2.3. Faktor yang berpengaruh terhadap status gizi 1. Asupan makanan atau pola konsumsi makan
Kondisi kesehatan gizi seseorang tergantung dari asupan makanan. Asupan makanan yang baik dilihat dari kualitas dan kuantitas hidangan. Jika susunan
hidangannya memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang baik.
12
2. Infeksi
Infeksi akan mengganggu fungsi metabolisme dan fungsi imun seseorang dan dapat menyebabkan gangguan gizi, contohnya penyakit diare yang disebabkan
infeksi. Bahan makanan yang seharusnya dicerna dan diserap bisa hilang pada kondisi diare dan muntah. Infeksi pada saluran pernapasan juga dapat
menghilangkan nafsu makan sehingga seseorang menjadi tidak mau makan dan dapat mengakibatkan gangguan gizi. Upaya mencegah terjadinya infeksi
dapat mengurangi kejadian gizi kurang dan gizi buruk. Schaible Kauffman menyatakan hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung
dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa penyakit infeksi yang mempengaruhi terjadinya gizi
buruk adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas ISPA, diare, dan penyakit paru-paru kronis. Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya
sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai.
12
3. Sosio Ekonomi Negara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah
golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi. Kondisi tersebut dapat berpengaruh
terhadap status gizi.
12
2.4 Indeks Antropometri
Indeks antropometri adalah rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi, salah satu
contohnya adalah indeks masa tubuh IMT atau yang disebut Body Mass Index.
13
Terdapat dua parameter yang digunakan untuk mengukur IMT, yaitu berat badan dan tinggi badan.
1. Berat badan Merupakan parameter massa tubuh yang sering digunakan dan bisa
digunakan untuk mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air, dan mineral.
14
2. Tinggi badan Parameter ukuran panjang tubuh dan dapat dilihat sebagai parameter
pertumbuhan skeletal.
15
Indeks massa tubuh dihitung dengan cara berat badan dalam satuan kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat.
14
IMT =
Berat badan kg Tinggi badan m x tinggi badan m
Tabel 2.4 Kategori Indeks Massa Tubuh Menurut Asia Pasifik Kategori
IMT kgm² Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat
17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,1 – 18,4
Normal 18,5
– 25,0 Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat ringan
25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat
≥ 27,0
Sumber : Riskesdas, 2010
16
Penentuan status gizi untuk anak-anak dilakukan dengan mengukur berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan BBPB atau BBTB. Hasil
pengukuran dimasukkan ke dalam grafik pertumbuhan World Health Organization WHO dan Center of Disease and Control CDC 2000. Grafik
WHO digunakan untuk anak yang berusia kurang dari 5 tahun sedangkan kurva CDC 2000 digunakan untuk anak yang berusia lebih dari 5 tahun.
17
Grafik WHO 2006 mempunyai keunggulan metodologi dan subyeknya berasal dari 5 benua
yang mempunyai lingkungan untuk mendukung pertumbuhan optimal dibandingkan grafik CDC 2000. Akan tetapi untuk usia 5-18 tahun menggunakan
grafik CDC 2000 karena grafik WHO 2007 tidak memiliki grafik BBTB dan data dari WHO 2007 adalah smoothing dari
National Center for Health Statistic NCHS 1981.
17
Status gizi yang memakai grafik WHO 2006 menggunakan cut off z-score dan grafik CDC 2000 menggunakan kriteria Waterlow untuk persentase berat
badan ideal.
17
Z score yang digunakan kurva WHO adalah nilai rata-rata dari populasi dan nilai z score positif atau negatif adalah nilai standar deviasi dari nilai
di atas atau di bawah nilai rata-rata.
18
WHO mendeskripsikan status gizi lebih dengan kurva IMTU antara nilai persentil 85 sampai persentil 95 dan obesitas di
atas nilai persentil 95.
18
Sedikit berbeda dengan kurva CDC, kurva IMTU CDC mendeskripsikan status gizi lebih di atas nilai persentil 95 dan status gizi obesitas
di atas nilai persentil 97.
18
Tabel 2.5 Kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC 2000 untuk menentukan status gizi
Status gizi BBTB median BBTB
WHO 2006
IMT CDC 2000 Obesitas
120 +3
P
95
Overweight 110
+2 hingga +3 SD P
85-95
Normal 90
+2 SD hingga -2 SD
Gizi kurang 70
– 90 -2SD hingga -3
SD Gizi buruk
70 -3 SD
Sumber : Sjarif, 2011
17
Untuk anak yang berusia di bawah 2 tahun lebih menggunakan pengukuran BBTB untuk menghitung status gizi sedangkan anak yang berusia di
atas 2 tahun menggunakan indikator IMTU disebabkan oleh masa pertumbuhan tulang dan komposisi tubuhnya yang berbeda sesuai usia dan jenis kelamin.
17
Namun, pada keadaan dimana panjangtinggi dan berat badan tidak bisa diukurdinilai secara akurat, misalnya pada kasus spondilitis TB, edema anasarka,
organomegali, ataupun kelainan tulang lainnya, pengukuran status gizi menggunakan parameter lain seperti lingkar lengan atas, knee height, dan arm
span.
17
Tabel 2.6 Klasifikasi status gizi menurut indikator IMTU BMI kgm
2
Classification ≥ 95
th
percentile Obese
85
th
to 95
th
percentile Overweight
5
th
to 85
th
percentile Healthy Weight
5
th
percentile Underweight
Sumber : Riskesdas, 2010
16
2.5. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan