Odontoblast-like cell membentuk dentin sesuai dengan tingkat keparahan dan lamanya  injuri.    Pembentukan  jaringan  keras  ini  akan  menambah  ketebalan  lapisan
dentin.  Dentin yang dibentuk oleh  odontoblast-like cell tidak beraturan, amorphous, dan diisi lebih sedikit tubulus dentin daripada dentin primer. Tubulus dentin ini tidak
berhubungan langsung dengan tubulus dentin primer, sehingga batasan dentin primer dan  dentin  reparatif  kurang  permeabel  terhadap  benda  dari  luar.  Hal  ini  juga
menyebabkan  dentin  kurang  sensitif  terhadap  suhu,  osmotik  dan  rangsangan lainnya.
20
Gambar 3. Dentin tersier akibat atrisi 40X
22
2.2    Menyirih
Kebiasaan  menyirih  merupakan  kebiasaan  yang  sangat  populer  sejak  200 tahun  lalu  di  Cina  dan  India  dan  diperkirakan  sekitar    200-600  juta  jiwa  di  seluruh
dunia  melakukan  kegiatan  menyirih.
12
Menyirih  telah  lama    ditemukan  di  Asia Selatan dan Tenggara, daerah Asia Pasifik,  juga  ditemukan pada kelompok imigrasi
di  Afrika,  Eropa,  dan  Amerika  Utara.  Kebiasaan  menyirih  merupakan  kelompok empat  besar  bahan  psikoaktif  di  dunia  setelah  kafein,  alkohol  dan  nikotin  yang
digunakan oleh ratusan juta jiwa di dunia.
23
Tradisi ini juga  dilakukan oleh berbagai
suku  di  Indonesia  secara  turun  temurun  yang  berkaitan  erat  dengan  adat  kebiasaan masyarakat setempat.
1,24
Di Indonesia, menyirih dilakukan dengan mengunyah bahan sirih  terlebih  dulu,  kemudian  menggunakan  gulungan  besar  tembakau  untuk
membersihkan gigi geligi dan membiarkannya di dalam mulut dalam beberapa saat.
21
Kebiasaan  menyirih  dijumpai  pada  perempuan  suku  Karo  di  Sumatera  Utara,  yang berlangsung  sampai  saat  ini,  baik  itu  merupakan  kebiasaan  sehari-hari  atau  untuk
acara adat
.1
Menyirih  adalah  kegiatan  mengunyah  campuran  bahan  yang  umumnya dilakukan  dengan  campuran  daun  sirih,  kapur,  gambir,  dan  pinang.  Komposisi
menyirih  berbeda  di  setiap  daerah  dan  setiap  suku.  Pada  suku  Karo  di  Sumatera Utara,  komposisi  menyirih  terdiri  atas  daun  sirih,  kapur  sirih,  gambir,  dan  pinang.
1
Di Papua, khususnya pada masyarakat pesisir pantai, Komposisi menyirih terdiri dari pinang, sirih, dan kapur sirih.
25
2.3    Komposisi Menyirih 2.3.1 Daun Sirih
Daun  sirih  Piper  Betel  Linn  adalah  tumbuhan  merambat  Asia  tropis  yang berhubungan dekat dengan lada. Daun ini banyak digunakan sebagai penyegar mulut
dan  tumbuh  secara  ekstensif  di  India,  Sri  Lanka,  Malaysia,  Thailand,  Taiwan,  dan negara-negara  Asia  Tenggara.  Daunnya  dikunyah  tersendiri  atau  bersama  dengan
bahan lain.
26
Daun  sirih  memiliki  rasa  pedas  dan  menghasilkan  minyak  esensial  yang banyak digunakan sebagai obat. Penelitian lain menunjukkan bahwa minyak esensial
daun sirih memiliki efek antijamur, antiseptik, dan anthelmintik.
27
2.3.2    Kapur
Kapur  sirih  diperoleh  dari  berbagai  sumber,  seperti  kerang  laut,  kerang  air tawar,  remis,  muluska,  batu  kapur,  dan  batu  karang.  Supaya  cocok  untuk  dikunyah,
kapur  diolah  menjadi  bubuk  kalsium  oksida  dan  dicampur  dengan  air  sehingga
konsistensinya seperti pasta kalsium hidroksida.
28
Kapur sirih memiliki sifat kasar, sehingga akan memperparah derajat atrisi yang terjadi.
