Gambaran Status Gizi dan Asupan Lemak Anak Usia 13-15 Tahun di Ciputat
GAMBARAN STATUS GIZI DAN ASUPAN LEMAK
ANAK USIA 13-15 TAHUN DI CIPUTAT
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Disusun oleh:
Safira Indriakasia
NIM: 1112103000058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTRAN DAN ILMU
KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
iii
(4)
(5)
v
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan karunia yang senantiasa tercurahkan kepada penulis. Segala kemudahan, kesehatan, dan kesemangatan senantiasa dilimpahkan oleh-Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa, shalawat serta salam penulis haturkan ke jungjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi penulis. Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak yang turut memberikan bantuan serta dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Arif Sumantri SKM Mkes selaku dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH, Maftuhah, M.Kep, Ph.D, dan Fase Badriah, SKM, Mkes, Ph.D selaku pembantu dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Achmad Zaki, SpOT, M.Epid selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. dr. Yanti Susanti, Sp.A (K) selaku pembimbing 1 yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. dr. Achmad Luthfi, Sp.B-KBD selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk memberi saran dan kritik dalam membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.
5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS FACS dan dr. Flori Ratna Sari, PhD selaku penanggung jawab riset PSPD 2012 yang telah memfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian ini.
6. Mami dan papi atas doa, dukungan, motivasi, saran yang tidak pernah berhenti diberikan untuk penulis baik untuk penelitian ini maupun segala studi yang sedang penulis jalani.
7. Zaya, Piki, dan Peo yang selalu membuat semangat kembali ketika penulis sedang mengalami fase jenuh terhadap penelitian ini.
(6)
vi
8. Teman-teman sekelompok, Ica dan Fajr, yang mulai dari perancangan judul, mengolah data hingga sidang selalu bersama-sama, semoga selalu saling menolong hingga sukses nanti.
9. Orang-orang tersayang yang selalu menanyakan kemajuan penelitian ini dan selalu memberikan dukungannya.
10. Seluruh teman sejawat PSPD 2012 yang tidak pernah berhenti memberikan semangat untuk selalu berjuang belajar disini. Semoga setelah tiga tahun bersama membuat kekompakan ini semakin erat hingga menjadi dokter nanti.
Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berharap mendapatkan saran dan kritik demi kebaikan di kemudian hari. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga dapat memberikan manfaat di dunia dan akhirat.
Ciputat, 27 September 2015
(7)
vii
vii
ABSTRAK
Safira Indriakasia. Program Studi Pendidikan Dokter. Gambaran
Status Gizi dan Asupan Lemak Anak Usia 13-15 Tahun di
Ciputat.
Latar belakang: Status gizi seseorang merupakan gambaran kesehatan sebagai refleksi dari konsumsi pangan. Menurut Riskesdas, prevalensi status gizi kurang pada anak remaja dari tahun 2010 sampai 2013 mengalami kenaikan. Masalah status gizi dari bentuk zatnya dapat disebabkan oleh zat gizi makro, salah satunya yaitu lemak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil kalori terbesar. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran status gizi serta asupan lemak pada anak.
Metode: Desain potong lintang dengan metode simple random sampling pada anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah, Ciputat tahun 2015. Data yang digunakan menggunakan data primer dan hasil pengukuran antropometri dan wawancara konsumsi makanan dengan Food Frequency Questioner (FFQ). Analisis data menggunakan SPSS 21.
Hasil: Prevalensi status gizi paling tinggi adalah gizi normal yaitu 24 subyek (44.4%) menurut IMT/U. Asupan lemak lebih dimiliki oleh 47 subyek (87%) dan 7 subyek (13%) memiliki asupan lemak normal.
Kesimpulan: Status gizi tertinggi adalah gizi normal dan asupan lemak tertinggi adalah asupan berlebih.
Kata kunci: status gizi, lemak
ABSTRACT
Safira Indriakasia
. Physician Education Courses. Description of
Fat Intake and Nutritional Status of Children Aged 13-15 Years in
Ciputat
.
Background: Nutritional status is a picture of a person's health as a reflection of food consumption. According to Riskesdas, the prevalence of malnutrition status in adolescents from 2010 to 2013 has increased. Nutrition status of a substance can be caused by a form of macro nutrients, one of which is fat that has a function as the largest producer of calories. The purpose of this study is to describe the status of nutrition and fat intake in children.
Methods: Cross sectional design with simple random sampling method was used in children aged 13-15 years in Madrasah Pembangunan Tsanawiyah, Ciputat 2015. Data used using primary data and the results of anthropometric measurements and food consumption interviews with the Food Frequency Questionnaire (FFQ) and was analyzed by SPSS 21.
Results: The highest prevalence of nutritional status is normal nutrition which was 24 subjects (44.4%) according to BMI / A. Fat intake was owned by 47 subjects (87%) and 7 subjects (13%) had a normal fat intake.
Conclusion: The highest nutritional status was normal nutrition and high fat intake is excessive intake.
(8)
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR SINGKATAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Rumusan masalah ... 3
1.3. Tujuan penelitian ... 3
1.4. Manfaat penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lemak ... 5
2.1.1 Klasifikasi ... 5
2.1.2 Fungsi ... 6
2.1.3 Komponen penyusun ... 8
2.1.4 Sifat ... 10
2.1.5 Pencernaan dan penyerapan ... 10
2.1.6 Metabolisme ... 12
2.2. Status gizi... 14
2.2.1 Definisi ... 14
2.2.2 Penilaian ... 15
2.2.3 Klasifikasi ... 16
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi ... 17
2.3. Kerangka Teori dan Konsep ... 19
2.4. Definisi Operasional ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 21
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
3.2.1. Lokasi ... 21
3.2.2. Waktu Penelitian ... 21
3.3. Sumber data ... 21
3.4. Populasi dan Sampel ... 21
3.5. Kriteria inklusi dan eksklusi ... 22
3.5.1. Kriteria inklusi ... 22
(9)
ix
ix
3.6. Cara Kerja Penelitian ... 23
3.6.1. Pengumpulan data ... 23
3.6.2. Pengolahan dan analisis data ... 24
3.6.3. Penyajian data ... 25
3.6.3. Pelaporan data ... 25
3.7. Identifikasi variabel ... 25
3.8. Etika Penelitian ... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran karakteristik subyek ... 27
4.2. Gambaran status gizi... 29
4.3. Gambaran asupan lemak ... 29
4.4. Pembahasan ... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 33
5.2. Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh asam lemak jenuh ... 5
Tabel 2.2 Contoh asam lemak tak jenuh ... 5
Tabel 2.3 Klasifikasi lemak dan minyak berdasarkan sumber ... 6
Tabel 2.4 Fungsi asam lemak esensial ... 7
Tabel 2.5 Asam lemak jenuh ... 9
Tabel 2.6 Klasifikasi status gizi ... 17
Tabel 2.7 Definisi operasional... 20
Tabel 4.1 Sebaran karakteristik subyek ... 28
Tabel 4.2 Sebaran berat badan menurut jenis kelamin ... 28
Tabel 4.3 Sebaran tinggi badan menurut jenis kelamin ... 28
Tabel 4.4 Klasifikasi subyek berdasarkan indikator status gizi ... 29
(11)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Reaksi dehidrasi gliserol ... 8
Gambar 2.2 Hasil oksidasi gliserol ... 8
Gambar 2.3 Penyerapan lemak di sel mukosa usus ... 11
(12)
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 19 Bagan 2.2 Kerangka Konsep ... 19
(13)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kode Etik ...37
Lampiran 2 Lampiran hasil ...38
Lampiran 3 Lembar Informed Concent ...41
Lampiran 4 Food Frequency Quesionnaire ...43
(14)
DAFTAR SINGKATAN
SDM Sumber Daya Manusia
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
PUFA Poly Unsaturated Fatty Acid
VLDL Very Low Density Lipoprotein
LPL Lipoprotein Lipase
WHO World Health Organization
NCHS National Center for Health Statistic
CDC BB TB BB/U TB/U IMT/U
Centers for Disease Control and Prevention
Berat Badan Tinggi Badan
Berat Badan menurut Umur Tinggi Badan menurut Umur Indeks Masa Tubuh terhadap Umur
(15)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang masih berkembang menghadapi tantangan untuk membuat sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat bersaing saat memasuki era globalisasi. Usia anak-anak merupakan salah satu aset Sumber Daya Manusia (SDM) dan merupakan generasi penerus bangsa. Kelangsungan hidup negara Indonesia memiliki keterkaitan pada kualitas anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan dengan memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, serta pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak. Kecukupan asupan gizi sangat berpengaruh pada kecerdasan dan produktivitas kerja manusia.1-3
Kelompok usia sekolah merupakan golongan penduduk yang memiliki masa pertumbuhan yang cepat dan aktif serta harus mendapatkan asupan gizi yang memiliki kualitas dan kuantitas yang baik. Pada masa usia sekolah, anak anak melakukan lebih banyak aktifitas, baik di lingkungan sekolah maupun di luar, sehingga anak-anak membutuhkan energi yang lebih banyak. Status gizi anak yang merupakan tolak ukur kecukupan gizi, sangat penting untuk menilai keadaan pertumbuhan dan staus kesehatannya.2,3,5
