merusak sel-sel dalam pulpa. Pembentukannya tergantung pada intensitas injuri yang terjadi.
11
Dentin-pulpa  kompleks  sama  seperti  jaringan  tubuh  yang  lain  mengalami perubahan-perubahan  seiring  dengan  bertambahnya  usia.    Perubahan  yang  paling
jelas  adalah  penurunan  volume  ruang  pulpa  dan  saluran  akar  akibat  berlanjutnya pembentukan  dentin.  Ketika  gigi  sudah  erupsi  sempurna,  dentin  mengalami
perubahan  baik  akibat  pertambahan  usia  ataupun  sebagai  respon  terhadap  stimulus yang  diterima  gigi,  seperti  karies  atau  atrisi  gigi.  Perubahan  fisiologis    karena
pertambahan  usia  ditandai  dengan  pembentukan  dentin  sekunder  dan  translusen dentin,  sedangkan  sebagai  respon  terhadap  stimulus  luar,  ditandai  pembentukan
dentin tersier.
10
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk  melakukan penelitian untuk melihat dentin tersier yang terbentuk pada  gigi penyirih yang mengalami atrisi.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar  belakang  di  atas,  dapat  dirumuskan  masalah  sebagai berikut:
1. Apakah terdapat lapisan dentin tersier yang terbentuk pada puncak pulpa bagian
bukal  bukomesial  dan  bukodistal,  bagian  lingual  linguomesial  dan linguodistal, dan fisur ?
2. Apakah  terdapat  perbedaan  distribusi  dentin  tersier    yang  terbentuk  pada  gigi
penyirih puncak pulpa bagian bukal  bukomesial dan bukodistal, bagian  lingual linguomesial dan linguodistal, dan fisur ?
3. Apakah  terdapat  hubungan  dentin  tersier  yang  terbentuk  terhadap  usia,  lama
menyirih dan atrisi gigi ?
1.3    Hipotesa
1. Terdapat  perbedaaan distribusi  dentin tersier  yang terbentuk  pada puncak pulpa
bagian  bukal  bukomesial  dan  bukodistal,  bagian  lingual  linguomesial  dan linguodistal, dan fisur.
2. Terdapat  hubungan  dentin  tersier  yang  terbentuk  terhadap  usia,  lama  menyirih
dan atrisi gigi.
1.4    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Melihat  dentin tersier  yang terbentuk  pada gigi  penyirih  di  setiap puncak pulpa yaitu linguomesial, linguodistal, bukomesial, bukodistal dan fisur.
2. Melihat  perbedaan  distribusi  dentin  tersier  pada  puncak  pulpa  bagian  bukal
bukomesial  dan bukodistal, bagian lingual  linguomesial dan linguodistal, dan fisur.
3. Melihat hubungan dentin tersier yang terbentuk terhadap usia, lama menyirih dan
atrisi gigi.
1.5      Manfaat Penelitian 1.5.1   Manfaat Teoritis
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1.
Sebagai informasi untuk mengetahui dentin tersier yang terbentuk pada gigi atrisi akibat menyirih.
2. Sebagai  bahan  masukan  dalam  perkembangan  ilmu  kedokteran  gigi  khususnya
biologi oral. 3.
Sebagai  data  awal  untuk  penelitian  lanjutan  mengenai  dentin  tersier  yang terbentuk akibat atrisi pada gigi penyirih.
1.5.2   Manfaat Praktis
Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  menjadi  bahan  penyuluhan  kepada masyarakat  bahwa  menyirih  menyebabkan  efek  negatif  terhadap  kesehatan  rongga
mulut, terutama efek pada jaringan keras gigi yaitu menyebabkan atrisi gigi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1   Dentin Pulpa Kompleks
Dentin  merupakan  pembentuk  utama  struktur  gigi  dan  meluas  hampir keseluruh  panjang  gigi.    Di  bagian  mahkota,  dentin  dilapisi  enamel,  di  bagian  akar
dilapisi oleh sementum.
9,12
Dentin merupakan jaringan keras tetapi juga elastis yang tersusun  dari  tubulus-tubulus  kecil  tersusun  sejajar  dalam  matriks  kolagen.
