Analisis pengaruh variabel ekonomi makro terhadap nilai Jakarta islamic Index

(1)

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP NILAI JAKARTA ISLAMIC INDEX

Diajukan Oleh : WASTRIATI 106084003618

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP NILAI JAKARTA ISLAMIC INDEX

Periode Januari 2003-Desember 2009

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh WASTRIATI NIM: 106084003618

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

NIP: 150.409.504

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Hari ini, Selasa tanggal 14 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian skripsi atas nama Wastriati, NIM: 106084003618, dengan judul skripsi: Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini sudah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Desember 2010 Tim Penguji Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris


(4)

Hari ini, Selasa tanggal 28 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian komprehensif atas nama Wastriati, NIM: 106084003618, dengan judul skripsi: Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini sudah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 September 2010

Tim Penguji Komprehensif

Ketua Sekretaris


(5)

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Wastriati

NIM : 106084003618

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 13 Oktober 2010


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Wastriati

Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 13 Februari 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Anggrek Garuda VE Blok G no.93 Palmerah, Jakarta Barat

Agama : Islam

Suku/Kebangsaan : Minang/Indonesia

Email : iwazz_elok@yahoo.com, wastriati@yahoo.com

Blog : wastriaelok.blogspot.com

PENDIDIKAN

TK Pembangunan V Surau Selatan (1992-1993)

SD Negeri 38 V Surau Selatan (1993-1999)

SMP Negeri 1 Tilatang Kamang, Kab. Agam (1999-2002) SMA Negeri 1 Tilatang Kamang, Kab. Agam (2002-2005)


(7)

Abstract

The purpose of this research is to analyze the short and long run relationship between four macro economic variables, exchange rate, money supply, inflation, GDP and JII. The data for assessing this research are acquired from the monthly financial reports published by Bank Indonesia and Indonesia Stock Exchange from January 2003 to December 2009. This research used Cointegration and Error Correction Model as econometric tool.

The research shows that there are a relationship between exchange rate, money supply, inflation, and GDP to JII in the long term. It’s mean that exchange rate, money supply, inflation and GDP influence the JII. But in the short time, there are no relationship between exchange rate, money supply and inflation to JII. There is a relationship only on GDP to JII. It’s mean that GDP influence the JII in the short term.

Key Word: Exchange Rate, Money Supply, Inflation, GDP, JII, Cointegration, Error Correction Model


(8)

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dalam jangka pendek dan jangka panjang antara empat variabel makro yaitu: nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah uang beredar (M2), tingkat inflasi dan produk domestik bruto (PDB) terhadap Jakarta Islamic Index. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2003 sampai Desember 2009 dari laporan bulanan Indikator Ekonomi Makro Bank Indonesia dan Laporan Statistik Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat adanya indikasi hubungan jangka panjang dan Error Correction Model untuk melihat adanya hubungan jangka pendek.

Hasil penelitian menunjukkan dalam jangka panjang terdapat pengaruh antara variabel kurs, M2, inflasi dan PDB terhadap nilai JII. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka panjang variabel makro dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan nilai JII. Sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh antara kurs, M2 dan inflasi terhadap nilai JII, hanya variabel PDB yang mempengaruhi nilai JII dalam jangka pendek. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka pendek variabel kurs, M2 dan inflasi bukan merupakan indikator yang baik untuk memprediksi pergerakan nilai JII. Tetapi Variabel PDB dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan nilai JII dalam jangka pendek.

Kata kunci: Kurs, M2, Inflasi, PDB, Indeks JII, Kointegrasi, Error Correction Model


(9)

Kata Pengantar

Puji syukur penulis Panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa penulis ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak dari mulai periode perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu ijinkanlah penulis untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa tersebut, antara lain:

1. Kedua orang tua saya. Mama dan Bapakku, Love you so much. I can stand if there are not you at my side every breath I take in these life. Terima kasih atas semua Doa dan Ridhanya sama Was, mulai dari lahir sampai selamanya. Terima kasih atas segala sesuatu dari Beliau yang telah dicurahkan seluruhnya bagi hidup saya, membiayai pendidikanku dari taman kanak-kanak sampai selesai studi saya di IESP FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Was akan menjadi anak yang bisa membanggakan mama dan bapak suatu saat nanti, seperti yang mama dan bapak cita-citakan. No one will replace you in these world. Love you Mamaku, Love you Bapakku.

2. Udaku Zulfitra yang telah memberikan dukungan dan bantuannya baik moril maupun materil. Kakakku Zulmayeti yang selalu memberikan dorongan dan semangat di waktu senang maupun sedih dan Adikku Reda Mulyati, kak Was akan selalu berusaha jadi kakak terbaik buat Reda, walau kita sering berbeda pendapat tapi kak Was saying sekali sama Reda.


(10)

3. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, M.M, selaku dosen pembimbing satu, terima kasih telah membimbing dan memberikan support kepada saya selama ini, dari mulai awal penulisan sampai selesai. 4. Bapak M. Hartana I. Putra, M.Si, selaku pembimbing dua. Terima kasih

telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada saya demi selesainya skripsi ini dengan baik.

5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Dr. Lukman M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.

6. Semua Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat buat saya dan untuk kemajuan FEB UIN Jakarta, serta staff karyawan yang telah memberikan pelayanan kepada setiap mahasiswa. Terima kasih juga untuk Bapak Taufiq Rahman, SE., selaku humas BEI yang telah ikut membantu saya dalam memperoleh data. 7. Seluruh keluarga besar mama dan bapak. Mak En, Tek Oka, Mak Yas, Tek

Rina, Tek Nof, Mak Adi, Abang, Kak Nita, Da En dan Ni Yad. Juga buat si kecil Wildan “Ponakannku” yang lucu dan baru satu-satunya.

8. Teman baikku Ifad, Yunita, Yanti, Titik dan Fitri, yang selalu memberikan semangat untuk terus maju dan tidak putus asa.

9. Teman-teman seperjuangan di kelas Ekonomi Islam, Lia, Sari, Saras, Yeni, Winda, Olit, Laras, Ovid an Friska. “Go Genk Syah”. Teman-teman IESP B Upi, Maria, Fera, Saphi, Zahra, Tunjung, Nia dan lainnya.

10.Teman-teman kosan yang selalu jadi tempatku bercerita. Yeni, Warsih, Yana dan Nita. Terima Kasih juga buat kak Santo, kak Tina, Dhika dan Ridho. Teman-teman dikosan baruku Dhini, Syauffa, Najwa, Roro, Erna, Icha, Nunu, Tiwi dan yang lainnya. Serta semua pihak yang namanya tidak dapat saya tulis satu persatu, terima kasih banyak.

Jakarta, 30 November 2010


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTACT ... ii

ABSTRAK... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTARISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTARLAMPIRAN ... ... ... ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Konsep Dasar Ekonomi Dalam Islam ... 12

B. Pasar Modal Syariah ... 13

C. Investasi dalam Perspektif Islam ... 14


(12)

E. Saham Syariah ... 18

F. Analisis Fundamental Variabel Makro ... 21

G. Ilmu Ekonomi Makro Dalam Perspektif Islam ... 25

H. Variabel Makro Ekonomi... 27

1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (kurs) ... 27

2. Jumlah Uang Beredar (M2)... 30

3. Tingkat Inflasi ... 33

4. Produk Domestik Bruto (PDB) ... 38

I. Penelitian Terdahulu ... 42

J. Kerangka Pemikiran... 49

K. Hipotesis Penelitian ... 52

BAB III METODOLOGJ PENELITIAN ... 53

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 53

B. Metode Penentuan Sampel ... 54

C. Metode Pengumpulan Data ... 54

D. Metode Analisis Data ... 55

1. Uji Akar Unit Phillips-Perron (PP) test ... 56

2. Uji Derajat Integrasi ... 58

3. Uji Kointegrasi ... 59

4. Uji Asumsi Klasik ... 60


(13)

b. Uji Heteroskedastisitas... 61

c. Uji Linearitas ... 62

d. Uji Normalitas ... 63

5. Uji Error Corection Model (ECM) ... 63

6. Uji Error Corection Term (ECT) ... 65

E. Operasional Variabel Penelitian ... 65

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 68

1. Sejarah Singkat Berdirinya Jakarta Islamic Index ... 68

2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Kurs) ... 74

3. Jumlah Uang Beredar (M2) ... 76

4. Tingkat Inflasi ... 78

5. Produk Domestik Bruto (PDB)... 80

B. Hasil Analisa dan Pembahasan ... 83

1. Uji Akar Unit ... 83

2. Uji Derajat Integrasi ... 84

3. Uji Kointegrasi ... 85

4. Uji Asumsi Klasik ... 87

a. Uji Autokorelasi... 87

b. Uji Heteroskedastisitas ... 88


(14)

d. Uji Normalitas ... 90

5. Uji Error Correction Model ... 91

C. Interpetasi Analisis Teknik ... 92

1. Kurs Rupiah Terhadap USD dan Indeks Syariah JII ... 93

2. Jumlah Uang Beredar (M2) dan Indeks Syariah JII... 94

3. Tingkat Inflasi dan Indeks Syariah JII ... 95

4. Produk Domestik Bruto dan Indeks Syariah JII ... 95

D. Interpretasi Analisis Ekonomi ... 96

1. Analisis Jangka Pendek ... 96

2. Analisis Jangka Panjang ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Implikasi dan Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel 1.1 Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD dan IHSG 8

