Analisa dan Pembahasan Analisis pengaruh aglomerasi industri, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan nilai output industri terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kab/Kota di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2011

70 usia 15-64 tahun. Propinsi Jawa Tengah rata-rata mencapai TPAK sebesar 70 persen. Gambar 4.7 Rata-Rata TPAK di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2011 Sumber: BPS Jawa Tengah diolah Jika dilihat dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa Jumlah TPAK di Jawa Tengah relatif menurun. Hal ini dikarenakan adanya peralihan jumlah penduduk usia kerja yang ada di Propinsi Jawa Tengah. Sehingga dalam hal ini menurunkan presentase dari Tingkat Partisipasi Angkatan KerjaTPAK di Propinsi Jawa Tengah.

4. Analisa Deskriptif Nilai Output di Propinsi Jawa Tengah

Nilai Output merupakan suatu nilai atau hasil dari suatu kegiatan Industri. Dalam Penelitian ini, Nilai Output yang digunakan adalah nilai output industri besar dan sedang di tiap-tiap kabupatenkota di Jawa Tengah. 75 75 76 76 77 77 78 78 79 79 2009 2010 2011 Rata-rata TPAK 71 Dari uraian BPS Propinsi Jawa Tengah, perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2011 tercatat sebesar 3.850 unit perusahaan dengan 732,03 ribu orang tenaga kerja. Berarti dari tahun sebelumnya jumlah perusahaan industri besar dan sedang turun 0,95 persen dan jumlah tenaga kerja turun sebesar 0,39 persen. Pada tahun yang sama, nilai output industri sedang dan besar mencapai 165 triliyun rupiah, lebih tinggi 9,48 persen dari nilai total output tahun 2010.

C. Estimasi Model Data Panel

1. Uji Chow

Metode ini membandingkan apakah model bersifat fixed effect atau common effect dengan cara membandingkan F-statistik dan F-Tabel. Sebelum membandingkan F-Statistik dan F-Tabel terlebih dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0 : Model PLS H1 : Model Fixed Effect Dari hasil regresi berdasarkan metode Fixed Effect Model dan Pool Least Square diperoleh F- Statistik yakni sebagai berikut : Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 40.843871 34,67 0.0000 Sumber : Lampiran 14 72 Berdasar hasil pengujian diperoleh nilai F-statistik adalah 40.843871 dan nilai F- Tabel dengan α = 5 adalah 1,83 sehingga nilai F-Statistik F-tabel, maka H0 ditolak, sehingga model data panel yang dapat digunakan adalah Fixed Effect Model.

2. Uji Hausman

Untuk mengetahui model panel yang digunakan, maka digunakan uji F-Chi-Square dengan cara membandingkan Chi-Square statistik dan Chi-square tabel. Sebelum membandingkan F-Chi-Square statistik dan Chi-Square tabel terlebih dahulu dibuat hipotesisnya, yaitu : H0 : Model Random Effect H1 : Model Fixed Effect Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 11.880669 3 0.0078 Sumber : Lampiran 14 Berdasar hasil pengujian diperoleh nilai Chi-Sq statistik adalah 11.880669 dengan nilai Chi- square tabel pada d.f. 3 α = 5 adalah 7,81 sehingga nilai Chi-Sq statistik dari Chi-square tabel, maka Ho ditolah, sehingga model yang digunakan Fixed Effect Model. 73

D. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolonieritas

Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinieritas Sumber: Lampiran 15 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada masalah multikolinearitas. Hal ini dikarenakan nilai matriks korelasi correlation matrix dari semua variabel kurang dari 0,8. Multikolinieritas biasanya terjadi pada estimasi data runtut waktu time series. Dengan mengkombinasikan data time series dan cross section mengakibatkan masalah multikolinieritas secara teknis dapat dikurangi. Penelitian ini menggunakan data panel, sehingga secara teknis sudah dapat masalah multikolinieritas sudah tidak ada. Hal tersebut dapat diperkuat dengan hasil estimasi model semua variabel yang digunakan signifikan dan nilai 2 yang tinggi, sehingga dengan sendirinya model ini sudah terbebas dari multikolinearitas. AGLOMERASI TPAK OUTPUT AGLOMERASI 1.000000 -0.280357 0.385508 TPAK -0.280357 1.000000 -0.122904 OUTPUT 0.385508 -0.122904 1.000000 74

2. Hasil Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya Winarno, 2007:5.14. Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Salah satu cara untuk mendeteksi gejala autokorelasi digunakan uji Durbin Watson D-W test. Tabel 4.2 Hasil Pengujian Autokorelasi R-squared 0.964400 Mean dependent var 4.908496 Adjusted R-squared 0.944740 S.D. dependent var 4.923446 S.E. of regression 0.146864 Sum squared resid 1.445131 F-statistic 49.05459 Durbin-Watson stat 2.458796 ProbF-statistic 0.000000 Sumber : Lampiran 15 Dari tabel lampiran diatas didapatkan hasil pengujian autokorelasi dengan melihat besaran dari nilai Durbin Watson Stat sebesar 2,45. Dalam hal ini nilai 2,45 merupakan nilai yang berada ditengah antara batas bawah maupun batas atas untuk dapat menerangkan bahwa data terbebas dari asuksi autokorelasi. 75

3. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Metode GLS pada intinya memberikan pembobotan pada variasi data yang digunakan, sehingga dapat dikatakan dengan menggunakan GLS maka masalah heterokedastisitas dapat diatasi. Masalah heterokedastisitas dapat disembuhkan dengan metode WLS yang ada pada GLS yang memberikan pembobotan pada varians yang digunakan. Widarjono dalam Wibowo, 2013: 58.

4. Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas dengan tingkat signifikansi 5 0,05. Jika nilai probabilitas hasil pengujian lebih besar dari tingkat signifikansi 5 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal. Dari hasil pengujian normalitas di bawah ini didapatkan nilai probabilitas lebih besar daripada nilai signifikansi 5 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.