Berdasarkan beratnya dentin terdiri dari 70 kristal hidroksiapatit anorganik, 20 merupakan  zat  organik  yang  tersusun  dari  kolagen  dan  substansi  dasar
mukopolisakarida,  10  air  dan  berdasarkan  volumenya  terdiri  dari  50  anorganik, 28 organik dan 20 air.
12,13
Dentin  dibentuk  oleh  odontoblas,  dimulai  dari  pusat  perkembangan  di sepanjang  Dentino Enamel  Junction  DEJ dan akan menyebar ke dalam  dan keluar
sehingga  membentuk  ruang  pulpa.    Lapisan  bagian  dalam  dentin  akan  membentuk dinding  pulpa.  Odontoblas  akan  membatasi  dinding  pulpa,  dari  sini  akan  berlanjut
membentuk dan memperbaiki dentin.
13
Odontoblas  merupakan  sel  yang  responsibel  terhadap  pembentukan  dentin. Odontoblas berasal dari sel ektomesenkim, berbentuk kolumnar tinggi. Setelah proses
dentinogenesis,    odontoblas  tersusun  memanjang  mengelilingi  pulpa  gigi  yang  akan memulai  pertahanan  gigi  dengan  membentuk  lapisan  dentin  yang  baru  sepanjang
hidup.  Odontoblast-like  cell  bisa  juga  membentuk  lapisan  dentin  reparatif  setelah injuri  merusak  beberapa  jaringan.
8
Fungsi  utama  odontoblas  yang  berada  dalam jaringan  pulpa  gigi  adalah  membentuk  dentin  gigi.  Original  odontoblast  terdapat  di
dalam  pulpa  sejak  masa  pembentukan  gigi  dan  merupakan  sel  khusus  yang berdiferensiasi sehingga akan kehilangan kemampuan untuk membelah diri.
14
Dentin  pulpa  kompleks  diyakini  merupakan  sistem  yang  memiliki kemampuan  beradaptasi  terhadap  stimulus  sebagai  respon  untuk  mempertahankan
vitalitasnya  dimana  pertahanannya  berfokus  pada  pembentukan  dentin.  Ketika
pembentukan  gigi  sudah  sempurna,  pulpa  mendukung  dentin  dengan  cara mempertahankan  homeostasis  dan  mekanisme  perlindungan  dentin.  Pulpa  juga
mampu mengaktifkan kembali proses dentinogenesis untuk mempertahankan diri dari injuri eksternal dan internal.
9
Dentin pada mamalia dapat diklasifikasikan menjadi dentin primer, sekunder, dan dentin tersier.  Dentin primer disebut juga dentin regular atau tubular dentin, dan
dibentuk  sebelum  gigi  erupsi.  Dentin  sekunder  disebut  juga  dentin  regular  yang terbentuk  seumur  hidup.  Dentin  tersier  disebut  juga  dentin  irregular,  dan  dibentuk
disekitar  injuri  seperti  karies  atau  preparasi  kavitas,  dan  dapat  juga  dibedakan menjadi dentin reaksioner dan dentin reparatif Gambar 3.
14
Respon  terhadap  stimuli  luar  datang  dari  pulpa  gigi  tetapi  manisfestasinya terhadap struktur dentin adalah pembentukan dentin baru. Pembentukan dentin tersier
akan mencegah meluasnya proses karies atau toksin.  Meskipun pembentukan dentin sekunder  berlangsung  seumur  hidup,  akan  tetapi  ini  bukan  merupakan  respon
terhadap stimuli eksternal, tetapi berkontribusi sebagai fungsi barrier dentin.
12
Gambar 1. Struktur gigi
15
2.1.1     Dentin Primer
Dentin  primer  merupakan  dentin  yang  pertama  kali  terbentuk  dari  mulai proses pembentukan gigi sampai gigi tersebut erupsi sempurna dan merupakan bagian
terbesar  dari  gigi.  Dentin  primer  dibentuk  oleh  sel  odontoblas  mulai  dari  proses pembentukan  gigi  sampai  setelah  penutupan  akar  sempurna.  Lapisan  terluar  dari
dentin primer berbatasan langsung dengan enamel atau dentin primer terletak tepat di bawah  enamel.  Secara  histologis  dentin  primer  memiliki  tubulus  dentin  yang  lebih
banyak dibanding dentin sekunder.