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 46

Tabel 3.1 Tabel Uji Durbin-Watson 60

Tabel 4.1 Nama 30 Emiten yang Terdaftar di JII 72 Tabel 4.2 Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada Level 84 Tabel 4.3 Uji Akar Unit Phillips-Perron test first difference 85

Tabel 4.4 Uji Kointegrasi 86

Tabel 4.5 Uji Durbin-Watson 87

Tabel 4.6 Uji Lagrange Multiple Test 88

Tabel 4.7 Uji White Heteroskedasticity 88

Tabel 4.8 Uji Ramsey RESET Test 89

Tabel 4.9 Uji Normalitas Jarque-Bera 90

Tabel 4.10 Hasil Regresi Error Correction Model (ECM) 91


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

Gambar 1.1 Perkembangan Indeks Jakarta Islamic Index 4

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 51

Gambar 4.1 Indeks Syariah Jakarta Islamic Index 73 Gambar 4.2 Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD 75

Gambar 4.3 Jumlah Uang Beredar (M2) 77

Gambar 4.4 Tingkat Inflasi 79


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

Lamp. 1 Data Variabel Penelitian 107

Lamp. 2 Uji Stasioneritas LNJII tingkat Level 110 Lamp. 3 Uji Stasioneritas LNJII First Difference 110 Lamp. 4 Uji Stasioneritas LNKURS tingkat Level 111 Lamp. 5 Uji Stasioneritas LNKURS First Difference 111 Lamp. 6 Uji Stasioneritas LNM2 tingkat Level 112 Lamp. 7 Uji Stasioneritas LNM2 First Difference 112 Lamp. 8 Uji Stasioneritas LNINF tingkat Level 113 Lamp. 9 Uji Stasioneritas LNINF First Difference 113 Lamp. 10 Uji Stasioneritas LNPDB tingkat Level 114 Lamp. 11 Uji Stasioneritas LNPDB First Difference 114

Lamp. 12 Uji Kointegrasi 115

Lamp. 13 Uji Lagrange Multiple Test 116

Lamp. 14 Uji White Heteroskedasticity 116

Lamp. 15 Uji Ramsey RESET Test 116


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Islam adalah suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu, memberikan panduan yang dinamis dan lugas terhadap semua aspek kehidupan termasuk sektor bisnis dan transaksi keuangan. Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai harta produktif yang akan meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Harta sebagai salah satu titipan Allah SWT harus dikelola dengan baik dan profesional.

Firman Allah dalam surat Al-Hadid ayat 7

“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar”.

Aktifitas keuangan dalam Islam dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada paling tidak pelaksanaan dua hal. Pertama adalah prinsip at-ta’awun yaitu saling membantu dan saling bekerja sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan. Kedua adalah menghindari al-iktinaz yaitu menahan uang/dana dan membiarkannya menganggur atau idle dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Oleh karena itu sistem ekonomi Islam menolak


(19)

terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang saja. Bagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam mengajarkan untuk melakukan investasi dengan prinsip syariah. Islam memperbolehkan pinjam meminjam tidak dengan bunga, melainkan dengan basis profit and loss sharing. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa Islam mendorong umatnya menjadi investor bukannya kreditor. Salah satu cara yang dapat digunakan supaya harta produktif dapat bermanfaat bagi masyarakat umum dan dapat mendorong masyarakat menjadi seorang investor yang prinsip-prinsipnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam adalah dengan cara berinvestasi pada pasar modal syariah (Oom Komariyah, 2006)

Pasar modal secara umum dapat diidentikkan dengan sebuah tempat dimana modal diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan modal (investor) dengan orang yang membutuhkan modal (issuer) untuk mengembangkan investasi. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek” (Nurul Huda, 2008)

Pasar modal syariah (Islamic Stock Market) atau bursa efek syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan


(20)

mekanisme operasionalnya berjalan dengan hukum muamalat Islamiayah. (Abdul Hamid, 2009).

Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Sedangkan untuk pasar saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak diluncurkannya indeks harga saham berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 3 Juli 2000, yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index (JII). (Nurul Huda, 2008)

JII merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM). JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100 dan metode perhitungan indeks dilakukan sesuai dengan ketetapan BEI. Saham-saham yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30 saham yang telah lolos dari screening process yang dilakukan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional. Tetapi perlu diingat bahwa tidak berarti saham-saham di luar JII semuanya tidak sesuai dengan prinsip syariah. JII hanya menampung 30 saham dengan kinerja keuangan terbaik yang sudah sesuai dengan ketentuan syariah. Sehingga diluar JII pun masih ada saham syariah yang dapat dikategorikan sebagai saham yang termasuk dalam Islamic Stock Selection Index yang diluncurkan oleh Karim Business Consulting (KBC) yang berisi daftar semua saham dari emiten di BEI yang sesuai dengan syariah.


(21)

Sumber: Bursa Efek Indonesia, Pergerakan JII tahun 2003-2009

Gambar 1.1 Perkembangan Indeks Jakarta Islamic Index Berdasarkan Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa indeks JII yang tertinggi terjadi pada awal tahun 2008, yaitu bulan Februari dimana indeks JII mencapai angka 508.945. Sedangkan indeks JII yang terendah terjadi pada awal tahun 2003, yaitu sebesar 62.347. Berdasarkan tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa indeks syariah cenderung setiap bulannya mengalami peningkatan, walaupun di beberapa bulan tertentu terjadi penurunan. Hal ini dapat di katakan bahwa indeks syariah mempunyai perkembangan yang cukup baik.

Peningkatan indeks JII diperkirakan karena adanya apresiasi kurs rupiah terhadap USD, sedangkan penurunan indeks JII diperkirakan karena kurs rupiah yang terdepresiasi terhadap USD. Jadi kondisi perekonomian


(22)

yang baik merupakan sentimen positif yang akan berdampak pada kenaikan harga di pasar saham.

Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah satu komponennya nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif dalam kegiatan investasi terutama di bidang pasar modal.

Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi.


(23)

Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, maka seorang pelaku pasar harus memilih strategi portfolio yang tepat. Pada dasarnya terdapat dua strategi besar yang dapat digunakan dalam mengelola portfolio yang dimiliki, yaitu strategi pasif dan aktif. Dalam melakukan analisis portfolionya, strategi aktif ini dapat dipilah lagi menjadi analisis tehnikal dan fundamental.

Analisis tehnikal dapat didefinisikan sebagai metode untuk memprediksi (forecasting) terhadap fluktuasi pada harga saham, baik saham individu maupun pasar secara keseluruhan. Analisis ini menggunakan data pasar spesifik, terutama harga dan volume perdagangan. Fokus dari analisis tehnikal adalah penentuan timing yang memberi arahan kapan saat yang tepat melakukan transaksi pembelian dan penjualan saham dengan memperhatikan trend pergerakan harga yang diyakini memilki pola-pola tertentu yang cenderung berulang. Untuk mendapatkan beat the market, para analisis tehnikal memanfaatkan pola trend ini untuk pengambilan keputusan investasi yang dikenal sebagai market timing. (Reni Maharani, 2006)

Metode analisis yang kedua adalah analisis fundamental. Analisis ini memanfaatkan informasi yang tersedia sebagai bahan analisis untuk sampai kepada nilai intrinsik suatu sekuritas. Perbedaan antara harga berlaku dengan nilai intrisik ini dijadikannya sebagai prinsip dalam menilai sekuritas. Dimana hal ini merupakan dasar bagi pengambilan keputusan investasinya. Informasi yang sering digunakan dalam melakukan analisis ini antara lain adalah kondisi makro ekonomi, kinerja industri dan kondisi perusahaan emiten. Dalam


(24)

analisis fundamental, kondisi variabel makro sangat mempengaruhi keputusan-keputusan investasi yang diambil oleh pemodal. Saat terjadi gejolak pada kondisi moneter dimana indikator ekonomi makro menunjukkan trend penurunan atau perlambatan, maka harga-harga saham akan menurun. (Reni Maharani, 2006).

