Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi Dengan Kelelahan kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015

(1)

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA I PABRIK KELAPA SAWIT PULAU TIGA TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh : DANIEL TASMI

NIM. 111000228

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA I PABRIK KELAPA SAWIT PULAU TIGA TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : DANIEL TASMI

NIM. 111000228

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I PABRIK KELAPA SAWIT PULAU TIGA TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya

adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2015 Yang membuat pernyataan


(4)

(5)

ABSTRAK

Penelitian telah dilakukan pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga tahun 2015 untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja.

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional.Populasi penelitian sebanyak 158 orang pekerja dan sampel sebanyak 61 orang pekerja dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling

Pengumpulan data status gizi dilakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh dengan indikator berat badan dan tinggi badan, data asupan energi dilakukan metode Food Recall 6x24 jam dan data kelelahan kerja dilakukaan wawancara menggunakan kuesionerInternational Fatigue Research Committee.Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik menggunakan Uji Korelasi Ranks Spearman.

Hasil uji statistik menggunakan Uji Korelasi Ranks Spearman

menggunakan CI = 95% dan derajat kepercayaan 5 % menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan kelelahan kerja dengan nilai

P-value 0,002. Hasil uji statistik juga menunujukkan hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kelelahan kerja dengan nilai P-value 0,0001.

Disarankan pekerja mengatur pola makan, menambah kuantitas dan kualitas sertayang dikonsumsi serta mengurangi mengkonsumsi makanan instans.


(6)

ABSTRACT

The Research has been conducted in PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga workers at Aceh Tamiang, Aceh in 2015 to find out the correlation of nutritional status and calory intake with the work fatigue.

The research was analytical with cross-sectional design. The population was 158 workers and sampel was 61 workers that taken by stratified random sampling method.

The nutritional status data were gathered by conducting measurement of body mass index with weight and height as the indicator, the calory intake data were gathered by conducted a food recall 24 hours method within 6 workday and the work fatigue data were gathered by conducting interviews by using questionnaires from International Fatigue Research Commite. A statisctic test was used to analyze the correlation between independent variables and dependent variable is the rank spearman correlation test.

The result of statistic test with confident interval 95% and confident level 5 % showed that there was significant correlation between the nutritional status and work fatigue at P-value = 0,002. A significant correlation was found between calory intake and work fatigue at P-value 0,0001.

It is recommended that workers should conduct dietary managing, increase the food quality and quantity and reduse to consumption instan food.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapakan kepada Allah SWT, dengan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Pastinya, penyelesaian skripsi dengan judul “HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I PABRIK KELAPA SAWIT PULAU TIGA TAHUN 2015

ini tidak akan terlepas dari peran serta dan dukungan orang-orang terdekat saya yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya.

1. Terimakasih kepada Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D., sebagai Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Terimakasih kepada Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes sebagai Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara.

4. Terimakasih kepada Ibu dr.Halinda Sari Lubis, M. KKK selaku Ketua Penguji sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Terimakasih kepada Ibu Eka Lestari Mahyuni,. SKM,. M. Kes selaku Anggota Penguji selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan


(8)

6. Terimakasih kepada Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. MS dan Ibu Isyatun Mardhiah Syahri, SKM., M.Kes selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini selesai dengan baik.

7. Terimkasih kepada Ibu Ernawati Nasution, SKM., M. Kes., selaku Dosen Pengamat Akademik yang telah memberikan bimbinga dan arahan selama masa perkuliahan.

8. Terimakasih kepada pihak direksi PT. Perkebunan Nusantara I yang telah membantu saya dengan memberikan banyak informasi dan data-data yang bersangkutan dengan penulisan skripsi ini.

9. Terimakasih kepada bapak Manager PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga yang telah memberikan saya izin untuk melakukan penelitian di pabriknya.

10.Teimakasih untuk Orang tua dan seluruh keluarga saya tersayang karena selalu memberikan bimbingan, dukungan serta doa yang selalu dipanjatkan dalam setiap keadaan untuk saya. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat danhidayah-Nya serta memberikan kesehatan untuk Bapak, Mama, Edo, Elsa, Yessi, Fathur dan Uma.