16
Gambar 2. Dentin primer, Dentin sekunder
11
2.1.2     Dentin Sekunder
Dentin  sekunder  mulai  terbentuk  setelah  gigi  erupsi  dan  berlanjut  dengan sangat lambat sepanjang umur gigi dan perlahan-lahan akan memperkecil ruang pulpa
seiring  bertambahnya  umur.
13
Strukturnya  sangat  mirip  dengan  dentin  primer sehingga  sulit  untuk  membedakan  keduanya.
12
Schour  1988  menjelaskan  bahwa terdapat  4  mikron  dentin  sekunder  yang  terbentuk  setiap  hari.  Pembentukan  dentin
sekunder  lambat  dan  perlahan-lahan,  meningkat  ketika  mencapai  usia  33-40  tahun. Pada  gigi  molar,  pembentukan  dentin  terlihat  paling  banyak    di  dasar  pulpa,
berkurang pada daerah atap, dan sedikit di bagian samping.
10
Dengan bertambahnya
usia tinggi ruang pulpa akan menurun dengan signifikan dalam arah oklusal-radikular tetapi  tidak  bertambah  luas  dalam  arah  mesiodistal.  Pada  gigi  anterior,  dentin
sekunder paling banyak terbentuk di bagian lingual ruang pulpa, sebagai akibat gaya pengunyahan kemudian akan terbentuk di bagian insisal dan puncak pulpa.
11
2.1.3     Dentin Tersier
Dentin tersier adalah jaringan yang dibentuk sebagai respon yang terlokalisasi terhadap stimulus eksternal  yang kuat  dalam penggunaan  gigi  geligi.   Dentin tersier
tidak  dibentuk  oleh  sel  odontoblas  yang  sama  dengan  dentin  primer  dan  sekunder. Dentin  ini  dibentuk  oleh  odontoblast-like  cell  yang  berdiferensiasi  dari  sel-sel  yang
ada dalam pulpa.  Sel odontoblas banyak terdapat dalam pulpa gigi yang baru erupsi akan  tetapi  akan  berkurang  jumlahnya  seiring  bertambahnya  usia.  Dentin  tersier
memiliki  struktur  yang  tidak  beraturan  dan  terlokalisasi  pada  daerah  tubulus  dentin yang  terpapar.
17
Dibandingkan  dengan  dentin  primer,  dentin  tersier  kurang  sensitif terhadap suhu, osmotik, dan rangsangan.
18
Dentin  tersier  merupakan  dentin  irregular  yang  dibentuk  sebagai  respon terhadap  stimuli  abnormal,  seperti  keausan  gigi,  preparasi  kavitas,  material  restorasi
gigi,  dan  karies.    Dentin  tersier  sering  juga  disebut  sebagai  dentin  irregular,  dentin iritasi, dentin reparatif, atau dentin pengganti.
19
Berdasarkan injuri dan iritasi yang diterima, misalnya prosedur restorasi atau proses  karies  yang  meluas,  original  odontoblast  akan  mati.  Oleh  karena  sel  ini
merupakan  sel  postmitosis,  maka  sel  original  odontoblast  tidak  bisa  beregenerasi. Dalam  keadaan  seperti  ini  dentin  baru  tidak  akan  terbentuk,  sehingga  terjadilah
proses  pembentukan  dentin  perbaikan  oleh  sel  odontoblas  yang  baru,  disebut odontoblast-like cell. Pembentukan sel odontoblas baru ini berasal dari populasi stem
sel postnatal yang ada pada jaringan pulpa. Sel-sel ini akan bergabung dan menyusun jaringan  mineral  di  bawah  lapisan  dentin.
20
Odontoblast-like  cell  akan  membentuk dentin  tersier  sesuai  dengan  tingkat  keparahan  dan  lamanya  injuri.  Pembentukan
lapisan jaringan keras ini akan menambah ketebalan lapisan dentin.