Menurut Mankiw (2002) analisis fundamental adalah ilmu yang mempelajari pernyataan-pernyataan akuntansi suatu perusahaan dan prospeknya di masa mendatang dalam jangka menentukan nilai perusahaan tersebut. Pada dasarnya analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan meliputi tiga tahap analisis, yaitu ekonomi makro, indsutri dan perusahaan (Ahmad Rodoni, 2005)

Kondisi perekonomian yang diharapkan membaik merupakan sentimen positif yang berdampak pada kenaikan harga saham. Kondisi perekonomian akan mempengaruhi kondisi pasar, dimana kondisi pasar kemudian juga akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh para pemodal. Selain mempengaruhi para pemodal, kondisi perekonomian juga akan mempengaruhi perusahaan dalam memperoleh laba. Di samping mempengaruhi kondisi perusahaan, kondisi perekonomian juga mempengaruhi kondisi industri. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis


(25)

fundamental, sebelum melakukan analisis kondisi industri dan perusahaan terlebih dahulu dimulai dengan menganalisis kondisi perekonomian.

Berdasarkan data empiris, pergerakan variabel ekonomi makro dan harga saham sering memiliki pola yang kontradiktif atau berlawanan dengan teori ekonomi. Sebagai contoh, pada bulan Juni-Juli 2005, dimana nilai tukar rupiah terhadap USD terus melemah, seharusnya harga saham di BEI mengalami penurunan. Tetapi yang terjadi justru menguat, bahkan IHSG mencatat rekor tertinggi dalam sejarahnya.

Tabel 1.1

Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD dan IHSG Bulan Nilai Tukar Rupiah

Terhadap USD

Indeks Harga Saham Gabungan

Juni 9713 1122.38

Juli 9819 1182.3

Sumber: Bursa Efek Indonesia, tahun 2005

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah terdepresiasi/melemah terhadap USD, yaitu pada bulan Juni 9713 menjadi 9819. Tetapi IHSG justru menguat dari 1122.38 menjadi 1182.3. Data ini dapat dijadikan landasan awal untuk melihat pengaruh variabel makro terhadap Jakarta Islamic Index.

Hermanto dan Manurung (2002) dalam Oksiana Jatiningsih (2007), dalam penelitiannya tentang pengaruh variabel makro, investor, dan bursa yang telah maju terhadap indeks BEJ mengungkapkan bahwa bahwa variabel jumlah uang beredar (dalam arti M2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap indeks BEJ.


(26)

Karena dana yang dipegang oleh masyarakat semakin banyak maka semakin banyak pula dana yang akan digunakan untuk melakukan investasi di bursa saham. Sehingga akan menaikkan harga saham-saham yang nantinya akan berpengaruh pada kenaikan IHSG. Penelitian ini dapat di jadikan landasan awal untuk melihat pengaruh jumlah yang beredar terhadap Jakarta Islamic Index.

Menurut Reilly (1992) dalam Oksiana Jatiningsih (2007) mengemukakan ada dua pendapat mengenai hubungan antara tingkat inflasi dengan harga saham. Pendapat pertama menyatakan bahwa ada korelasi positif antara inflasi dengan harga saham. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi adalah demand pull inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kelebihan permintaan atas penawaran barang yang tersedia. Pada keadaan ini, perusahaan dapat membebankan peningkatan biaya kepada konsumen dengan proporsi yang lebih besar sehingga keuntungan perusahaan meningkat. Dengan demikian, akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden dan akan memberikan penilaian positif pada harga saham.

Pendapat yang kedua menyatakan bahwa ada korelasi negatif antara inflasi dengan harga saham. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi adalah cost push inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi. Dengan adanya kenaikan harga bahan baku dan tenaga kerja, sementara perekonomian dalam keadaan inflasi maka produsen tidak rnetnpunyai keberanian untuk menaikkan harga produknya. Hal ini akan mengakibatkan keuntungan perusahaan untuk membayar deviden pun menurun yang akan berdampak pada penilaian harga saham yang negatif.


(27)

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pergerakan variabel ekonomi makro terhadap indeks syariah maka penulis mengambil judul ”Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009 ”.

B. Rumusan Masalah

Adanya pengaruh variabel ekonomi makro terhadap pergerakan harga saham, menjadikan variabel makro sebagai salah satu indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi indeks saham. Berdasarkan uraian di atas pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar rupiah terhadap USD (Kurs) terhadap Jakarta Islamic Index?

2. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek jumlah uang beredar (M2) terhadap Jakarta Islamic Index?

3. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek tingkat inflasi terhadap Jakarta Islamic Index?

4. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek produk domestik bruto (PDB) terhadap Jakarta Islamic Index?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs) terhadap Jakarta Islamic Index.


(28)

2. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek jumlah uang beredar (M2) terhadap Jakarta Islamic Index.

3. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek tingkat inflasi terhadap Jakarta Islamic Index.

4. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek produk domestik bruto (PDB) terhadap Jakarta Islamic Index.

2. Manfaat Penelitian

1. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang bagaimana dan seberapa besar pengaruh dan hubungan antara variabel makro ekonomi dan indeks JII.

2. Sebagai bahan pengetahuan tentang pentingnya keberadaan Jakarta Islamic Index dalam meningkatkan kesejahteraan para investor, masyarakat dan ikut membangun perekonomian nasional.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi para investor pemula, khususnya penulis sendiri dalam melakukan investasi syariah pada pasar modal syariah dengan melihat indikator variabel makro.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Ekonomi dalam Islam

Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi, dan politik maupun kehidupan yang bersifat spiritual.

Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah ﴾5﴿ ayat 3 sebagai berikut: “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agama-mu, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Islam adalah agama yang sempurna dan mempunyai sistem tersendiri dalam menghadapi permasalahan kehidupan, baik yang bersifat material maupun non material. Karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan, tentu juga sudah di atur oleh Islam. Ini bisa dipahami, sebagai agama yang sempurna, mustahil Islam tidak dilengkapi dengan sistem dan konsep ekonomi. Suatu sistem yang dapat digunakan sebagai panduan bagi manusia dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Suatu sistem yang garis besarnya sudah diatur dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

Ekonomi Islam sesungguhnya secara inheren merupakan konsekuensi logis dari kesempurnaan islam itu sendiri. Islam haruslah dipeluk secara kaffah dab komprehensif oleh umat-nya. Islam menuntut kepada umatnya untuk mewujudkan keislamannya dalam seluruh aspek kehidupannya.


(30)

Sangatlah tidak masuk akal, seorang muslim yang menjalankan shalat lima waktu, lalu dalam kesempatan lain ia juga melakukan transaksi keuangan yang menyimpang dari ajaran Islam.

B. Pasar Modal Syariah

Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Pasar modal syariah dapat juga diartikan adalah pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah. (Abdul Hamid, 2009)

Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Sedangkan untuk pasar saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak diluncurkannya indeks harga saham berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 3 Juli 2000, yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index (JII). JII merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM). JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100 dan metode perhitungan indeks dilakukan sesuai dengan ketetapan BEI. Saham-saham yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30 saham yang telah lolos dari screening process yang dilakukan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.


(31)

Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah sebagai berikut: (Abdul Hamid, 2009)

1. Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya.

2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan likuiditas.

3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dam mengembangkan lini produksinya.

4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional.

