≥ 2 tahun. Usia ≥ 20 tahun
Menyirih dilakukan setiap hari
Frekuensi menyirih ≥3 kali sehari Gigi M1 dan M2 rahang bawah yang atrisi
Gigi M1 dan M2 rahang bawah yang dicabut dalam keadaan utuh Karies enamel
Kriteria Ekslusi: Terdapat tambalan
Gigi yang fraktur Gigi dari penderita Bruxism
Gigi pernah di bleaching Gigi dari pasien ortodonti
3.5 Besar Sampel Penelitian
Besar sampel penelitian ini adalah sejumlah 11 gigi molar satu atau molar dua rahang bawah. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan teknik purposive
sampling, sampel dikumpulkan selama 4 bulan.
3.6 Variabel Penelitian
Variabel Terkendali
Keterampilan peneliti Kondisi alat Olympus
SZX16 microscope
Variabel Bebas
Gigi M1 dan M2 rahang bawah yang atrisi akibat
menyirih yang sudah diekstraksi
Variabel Terikat
Dentin tersier pada puncak pulpa : Linguomesial Linguodistal
Bukomesial Bukodistal fisur
Variabel Tidak Terkendali
Diet Komposisi menyirih
Kebiasaan menyuntil
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan Bahan penelitian yang digunakan, yaitu : 1.
Larutan Saline NaCl 0,9 2.
Pensil 2B 3.
Bais alat penjepit gigi 4.
Micromotor 5.
Diamound bur disc 6.
Olympus SZX16 microscope
3.8 Defenisi Operasional
Defenisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Menyirih adalah suatu proses mengunyah campuran bahan yang umumnya terdiri atas daun sirih, kapur, gambir, dan pinang. Kebiasaan ini merupakan tradisi yang
dilakukan secara turun temurun yang mulanya berkaitan erat dengan adat kebiasaan masyarakat setempat.
2. Atrisi gigi adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan hilangnya
substansi gigi akibat gesekan mekanis yang terjadi antara gigi dengan gigi yang berantagonis dalam proses pengunyahan. Terjadinya atrisi gigi akibat kebiasaan
menyirih terutama dipengaruhi oleh komposisi menyirih yaitu kapur sirih dan pinang yang bersifat kasar dan keras.
3. Dentin tersier merupakan lapisan dentin yang dibentuk pada batas antara dentin
dan pulpa sebagai respon terhadap injuri seperti atrisi dan karies. Pembentukan lapisan ini hanya terjadi pada area di bawah terjadinya iritasi.
4. Daerah pembentukan dentin yang terbentuk ditentukan pada setiap daerah puncak
pulpa, baik di bagian lingual linguomesial dan linguodistal maupun bagian bukal bukomesial dan bukodistal juga diukur di bawah fisur. Penentuan ini
berdasarkan atrisi yang lebih jelas terlihat pada cusp gigi. Sesuai teori bahwa dentin tersier terbentuk di bawah injuri yang terjadi, maka lapisan dentin tersier
yang terbentuk diobservasi pada cusp gigi yaitu daerah di sekitar cusp gigi.
Gambar 7. Dentin tersier akibat menyirih dengan Microscope Olympus
SZX16 pembesaran 1,25x1000 Dokumentasi
5. Bais adalah alat penjepit gigi yang digunakan saat pembelahan gigi agar tangan
operator tidak terkena bur. 6.
Olympus SZX16 microscope adalah mikroskop modern yang digunakan untuk melihat benda dalam ukuran besar yang dilengkapi kamera dan terintegrasi
dengan komputer sehingga memungkinkan untuk melihat pembentukan dentin.
3.9 Prosedur Penelitian