29
2.3.3    Pinang
Pinang Areca Catechu adalah pohon palem berbatang tunggal  dan ramping yang  dapat  tumbuh  sampai  28  m.  Pinang  dibudi  dayakan  dari  Afrika  Timur  dan
Semenanjung Arab sampai ke Asia Tropis dan di Indonesia sampai ke Pasifik Tengah dan  New  Guinea.  Bijinya  dikunyah  sebagai  stimulan  pengunyahan  sebesar  5
populasi  dunia.  Pinang  sering  digunakan  dalam  ritual  budaya  atau  sosial,  dan dijumpai dalam upacara-upacara kebudayaan Asia dan Pasifik.
30
Pinang adalah bahan yang bersifat keras, sehingga dapat memperparah derajat atrisi gigi.
29,30
2.3.4    Gambir
Gambir  adalah  bahan  astrigen  berwarna  coklat  kemerahan,  yang  sering dioleskan  pada  daun  sirih  yang  digunakan  untuk  membungkus  bahan  menyirih.
Terdapat  dua  jenis  gambir  berdasarkan  sumber  pohon  gambir  tersebut  diekstrak. Salah satunya dari rebusan dan ekstrak inti kayu  Acacia catechu, Wild, yang berasal
dari India dan Myanmar, sering disebut sebagai gambir hitam. Kandungan utamanya adalah  Catechu-tannic  Acid  25-33,  Acacatechin  2-10,  Quercetin,  dan  Red
Catechu.  Jenis  gambir  yang  lain  diperoleh  dari  air  ekstrak  daun  dan  tunas  Uncaria Gambir,  yaitu  sejenis  semak  merambat  yang  berasal  dari  kepulauan  Melayu,  sering
disebut gambir pucat. Kandungan utamanya adalah catechin 7-31, catechu-tannic acid 22-50, quercetin, dan Red Catechu.
30
2.4    Frekuensi, Lama Menyirih dan Usia Penyirih
Setelah  gigi  erupsi  dan  tumbuh  sempurna,  perubahan  dentin  memiliki hubungan  yang  erat  dengan  respon  terhadap  stimulus  yang  diterima  gigi  geligi,
seperti  karies  atau  atrisi.    Seiring  perubahan  fisiologis  usia,  dentin  sekunder  dan dentin transparan akan terlihat jelas.
9
Schonland dan  Bradshaw 1969 melakukan survei  di  India dengan  referensi khusus  untuk  mengetahui  kebiasaan  mengunyah  sirih.  1842  perempuan  dari  segala
usia,  28,7  adalah  penyirih,  sedangkan  dari  1.834  laki-laki,  5,5  adalah  penyirih. Persentase  penyirih  meningkat  dengan  usia  baik  pada  pria  maupun  wanita,  71,9
wanita  dan  10,3  pria  berusia  60  tahun  atau  lebih  adalah  penyirih.  Meskipun  usia rata-rata  di  mana  menyirih  dimulai  adalah  antara  usia  20-24  tahun,  wanita  mulai
sedikit  lebih  awal  daripada  laki-laki.  Dua  perlima  dari  penyirih  memulai  kebiasaan sebelum  usia  20  tahun  dan  sejumlah  lainnya  setelah  usia  38  tahun.  Juga,  sebagian
besar wanita merupakan penyirih berat empat kali atau lebih dalam sehari dan lebih banyak  orang  yang  ringan  atau  sesekali  menyirih  1-6  kali  seminggu.  Tidak  ada
perbedaan usia yang signifikan yang dicatat dalam frekuensi menyirih, dan tidak ada perbedaan jenis kelamin yang signifikan dalam durasi rata-rata kebiasaan menyirih.
31
Permana  B  2013  menjelaskan  bahwa  derajat  atrisi  3  semakin  meningkat persentasenya  seiring  meningkatnya  frekuensi  menyirih.    Hal  ini  disebabkan  karena
semakin  tinggi  frekuensi  menyirih,  permukaan  oklusal  gigi  akan  semakin  terkikis, yang  menyebabkan  atrisi  gigi  derajat  1  meningkat  menjadi  atrisi  gigi  derajat  2,  dan
atrisi gigi derajat 2 meningkat menjadi atrisi gigi derajat 3.  Atrisi gigi derajat 3 juga akan  meningkat  persentasenya  seiring  dengan  meningkatnya  lama  menyirih.    Dari
segi  umur,  derajat  atrisi  gigi  3  juga  meningkat  persentasenya  seiring  dengan bertambahnya usia penyirih.
6
2.5   Atrisi Gigi