5. Memungkinkan investasi pada ekonomi yang ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham. C. Investasi dalam Perspektif Islam

Islam sebagai din yang komprehansif (syumul) dalam ajaran dan norma mengatur seluruh aktifitas manusia di segala bidang. Investasi sebagai salah satu bagian dari aktifitas perekonomian tidak dapat mengabaikan aspek postulat, konsep, serta diskursus yang menjadikan background dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang memiliki multidimensi yang mendasar dan mendalam. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi (tadrij), dari tahapan diskursus (‘ilmu al yaqin), implementasi (‘ain al yaqin), serta hakikat akan sebuah ilmu (haqq al yaqin).


(32)

Scheller dalam trichotomy pengetahuan menjelaskan instrumental (herrschafswissen), pengetahuan intelektual (beldungswissen), dan pengetahuan spiritual (erlosungswissen) sebagaimana dituangkan oleh Rich dalam bukunya the knowledge cycle. (Nurul Huda, 2007)

Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang memenuhi tadrij dari trichotomy pengetahuan tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim.

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Menurut Tandelilin (2001), investasi dapat diartikan sebagai komitmen atas sejumlah dana/ sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang.

Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Tujuan investasi yang lain secara lebih khusus lagi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak (Tandelilin, 2001).


(33)

D. Jakarta Islamic Index

Indeks syariah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index merupakan kumpulan indeks saham beberapa perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah.

Perhitungan saham syariah pada JII dilakukan PT Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang ditetapkan dengan bobot kapitalisasi pasar (Market Capitalization Weighted). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) yang dilakukan oleh adanya perubahan terhadap data emiten yaitu corporate action. JII menggunakan tanggal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100. Dengan indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi secara syariah.

Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip hukum syariah Islam adalah:

1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

2. Usaha lembaga keuangan konvensional yang mengandung unsur ribawi termasuk perbankan dan asuransi konvensional.

3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.

4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.


(34)

Sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam menentukan kriteria saham-saham emiten yang menjadi komponen daripada Jakarta Islamic Index tersebut adalah:

a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan (kecuali bila termasuk di dalam saham-saham 10 berkapitalisasi besar)

b. Memilih saham berdasrkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90% (sembilan puluh persen)

c. Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.

d. Memilih 30 (tiga puluh) saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir. Tiga puluh saham ini yang menjadi saham yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index.

Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan di-monitoring secara terus-menerus berdasarkan data publik yang tersedia.


(35)

E. Saham Syariah

Saham adalah surat tanda bukti atau tanda kepemilikan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha.

Menurut Mankiw (2002) saham (stock) adalah hak kepemilikan sebagian atas suatu perusahaan dan karenanya mewakili hak atas sebagian keuntungan perusahaan. Sebagai contoh jika Indofood menjual total 1.000.000 lembar saham, maka setiap lembar saham mewakili bagian kepemilikan atas Indofood sebesar 1/1.000.000.

Dari segi hak dan keistimewaan saham dapat dibedakan menjadi: 1. Saham biasa (Ordinary Share)

Saham biasa adalah saham yang tidak tercantum nama pemilik dan kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham biasa menanggung resiko terbesar karena pemegang saham biasa menerima deviden hanya setelah pemegang saham preferen menerima deviden. Semua ahli fikih kontemporer memandang saham biasa boleh, karena tidak memiliki keistimewaan dari yang lain, baik hak maupun kewajibannya.


(36)

2. Saham preferen

Saham preferen adalah saham yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden dari saham biasa yang besarnya tetap. Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian deviden. Jika suatu ketika emiten mengalami kerugian, maka pemegang saham preferen bisa tidak menerima pembayaran deviden yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Saham ini memiliki keistimewaan khusus dari segi perlakuan maupun dari segi finansial. Para ahli fikih kontemporer memandang saham jenis ini harus dihindari karena tidak sesuai dengan ketentuan syariah, karena pemilik saham ini mempunyai hak mendapatkan bagian dari kelebihan yang dapat dibagikan sebelum dibagikan kepada pemilik saham biasa.

Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham.

a. Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.


(37)

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai-artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

b. Capital gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.

Nilai sebuah saham bagi pemegang saham adalah apa yang di dapatkannya dari kepemilikan, yang mencakup nilai sekarang dari cicilan pembayaran dividen dan harga jual akhir. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar dividen, dan juga nilai dari saham itu saat si pemegang saham menjualnya, bergantung pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. (Mankiw, 2002)

Menurut Abdul Hamid (2009) Pergerakan harga saham merupakan sesuatu yang dinamis, perubahannya dipengaruhi oleh banyak faktor internal


(38)

maupun eksternal. Kemampuan dalam memilih waktu yang tepat, baik dalam membeli ataupun menjual saham tentunya sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip dasar dari transaksi perdagangan yang menguntungkan ialah membeli pada harga yang rendah dan menjual pada harga yang tinggi (buy low and sell high). Karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka tentunya sulit untuk menilai apakah harga saham saat ini rendah atau tinggi, terutama untuk memprediksi harga pada waktu yang akan datang.

Harga saham yang diperdagangkan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut. Karena saham mewakili kepemilikan sebuah perusahaan, permintaan saham (dan harganya) mencerminkan persepsi publik mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang, maka perhitungan saham ditingkatkan dan harga saham juga ikut naik. Sebaliknya, jika investor merasa perusahaan akan mengalami penurunan keuntungan atau bahkan merugi, harga saham juga akan turun (Mankiw, 2002)

F. Analisis Fundamental Variabel Makro dan Indeks Syariah

Dalam melakukan transaksi mata uang tidak terlepas dari kepiawaian pelaku pasar untuk menganalisis pergerakan indek saham. Analisis ini penting dilakukan untuk menentukan arah pergerakan dari indeks saham tersebut. Ada dua metode analisis yaitu, analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis tekninal hanya mengandalkan tren harga kedepan berdasar perkembangan harga masa lalu. Sedangkan analisis fundamental


(39)

adalah analisis terhadap fundamental suatu negara pemilik indeks saham, untuk JII misalnya, akan dianalisis kondisi ekonomi, sosial dan politik Indonesia.

Secara umum analisis fundamental merupakan satu proses yang memerlukan waktu yang lama dengan menyelidiki keadaan ekonomi, politik, sosial, industri dan laporan keuangan perusahaan.

Pada dasarnya analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan yang meliputi tiga tahap analisis: (Ahmad Rodoni, 2005)

1. Ekonomi Makro : analisis ini bertujuan untuk melihat faktor yang menguntungkan dalam ekonomi makro dalam kaitannya dengan kegiatan perusahaan itu sendiri. Misal, apakah berita yang up to date tentang kebijakan moneter, surplus/defisit, anggaran/cadangan devisa, tax holiday, political news, dan lain-lain yang mempengaruhi.

2. Industri : analisis ini lebih spesifik dan bertujuan untuk melhat kaitan industri dengan perusahaan, seperti perkembangan perusahaan pesaing, standar industri dan pertumbuhan pasar.

3. Perusahaan : analisis yang bertujuan untuk melihat situasi perusahaan yang meliputi berbagai aspek perusahaan, seperti keadaan keuangan perusahaan, situasi pemasaran, produksi dan manajemen.

Di dalam analisis fundamental terdapat dua pendekatan yang biasa dilakukan, yaitu : (Ahmad Rodoni, 2005)


(40)

a. Pendekatan top down. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan makro ekonomi kemudian kepada situasi dan pertumbuhan industri dan terakhir adalah situasi dan pertumbuhan perusahaan itu sendiri.

Pada tahap analisis ekonomi dan pasar modal, investor melakukan analisis terhadap berbagai alternatif keputusan tentang alokasi investasi yang akan dilakukan (saham, obligasi, produk derivatif dan lainnya).

Tahap kedua, yaitu analisis industri meliputi analisis berdasarkan hasil analisis ekonomi dan pasar untuk menentukan jenis-jenis industri mana saja yang akan dipilih (tentu saja yang memilki prospek baik dan menguntungkan).

Tahap ketiga, yang didasari tahap sebelumnya bertujuan untuk menentukan perusahaan-perusahaan mana saja yang menguntungkan sehingga layak dijadikan pilihan investasi.

b. Pendekatan bottom up. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan mikro (perusahaan) yang kemudian berkembang kepada analisis industri dan terakhir adalah analisis makro ekonomi.