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diketahui prevalensi nasional anak usia sekolah usia 6-14 tahun yang status gizi kurus (laki-laki) adalah 13,3%, sedangkan prevalensi nasional status gizi anak usia sekolah kurus (perempuan) adalah 10,9%. Prevalensi Nasional anak usia sekolah gemuk (laki-laki) adalah 9,5%, sedangkan prevalensi Nasional anak usia sekolah gemuk (perempuan) adalah 6,4%.3,5
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Status gizi merupakan tanda tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara asupan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi. Status gizi seseorang pada dasarnya merupakan gambaran kesehatan sebagai
(16)
refleksi dari konsumsi pangan dan penggunaannya oleh tubuh.1,3,4
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal dapat diperoleh apabila tubuh mendapatkan zat gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, serta kesehatan dan daya tahan tubuh. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan zat gizi esensial. Status gizi lebih, dapat terjadi apabila konsumsi zat gizi memiliki jumlah yang berlebihan yang dapat menimbulkan efek toksisitas dan membahayakan tubuh. Asupan gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh akan membantu pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dengan asupan makanan dapat menimbulkan masalah gizi.3-5
Masalah gizi dari sudut bentuk zatnya dapat berupa masalah gizi makro dan masalah gizi mikro. Hasil kajian menunjukkan kisaran distribusi energi gizi makro dari pola konsumsi penduduk Indonesia berdasarkan analisis data Riskesdas 2010 adalah 9-14% energi protein, 24-36% energi lemak, dan 54-63% energi karbohidrat. Nilai yang diharapkan untuk memenuhi distribusi energi, yaitu 5-15% energi protein, 25-55% energi lemak, dan 40-60% energi karbohidrat tergantung usia atau tahap tumbuh kembang. 3,5
Tersedianya lemak dalam tubuh memiliki banyak fungsinya, salah satu fungsi lemak yang penting adalah sebagai penghasil energi tubuh terbesar dari makro nutrien lain karena setiap gram lemak menghasilkan sekitar 9 kalori. Lemak yang berlebih dalam tubuh disimpan dalam jaringan adiposa sebagai energi potensial. Apabila tubuh kekurangan lemak, ketersediaan energi dalam tubuh berkurang. Energi yang harus tetap terpenuhi akan menimbulkan terjadinya katabolisme protein dan cadangan lemak dalam tubuh juga akan semakin berkurang.2,4,5
Hal ini dapat berpengaruh pada kondisi berat badan berupa penurunan berat badan. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, asupan zat gizi makro yaitu lemak pada anak usia sekolah masih belum memenuhi harapan distribusi energi. Perlu diketahui status gizi serta asupan lemak anak sekolah usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah, Ciputat pada tahun 2015. Penelitian ini
(17)
3
diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam pencegahan dan penanganan masalah gizi serta asupan lemak.
1.2. Rumusan Masalah
Uraian ringkas latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana status gizi anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah, Ciputat tahun 2015?
2. Bagaimana asupan lemak dari makanan yang diperoleh anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah , Ciputat tahun 2015?
1.3. Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Penelitian
Mengetahui status gizi anak sekolah usia 13-15 tahun dan asupan lemak dari makanan sebagai salah satu upaya pencegahan penanganan masalah gizi.
1.4.2 Tujuan Khusus Penelitian
1. Mengetahui sebaran karakteristik anak sekolah usia 13-15 tahun berdasarkan usia dan jenis kelamin di Ciputat tahun 2015.
2. Mengetahui sebaran status gizi anak usia 13-15 tahun berdasarkan indikator BB/U, TB/U, dan IMT/U di Ciputat tahun 2015.
3. Mengetahui sebaran asupan lemak dari makanan pada anak usia 13-15 tahun di Ciputat tahun 2015.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat antara lain:
1.5.1 Manfaat bagi masyarakat
1. Menghasilkan data mengenai status gizi dan asupan lemak yang membantu dalam memahami masalah gizi pada anak usia 13-15 tahun.
(18)
2. Memberi masukan dalam bidang pelayanan kesehatan mengenai status gizi dan asupan lemak anak usia 13-15 tahun.
3. Memberi masukan positif bagi pihak tempat terkait di Ciputat dalam evaluasi status gizi.
1.5.2 Manfaat bagi peneliti
1. Sebagai pemenuhan tugas kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negri Jakarta.
2. Sebagai sarana pelatihan dan pembelajaran melakukan suatu penelitian dalam bidang kesehatan
3. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu gizi, ilmu kesehatan anak dan ilmu kedokteran komunitas untuk mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat. 4. Meningkatkan kemampuan berfikir analitis dan sistematis dalam
mengidentifikasi masalah kesehatan di masyarakat. 5. Melatih kerjasama dalam kelompok peneliti.
(19)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lipid
Lemak adalah senyawa ester organik pada organisme hidup yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non polar seperti benzena, kloroform, dietil eter, dan karbon tetraklorida. Golongan lipid sederhana seperti lemak merupakan sumber energi yang efisien, pelarut vitamin yang tidak larut air, serta sumber asam lemak esensial.Lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut non polar karena mempunyai polaritas yang sama dengan pelarutnya. 6,7
2.1.1 Klasifikasi Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan beberapa penggolongan yaitu:
1. Berdasarkan kejenuhannya (ikatan rangkap): a. Asam lemak jenuh
Tabel 2.1 Contoh asam lemak jenuh
Nama asam Struktur Sumber
Butirat CH3(CH2)2CO2H lemak susu
Palmitat CH3(CH2)14CO2H lemak hewani dan nabati Stearat CH3(CH2)16CO2H lemak hewani dan nabati
(Sumber : Organic Chemistry, 2003)8
b. Asam lemak tak jenuh
Tabel 2.2 Contoh asam lemak tak jenuh
Nama asam Struktur Sumber
Palmitoleat CH3(CH2)5CH= CH(CH2)7CO2H Lemak hewani dan nabati Oleat CH3(CH2)7CH= CH(CH2)7CO2H Lemak hewani
dan nabati Linoleat 3(CH2)4CH= CHCH2CH= CH(CH2)7CO2H Minyak nabati Linolenat CH3CH2CH= CHCH2CH=CHCH2=
CH(CH2)7CO2H
Minyak biji rami
(Sumber : Organic Chemistry, 2003)8
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai yang cocok dengan satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi yang
(20)
biasanya berwujud padat. Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak yang memiliki lebih dari satu ikatan dua tidak lazim, terutama pada minyak nabati disebut trigliserida tak jenuh ganda yang cenderung berbentuk minyak.6-8
2. Berdasarkan sumbernya
Tabel 2.3 Klasifikasi lemak dan minyak berdasarkan sumber
Sumber Keterangan
Berasal dari tanaman (minyak nabati)
Biji-biji palawija
minyak jagung dan biji kapas Kulit buah tanaman
minyak zaitun dan minyak kelapa sawit Biji tanaman
kelapa, coklat, dan inti sawit Berasal dari hewan (lemak
hewani)
Lemak susu sapi
Lemak sapi dan oleosterin
Minyak ikan sarden dan minyak ikan paus
(Sumber : Pengantar Kimia, 2009)6
2.1.2 Fungsi lemak 1. Penghasil energi
Sebagai sumber energi yang pekat, 1 gram lemak memberikan 9 kalori (2 1/4 x energi yang dibebaskan dari 1 gram protein maupun 1 gram karbohidrat). Energi yang berlebihan dalam tubuh akan disimpan dalam jaringan adiposa sebagai energi potensial. Lemak adiposa tersimpan dalam jaringan di bawah kulit/
sub cutaneous tissue sebanyak 50%, sekeliling alat tubuh dalam rongga perut sebanyak 45%, dan dalam jaringan bagian dalam otot/intra muscular tissues
sebanyak 5%.8,9
Secara alamiah, lemak yang tersimpan berbentuk lemak netral atau trigliserida. Lemak cadangan ini tidak statis sifatnya tetapi selalu diperbarui dan perubahannya dibantu oleh adanya enzim lipase dan koenzim dalam proses metabolisme dan utilisasi lemak dalam tubuh. Apabila tubuh memiliki cadangan lemak yang berlebihan (lebih dari 20% berat badan normal), maka individu tersebut memiliki peluang mengalami kegemukan (obesitas) yang cenderung mengalami gangguan kesehatan. 7,8
(21)
7
2. Pembentuk struktur tubuh
Cadangan lemak normal yang berada di bawah kulit dan seluruh tubuh berfungsi sebagai pelindung dan penunjang letak organ-organ tubuh. Lemak di bawah kulit (subcutaneous fat) akan melindungi kehilangan panas tubuh melalui kulit dan juga berfungsi untuk mengatur suhu tubuh. 8,9
3. Penghasil asam lemak esensial
Asam lemak esensial (essential fatty acid) adalah asam lemak yang tidak dapat dibentuk tubuh dan tersedia dari luar tubuh yaitu berasal dari makanan. Asam lemak esensial yang memegang peranan penting bagi tubuh adalah linoleat, linolenat, dan arakhidonat. Ketiganya mengandung ikatan rangkap lebih dari satu yang termasuk dalam kelompok asam lemak tak jenuh ganda poly unsaturated fatty acid (PUFA). 6-8
Tabel 2.4 Fungsi asam lemak esensial
Asam lemak Struktur Peranan biologis Sumber
Linoleat 18 C
2 ikatan rangkap
Pertumbuhan ibu dan mencegah terjadinya peradangan kulit
Air susu
Linolenat 18 C
3 ikatan rangkap
Minyak sayur dan biji-bijian minyak
Arakhidonat 20 C
4 ikatan rangkap
Lemak hewan
(Sumber : Biokimia Kedokteran Dasar, 2000)7
4. Pembawa vitamin larut lemak
Vitamin A, D, E, dan K membutuhkan media yang mengandung lemak untuk dapat dipergunakan tubuh. 7
5. Fungsi lemak lainnya7,8 :
a. Sebagai pelumas anatara persendian dan membantu pengeluaran sisa makanan. b. Beberapa macam lemak seperti lesitin berfungsi sebagai pengemulsi yang akan
membantu mempermudah transpor substansi lemak melalui mebran sel.