11.Terimakasih untuk teman seperjuangan Gio, Nanda, Ayu, Mirsazaa, Yola, Mei, Roma, Faris, Samsul, Jeje, Wicak dan Nando. Teman dari departemen K3 Cici, Wini, Ivory, Mutia, Anggi, Arum, Fadil, Bayu, Wahana, Eko, Sabrina, Devy, Saodah, Arum, Ara,Ika, Junita, Hengki, Tomi dan lainnya. Teman dari kelompok PBL dan LKP. Teman dari Suara


(9)

USU yang selalu menginspirasi Apri, Dian, Adam, Dewi. Teman dari UKMI Adek, Rijal, Alvin, Dani, Apis dan lainnya. Rekan-rekan yang berkorban demi skripsi ini : Annisa F, Fahmi, Haris, Risa, Rovy, Minda, Ijum, Ana, Ayu, Wilda, Hilma, Dina, Ica, Tari. Serta teman yang selalu mau diajak diskusi : Windi, Awil, Citra, dan Kak Cinta. Terimakasih atas doa, dukungan serta waktu kalian semua untuk saling berbagi ilmu. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses.

Saya merasa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Tak lupa pula saya ucapkan mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini.Kritik, saran dan masukan yang membangun saya harapkan agar dapat memperbaiki isi skripsi ini. Akhir kata semoga dapat memberikan manfaat pada semua pihak.

Medan, Juni 2015 Penyusun


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... HALAMAN PENGESAHAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP ...

i ii iii iv v viii xi xiii xiv xv

BAB IPENDAHULUAN ...

1.1Latar Belakang ... 1.2Perumusan Masalah ... 1.3Tujuan Penelitian ... 1.3.1Tujuan Umum... 1.3.2Tujuan Khusus ... 1.4Hipotesis Penelitian ... 1.5Manfaat Penelitian ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

2.1 Status Gizi ... 2.1.1 Pengertian Status Gizi... 2.1.2 Penilaian Status Gizi... 2.2 Asupan Energi... 2.2.1Kebutuhan Gizi Kerja... 2.2.2Kebutuhan Energi... 2.2.3Pengertian Asupan Energi... 2.2.4Sumber Asupan Energi... 2.2.5Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Energi Pekerja... 2.2.6Standard Kebutuhan Energi... 2.2.7Penilaian Asupan Energi... 2.3Kelelahan Kerja... 2.3.1Pengertian Kelelahan Kerja... 2.3.2Jenis-Jenis Kelelahan Kerja... 2.3.3Penyebab Kelelahan Kerja... 2.3.4 Gejala Kelelahan Kerja... 2.3.5Metode Pengukuran Kelelahan Kerja... 2.4Kerangka Konsep... 1 1 7 7 7 7 7 8 9 9 9 9 14 14 15 17 18 20 21 22 28 28 29 31 33 34 37


(11)

BAB IIIMETODE PENELITIAN ...

3.1 Jenis Penelitian ... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3.2.1 Lokasi Penelitian ... 3.2.2 Waktu Penelitian ... 3.3 Populasi dan Sampel ... 3.3.1 Populasi ... 3.3.2 Sampel ... 3.4 Metode Pengumpulan Data ... 3.4.1 Data Primer ... 3.4.2 Data Sekunder ... 3.5 Definisi Operasional ………...

3.6 Metode Pengukuran……... 3.7 Metode Analisis Data ... 3.7.1 Analisis Univariat ... 3.7.1 Analisis Bivariat ...

BAB IV HASIL PENELITIAN ...

4.1 Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit

Pulau Tiga ……… 4.1.1 Deskripsi Umum Perusahaan………...………..

4.1.2 Struktur Organisasi………..………..

4.1.3Visi, Misi dan Strategi Perusahaan………..………..

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian……….

4.2.1 Umur ……..……….………..

4.2.2 Jenis Kelamin……….………..………..

4.2.3 Bagian Pekerjaan ………...………

4.2.4 Beban Kerja………...………...

4.2.5 Status Gizi………...………...

4.2.6 Asupan Energi ………...…..………..

4.2.7 Kelelahan Kerja ……….

4.3 Hasil Uji Bivariat………..…

4.3.1 Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja………... 4.3.2 Hubungan Asupan Energi dengan Kelelahan Kerja………..