Analisis fundamental berhubungan dengan estimasi penentu dasar nilai sekuritas, seperti penjualan masa depan, pengeluaran dan pendapatan perusahaan. Fundamentalis cenderung melihat ke depan, memperhatikan hal seperti pendapatan, dan dividen masa depan. Para fundamentalis sangat mengandalkan analisis jenis ini karena menurut mereka analisis ini bebas dari bias karena mempergunakan data-data yang valid.


(41)

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan :

1) Mengestemasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa datang.

2) Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model. (Suad Husnan, 2001).

Analisis fundamental digunakan untuk memperoleh nilai intrinsik (control value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price). Pedoman yang dipergunakan adalah sebagi berikut ;

(a) Apabila nilai intrinsik lebih besar dari harga saham saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya harus dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.

(b) Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut overvalued (harganya terlalu tinggi), dan karenanya harus dijual.

(c) Apabila nilai intrinsik sama dengan pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.


(42)

Para pelaku pasar umumnya selalu memperhitungkan kondisi makro ekonomi dalam proses pengambilan keputusan, sehingga keadaan ekonomi berpengaruh terhadap pergerakan saham.

G. Ilmu Ekonomi Makro dalam Perspektif Islam

Ilmu ekonomi makro yaitu ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena dalam perekonomian secara luas, seperti inflasi, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi. Tujuan dari ilmu ekonomi makro adalah menjelaskan perubahan perekonomian yang memengaruhi banyak rumah tangga, perusahaan, dan pasar secara serentak (Mankiw, 2002).

Dalam perspektif ekonomi Islam, menurut M. Umer Chapra (2006) ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagian manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.

Menurut Roikhan (2008) filosofi Ekonomi Islam dimulai dari ontologi yang merupakan alasan besar mengapa Ekonomi Islam menjadi suatu ilmu yang menjadi latar belakang dari sistem ekonomi. Islam adalah dasar dari seluruh aspek, dan konsep besar dari Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang menyeluruh atau kaffah, sebagai epistimologi dalam filosofi ekonomi. Dan untuk menjadikan filosofi mampu di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka perlu aksiologi sebagai implementasi berupa keseimbangan antara dua variabel yang bertolak belakang sperti naik dan turun.


(43)

Ekonomi Islam secara mendasar berbeda dari sistem ekonomi yang lain dalam hal tujuan, bentuk dan coraknya. Sistem ekonomi Islam berusaha memecahkan masalah ekonomi manusia dengan cara menempuh jalan tengah antara pola yang ekstrem yaitu kapitalis dan komunis. Singkatnya, ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia di dunia dan akhirat (al-Falah).

Ada tiga asas filsafat ekonomi Islam yaitu:

1. Semua yang ada di dalam alam semesta ini adalah milik Allah SWT, manusia hanyalah khalifah yang memegang milik-Nya. Sehingga segala sesuatunya harus tunduk pada Allah sang pencipta dan pemilik. Firman Allah dalam QS. An-Najm ayat 31

“Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga)”.

2. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah, manusia wajib tolong-menolong dan saling membantu dalam melaksanakan kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk beribadah kepada Allah. 3. Beriman kepada hari kiamat, yang merupakan asas penting dalam


(44)

ekonomi manusia akan dapat terkendali sebab ia sadar bahwa semua perbuatannya akan dimintai pertanggung jawaban kelak oleh Allah. Ekonomi Makro Islam menurut pendekatan Tiga Dimensi terbagi dalam tiga tingkatan yang segitiga (Roikhan Mochamad, 2008): Tingkat pertama adalah ibadah yang merupakan landasan bagi sistem ekonomi makro, tingkatan kedua adalah teori ekonomi secara umum yang bisa mengacu dari teori barat. Dan tingkatan ketiga adalah penerapan antara ibadah dengan teori umum yang menghasilkan aktifitas ekonomi secara dinamis, yang dapat disebut sebagai Ekonomi Islam, baik secara makro maupun mikro.

H. Variabel Ekonomi Makro

Beberapa variabel yang akan penulis gunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi indeks syariah JII adalah, nilai tukar rupiah terhadap USD, jumlah uang yang beredar (M2), tingkat inflasi dan produk domestik bruto.

1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Kurs)

Nilai tukar (exchange rate) adalah perbandingan antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Setiap negara mempunyai mata uang masing-masing, bank adalah pusat pasar valuta asing berperan sebagai agen yang mempertemukan pembeli dan penjual valuta asing. Sifat kurs valuta asing tergantung dari sifat pasar. Bila transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas dipasar, maka kurs valas berubah sesuai dengan perubahan permintaan dam penawaran (Nopirin, 2001). Menurut Mankiw (2003) kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga


(45)

yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan.

Mankiw membedakan kurs menjadi dua, yaitu kurs nominal (nominal exchange rate) dan kurs rill (real exchange rate).

a. Kurs nominal (nominal exchange rate)

Adalah harga relatif dari mata uang dua negara simbolnya e. Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan rupiah indonesia adalah 9000 rupiah per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar untuk 9000 rupiah di pasar uang.

b. Kurs rill (real exchange rate)

Adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang yang diproduksi dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain.

Untuk melihat hubungan antara kurs riil dan kurs nominal, secara umum perhitungannya sebagai berikut:

Tingkat harga dimana kita memperdagangkan barang domestik dengan barang luar negeri tergantung pada harga dalam mata uang lokal dan pada tingkat kurs yang terjadi. Apabila suatu barang ditukar dengan barang lain, didalamnya terdapat perbandingan nilai tukar, nilai tukar itulah

Kurs Riil = Kurs Nominal x Harga Barang Domestik Harga Barang Luar Negeri


(46)

sebenarnya semacam harga bagi pertukaran tersebut. Demikian juga pertukaran antar dua mata uang berbeda, akan terdapat perbandingan nilai atau harga antar kedua mata uang tersebut. Hubungan antara nilai tukar mata uang asing dengan harga saham dapat dilihat melalui dua pendekatan. (Reni Maharani, 2006)

Pendekatan pertama dikenal dengan pendekatan pasar barang (good market approach), dimana perubahan pada kurs akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan, kemudian akan mempengaruhi pendapatan perusahaan atau struktur cost of fund-nya. Hal tersebut akan berpengaruh pada harga saham suatu perusahaan. Pada saat kurs rupiah terdepresiasi, maka biaya bahan baku impor atau produk yang memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan. Hal ini menyebabkan biaya produksi meningkat dan laba perusahaan menjadi turun sehingga tingkat dividen yang dapat dibagikan dan return yang ditawarkan akan menurun pula. Penurunan return yang ditawarkan mengakibatkan permintaan terhadap saham tersebut berkurang sehingga harga saham tersebut turun. Jadi korelasi antara kurs dengan harga saham bersifat positif.

Pendekatan kedua adalah pendekatan keseimbangan portfolio (portfolio balance approach) yang menilai sejauh mana harga saham menyebabkan perubahan pada nilai tukar. Kenaikan harga saham di suatu bursa akan menarik capital inflow, akibatnya nilai tukar domestik akan terdepresiasi.


(47)

2. Jumlah Uang Beredar (M2)

Uang adalah persediaan aset yang dapat segera digunakan untuk melakukan transaksi (Mankiw, 2003). Uang selalu didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk tukar menukar atau perdagangan. Yang dimaksud dengan kata “disetujui” dalam definisi ini adalah terdapat di antara anggota-anggota masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam kegiatan tukar menukar.

Agar masyarakat menyetujui penggunaan suatu benda sebagai uang, haruslah benda itu memenuhi syarat-syarat berikut: (Sukirno, 2004)

b. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu c. Mudah dibawa-bawa

d. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya e. Tahan lama

f. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan) g. Bendanya mempunyai mutu yang sama

Emas dan perak merupakan dua benda yang dapat memenuhi syarat-syarat ini pada masa yang lalu. Oleh sebab itu benda yang dapat menjadi alat perantara dalam kegiatan perdagangan di berbagai negara di dunia sejak berabad-abad yang lalu.