c. Asam lemak berfungsi sebagai prekursor prostaglandin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah, denyut jantung, dan lipolisis.
d. Pencernaan lemak yang lambat dalam tubuh dapat berfungsi sebagai penghambat rasa lapar.
(22)
2.1.3 Komponen penyusun lemak
Komponen-komponen atau unit penyusun lemak adalah gliserol dan asam-asam lemak.
1. Gliserol atau gliserin
Gliserol, gliserin, atau 1,2,3-propanatriol merupakan alkohol jenuh dan alkohol primer / alkohol sekunder. Dalam suhu kamar, gliserol berupa zat cair yang tidak berwarna, kental, netral terhadap lakmus, serta dalam keadaan murni memiliki sifat higroskopis. Gliserol dapat bercampur dengan air tetapi tidak larut dalam karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, karbon disulfida, dan benzena.6,7,9
Gambar 2.1 Reaksi dehidrasi gliserol
(Sumber : Pengantar Kimia, 2009)6
Dehidrasi gliserol terjadi karena penambahan kalium hidrogen sulfat pada suhu tinggi. Hasil dehidrasi berupa aldehida alifatik tak jenuh yang disebut akroleina atau propenal yang sering digunakan untuk mengidentifikasi gliserol walaupun tidak spesifik. Gliserol dapat mencegah terbentuknya endapan pada reaksi antara tembaga sulfat encer dan natrium hidroksida encer yang disebabkan oleh terbentuknya senyawa kompleks yang larut. Hasil oksidasi gliserol tergantung pada kekuatan oksidator yang digunakan. Oksidator lemah akan menghasilkan gliseraldehida, sedangkan oksidator kuat akan membentuk asam gliserat. 6,7
Gambar 2.2 Hasil-hasil oksidasi gliserol
(23)
9
Manfaat gliserol adalah sebagai bahan dasar untuk sintesis senyawa organik, laksansia atau pencahar, antiseptik pada konsentrasi 25%, serta dapat digunakan juga sebagai vaksin dan fermen.6,9
2. Asam lemak
Asam lemak atau asam monokarboksilat memiliki rantai karbon yang tidak bercabang dan radikal karboksilnya berada di ujung rantai karbon genap. Asam lemak dalam tubuh manusia mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam lemak dapt berupa asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Lipid sederhana dan lipid majemuk mempunyai unit penyusun asam lemak.6,7,9
a. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh (saturated fatty acids) tidak mempunyai ikatan rangkap dalam struktur kimianya dan merupakan unit penyusun lemak pada manusia atau hewan. Ada beberapa asam lemak jenuh yang larut dan tidak larut dalam air. Kelarutanya dalam air semakin berkurang dengan bertambahnya jumlah atom karbon penyusunnya. Asam lemak jenuh tidak larut dalam air. 6,7
Tabel 2.5 Asam lemak jenuh
(Sumber : Biokimia Kedokteran Dasar, 2000)7
b. Asam lemak tak jenuh
Rantai karbon asam-asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) mempunyai satu atau lenih ikatan rangkap dua. Mempunyai dua atau lebih ikatan rangkap yang bersifat nonkonjugasi.6,8,9
(24)
2.1.4 Sifat-sifat lemak
Lemak murni memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Lemak tumbuh-tumbuhan yang berwarna dapat disebabkan oleh adanya pigmen asalnya, seperti karoten, xantofil, tokoferol, atau klorofil. Karoten dan xantofil dapat memberikan warna kuning, tokoferol yang telah mengalami oksidasi dapat menimbulkan warna coklat, sedangkan klorofil dapat menyebabkan warna hijau. Ada beberapa pigmen yang memberikan warna pada lemak hewan dan lemak yang terdapat pada telur, yaitu proses oksidasi atau proses hidrolisis yang juga dapat menyebabkan rasa dan bau lemak menjadi tidak enak.6,7
Lemak-lemak netral yang memiliki asam lemak penyusunnya memiliki rantai karbon yang panjang, tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut lemak. Pelarut lemak yang baik seperti benzena, kloroform, dan dietil eter. Dalam keadaan dingin, kelarutan lemak dalam etanol dan aseton sangat rendah, tetapi dalam keasaan panas kelarutannya cukup besar. Semua lemak kecuali lemak yang asam lemak penyusunnya mempunyai gugus hidroksil bebas, dapat larut dalam petroleum eter. Lemak dengan bermolekul kecil, misalnya tributirin dapat larut dalam air.7-9
Titik lebur (melting point) lemak rendah, tetapi lebih tinggi dari suhu saat menjadi padat kembali (setting point). Tristearin yang murni dapat mencair pada suhu 71,5oC dan padat kembali pada suhu 52,5oC. Panjang dan pendeknya rantai karbon asam-asam lemak penyusun juga mempengaruhi titik lebur lemak. Makin panjang rantai karbon asam lemak penyusunnya, makin tinggi titik lebur lemak tersebut. Titik lebur lemak juga dipengaruhi oleh jumalah ikatan rangkap asam lemak penyusunnya. Makin banyak ikatan rangkapnya, makin rendah titik lebur lemak tersebut. Titik lebur lemak juga dipengaruhi oleh keisomeran geometrik asam lemak penyusunnya. Apabila asam lemak penyusunnya mempunyai bentuk
cis, titik leburnya akan lebih rendah dibandingkan dengan yang berbentuk trans.6,7
2.1.5 Pencernaan dan penyerapan lemak
Hampir semua lemak dalam makanan merupakan lemak netral atau trigliserida yang ditemukan dalam makanan yang berasal dari hewan dan tanaman. Terdapat kemungkinan akan ditemukan fosfolipid dan kolesterol atau
(25)
11
ester-esternya dalam jumlah yang kecil. Dalam mulut tidak terjadi pencernaan lemak karena tidak terdapat enzim lipase yang mengatalis proses hidrolisisnya. Dalam lambung terdapat lipase lambung, tetapi enzim ini hanya mampu mencerna lemak yang mempunyai rantai pendek, misalnya lemak mentega. Pencernaan lemak secara enzimatik yang sebenarnya terjadi di dalam usus halus akibat pengaruh enzim steapsin, yaitu enzim lipase yang berasal dari pankreas. Garam garam empedu, seperti natrium taurokolat dan natrium glikokolat yang masuk ke dalam usus dapat membantu proses emulsifikasi lemak.6-8
Lemak yang tidak larut dalam air, terdispersi menjadi butiran-butiran lemak berukuran kecil sehingga mudah diserang oleh enzim lipase yang larut dalam air. Akibat pengaruh lipase pankreas, butiran-butiran lemak tersebut akan mengalami hidrolisis menjadi digliserida, monogliserida, gliserol, dan asam lemak.6-8
Gambar 2.3 Langkah-langkah penyerapan lemak dalam sel-sel mukosa usus
(Sumber : Biokimia Kedokteran Dasar, 2000)7
Melalui membran mukosa intestinum, produk hidrolisis masuk ke dalam sel-sel mukosa intestinum dan oleh pengaruh lipase yang ada di mukosa intestinum, proses hidrolisis diterukan. Hasil hidrolisis lemak diubah kembali menjadi lemak. Lemak hasil sintesis dibungkus oleh protein dan butiran
(26)
lipoprotein yang disebut kilomikron. Kilomikron ditransfer ke aliran darah melalui sistem limfa untuk di bawa ke hati dan jaringan adiposa.6,7,9
Lemak pada jaringan adiposa berperan untuk menyediakan energi, melindungi organ vital terhadap gangguan mekanik, sebagai isolator sehingga panas tubuh tidak banyak keluar dan sebagai bantalan bagi alat-alat tubuh, seperti misalnya ginjal dan mata. Selain dari lemak makanan, lemak yang terdapat di hati juga dapat diperoleh dari karbohidrat atau protein melalui reaksi biosintesis yang rumit. Lemak hati dapat mengalami perubahan melalui jalan yang panjang menjadi Asetil-KoA, kemudian masuk ke dalam siklus Krebs dan rantai pernapasan sehingga diperoleh energi.7,9
2.1.6 Metabolisme lemak
Sebagian besar lemak yang terdapat di dalam tubuh akan masuk ke dalam kategori asam lemak dan triasilgliserol, gliserofosfolipid, sfingolipid, eikosneoid, kolesterol, garam empedu, dan hormon steroid, serta vitamin larut lemak. Lemak-lemak ini memiliki fungsi dan struktur kimia yang sangat beragam namun memiliki sifat yang sama yaitu relatif tidak larut dalam air.7,8
Asam lemak, yang disimpan sebagai triasilgliserol berfungsi sebagai bahan bakar dan merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Gliserofosfolipid dan sfingolipid yang mengandung asam-asam lemak ester, ditemukan pada membran dan dalam lipoprotein darah di antara komponen lemak struktur-struktur tersebut dengan air disekelilingnya. Lemak-lemak membran ini memberntuk sawar hidrofobik di antara kompartemen-kompartemen subselular serta antara konstituen-konstituen sel dan lingkungan ekstrasel. Asam lemak polyunsaturated
yang mengandung 20 karbon membentuk elkosanoid. Lipid seperti ini mengatur banyak proses di dalam sel.7,9
Kolesterol berperan menstabilkan lapis ganda (bilayer) fosfolipid pada membran. Kolesterol berfungsi sebagai prekursor garam-garam empedu, senyawa mirip deterjen yang berfungsi dalam proses pencernaan dan penyerapan lemak. Kolesterol juga berfungsi sebagai prekursor hormon steroid yang memiliki banyak fungsi termasuk mengatur metabolisme, pertumbuhan, dan reproduksi.6,7
(27)
13