BAB V PEMBAHASAN ……….….

5.2 Status Gizi pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa

Sawit Pulau Tiga Tahun 2015………...

5.3 Asupan Energi pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik

Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………..

5.3 Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik

38 38 38 38 38 38 38 39 40 40 41 41 42 46 47 47 48 48 48 50 50 51 51 52 52 53 55 58 62 64 64 65 67 67 68


(12)

Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun

2015………...

5.5 Hubungan Asupan Energi dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun

2015………...

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………...….. 6.1 Kesimpulan ... 6.2 Saran ...

69

71

73

73 74


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6

Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh ... Rumus Untuk Menaksir Nilai AMB dari Berat Badan... Pengelompokkan Aktivitas atau Beban Kerja (Ringan, Sedang, Berat Berdasarkan Proporsi Waktu Kerja ... Standard Gizi Per Hari Bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis

Kelamin dan Aktivitas Fisik ………... Kebutuhan Energi Selama Bekerja (8 Jam)……… Defenisi Operasional Variabel Penelitian ………..

Kebutuhan Energi Selama Bekerja (8 Jam) ...……….. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga

Tahun 2015 ………

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga

Tahun 2015 ……….

Distribusi Responden Berdasarkan Bagian Kerja PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga

Tahun 2015 ……….

Distribusi Beban Kerja Responden Berdasarkan Bagian Kerja Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit

Pulau Tiga Tahun 2015 ………..

Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga

Tahun 2015 ……….

Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit

10 16 20 21 22 42 44 51 52 52 53 54


(14)

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Tabel 4.10

Tabel 4.11

Tabel 4.12

Tabel 4.13

Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga

Tahun 2015 ……….

Distribusi Asupan Energi Hasil Food Recall 24 Jam selama 6 Hari Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa

Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………

Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Energi Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga

Tahun 2015 ………

Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Menurut

Internasional Fatigue Research Committe pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga

Tahun 2015 ……….

Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit

Pulau Tiga Tahun 2015 ………..

Tabel Silang Antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit

Pulau Tiga Tahun 2015 ………..

Tabel Silang Antara Asupan Energi dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa

Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………

57

58

62

62

64

64


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 4.1 Gambar 4.2

Gambar 4.3

Penyebab Fatigue dalam The Journal Of Southern Africa Institude Of Mining and Metalurgi, W.J. Theron dan GMJ

Van Herdeen………..

Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan Kerja dan

Penyegaran………

Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga PT. Perkebunan Nusantara I.. Kantor Administrasi Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan

Nusantara I ………

Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Pulau

Tiga ………...

32

33 49

49


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6

Kuesioner

Surat Izin Penelitian

Surat Keterangan Selesai Penelitian Dokumentasi

Master Data Output


(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Daniel Tasmi

Tempat Lahir : Kuta Binjai

Tanggal Lahir : 8 Desember 1993

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

Nama Ayah : Tavip Priawen, SH.

Suku Bangsa Ayah : Minang

Nama Ibu : Asmiati, S.Pd.

Suku Bangsa Ibu : Aceh-Jawa

Pendidikan Formal

1. TK/Tamatan tahun : TK Tunas Harapan PTPN I/2000 2. SD/ Tamatan tahun : SDN Sungai Liput/2006

3. SLTP/Tamatan tahun : SMPN 4 Percontohan Karang Baru/2009 4. SLTA/Tamatan tahun : SMAN Modal Bangsa/2011(Akselerasi) 5. Lama studi di FKM USU : 2011-2015


(18)

ABSTRAK

Penelitian telah dilakukan pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga tahun 2015 untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja.

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional.Populasi penelitian sebanyak 158 orang pekerja dan sampel sebanyak 61 orang pekerja dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling

Pengumpulan data status gizi dilakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh dengan indikator berat badan dan tinggi badan, data asupan energi dilakukan metode Food Recall 6x24 jam dan data kelelahan kerja dilakukaan wawancara menggunakan kuesionerInternational Fatigue Research Committee.Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik menggunakan Uji Korelasi Ranks Spearman.