Kemajuan ekonomi dunia yang bertambah pesat sejak berlakunya Revolusi Industri di negara-negara maju menyebabkan perdagangan berkembang dengan pesat sekali. Transaksi-transaksi yang dijalankan telah


(48)

menjadi berkali lipat nilainya. Uang emas dan perak tidak dapat ditambah secepat seperti perkembangan pedagangan yang telah berlaku tersebut. Sebagai akibatnya bertambah lama bertambah banyak negara menggantikan uang emas dan perak dengan uang kertas sebagai alat untuk tukar menukar. Pada masa ini uang kertas dan uang bank atau uang giral, yaitu uang yang diciptakan oleh bank-bank umum/bank perdagangan, adalah alat tukar menukar yang terutama di semua negara di dunia ini.

Money Supply yaitu persediaan uang total dalam ekonomi terutama terdiri dari: (1) mata uang dalam peredaran dan (2) deposito dalam perkiraaan tabungan dan giro (Nurul Huda, 2008). Menurut Sadono Sukirno (2004), uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di perekonomian yaitu, adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum.

Definisi jumlah uang beredar terbagi menjadi dua yaitu : 1)Uang dalam arti sempit (M1).

M1 diartikan sebagai uang tunai (uang kartal dan logam) yang dipegang oleh masyarakat, tidak termasuk uang yang ada di kas bank serta kas negara. Uang tersebut dikenal dengan uang kartal. Kemudian ditambah uang yang berada dalam rekening giro perbankan yang dapat langsung digunakan untuk menguangkan cek, dan biasa disebut dengan uang giral, sehingga bentuk persamaan M1 adalah :


(49)

Dimana : M1 = uang dalam arti sempit C = currency, uang kartal

DD = Demand deposit, uang kartal

Pengertian uang giral (DD) di atas hanya mencakup saldo rekening koran atau giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank dan belum digunakan pemiliknya untuk berbelanja atau membayar. 2) Uang dalam arti luas (M2)

M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang kuasi. Uang kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid yang terdiri dari deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank, sehingga persamaan M2 adalah :

Dimana: M2 = uang dalam arti luas M1= uang dalam arti sempit

TD = time deposits (deposito berjangka) SD = saving deposits (saldo tabungan) Penciptaan uang / besarnya uang beredar dalam masyarakat dapat digambarkan sebagai proses pasar. Jumlah Uang Beredar juga mempunyai keterikatan dengan suku bunga deposito. Semakin banyak jumlah uang yang beredar dimasyarakat, investasi menjadi lebih menarik bila dibandingkan dengan menyimpan dalam bentuk tabungan.


(50)

Kebijakan mengenai jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank Sentral yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia. Namun jumlah uang beredar tidak hanya ditentukan oleh bank sentral tetapi juga oleh perilaku rumah tangga (yang memegang uang) dan bank (dimana uang disimpan). Untuk memahami jumlah uang beredar, kita harus memahami interaksi antara mata uang, dan rekening giro serta bagaimana kebijakan Bank Sentral mempengaruhi kedua komponen jumlah uang beredar (Mankiw, 2003).

Untuk meningkatkan money supply. Bank sentral dapat menerbitkan surat berharga yang berdampak pada penurunan suku bunga (pada kegiatan ekonomi konvensional). Ketika tingkat bunga mengalami penurunan, maka return yang dapat diberikan oleh obligasi akan menurun pula (monetary portfolio hypothesis). Hal tersebut mengakibatkan investasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan meningkat. Jadi, peningkatan money supply akan berdampak pada peningkatan harga saham (Reni Maharani, 2006)

3. Tingkat Inflasi

Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi di definisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. Sedangkan menurut Rahardja dan Manurung dalam Nurul Huda (2008) mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Sedangkan menurut Sadono Sukirrno (2004) inflasi yaitu, kenaikan dalam barang dan jasa yang


(51)

terjadi karena permintaan bertambah besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar.

Menurut Tajul Khalwaty (2000) secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Inflasi juga merupakan salah satu ukuran aktifitas ekonomi yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional.

Indikator yang sering digunakan untuk menghitung tingkat inflasi salah satunya adalah Indeks Harga Konsumen. Menurut Mankiw (2002) Indeks Harga Konsumen merupakan suatu ukuran atas keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Laju inflasi juga merupakan penghitungan lain yang sering digunakan untuk menghitung tingkat inflasi.

Menurut Mankiw (2003) laju inflasi (inflation rate) adalah perubahan presentase dalam indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Artinya laju inflasi antara dua tahun berurutan dapat dihitung sebagai berikut:

Cp

CPI = Consumer Price Index / Indeks Harga Konsumen (IHK)

Berdasarkan besarnya laju inflasi, kategori inflasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

Laju inflasi tahun kedua = CPI tahun kedua – CPI tahun pertama CPI tahun pertama


(52)

a. Inflasi Merayap (creeping inflation)

Ditandai dengan laju inflasi yang rendah, yaitu kurang dari 10 % per tahun.

b. Inflasi Menengah (galloping inflation)

Ditandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar dan kondisi tersebut berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi, artinya harga pada bulan / minggu berikutnya selalu lebih tinggi dari waktu sebelumnya dan seterusnya.

c. Inflasi Tinggi (hyper inflation)

Adalah inflasi yang sangat mengkhawatirkan, karena harga-harga barang meningkat sampai dengan lima atau enam kali, sehingga nilai uang turun secara tajam (Nopirin, 2001).

Menururt Sadono Sukirno (2004) ada beberapa penyebab terjadinya inflasi yaitu terdiri dari:

1) Inflasi tarikan permintaan (demand-full inflation) merupakan bentuk inflasi yang diakibatkan oleh perkembangan yang tidak seimbang antara permintaan dan penawaran barang dalam perekonomian. Jenis inflasi ini yang mengakibatkan ekonomi menghadapi pengangguran yang tinggi pada kesempatan penuh. Seperti terjadi defisit naik sehingga tidak mampu menaikkan produksi maka agregat permintaan naik dan harga juga naik. Selain itu adalah tingkat ekspor tinggi menyebabkan pendapatan naik terus menerus, konsumsi dan belanja negara juga naik.


(53)

Sehingga berakibat perusahaan investasi semakin meningkat pada kesempatan kerja penuh.

2) Inflasi desakan biaya merupakan jenis inflasi yang terjadi pada kegiatan ekonomi mencapai tingkat kesempatan kerja penuh pada saat perusahaan beroperasi pada kapasitas maksimal dan pengangguran tenaga kerja rendah. Sehingga menyebabkan peningkatan biaya produksi. Biaya produksi tersebut mengakibatkan kenaikan harga input seperti biaya pengangutan, bahan baku dan mahan mentah sehingga menaikkan harga produktifitas.

3) Inflasi di impor merupakan bentuk inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga minyak 3x lipat tahun 1973 yang dilakukan untuk negara Timur Tengah. Minyak Petroleum merupakan sumber enegri terpenting dalam industri negara barat yang secara mendadak biaya industri meningkat menyebabkan inflasi.

Menurut Milton Friedman, Inflasi akan selalu terjadi karena hal tersebut merupakan fenomena moneter yaitu teori kuantitas uang menyetakan bahwa pertumbuhan dalam kauntitas uang adalah determinan dalam tingkat inflasi, tetapi teori ini hanya bersifat empiris bukan teoritis (uang dan harga). Teori kuantitas dan persamaan Fisher sama-sama menyatakan bahwa pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat bunga nominal. Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam pertumbuhan uang


(54)

sebesar 1 persen memyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi (Mankiw, 2003).

Dan menurut persamaan Fisher pada teori persamaan kuantitas dan persamaan Fisher, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi. Menurut persamaan Fisher, kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi sebaliknya menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat bunga nominal. Hubungan satu-untuk-satu antara tingkat inflasi dan tingkat bunga nominal disebut efek Fisher (Fisher effect) (Mankiw, 2003).

Inflasi dalam perspektif ekonomi Islam adalah dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan oleh Islam. Adhiwarman Karim mengatakan bahwa, Syekh An-Nabhani (2001) memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai itu adalah dengan menggunkan emas. Ketika Islam melarang praktek penimbunan harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak, padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan sebagai kekayaan (Nurul Huda, 2008).