Vitamin larut lemak adalah lemak yang berperan dalam aneka ragam fungsi seperti penglihatan, pertumbuhan, dan diferensiasi (vitamin A), pembekuan darah (vitamin K), pencegahan kerusakan oksidatif pada sel (vitamin E), dan metabolisme kalsium (vitamin D).Triasilgliserol yang merupakan lemak utama dalam makanan dicerna di dalam lumen usus. Produk-produk pencernaan tersebut diubah kembali menjadi triasilgliserol di dalam sel epitel usus, lalu dikemas dalam lipoprotein yang dikenal sebagai kilomikron dan disekresikan ke dalam limfe. Akhirnya kilomikron masuk ke dalam darah dan berfungsi sebagai salah satu lipoprotein utama dalam darah.7,9
Lipoprotein berdensitas sangat rendah/ Very Low Density Lipoprotein,
(VLDL) dibentuk di hati, terutama dari karbohidrat makanan. Lipogenesis merupakan proses perubahan glukosa menjadi asam lemak, yang kemudian mengalami esterifikasi ke gliserol untukk membentuk triasilgliserol yang terkemas dalam VLDL dan disekresikan keluar hati.6-8
Triasilgliserol pada kilomikron dan VLDL dicerna oleh lipoprotein lipase (LPL), suatu enzim yang melekat pada sel endotel kapiler. Asam-asam lemak yang dibebaskan kemudian diserap oleh otot dan jaringan lain untuk dioksidasi menjadi CO2 dan air untuk menghasilkan energi. Setelah makan, asam-asam lemak ini diserap oleh jaringan adiposa dan disimpan sebagai triasilgliserol.7,9
Gambar 2.4 Metabolisme triasilgliserol dalam keadaan kenyang.
(28)
2.2 Status gizi
2.2.1 Pengertian status gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet.10,12
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif.10-12
Menurut Depkes RI 2002, status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.11,13
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization – National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, gizi baik untuk well nourished. Ketiga, gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, kurang energi protein (KEP). Keempat, gizi buruk untuk severe KEP, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor, dan kwasiorkor.12,14
Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan, penyerapan, dan penggunaan zat gizi tersebut.11,14
(29)
15
2.2.2 Penilaian status Gizi
Menurut penelitian Supariasa tahun 2001, penilaian gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penelitian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. 1. Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia, apabila ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi. Penggunaan antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan tersebut terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. 11,12,14
Dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat mengukur beberapa parameter seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TT/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan (BB) juga merupakan parameter antropometri yang sangat labil dalam keadaan normal, apabila kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi serta kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan akan berkembang mengikuti pertambahan umur.14,15 2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi karena didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, mukosa oral, atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini umumnya digunakan untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys) dan dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
(30)
kekurangan zat gizi. Metode ini juga dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisis atau riwayat penyakit.13,15
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh antara lain darah, urin, feses, hati, dan otot. Metode ini juga dapat dijadikan sebuah peringatan akan keadaan malnutrisi yang lebih buruk dan bagi gejala klinis yang kurang spesifik dapat pula ditentukan kekurangan gizi yang spesifik dengan menggunakan metode ini.13,15
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik dengan menggunakan tes adaptasi gelap.12,13
Penilaian status gizi tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu survey konsumsi makanan dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi, statistik vital dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, dan faktor ekologi dengan melihat hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.14,15
2.2.3 Klasifikasi status gizi
Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/TB), untuk mengetahui pertumbuhan normal US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan the National Center for Health Statistic (NCHS) membuat grafik pertumbuhan yang memiliki klasifikasi berdasarkan berat dan tinggi berdasarkan umur dan jenis kelamin serta indeks masa tubuh.13,15,16
Grafik pertumbuhan memiliki 7 kurva dengan pola yang sama. Setiap kurva tersebut mewakili persentil yang berbeda yaitu 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, dan 95th. Persentil 50th menunjukan rata-rata nilai pada umur tersebut. Selain itu ada juga grafik dengan tambahan persentil 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, dan 97th.
(31)
17
Besar atau rendahnya persentil tidak menunjukkan adanya masalah pada status gizi.14-16
Grafik WHO 2006 adalah grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun. Penentuan status gizi menggunakan cut off z score WHO 2006 untuk usia 0-5 tahun dan persentase berat badan ideal sesuai kriteria Waterlow untuk anak di atas 5 tahun. Klasifikasi BB dan TB dapat digunakan kriteria Waterlow tetapi untuk IMT hanya diklasifikasikan menurut persentil.13,14
Table 2.6 Klasifikasi status gizi
Kategori (%) (persentil)
Obesitas >120 > P95
Gizi lebih >110 P85-P95
Normal 90-110 P5-P85
Gizi kurang 70-90 < P5
Gizi buruk <70
(Sumber : Nutrisi Pediatrik , 2011)14
Grafik WHO 2006 digunakan untuk usia 0-5 tahun karena mempunyai keunggulan metodologi dibandingkan CDC 2000. Untuk usia di atas 5 tahun hingga 18 tahun digunakan grafik CDC 2000 dengan pertimbangan grafik WHO 2007 tidak memiliki grafik BB/TB dan data dari WHO 2007 merupakan
smoothing NCHS 1981.13,14
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi balita baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Tingkat pendidikan orang tua
Pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan akan mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan, sehingga kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah
(32)
(2006) melalui uji korelasi Spearman, menunjukkan adanya hubungan positif dan sangat signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita. 12,14,15
2. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang buruk dapat mempermudah terkena penyakit infeksi, sehingga penyakit infeksi dengan keadaan gizi merupakan suatu hubungan timbal balik. Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh faktor agent (penyebab infeksi), host (induk semang), dan
route of transmission (jalannya penularan). Faktor agen penyebab penyakit infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, riketsia, dan protozoa. Berbagai agen infeksi tersebut akan menyebabkan seseorang mengalami penyakit-penyakit infeksi seperti influenza, cacar, thypus, disentri, malaria, dan penyakit kulit seperti panu. Suatu penyakit infeksi juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri, tergantung dari kekebalan atau resistensi orang yang bersangkutan. Penyakit infeksi ini merupakan penyakit yang menular dan penularan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.16,17
3. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga adalah penghasilan orang tua setiap bulan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah (2006) melalui uji korelasi
Spearman menunjukkan adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi. Pendapatan yang rendah berpengaruh terhadap asupan makanan yang dikonsumsi karena penghasilannya terbatas. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi. Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin baik status gizi balita dan sebaliknya. Analisis Chi-square
menunjukkan bahwa status ekonomi secara bermakna merupakan faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita.16,17
(33)
19
2.3 Kerangka Teori
Bagan 2.2 Kerangka konsep
2.4 Kerangka Konsep
Bagan 2.2 Kerangka konsep 2.5 Definisi operasional
Prekursor Prostaglandin Asupan Makanan
Pendapatan Keluarga Penyakit Infeksi
Tingkat Pendidikan
Protein Lemak Karbohidrat
Status Gizi
Nabati Hewani
Sumber
Transport vitamin Penghasil Energi
Fungsi
Obesitas Gizi lebih
Kurva CDC 2000
Kecukupan asupan (20-25% total kalori)
Lemak Asupan
Makanan
Status Gizi
Cukup
Lebih Kurang
Gizi normal Gizi kurang
(34)
Tabel 2.7 Definisi Operasional No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala
Ukur
Hasil Ukur
1 Status gizi Ukuran kecukupan asupan gizi seseorang
yang diukur
berdasarkan persentil berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U), dan indeks masa tubuh terhadap umur (IMT/U)2
Kurva CDC 2000
Ordinal Gizi normal (90-110%/ P5-P85), status gizi lebih (110-120%/ P85-P95), obesitas (>120%/ >P95), status gizi kurang (70-90%/ <P5), dan status gizi buruk (<70%).