20
Dentin tersier terdiri dari 2 tipe, yaitu yang pertama adalah dentin reaksioner, salah satu tipe dentin tersier yang memiliki struktur yang hampir sama dengan dentin
primer  dan  sekunder.  Kedua  yaitu  dentin  reparatif,  tersusun  dari  tubulus  yang  tidak beraturan  atau  tidak  memiliki  tubulus,  dan  dibentuk  dari  odontoblast-like  cell.
Keduanya dibedakan berdasarkan tingkat keparahan injuri.
21
2.1.3.1    Dentin Reaksioner
Pembentukan dentin reaksioner dapat dijelaskan sebagai sekresi dentin tersier oleh  original  odontoblast  yang  selamat  dari  injuri  yang  diterima  gigi.  Dentin
reaksioner akan terlihat pada injuri dengan intensitas sedang, seperti masa prekavitas pada karies enamel dan proses lambat pada lesi dentin.
18
Lesi  karies  dengan  proses  yang  lambat  diawali  dengan  meningkatnya  dentin yang  termineralisasi.  Hipermineralisasi  ini  terbentuk  apabila  terjadinya  karies  pada
enamel, sebelum akhirnya akan mengenai dentin. Setelah beberapa lama karies akan mencapai  dentin,  pelepasan  mineral-mineral  garam  yang  mengendap  dalam  tubulus
dentin  akan membentuk daerah transparan pada dentin sebagai akibat demineralisasi karies dentin.
18
Perubahan  histologi  yang  terjadi  pada  batas  odontoblas-predentin  yang berkaitan  dengan  karies  proses  lambat  relatif  sedikit,  akan  tetapi  penigkatan
pembentukan dentin reaksioner terlihat jelas. Sebagian besar odontoblas yang selamat hanya  bertahan  dalam  waktu  singkat.  Jumlah  odontoblas  yang  membentuk  dentin
reaksioner  akan  berkurang  sehingga  tidak  mendukung  peningkatan  pembentukan matriks dentin.
18
Dentin  reaksioner  memiliki  tubulus  yang  berhubungan  dengan  sekunder dentin, dan ketebalan dentin reaksioner yang terbentuk tergantung pada intensitas dan
lamanya  injuri  yang  diterima.  Dentin  reaksioner  memiliki  komponen  mineral  yang mirip dengan dentin primer dan sekunder.
8
2.1.3.2    Dentin Reparatif
Reparatif  dentinogenesis  merupakan  sekresi  dentin  tersier  setelah  kematian original odontoblast yang merupakan awal dari injuri. Dentin reparatif akan terbentuk
setelah  injuri  mencapai  intensitas  yang  lebih  besar    dan  memengaruhi  rentetan peristiwa    biologis  yang  kompleks,  yang  melibatkan  perekrutan  sel  progenitor  dan
diferensiasi serta meningkatkan sekresi sel.
18
Matriks dentin reaksioner disekresi oleh primary post-mitotic odontoblast yang juga membentuk dentin primer dan sekunder
sebagai respon terhadap stimulus yang adekuat misalnya karies atau prepasrai kapitas. Sebaliknya  matriks  dentin  reparatif  dibentuk  sebagai  reaksi  terhadap  stimulus  oleh
generasi  baru  odontoblast-like  cell  setelah  kehilangan  primary  post-mitotic odontoblast.
8,14
Pulpa  memiliki  sel  khusus  yaitu  odontoblas  yang  membentuk  dentin  seumur hidup.  Hal  ini  bertujuan  untuk  menjaga  kesehatan  pulpa  dengan  mengimbangi
kehilangan  enamel  dan  dentin  akibat  karies  atau  keausan  gigi.  Odontoblas membentuk  dentin  reaksioner  dan  dentin  reparatif  sebagai  respon  terhadap  stimulus
injuri.  Dentin  reparatif  terbentuk  di  permukaan  pulpa  dan  hanya  terlokalisasi  dekat bagian yang terkena iritasi.