Meningkatnya inflasi merupakan signal negatif bagi investor di pasar modal dan pasar uang. Tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan harga input produksi naik sehingga biaya produksi meningkat. Akibatnya keuntungan yang diperoleh perusahaan akan turun. Penurunan keuntungan


(55)

perusahaan akan mengakibatkan jumlah deviden yang dapat dibagikan pada pemegang saham akan berkurang, sehingga saham emiten menjadi kurang menarik minat pembeli. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa inflasi mempunyai hubungan negatif dengan harga saham (Reni Maharani, 2006)

4. Produk Domestik Bruto

Pendapatan Nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah lain pendapatan nasional antara lain: produk domestik bruto/PDB (gross domestic product/GDP), produk nasional bruto (gross national product/GNP ) serta pendapatan nasional netto (net national product/NNP). (Nurul Huda, 2008)

Ada beberapa pendekatan dalam menghitung pendapatan nasional adalah sebagai berikut: (Nurul Huda, 2008)

a. Pendekatan produksi/GDP adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. (Mankiw, 2003). Pengitungan pendapatan dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) dari semua sektor produksi seperti: sektor produksi pertanian, sektor produksi pertambangan dan penggalian, sektor industri manufaktur, sektor industri listrik, gas, dan air minum, sektor produksi bangunan, sektor produksi perdagangan, hotel dan restoran dan lain-lain.


(56)

Penghitungan pendapatan dengan konsep nilai tambah bertujuan agar terhidar dari penghitungan ganda (double-count).

GDP nominal (nominal GDP) adalah nilai barang dan jasa yang diukur dengan harga yang berlaku.

Sedangkan GDP Rill (rill GDP) adalah nilai barang dan jasanya diukur dengan menggunakan harga konstan.

b. Pendekatan pengeluaran/GNP adalah penghitungan pendapatan nasional dengan melakukan penjumlahan permintaan akhir unit-unit ekonomi, yaitu: rumah tangga berupa konsumsi (consumption/C), perusahaan berupa Investasi (investment/I), pengeluaran pemerintah (government /G), pengeluaran ekspor dan impor (export-import/X-M).

Penghitungan pendapatan nasional umumnya ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

Dimana: Y = Pendapatan

C = Konsumsi

I = Investasi

G = Pengeluaran Pemerintah GDP Nominal = GDP Rill x Deflator GDP

GDP Rill = GDP Nominal GDP Deflator


(57)

X – M = Eksport Netto

GDP adalah nilai barang jadi yang diproduksi di dalam negeri, sedangkan GNP adalah nilai barang yang diproduksi baik di dalam negeri dan di luar negeri.

c. Pendekatan pendapatan/NNP adalah GNP yang dikurangi dengan penyusutan dari stock modal yang ada selama periode tertentu. Penyusutan modal adalah biaya dari memproduksi output perekonomian.

Produk Domestik Bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir (final) produksi dalam sebuah negara pada suatu periode. PDB merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya pendapatan masyarakat suatu negara (termasuk warga negara asing) dalam satu tahun tertentu.

Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri. Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negara dan membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut. Perusahaan multinasional tersebut menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara dimana perusahaan itu beroperasi. Operasinya membantu menmbah barang dan jasa


(58)

yang diproduksikan di dalam negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan pendapatan dan sering sekali juga membantu menmbah ekspor. Operasi mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dalam pendapatan nasional. Dengan demikian, Produk Domestik Bruto atau dalam istilah Inggrisnya Gross Domestic Product, adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor milik warga negara, negara tersebut dan warga negara asing.

Pendapatan nasional dalam perspektif ekonomi Islam menurut Nordhaus dan Tobin dari Yale bersama-sama dalam tahun 1972 mengajukan konsep MEW (Measure of Economic Welfare) yang secara sederhana formulasi konsep MEW:

MEW: C – public expenditure – durable goods consumption – loss of welfare due to pollution, urbanization and congestion + value of durables actually consumed during the year + value of non-market services + value of lesure.

Tetapi konsep ini tidak berkembang dan sampai saat ini cenderung penggunaan GDP rill/kapita sebagai ukuran kesejahteraan suatu negara masih digunakan. (Nurul Huda, 2008).

Ketika pendapatan masyarakat naik, maka masyarakat memiliki uang yang lebih banyak untuk kebutuhan konsumsi dan berjaga-jaga. Kelebihan uang tersebut dapat digunakan untuk berinvestasi dan mendapatkan return pada berbagai instrumen yang tersedia, seperti deposito, obligasi, reksadana


(59)

maupun pada pasar saham. Bila terjadi kenaikan permintaan pada saham, maka harga saham akan mengalami peningkatan. Sehingga kenaikan pendapatan masyarakat, yang notabene merupakan salah satu tolak ukur peningkatan ekonomi, akan berdampak pada harga saham (Reni Maharani, 2006).

I. Penelitian Terdahulu 1. Reny Maharani (2006).

Penelitian mengenai hubungan kausalitas antara variabel makro dengan harga saham syariah Jakarta Islamic Index telah dilakukan oleh Reny dengan menggunakan metode Error Correction Model. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kausalitas jangka panjang dan jangka pendek antara suku bunga, nilai tukar mata uang asing (kurs), dan jumlah uang beredar (M2) dengan harga saham syariah JII periode Januari 2001 sampai dengan Mei 2005.

Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat adanya hubungan kausalitas antara money supply (M2) dengan harga saham syariah JII. Dalam jangka panjang M2 berpengaruh terhadap harga saham syariah JII dan harga saham syariah JII juga berpengaruh terhadap M2. Tetapi dalam jangka pendek hanya variable makro M2 yang berpengaruh terhadap harga saham syariah JII.

2. Aktham Maghayereh (2005).

Penelitian mengenai hubungan kausalitas lainnya dilakukan oleh Aktham Maghayereh dengan menggunakan uji kointegrasi Johansen’s dan Error


(60)

Correction Model. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan jangka panjang antara variabel makro yang terdiri dari inflasi, suku bunga, produksi industri/IP, eksport, kurs, harga minyak dan jumlah uang berdedar dengan Amman Stock Price Index (SPI) periode Januari 1987 sampai dengan Desember 2000.

Hasil penelitian menunjukkan variabel makro dalam penelitiannya yang terdiri dari inflasi, suku bunga, produksi industri/IP, eksport, kurs, harga minyak dan jumlah uang beredar mempunyai hubungan kausalitas dalam jangka panjang dan jangka pendek. Untuk itu variable makro dapat digunakan dalam memprediksi naik turunnya Amman Stock Price Index (SPI). Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi dalam melihat keadaan ekonomi dan politik khususnya di Negara-Negara Timur Tengah.

3. Ruby Ahmad dan Mohamed Albaity (2005).

Penelitian mengenai hubungan jangka panjang dan jangka pendek lainnya dilakukan oleh Ruby Ahmad dan Mohamed Albaity. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinerja Kuala Lumpur Syariah Index (KLSI) dan Kuala Lumpur Composite Index (KLCI). Penelitian ini menggunakan uji kointegrasi dan VECM.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek KLSI dan KLCI saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan dua arah dari masing-masing indeks pada arah yang sama, dan dalam jangka panjang KLCI adalah menyesuiakan diri dengan KLSI


(61)

artinya terdapat pengaruh KLSI terhadap KLCI dalam jangka panjang tetapi tidak sebaliknya.

4. Muhammad Fahrudin Z. (2005).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh variabel makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar mata uang dan suku bunga terhadap indek JII. Penelitian ini menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel makro yang terdiri dari inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar mata uang asing, dan suku bunga berpengaruh terhadap indeks JII.

5. Deddy Marciano dan Suryanto (2004).

Penelitian mengenai hubungan kausalitas lainnya dilakukan oleh Deddy Marciano dan Suryanto. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan jangka panjang dan jangka pendek dan pasar modal di Indonesia. Variabel makro ekonomi yang digunakan meliputi ekspor, inflasi, tingkat suku bunga, kurs, dan jumlah uang beredar. Periode penelitian adalah sebelum krisis ekonomi. Penelitian ini menggunakan model Error Correction Model (ECM) dari Engel-Granger.

Hasil penelitian menunjukkan kebijakan tingkat suku bunga sebagai salah satu instrument moneter memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap harga-harga saham di pasar modal Indonesia. Kebijakan moneter selain tingkat suku bunga (penjualan/pembelian surat berharga) hanya akan berpengaruh pada harga-harga saham di pasar modal Indonesia


(62)

dalam jangka pendek. Inflasi dan kinerja ekspor hanya berpengaruh secara jangka panjang dan positif terhadap perilaku harga-harga saham di Indonesia. Secara keseluruhan kinerja ekonomi makro dicerminkan pada harga-harga saham Indonesia dalam jangka panjang.