Hasil uji statistik menggunakan Uji Korelasi Ranks Spearman

menggunakan CI = 95% dan derajat kepercayaan 5 % menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan kelelahan kerja dengan nilai

P-value 0,002. Hasil uji statistik juga menunujukkan hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kelelahan kerja dengan nilai P-value 0,0001.

Disarankan pekerja mengatur pola makan, menambah kuantitas dan kualitas sertayang dikonsumsi serta mengurangi mengkonsumsi makanan instans.


(19)

ABSTRACT

The Research has been conducted in PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga workers at Aceh Tamiang, Aceh in 2015 to find out the correlation of nutritional status and calory intake with the work fatigue.

The research was analytical with cross-sectional design. The population was 158 workers and sampel was 61 workers that taken by stratified random sampling method.

The nutritional status data were gathered by conducting measurement of body mass index with weight and height as the indicator, the calory intake data were gathered by conducted a food recall 24 hours method within 6 workday and the work fatigue data were gathered by conducting interviews by using questionnaires from International Fatigue Research Commite. A statisctic test was used to analyze the correlation between independent variables and dependent variable is the rank spearman correlation test.

The result of statistic test with confident interval 95% and confident level 5 % showed that there was significant correlation between the nutritional status and work fatigue at P-value = 0,002. A significant correlation was found between calory intake and work fatigue at P-value 0,0001.

It is recommended that workers should conduct dietary managing, increase the food quality and quantity and reduse to consumption instan food.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang semakin berkembang mendorong ke tahapan industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan teknologi maju dan modern. Salah satu konsekuensi dari perkembangan industri yang sangat pesat sekarang ini adalah tertantangnya proses produksi kerja dalam perusahaan agar terus menerus berproduksi dengan harapan terjadinya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Dengan demikian, pekerja harus bekerja secara ekstra agar dapat mencapai tujuan tersebut. (Imansyah, 2004).

Tujuan utama dari perindustrian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dengan lebih memperhatikan subjek-subjek yang terlibat di dalamnya, terutama dalam hal perlindungan terhadap manusia dan lingkungan kerja. Peranan manusia dalam industri tidak dapat diabaikan karena sampai saat ini dalam proses produksi masih terdapat adanya ketergantungan antara alat-alat kerja dengan manusia. Dengan kata lain adanya interaksi antara manusia, alat dan bahan serta lingkungan kerja yang dapat menimbulkan beberapa pengaruh terhadap tenaga kerja yang merupakan beban tambahan dari tenaga kerja, dan bisa menimbulkan kelelahan kerja (Sutaryono, 2002).

Banyak definisi para ahli mengenai kelelahan kerja. Salah satunya, kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan


(21)

yang harus dilakukan. Kelelahan juga berarti keadaan tubuh baik fisik dan mental yang berbeda karena suatu pekerjaan dan berakibat pada penurunan daya kerja

serta berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. (Suma’mur, 2009). Tarwaka

(2004) juga menambahkan bahwa kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun dan aktivitas menurun. Keadaan yang ditandai oleh adanya perasaan kelelahan kerja dan penurunan kesiagaan ini merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi banyak faktor

Kelelahan kerja yang timbul dalam dunia industri tersebut bukan tanpa kerugian. Kelelahan dapat mempengaruhi produktivitas kerja, sehingga apabila produktivitas seorang pekerja terganggu, maka produktivitas perusahaan pun akan terganggu. Kelelahan kerja juga dapat menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja yang memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja (Nurmianto, 2003).

Data dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan kerja. Penelitian tersebut menyatakan dari 58.115 sampel, 32.8% atau sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan kerja. Menurut Depnakertrans (2004) dalam Putri (2008) data kecelakaan kerja pada tahun 2004 di Indonesia, setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27.8%


(22)

Kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh kelelahan kerja pun menuntut untuk dilakukaannya suatu pemecahan masalah terhadap kelelahan kerja. Salah satunya dengan mengetahui penyebab terjadinya kelelahan kerja agar dapat dideteksi dan dikendalikan sebaik mungkin. Teori kombinasi pengaruh kelelahan dan penyegaran Grandjean menjelaskan kelelahan kerja disebabkan oleh faktor faktor seperti intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, lingkungan yang terjadi dari kebisingan, penerangan, iklim, getaran dan lain lain, cicardian rhytm, problem fisik, kenyerian dan kondisi kesehatan dan nutrisi (Tarwaka, 2004).