2 Tinggi badan Rata-rata hasil dua kali pengukuran dari panjang badan subyek yang diukur dari puncak kepala sampai mata kaki pada saat dilakukan
pengumpulan data18
Timbangan digital SECA (GM-TD 150)
Ordinal Hasilnya dinyatakan dalam centimeter
(cm).
3 Berat Badan Rata-rata hasil dua kali pengukuran dari massa tubuh subyek yang ditimbang saat pengumpulan data18
Timbangan digital SECA (GM-TD 150)
Ordinal Hasilnya dinyatakan dalam kilogram (kg)
4 Usia Selisih dari tanggal pengambilan data primer dengan tanggal lahir yang dinyatakan dalam bentuk bulan
Kuesioner Ordinal Anak-anak berusia 13-15 tahun dan sedang menempuh pendidikan formal di sekolah
5 Asupan Lemak
Banyaknya kandungan lemak pada pangan yang dikonsumsi.
Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Ordinal 20-25% dari total kalori perhari19
(35)
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain potong lintang dengan menggunakan data primer untuk mengetahui status gizi anak sekolah usia 13-15 tahun serta asupan lemak dari makanan.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 13-16 April 2015 3.2.2. Tempat Penelitian
Pengolahan data dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jl. Kertamukti No. 05, Pisangan Ciputat 15419, Tangerang Selatan. Pengambilan data dilakukan di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Jl. Kertamukti, Pisangan Ciputat 15419, Tangerang Selatan.
3.3. Sumber data
Data yang digunakan adalah data primer dari hasil pengukuran antropometri dan wawancara konsumsi makanan dengan menggunakan metode
Food Frequency Questioner (FFQ) pada subyek. FFQ yang digunakan sudah tervalidasi dan sering digunakan oleh penelitian mengenai gizi.
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan oleh peneliti adalah anak-anak usia 13-15 tahun yang sekolah di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah, Tangerang Selatan pada tahun 2015.
Cara pemilihan sampel menggunakan metode random sampling yaitu diacak semua anak yang berusia 13-15 tahun yang bersekolah di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah, Tangerang Selatan pada tahun, lalu dipilih 7 orang dari setiap kelas.
(36)
Besar sampel (n) dapat ditentukan dengan rumus :
n = Zα2
×p×q d2
n = besar sampel
Za = 1,96 (deviat baku normal untuk a=0,05)
p = proporsi subyek yang memiliki status gizi kurang bernilai = 11,1% q =1-p = 0, 889
d = ketetapan absolut yang dikehendaki = 8,5%
n = (1.96)2 x 0.111 x 0.889 = 52,46 ~ 52 (0.085)2
Jadi, sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebanyak 52 anak-anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah, Tangerang Selatan.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi
Kriteria subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah i. Anak usia 13-15 tahun laki laki dan perempuan
ii. Bersekolah di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah, Tanggerang Selatan tahun 2015
iii. Sampel bersedia mengikuti penelitian
iv. Orang tua memberikan izin mengikuti penelitian
3.5.2. Kriteria Eksklusi
Kriteria subyek eksklusi adalah setiap anak uasia 13-15 tahun adalah i. Sakit saat pengambilan data
ii. Sedang menjalani ujian saat dilakukan pengambilan data iii. Menderita penyakit berat seperti kanker, edema,
(37)
23
iv. Menderita penyakit kelainan tulang sehingga tinggi badan sulit diukur.
3.6. Cara Kerja
3.6.1. Pengumpulan data 3.6.1.1. Data umum
Pengumpulan data umum didapatkan dari data yang dimiliki oleh sekolah yaitu meliputi usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan tingkatan kelas anak sekolah usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah, Tangerang Selatan. Data tersebut diperoleh dengan mewawancarai sampel sebelum penelitian dilakukan.
3.6.1.2. Data Antropometri a. Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan dilakukan sebanyak dua kali dengan alat GM-TD 150 yang ditempatkan di dinding yang rata pada ketinggian tertentu. Data berat badan yang dimasukkan adalah rata-rata dari hasil dua kali pengukuran. Anak diminta melepas sepatu lalu bersandar di dinding dengan kedua kaki dirapatkan. Punggung, pantat, dan tumit kaki menempel pada dinding, dengan kepala dan pandangan lurus ke depan dan badan tegak. Alat ditarik ke bawah hingga menyentuh kepala/ubun anak. Lalu membaca angka pada alat dan catat. Meminta anak turun dahulu untuk mengukur tinggi badan yang kedua lalu lakukan cara yang sama kemudian dicatat.18,19
b. Pengukuran Berat Badan
Pengukuran berat badan dilakukan sebanyak dua kali dengan alat GM-TD 150. Data tinggi badan yang dimasukkan adalah rata-rata dari hasil dua kali pengukuran. Anak diminta melepas sepatu serta pakaian yang memberatkan kemudian berdiri di atas timbangan dan pandangan lurus ke depan. Anak naik ke atas timbangan untuk beberapa saat lalu membaca angka yang muncul pada alat kemudian turun dari timbangan lalu lakukan langkah yang sama untuk mencatat berat badan yang kedua. 18,19
(38)
3.6.1.3. Data wawancara Konsumsi Makanan
Wawancara konsumsi makanan dilakukan dengan metode Food Frequency Questioner (FFQ) yang telah tervalidasi. Dari metode tersebut didapatkan data mengenai pola dan jumlah asupan makanan selama periode harian, mingguan, serta bulanan. Wawancara ini dibantu dengan food model untuk memudahkan subyek memberikan gambaran mengenai besar asupan makanannya. Wawancara berlangsung sekitar 20 – 30 menit untuk setiap anak.
3.6.2. Pengolahan dan Analisis Data
3.6.2.1. Pengolahan Data Antropometri
Data yang didapatkan melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan dimasukkan dan dianalisis ke dalam kurva CDC 2000 menurut umur. Selisih dari tanggal lahir dan tanggal penelitian akan didapatkan data usia subyek dalam hitungan bulan. Hasil interpretasi kurva CDC 2000 diperoleh persentil BB/U, TB/U, dan IMT/U. Setelah itu dilakukan perhitungan persen menurut kriteria
Watelow untuk BB dan TB. Cara perhitungannya yaitu menggunakan rumus: BB/TB subyek x 100%
BB/TB persentil 50
Klasifikasi IMT tidak menggunakan kriteria Waterlow karena grafik IMT digunakan untuk menentukan adanya obesitas. Data persen dan persentil tersebut dimasukkan ke dalam analisis statistik untuk menentukan status gizi subyek. Status gizi dianggap baik jika berada pada rentang 90-110% dan P5-P85.14,15
3.6.2.2. Pengolahan Data Wawancara Konsumsi Makanan
Data yang didapatkan melalui Food Frequency Questioner (FFQ) dimasukkan dan dianalisis menggunakan aplikasi Nutrisurvey yang akan menghasilkan jumlah asupan lemak dan kalori dari makanan setiap harinya pada subyek. Jumlah asupan lemak yang baik ditentukan berdasarkan tabel Angka Kecukupan Lemak (AKL) mengenai asupan lemak anak laki-laki dan perempuan usia 13-15 tahun berdasarkan anjuran proporsi lemak. Data jumlah asupan lemak
(39)
25
per hari dari penelitian ini dikali 9, lalu dibagi dengan total asupan kalori dikali 100%. Hasil dimasukkan ke dalam analisis statistik dan ditentukan tingkat asupan lemak berdasarkan persen AKL dari asupan total kalori. Asupan lemak dianggap baik jika pada laki laki diperoleh lebih dari 83 gram dan pada perempuan lebih dari 71 gram dan memenuhi 20-25% dari total asupan kalori perhari.17,20
3.6.2.3. Analisis Statistik
Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan SPSS 21.0. Analisis data meliputi:
a. Analisis univariat
Analisis univariat meliputi penghitungan proporsi variabel dalam bentuk persentase dan uji normalitas. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov test dilakukan untuk sebaran umur, berat badan, tinggi badan, asupan lemak dan status gizi (berdasarkan persentil BB/U, TB/U dan IMT/U). Apabila p > 0,05 maka data memiliki distribusi normal sehingga dituliskan dalam bentuk mean ± SD. Sedangkan apabila p < 0,05 maka data memiliki distribusi tidak normal sehingga dituliskan dalam bentuk median (min-max).
