6
D. Kajian Terdahulu
Banyak karya ilmiah yang mengulas tentang Hukum Keluarga dalam khazanah hukum Islam di Indonesia. Begitu pula secara khusus karya ilmiah
yang membahas itsbat nikah dapat dikatakan sudah mulai beredar dan muncul. Karya ilmiah terdahulu tersebut adalah:
1. Judul skripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Itsbat Nikah di Pengadilan Agama Jakarta
Selatan. Oleh: saiful Hadi Nim: 204044102982 Peradilan Agama, Syariah dan Hukum, Tahun 2010.
Pada skripsi ini membahas tentang faktor apa saja yang mempengaruhi adanya itsbat nikah, dan bagaimana para hakim mengabulkan
permohonan itsbat nikah, sedangkan penulis membahas itsbat nikah yang tidak diterima oleh hakim Studi Analisis Penetapan Nomor
094Pdt.P2013PA.JS. 2. Judul skripsi Itsbat Nikah Dalam Perkawinan Analisis Yuridis Penetapan
Nomor 083Pdt.PPA.JS. Oleh: Indro Wibowo Nim: 207044100425 Peradilan Agama, Syariah dan Hukum, Tahun 2011. Pada skripsi ini
membahas tentang kebijakan hakim memberikan penetapan itsbat nikah dan alasan yang menyebabkan itsbat nikah yang dilakukan oleh M. Nasir
bin Mamin dan Dahliana binti Matsanih mengajukan itsbat nikah, dan pertimbangan hakim, sedangkan penulis membahas itsbat nikah yang
tidak diterima oleh hakim Studi Analisis Penetapan Nomor 094Pdt.P2013PA.JS.
3. Judul skripsi Legalitas Hukum Pernikahan Sirri dengan Itsbat Nikah di Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Oleh: Ayuha Nim: 106044101391,
Peradilan Agama, Syariah dan Hukum, Tahun 2011. Skripsi ini membahas bagaimana pernikahan sirri dapat dilegalkan melalui itsbat
7
nikah, sedangkan penulis membahas itsbat nikah yang tidak diterima oleh hakim Studi Analisis Penetapan Nomor 094Pdt.P2013PA.JS.
E. Kerangka Teoritik
Perkawinan dalam Islam sangatlah dianjurkan, karena perkawinan mempunyai nilai-nilai keagamaan, sebagai wujud ibadah kepada Allah SWT
dan Sunnah Nabi. Di samping mempunyai nilai-nilai kemanusiaan untuk memenuhi naluri hidup sebagai manusia guna melestarikan keturunan hidup
menumbuhkan rasa kasih sayang dalam hidup bermasyarakat.
5
Pencatatan perkawinan sama halnya dengan pencatatan suatu peristiwa hukum dalam kehidupan misalnya kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam
daftar pencatatan yang disediakan khusus untuk itu. Hal tersebut perlu untuk kepastian hukum, maka perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan itu yang terjadi sebelum Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 berlaku dan dijalankan menurut peraturan perundangan yang lama adalah sah.
6
Tujuan dicatatkannya perkawinan diantaranya adalah agar perkawinan tersebut memiliki kekuatan hukum. Serta bisa menjadi alat bukti jika
dikemudian hari ada pihak-pihak yang menggugatnya, seperti telah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam KHI Pasal 5.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 bukanlah undang-undang pertama yang mengatur tentang pencatatan perkawinan bagi muslim
5
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam Yogyakarta: UII Press, 2000, h. 13.
6
Moh Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Analisis UU No. 1 Tahun 1974 Jakarta: Bumi Aksara 1999, h. 243.