7
Segera  setelah  dentin  terpapar  karena  karies  atau  preparasi  gigi,  original odontoblast akan rusak. Pada injuri akibat trauma minor terhadap jaringan pulpa gigi,
original odontoblast yang tidak rusak akan terangsang membentuk reaksioner dentin. Pada kasus yang lebih parah akibat trauma mekanis pada pulpa, original odontoblast
akan mati.  Sel ini akan diganti oleh sel-sel pulpa yang tidak berdiferensiasi.
14
Pembentukan  dentin  reparatif,  sebagai  salah  satu  bentuk  dentin  tersier, disusun  tepat  di  permukaan  pulpa  dibawah  dentin  primer  dan  sekunder  serta  hanya
dibentuk  di  tempat  yang  berhubungan  langsung  dengan  iritasi.  Ketika  keausan  gigi sudah  melewati  lapisan  enamel  dan  menyebabkan  dentin  terpapar,  maka  dentin
reparatif akan dibentuk di permukaan pulpa tepat dibawah dentin yang telah terpapar. Pembentukan  dentin  ini  bertujuan  untuk  mencegah  pulpa  terpapar  oleh  mineral-
mineral asing.
19
Odontoblast-like cell membentuk dentin sesuai dengan tingkat keparahan dan lamanya  injuri.    Pembentukan  jaringan  keras  ini  akan  menambah  ketebalan  lapisan
dentin.  Dentin yang dibentuk oleh  odontoblast-like cell tidak beraturan, amorphous, dan diisi lebih sedikit tubulus dentin daripada dentin primer. Tubulus dentin ini tidak
berhubungan langsung dengan tubulus dentin primer, sehingga batasan dentin primer dan  dentin  reparatif  kurang  permeabel  terhadap  benda  dari  luar.  Hal  ini  juga
menyebabkan  dentin  kurang  sensitif  terhadap  suhu,  osmotik  dan  rangsangan lainnya.
20
Gambar 3. Dentin tersier akibat atrisi 40X
22
2.2    Menyirih
Kebiasaan  menyirih  merupakan  kebiasaan  yang  sangat  populer  sejak  200 tahun  lalu  di  Cina  dan  India  dan  diperkirakan  sekitar    200-600  juta  jiwa  di  seluruh
dunia  melakukan  kegiatan  menyirih.
12
Menyirih  telah  lama    ditemukan  di  Asia Selatan dan Tenggara, daerah Asia Pasifik,  juga  ditemukan pada kelompok imigrasi
di  Afrika,  Eropa,  dan  Amerika  Utara.  Kebiasaan  menyirih  merupakan  kelompok empat  besar  bahan  psikoaktif  di  dunia  setelah  kafein,  alkohol  dan  nikotin  yang
digunakan oleh ratusan juta jiwa di dunia.
23
Tradisi ini juga  dilakukan oleh berbagai
suku  di  Indonesia  secara  turun  temurun  yang  berkaitan  erat  dengan  adat  kebiasaan masyarakat setempat.
1,24
Di Indonesia, menyirih dilakukan dengan mengunyah bahan sirih  terlebih  dulu,  kemudian  menggunakan  gulungan  besar  tembakau  untuk
membersihkan gigi geligi dan membiarkannya di dalam mulut dalam beberapa saat.
21
Kebiasaan  menyirih  dijumpai  pada  perempuan  suku  Karo  di  Sumatera  Utara,  yang berlangsung  sampai  saat  ini,  baik  itu  merupakan  kebiasaan  sehari-hari  atau  untuk
acara adat
.1
Menyirih  adalah  kegiatan  mengunyah  campuran  bahan  yang  umumnya dilakukan  dengan  campuran  daun  sirih,  kapur,  gambir,  dan  pinang.  Komposisi
menyirih  berbeda  di  setiap  daerah  dan  setiap  suku.  Pada  suku  Karo  di  Sumatera Utara,  komposisi  menyirih  terdiri  atas  daun  sirih,  kapur  sirih,  gambir,  dan  pinang.
1
Di Papua, khususnya pada masyarakat pesisir pantai, Komposisi menyirih terdiri dari pinang, sirih, dan kapur sirih.
25
2.3    Komposisi Menyirih 2.3.1 Daun Sirih