Lain lagi dengan Teori Theron dan Herden. Teori tersebut menjelaskan kelelahan kerja terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelelahan kerja yang berhubungan dengan pekerjaan (Work Related Fatigue) dan kelelahan kerja yang tidak berhubungan dengan kerja (Work Non-Related Fatigue). Kelelahan kerja yang berhubungan dengan pekerjaan terdiri dari jam lembur, shift kerja, rentang waktu shift dan istirahat, desain pekerjaan, dan pekerjaan tambahan. Sedangkan kelelahan kerja yang tidak berhubungan dengan kerja terdiri dari waktu dan jarak ke tempat kerja, kewajiban keluarga dan sosial, community activities, isu emosional, umur dan tingkat kebugaran jasmani (Mulyani, 2012).

Seakan sering diabaikan, nutrisi atau gizi pada pekerja adalah merupakan salah satu faktor penyebab kelelahan kerja. Salah satu aspek gizi yang penting bagi pekerja adalah asupan energi pekerja. Asupan energi yang tidak sesuai dengan kebutuhan energi seorang pekerja akan mempercepat pekerja tersebut merasa lelah. Asupan energi adalah jumlah energi yang diperoleh dari makanan yang diproduksi (Arisman, 2009).


(23)

Hasil penelitian Adi, dkk (2013) pada 40 orang pekerja di suatu perusahaan yang menawarkan produk kaca jenis Float Glass bagian packing di Kabupaten Kendal menunjukkan adanya hubungan antara asupan gizi dengan kelelahan kerja. Uji korelasi pearson yang digunakan pada penelitian tersebut memiliki nilai p.=0,0001 (<0,05) dalam tingkat signifikansi 0,05 dan tingkat kepercayaan 95% yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara asupan gizi dengan tingkat kelelahan kerja.

Berdasarkan penelitian Purnamasari (2012) yang dilakukan pada pekerja wanita di industri bulu mata palsu PT. Hyup Sung di Purbalingga, ditemukan sebanyak 80,8% kelelahan kerja tingkat tinggi dan 19,2% kelelahan kerja tingkat sedang terjadi pada pekerja dengan tingkat konsumsi energi defisit dari 52 sampel pekerja yang diteliti. Pada penelitian ini, faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja adalah tingkat konsumsi energi. Hasil Uji Regresi Analisis Logistik menunjukkan pekerja yang mempunyai tingkat konsumsi energi defisit akan mempunyai probabilitas terjadinya kelelahan sebanyak 75,57%.

Asupan energi pekerja dapat menentukan tingkat status gizi seorang pekerja. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaaan zat gizi. Status gizi dikategorikan menjadi gizi baik, gizi sedang dan gizi kurang. Status gizi yang kurang melambangkan kondisi tubuh yang buruk. Kondisi tubuh yang buruk tersebut dapat mempengaruhi pekerja dalam bekerja dan dapat menyebabkan kelelahan kerja.


(24)

pada pekerja bongkar muat di pelabuhan Tapak Tuan. Dalam penelitiannya, didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dan kelelahan kerja. Berdasarkan penelitian dengan jumlah sampel 26 orang di bagian

Stevedoring dan Receiving/Delivery, responden yang sangat lelah terdapat pada kelompok gizi kurang yaitu sebanyak 30,8%. Dari hasil Uji Exact Fisher, diperoleh hasil p=0,002 (p<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara status gizi dan kelelahan kerja.

Penelitian Oesman (2011) pada pekerja pembuatan keramik mozaik dengan pengukuran status gizi menggunakan indikator indeks massa tubuh, pengukuran kelelahan kerja menggunakan Subjective Self Rating Test dari

International Fatigue Research Committe dan menggunakan analisis Chi Square

juga menemukan hasil yang sama. Hasil penelitian yang menggunakan α = 0,05 ini menunjukkan nilai χ² hitung lebih kecil dari nilai χ² tabel (2,147 < 3,8414)

yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kelelahan kerja.