3.6.3. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan disertai dengan penjelasan deskriptif dan dilaporkan sebagai skripsi.
3.6.4. Pelaporan Data
Data dan hasil analisis dilaporkan dalam bentuk makalah laporan penelitian yang kemudian dipresentasikan di depan penguji dari modul riset.
3.7. Identifikasi variabel
Variabel pertama : asupan lemak Variabel kedua : status gizi
(40)
3.8. Etika penelitian
1. Penelitian ini telah mendapat izin etik dari pembimbing etik modul riset. 2. Responden sudah mendapat penjelasan singkat mengenai penelitian yang
akan dilakukan, setelah itu responden dimintai persetujuannya untuk dilakukan pengambilan data. Hasil dari pengambilan data akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian. Responden berhak menolak untuk tidak mengikuti penelitian ini.
(41)
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sebaran Karakteristik SubyekPenelitian ini dilakukan dengan subyek penelitian sebanyak 54 anak usia 13-15 tahun yang mengikuti pendidikan formal di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah, Ciputat pada tahun 2015. Jumlah seluruh sampel yang diambil yaitu sebanyak 56 anak seluruhnya diikutsertakan dalam pengolahan data, 2 sampel pada penelitian tidak diikutsertakan melanjutkan penelitian karena usia kurang dari 13 tahun. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan presisi sebesar 8,5%. Peneliti tidak memakai nilai presisi sebesar 5% karena mengacu pada besar sampel yang diinginkan dengan pertimbangan waktu menyangkut pada pengambilan data sampel di lapangan.
Pada pengambilan data, subyek diwawancara dengan menggunakan FFQ dengan menanyakan frekuensi asupan setiap bahan makanan perharinya dalam 1 bulan terakhir. Kekurangan pada penelititan ini adalah subyek tidak dapat mengingat pasti berapa banyak jumlah asupan setiap makanan yang pernah dikonsumsi.
Besarnya jumlah asupan makanan yang dikonsumsi di perkirakan menurut
food model yang disediakan. Subyek melihat food model dan memperkirakan berapa besarnya asupan makanan yang dikonsumsi. Food model yang dipakai saat pengambilan data kurang tepat dalam menggambarkan ukuran asupan makanan sehari hari. Kekurangan food model yang dipakai, kami konsultasikan kepada ahli gizi di puskesmas tangerang agar akurasinya tidak berbeda dengan besarnya asupan yang sebenarnya.
(42)
Tabel 4.1 Sebaran karakteristik subyek berdasarkan jenis kelamin dan usia (n=54)
Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 21 37,5
Perempuan 35 62,5
Usia
13 tahun 36 66,7
14 tahun 18 33,3
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa pada penelitian ini jumlah subyek perempuan lebih banyak dari laki-laki yaitu sebesar 35 subyek (62,5%) dari 54 sampel yang diteliti. Subyek yang memiliki umur 13 tahun adalah 36 subyek (66,7%) yang jumlahnya lebih banyak daripada subyek yang memiliki umur 14 tahun yaitu sebesar 18 subyek (33,3%).
Tabel 4.2 Sebaran berat badan berdasarkan jenis kelamin
Berat badan (kg)
Laki-laki (median) 52,22(+33,4 - 121,8) Perempuan (mean) 48,35 (+ 1,4)
Tabel 4.3 Sebaran tinggi badan badan berdasarkan jenis kelamin
Tinggi badan (cm)
Laki-laki (mean) 165,5 (+ 1,9) Perempuan (mean) 154,82(+ 1,1)
Sebaran berat badan pada laki-laki memiliki distribusi tidak normal setelah dilakukan uji normalitas Kolmogov-Smirnov, sehingga diperoleh nilai median sebesar 52,22 dengan interquartile range 16,8 berbeda halnya dengan tinggi badan yg memiliki distribusi normal dengan standar deviasi sehingga diperoleh nilai rata rata 165,5 cm. Sedangkan distribusi berat badan dan tinggi badan pada perempuan adalah normal sehingga diperoleh nilai rata-rata 48,35 kg dan 154,82 cm.
(43)
29
4.2. Status Gizi
Tabel 4.4 Klasifikasi subyek berdasarkan indikator status gizi (n = 54)
Klasifikasi indikator status gizi Jumlah (n) Persentase (%) Status gizi berdasarkan BB/U
Obesitas (>120%) 13 24,1
Gizi lebih (110-120%) 8 14,8
Gizi baik (90-110%) 21 38,9
Gizi kurang (70-90%) 11 20,4
Gizi buruk (<70%) 1 1,9
Status gizi berdasarkan TB/U
Tinggi (110-120%) 3 5,6
Normal (90-110%) 50 92,6
Pendek (70-90%) 1 1,9
Status gizi berdasarkan IMT/U
Obesitas (> P95) 7 13
Gizi lebih ( P85-P95) 5 9,3
Gizi baik (P5-P85) 41 75,9
Gizi kurang (< P5) 1 1,9
Hasil sebaran terbesar dari tabel 4.4 berdasarkan indikator status gizi menurut BB/U adalah 21 subyek (38,9% dari total sampel) memiliki status gizi baik yaitu berada dalam rentang 90-110%, status gizi menurut TB/U sebanyak 50 subyek (92,6% dari total sampel) memiliki tinggi badan normal, dan menurut IMT/U sebanyak 41 subyek (75,9% dari total subyek) memiliki status gizi baik.
4.3. Asupan Lemak
Tabel 4.5 Sebaran subyek menurut tingkat asupan lemak (n = 54) Tingkat asupan lemak Jumlah (n) Persentase (%)
Lebih (>25%) 47 87
Cukup (20-25%) 7 13
(44)
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa dari 54 subyek tidak ada satu pun yang memiliki asupan lemak kurang, sedangkan sebaran terbanyak ada pada 47 subyek (87% dari total sampel) yang memiliki asupan lemak lebih. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan di Semarang tahun 2013 pada anak usia 13-15 tahun sebanyak 94 subyek dengan desain potong lintang yang diperoleh dari food recall
24 jam, memberikan hasil bahwa anak di perkotaan dan pedesaan memiliki prevalensi tertinggi pada asupan lemak lebih yaitu lebih dari 50% subyek. 25
4.4. Pembahasan
Penelitian lain yang dilakukan di Semarang tahun 2013, memiliki sebaran jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebesar 39 subyek (79%) dan pada usia 13 tahun sebesar 39 subyek (79,6%).