6. Siti Zubaidah (2004).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh tingkat inflasi dan perubahan Nilai kurs secara simultan dan parsial terhadap beta saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Periode data yang di ambil adalah tiga tahun 2001, 2002, dan 2003.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara tahun 2001 sampai dengan 2003, kondisi tingkat inflasi di Indonesia terjadi perubahan yang tidak mencolok, sedang perubahan kurs terutama antara rupiah dan nilai dollar juga ada perubahan yang tidak jauh, dapat dikatakan bahwa perubahan nilai kurs juga cukup stabil. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi bangsa Indonesia antara tahun 2001 sampai dengan 2003 cukup stabil, baik dari segi politik, ekonomi dan sosialnya. Demikian juga dipengaruhi oleh kondisi dunia yang cukup aman sehingga mempengaruhi tingkat inflasi dan perubahan kurs yang relatif cukup stabil. Hal ini berdampak pada risiko saham (Beta saham) terutama untuk saham-saham perusahaan yang tergolong dalam JII (Jakarta Islamic Index) juga mengalami perubahan yang tidak berarti.


(63)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Penulis Judul Metodologi Hasil Penelitian 1 Reni

Maharani (2006) Analisis Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah Jakarta Islamic Index Error Correction Model Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat adanya hubungan kausalitas antara money supply (M2) dengan harga saham syariah JII. Dalam jangka panjang M2 berpengaruh terhadap harga saham syariah JII dan harga saham syariah JII juga berpengaruh terhadap M2. Tetapi dalam jangka pendek hanya variable makro M2 yang berpengaruh terhadap harga saham syariah JII.

2 Aktham Maghareyeh (2005) Causal Relation Among Stock Prices and Macroeconomi c Variabels in The Small, Open Economy of Jordan Error Correction Model Hasil penelitian menunjukkan variabel makro dalam penelitiannya yang terdiri dari inflasi, suku bunga, produksi industri/IP, eksport, kurs, harga minyak dan jumlah uang beredar mempunyai hubungan kausalitas dalam jangka panjang dan jangka pendek. Untuk itu variable makro dapat digunakan dalam memprediksi naik turunnya Amman Stock Price Index (SPI). Hasil penelitian ini juga dapat


(64)

digunakan sebagai referensi dalam melihat keadaan ekonomi dan politik khususnya di Negara-Negara Timur Tengah. 3 Ruby Ahmad

dan Mohamed Albaity (2005) The Performance of Syariah and Composite Indices: Evidence From Kuala Lumpur Stock Market Vector Error Correction Model Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek KLSI dan KLCI saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan dua arah dari masing-masing indeks pada arah yang sama, dan dalam jangka panjang KLCI adalah menyesuiakan diri dengan KLSI artinya terdapat pengaruh KLSI terhadap KLCI dalam jangka panjang tetapi tidak sebaliknya. 4 Muhammad

Fahrudin Z. (2005) Analisis Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Exchange Rate dan Interest Rate Terhadap Index JII (Jakarta Islamic Index) Pada Tahun 2002-2005 Ordinary Least Square Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel makro yang terdiri dari inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar mata uang asing, dan suku bunga berpengaruh terhadap indeks JII.

5 Deddy Marciano dan Suryanto (2005) Hubungan Jangka Panjang dan Jangka Pendek Ekonomi Makro dan Error Correction Model Hasil penelitian menunjukkan

kebijakan tingkat suku bunga sebagai salah satu instrument moneter memiliki


(65)

Pasar Modal Indonesia

dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap harga-harga saham di pasar modal

Indonesia. Kebijakan moneter selain tingkat suku bunga

(penjualan/pembelian surat berharga) hanya akan berpengaruh pada harga-harga saham di pasar modal Indonesia dalam jangka pendek. Inflasi dan kinerja ekspor hanya berpengaruh secara jangka panjang dan positif terhadap perilaku harga-harga saham di Indonesia. Secara keseluruhan kinerja ekonomi makro dicerminkan pada harga-harga saham Indonesia dalam jangka panjang.

6 Siti Zubaidah (2004) Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Perubahan Nilai Kurs Terhadap Beta Saham Syariah yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Ordinary Least Square Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara tahun 2001 sampai dengan 2003, kondisi tingkat inflasi di Indonesia terjadi perubahan yang tidak mencolok, sedang perubahan kurs terutama antara rupiah dan nilai dollar juga ada perubahan yang tidak jauh, dapat dikatakan bahwa perubahan nilai kurs juga cukup stabil. Hal ini dapat disebabkan


(1)

Uji Stasioneritas LNM2 tingkat Level Null Hypothesis: LNM2 has a unit root Exogenous: Constant

Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic 1.617294 0.9995 Test critical values: 1% level -3.511262

5% level -2.896779

10% level -2.585626

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.000224 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000146

Lampiran 7

Uji Stasioneritas LNM2 1’st Difference Null Hypothesis: D(LNM2) has a unit root Exogenous: Constant

Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -9.725288 0.0000 Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.000229 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000191


(2)

Uji Stasioneritas LNINF tingkat Level Null Hypothesis: LNINF has a unit root Exogenous: Constant

Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -1.415470 0.5710 Test critical values: 1% level -3.511262

5% level -2.896779

10% level -2.585626

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.024409 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.039151

Lampiran 9

Uji Stasioneritas LNINF 1’st Difference Null Hypothesis: D(LNINF) has a unit root Exogenous: Constant

Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -6.774664 0.0000 Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.022965 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.023019


(3)

Uji Stasioneritas LNPDB tingkat Level Null Hypothesis: LNPDB has a unit root Exogenous: Constant

Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -3.258919 0.0201 Test critical values: 1% level -3.511262

5% level -2.896779

10% level -2.585626

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.118668 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.079949

Lampiran 11

Uji Stasineritas LNPDB 1’st Difference Null Hypothesis: D(LNPDB) has a unit root Exogenous: Constant

Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -17.11301 0.0001 Test critical values: 1% level -3.512290

5% level -2.897223

10% level -2.585861

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.110987 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.061218


(4)

Uji Kointegrasi

Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: None

Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)

Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.331104 0.0000 Test critical values: 1% level -2.593121

5% level -1.944762

10% level -1.614204

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Residual variance (no correction) 0.024671 HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.024113


(5)

Uji Lagrange Multiple Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.712758 Prob. F(2,71) 0.0732 Obs*R-squared 5.892245 Prob. Chi-Square(2) 0.0525

Lampiran 15

Uji White Heteroskedasticity Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.852626 Prob. F(49,33) 0.0320 Obs*R-squared 60.87179 Prob. Chi-Square(49) 0.1189 Scaled explained SS 242.2688 Prob. Chi-Square(49) 0.0000

Lampiran 16

Uji Ramsey RESET Test Ramsey RESET Test:

F-statistic 2.593573 Probability 0.111674 Log likelihood ratio 2.937229 Probability 0.086559


(6)

Hasil Regresi Error Correction Model

Dependent Variable: D(LNJII) Method: Least Squares

Date: 11/05/10 Time: 11:36

Sample (adjusted): 2003M02 2009M12 Included observations: 83 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.440266 1.306429 -1.867890 0.0658 D(LNKURS) -0.687146 0.360579 -1.905673 0.0606 D(LNM2) 0.580448 0.630315 0.920885 0.3601 D(LNINF) 0.040312 0.070642 0.570649 0.5700 D(LNPDB) 0.130313 0.048237 2.701496 0.0086 LNKURS(-1) 0.930888 0.266762 3.489582 0.0008 LNM2(-1) -0.225998 0.063844 -3.539849 0.0007 LNINF(-1) 0.116944 0.054366 2.151036 0.0348 LNPDB(-1) 0.086278 0.036414 2.369367 0.0205 ECT 0.163735 0.050748 3.226443 0.0019 R-squared 0.390954 Mean dependent var 0.022901 Adjusted R-squared 0.315866 S.D. dependent var 0.099707 S.E. of regression 0.082470 Akaike info criterion -2.040182 Sum squared resid 0.496495 Schwarz criterion -1.748756 Log likelihood 94.66757 Hannan-Quinn criter. -1.923104 F-statistic 5.206612 Durbin-Watson stat 2.411765 Prob(F-statistic) 0.000019