Berbeda dengan penelitian ini yang memiliki prevalensi obesitas dan gizi lebih menurut IMT/U sebesar 13% dan 9,3%, penelitian lain yang telah dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2012 memberikan hasil prevalensi overweight dan obesitas yang tidak berbeda jauh yaitu sebesar 14,9% dan 16,9% dengan menggunakan pengukuran IMT/U. Penelitian tersebut menggunakan sampel sebanyak 3355 pada anak usia 2-19 tahun dengan mengkategorikan status gizi berdasarkan persentil. Perbedaan yang terjadi dapat disebabkan karena jumlah sampel pada penelitian ini yang lebih sedikit.21
Penelitian lain yang dilakukan secara potong lintang terhadap anak-anak usia 2-19 tahun di AS tahun 2011-2012 dengan jumlah sampel 9120, menetapkan IMT diatas persentil 95 berdasarkan jenis kelamin kurva CDC 2000 menurut indikator IMT/U sebagai kategori obesitas. Hasil yang didapatkan adalah prevalensi obesitas sebesar 16,9% pada anak 2-19 tahun dan 34,9% pada orang dewasa usia lebih dari 20 tahun. Tidak terdapat perbedaan prevalensi yang signifikan pada penelitian yang dilakukan di Amerika pada tahun 2003-2004 dengan tahun 2011-2012. Prevalensi obesitas pada penelitian ini adalah 13% angka tersebut lebih kecil daripada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat.22
Penelitian ini memiliki indikator status gizi yang hasilnya sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosmalina Y pada anak remaja SLTP. Sampel
(45)
31
penelitian adalah murid SLTP usia 11-15 tahun sebanyak 300 subyek dengan desain potong lintang. Pada penelitian tersebut didapatkan prevalensi status gizi normal menurut indikator IMT/U sebesar 84,3% dan TB/U sebesar 65,7%. Sama halnya dengan penelitian ini, menurut BB/U, TB/U, dan IMT/U prevalensi tertinggi menurut penelitian Rosmalina Y adalah status gizi normal dan tinggi badan normal, sedangkan prevalensi terendah adalah status gizi buruk dan tinggi badan pendek.23
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Semarang pada tahun 2012, status gizi disebabkan oleh beberapa faktor. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa status gizi dapat dipengaruhi oleh status ekonomi yang berhubungan dengan pemenuhan bahan makanan setiap harinya yang dapat mempengaruhi status gizi. Selain itu faktor lain yang berpengaruh adalah pengetahuan gizi sehingga berdampak pada sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang berujung pada status gizi individu. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Pembangunan yang memiliki latar belakang status ekonomi keluarga menengah keatas sehingga pemenuhan dan perilaku dalam pemilihan konsumsi bahan makanan setiap harinya baik oleh karena itu pada penelitian ini diperoleh prevalensi tertinggi status gizi normal.24
Penelitan di Amerika tahun 2008 terhadap 314 anak ras Afrika usia 11-14 tahun. Penelitian tersebut memiliki hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu prevalensi terbesar berada pada asupan lemak berlebih sebesar 77% subyek. Berbeda dengan penelitian ini, angka kecukupan gizi asupan lemak yang digunakan pada penelitian tersebut sebesar 40-50% dari total kalori perharinya. 26
Penelitian lain yang dilakukan di Pakistan pada tahun 2014 terhadap 11.237 anak usia 6-16 tahun memiliki hasil yang berbeda. Penelitian tersebut menggunakan desain potong lintang dengan multistage stratified sampling.
Asupan makanan sehari hari diperoleh dengan menggunakan food recall 24 hours. Asupan lemak pada sampel yang diteliti menggunakan angka kecukupan gizi lemak sebesar 18-32%. Bertolak belakang dengan penelitian ini, sebaran asupan lemak pada sampel yang diteliti adalah rendah. 27
Penelitian yang dilakukan di Semarang tahun 2011 pada 31 anak obesitas menjelaskan bahwa rata-rata besarnya asupan lemak terhadap kalori total
(46)
perharinya sebanyak 43%. Sampel pada penelitian tersebut memiliki sebaran asupan lemak yang berlebih. Pada penelitian tersebut diperlakukan intervensi olahraga yang ternyata bepengaruh pada tingkat asupan total lemak pada tubuh anak obesitas. Dijelaskan juga bahwa peningkatan asupan lemak total dapat diperoleh pada anak yang tidak rutin berolahraga selain dari asupan makanan sehari-harinya. Berdasarkan penelitian tersebut, asupan lemak dipengaruhi oleh besarnya asupan makanan yang mengandung lemak seperti junk food. 28
(47)
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Rata-rata anak sekolah berusia 13 tahun. Subyek perempuan lebih banyak dari
subyek laki-laki.
2. Status gizi berdasarkan persentil BB/U, TB/U, dan IMT/U memiliki prevalensi terbanyak pada status gizi normal.
3. Tingkat asupan lemak terbanyak adalah asupan lebih.
5.2. Saran
1. Anak yang memiliki status gizi normal tetap diedukasi mengenai pola hidup sehat karena ada anak yang memiliki status gizi normal tetapi asupan lemak lebih. 2. Anak yang memiliki status gizi berlebih diedukasi untuk melakukan aktivitas fisik
serta mengatur pola makan dan asupan makan sesuai dengan jumlah dan frekuensi optimal bagi anak usia 13-15 tahun.
3. Anak yang memiliki status gizi kurang diedukasi mengenai pemenuhan asupan makanan yang bergizi dan cukup serta bahaya dari gizi buruk.
4. Anak yang memiliki asupan lemak berlebih diedukasi untuk mengurangi asupan tinggi lemak seperti junk food dan gorengan.
(48)
DAFTAR PUSTAKA
1. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia; 2013. h. 209-23. 2. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia; 2010. h. 50.
3. Mitayani, Sartika W. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta : PT.Trans Info Media; 2010. h.15-9.
4. Sunarti E. Mengasuh dengan Hati. Jakarta : Elex Media Komputindo; 2004. h. 61-3.
5. Sulistyoningsih, Hariyani. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011. h. 91-7.
6. Sumardjo D. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC ; 2009. h. 263-82.
7. Mark, Dawn B, Allan D. Mark, Collen M. Smith. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC; 2000. h. 478-86.
8. Harold H, Leslei E, Hart D. Organic Chemistry, A Short Course. Edisi 11. United States : Houghton Mifflin Company ; 2003. h. 97-103.
9. Suhardjo. Prinsip-Prinsip Ilmu Gzi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius Anggota IKAPI ; 2010. h. 44-6.
10. Beck M. Ilmu gizi diet. Jakarta : Yayasan Essentia Medica; 2000. h. 15-20. 11. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Umum ; 2004. h. 72-9.
12. Achadi E. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada ; 2007. h. 67-71.
13. Depkes RI. Pemantauan Pertumbuhan Anak. Jakarta : Direktorat Gizi Masyarakat ; 2002. h. 11-9.
14. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jakarta: Badan Penerbit IDAI ; 2011. h. 5.
15. Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. Chapter 1. h. 93.
(49)
35
16. Notoatmodjo S. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineca Cipta ; 2003. h.32-4.
17. Permana, W. E. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi kurang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Baturaden II [Skripsi]. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman; 2011.
18. Bickley LS dan Szilagyi PG. Physical Examination and History Taking. 9th Edition. USA: Lippincott Williams and Wilkins. 2007. Chapter 3. h. 59-93. 19. Samour P. Pediatric Nutrition. 4th Edition. Canada : Jones and Bartlett
Learning Publishers inc ; 2013. h. 23-30.
20. Hardinsyah dan Tambunan, V. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Serat Makanan. Dalam Angka Kecukupan Gizi dan Acuan Label Gizi. Jakarta : LIPI, Deptan, Bappenas, BPOM, BPS, Menristek, PERGIZI PANGAN, PERSAGI dan PDGMI; 2004.
21. Cheryl D, Margaret D, Carroll. Prevalence of Obesity Among Children and Adolescent [script]. Amerika Serikat: Division of Health and Nutrition Examination Survey United States; 2012.
22. Ogden L. Prevalence of Childhood and Adult Obesity in the United States. JAMA. 2014; 311: 806-14
23. Yuniar R. Hubungan Status Gizi Mikro dengan Status Gizi pada Anak Remaja SLTP. PGM 2010. 33: 14-22.
24. Susanti D. Perbedaan Asupan Energi, Protein dan Status Gizi pada Remaja Panti Asuhan dan Pondok Pesantren [skripsi]. Semarang: Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012.
25. Dwiningsih. Perbedaan Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat dan Status gizi pada Anak Remaja yang tinggal di Wilayah Perkotaan dan Pedesaan [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2013.
26. Jennifer N. Dietary Fat Intake among Urban in African American Adolescents. Eat Behav. 2008 April: 9: 251-6.
27. Sina Aziz. Carbohydrate, Protein and Fat Intake of Healthy Pakistani School Children in a 24 Hour Period. J Pak Med Assoc 2014:64;1255.
(50)
28. Abdillah I. Perubahan Asupan Energi dan Nutrien Terhadap Indeks Massa Tubuh dan Persen Lemak Tubuh pada Anak Obesitas Setelah Lepas Intervensi [skripsi]. Semarang : Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011.
(51)
37
Lampiran 1
Kode Etik
(52)
Lampiran 2
Hasil analisis SPSS
Descriptives
Statistic Std. Error
BBL
Mean 60.8713 5.26964
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 49.8002
Upper Bound 71.9424
5% Trimmed Mean 59.0098
Median 52.2250
Variance 527.613
Std. Deviation 22.96983
Minimum 33.40
Maximum 121.85
Range 88.45
Interquartile Range 33.65
Skewness 1.257 .524
Kurtosis 1.257 1.014
TBL
Mean 165.0526 1.90934
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 161.0413
Upper Bound 169.0640
5% Trimmed Mean 165.1251
Median 164.7500
Variance 69.266
Std. Deviation 8.32262
Minimum 149.25
Maximum 179.55
Range 30.30
Interquartile Range 10.05
Skewness -.008 .524
Kurtosis -.408 1.014
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
BBL .227 19 .011 .878 19 .020
TBL .122 19 .200* .978 19 .914
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
(53)
39
Descriptives
Statistic Std. Error
bbp
Mean 48.3546 1.44541
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 45.4171
Upper Bound 51.2920
5% Trimmed Mean 47.8686
Median 46.5200
Variance 73.122
Std. Deviation 8.55116
Minimum 34.25
Maximum 74.70
Range 40.45
Interquartile Range 11.40
Skewness .975 .398
Kurtosis 1.332 .778
tbp
Mean 154.8243 1.10042
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 152.5880
Upper Bound 157.0606
5% Trimmed Mean 154.6437
Median 153.5000
Variance 42.382
Std. Deviation 6.51015
Minimum 140.95
Maximum 172.70
Range 31.75
Interquartile Range 10.50
Skewness .434 .398
Kurtosis .328 .778
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
bbp .122 35 .200* .945 35 .078
tbp .095 35 .200* .969 35 .405
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
(54)
AKGLEMAK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2 7 13.0 13.0 13.0
3 47 87.0 87.0 100.0
Total 54 100.0 100.0
BBumur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 1 1.9 1.9 1.9
2 11 20.4 20.4 22.2
3 21 38.9 38.9 61.1
4 8 14.8 14.8 75.9
5 13 24.1 24.1 100.0
Total 54 100.0 100.0
TBumur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2 1 1.9 1.9 1.9
3 50 92.6 92.6 94.4
4 3 5.6 5.6 100.0
Total 54 100.0 100.0
IMTumur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2 9 16.7 17.0 17.0
3 23 42.6 43.4 60.4
4 8 14.8 15.1 75.5
5 13 24.1 24.5 100.0
Total 53 98.1 100.0
Missing System 1 1.9
(55)
41
LAMPIRAN 3
LEMBAR
INFORMED CONCENT
Yth
Orangtua / Wali Murid Tsanawiyah di tempat
Ciputat, 6 April 2015 Assalamualaikum wr.wb.
Dalam dunia pendidikan tinggi, penelitian sangat dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah yang baru. Penelitian juga menjadi salah satu syarat untuk lulus dari sebuah universitas.
Kami sebagai mahasiswa/i pendidikan tinggi di UIN akan melakukan penelitian tentang hubungan asupan makanan terhadap status gizi anak.
Atas dasar tersebut, kami mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama surat ini meminta izin kepada orangtua/wali murid Madrasah Pembangunan Tsanawiyah untuk mengambil data putra/i Bapak/Ibu sebagai bahan untuk penelitian kami. Adapun data yang akan diambil berupa berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar perut, status gizi, serta hasil wawancara tentang asupan makanan. Data dari putra/i Bapak/Ibu tidak akan disebarluaskan ke publik dan nama putra/i Bapak/Ibu akan dirahasiakan. Data tersebut hanya akan dipakai sebagai bahan peneltian.
Demikian surat izin ini dibuat. Atas perizinan dan pengertiannya kami ucapkan terimakasih.
Wass.wr.wb
Muhammad Zikri Safira Indriakasia Nuraisah Septiarini 1112103000050 1112103000058 1112103000059
Lulu Zakiah Fajr Muzzammil
(56)
LEMBAR PERIZINAN PERSETUJUAN
Nama Orangtua : ... Nama Murid : ... Kelas : ...
Dengan ini menyetujui putra/i kami untuk diwawancarai dan diambil datanya oleh mahasiswa/i Program Studi Pendidikan Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data putra/i kami hanya dipakai sebagai bahan penelitian dan nama putra/i kami tetap dirahasiakan.
Orangtua/Wali Murid Madrasah Pembangunan Tsanawiyah ..., .... April 2015
(57)
43
LAMPIRAN 4
FORMULIR
FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE
Nama peneliti : Tanggal:
Nama Siswa : Kelas :
Jenis Kelamin : L / P
Tanggal lahir : Usia:
ANTROPOMETRI
Bahan Makanan
Frekuensi Jumlah
Harian Mingguan Bulanan jarang/tdk URT Gram ket
KARBOHIDRAT
Nasi
Mie
bihun
NO PEMERIKSAAN I II
RATA-RATA
1 BERAT BADAN
2 TINGGI BADAN
3 LINGKAR LENGAN ATAS
4 IMT
(58)
roti tawar
kentang
singkong
Ubi
Talas
jagung
ketan
tepung
PROTEIN HEWANI
daging sapi
daging ayam
daging kambing
Ikan segar
ikan asin
ikan kalengan
udang segar
hati sapi
hati ayam
hati kambing
Otak
telur ayam
telur bebek
telur puyuh
(59)
45
PROTEIN NABATI
tempe
Tehu
kacang tanah
kacang hijau
kacang kedelai
kacang merah
oncom
selai kacang
LEMAK
margarin
mentega
santan
minyak kelapa sawit
minyak kelapa
minyak jagung
minyak zaitun
lemak sapi
SUSU DAN PRODUKNYA
susu formula
susu kental manis
susu pasteurisasi
(60)
es krim
yogurt
susu segar
Milo
dancow
SAYURAN
bayam
kangkung
buncis
kacang panjang
daun singkong
sawi hijau
sawi putih
caisin
touge
Kol
kembang kol
brokoli
labu siam
wortel
tomat
seledri
daun bawang
(61)
47
BUAH-BUAHAN
pisang
pepaya
jeruk
semangka
melon
Apel
mangga
Pir
jambu air
jambu biji
rambutan
Duku
nangka
kelengkeng
durian
anggur
manggis
buah naga
LAIN- LAIN
gula pasir
gula merah
madu
(62)
Teh
Kopi
Sirup
kecap
saus tomat
saus sambel
agar-agar
permen
biskuit
JAJANAN
cimol
nutrijel
makaroni goreng
nyam nyam
nasi goreng
kentang ulir
kwetiau
tistick keju
burger
roti manis
ayam sabana
ayam katsu
(63)
49
soto betawi
makaroni scotel
Sosis
bakso
Es
cincau
nougat
spaghetti
Oreo
somay
batagor
martabak telur
takoyaki
dimsum
bubur ayam
pizza sosis
pisang keju
kue bolu
sate donat
burger
baso malang
nasi bakar ayam
nasi bakar ati ampela
nasi bakar tongkol
(64)
sate lontong
gado gado lontong
ketoprak
(65)
49
LAMPIRAN 5
RIWAYAT HIDUP
Nama : Safira Indriakasia Naskar Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 13 November 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kebagusan raya, Jagakarsa Residence Blok A2/14, Jakarta Selatan
No. Telepon : 081295119394
Email : Safiraindriakasia@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. TK Pelita (1998-2000)
2. SDS Pelita (2000-2006)
3. SMP Al-Izhar Pondok Labu (2006-2009) 4. SMA Al-Izhar Pondok Labu (2009-2012) 5. Program Studi Pendidikan Dokter
(1)
es krim
yogurt
susu segar
Milo
dancow
SAYURAN
bayam
kangkung
buncis
kacang panjang
daun singkong
sawi hijau
sawi putih
caisin
touge
Kol
kembang kol
brokoli
labu siam
wortel
tomat
seledri
daun bawang
(2)
BUAH-BUAHAN
pisang
pepaya
jeruk
semangka
melon
Apel
mangga
Pir
jambu air
jambu biji
rambutan
Duku
nangka
kelengkeng
durian
anggur
manggis
buah naga
LAIN- LAIN
gula pasir
gula merah
madu
(3)
Teh
Kopi
Sirup
kecap
saus tomat
saus sambel
agar-agar
permen
biskuit
JAJANAN
cimol
nutrijel
makaroni goreng
nyam nyam
nasi goreng
kentang ulir
kwetiau
tistick keju
burger
roti manis
ayam sabana
ayam katsu
(4)
soto betawi
makaroni scotel
Sosis
bakso
Es
cincau
nougat
spaghetti
Oreo
somay
batagor
martabak telur
takoyaki
dimsum
bubur ayam
pizza sosis
pisang keju
kue bolu
sate donat
burger
baso malang
nasi bakar ayam
nasi bakar ati ampela
nasi bakar tongkol
(5)
sate lontong
gado gado lontong
ketoprak
(6)
LAMPIRAN 5
RIWAYAT HIDUP
Nama : Safira Indriakasia Naskar Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 13 November 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kebagusan raya, Jagakarsa Residence Blok A2/14, Jakarta Selatan
No. Telepon : 081295119394
Email : Safiraindriakasia@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. TK Pelita (1998-2000)
2. SDS Pelita (2000-2006)
3. SMP Al-Izhar Pondok Labu (2006-2009) 4. SMA Al-Izhar Pondok Labu (2009-2012) 5. Program Studi Pendidikan Dokter