Langgar, dkk (2014) juga menemukan hubungan status gizi dan kelelahan kerja pada penelitiannya pada karyawan pembuatan tahu . Hasil analisis Korelasi

Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,490 yang berarti nilai p. 0,015 ≤0,05 . Hal ini

menunjukkan Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja.

PT. Perkebunan Nusantara I (PTPN I) Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga merupakan perusahaan yang memiliki salah satu misi yaitu membangun sumber daya manusia dan sumber daya alam guna mengelola hasil tanam berupa


(25)

tandan buah segar untuk membuahkan hasil produksi olah yang baik dengan mutu yang baik. Ini artinya, dengan misi membangun sumber daya yang baik dan mendapatkan hasil yang baik pula. PTPN I PKS Pulau Tiga sudah ikut berkompetesi dengan perusahaan lainnya dalam ranah industrilisasi dengan modernisme. Hal ini pastinya menjadikan PTPN I PKS Pulau Tiga harus berusaha mencapai target perusahaan dengan memanfaatkan kinerja pekerja dengan sebaik-baiknya. Dari pemaparan tersebut, pekerja sangat berpotensi mengalami kelelahan kerja.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di PTPN I PKS Pulau Tiga, didapatkan dari keterangan Septiadi Irham, selaku Masinis Kepala (Maskep). Menurutnya, terdapat gejala-gejala kelelahan kerja yang dialami oleh pekerja seperti kurang motivasi, malas-malasan dan tidak serius bekerja.

Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan pekerja yang memiliki badan kurus dan juga berbadan gemuk. Hal ini menunjukkan ketidakmerataannya status gizi pekerja di PTPN I PKS Pulau Tiga. Ditambah lagi PTPN I PKS Pulau Tiga dengan 8 jam kerja ini belum memiliki kantin perusahaan yang baik. Hal tersebut memberikan kendala dalam pemberian asupan energi bagi pekerja.

Berdasarkan urain–uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja terhadap pekerja di PTPN I PKS Pulau Tiga.


(26)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Pulau Tiga Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kepala Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui gambaran status gizi pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.

2. Mengetahui gambaran asupan energi pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.

3. Mengetahui gambaran kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan pernyataan tentang suatu dalil, tetapi kebenarannya belum terujikan secara empirik (Praktinya, 2008).Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah hipotesis kerja dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang hubungan status gizi dan asupan energi terhadap kelelahan kerja.Adapun


(27)

hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut. 1. Bagi Peneliti

Manfaat bagi penulis untuk mengetahui hubungan antara antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Pulau Tiga Tahun 2015.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mengetahui status gizi, asupan energi dan kelelahan kerja serta dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam rangka peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja serta sebagai data yang digunakan untuk pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi

2.1.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaaan zat gizi.Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh (Supariasa, 2002).

2.1.2 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi pekerja dapat dilakukan dengan penilaian status gizi secara langsung dan penilaian tidak langsung.Penilaian status gizi secara langsung adalah dengan pemeriksaan secara antropometri, biokimia, klinis dan biofisik.Penilaian status gizi secara tidak langsung adalah dengan pemeriksaan survei makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

A.Penilaian Status Gizi Secara Langsung 1. Pemeriksaan Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia.Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh.Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan


(29)

proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Russeng, 2009).

Menurut Depkes RI (2009), antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status gizi. Cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa berumur >18 tahun serta tidak dapat diterapkan pada wanita hamil.Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penilaian berdasarkan IMT adalah untuk mengetahui status gizi orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih yaitu dengan pengukuran berat dan tinggi badan, dengan rumus sebagai berikut.

.

Dari perhitungan IMT, dilakukan penilaian status gizi dengan klasifikasi sebagai berikut.

Tabel 2.1. Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh

IMT Status Gizi Kategori

< 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus

17.0 – 18.4 Gizi Kurang Kurus

18.5 – 24.9 Gizi Baik Normal

25.0 – 27.0 Gizi Lebih Gemuk

<27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk

Sumber : Depkes Depkes RI. Pedoman Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Direktorat Bina Kesehatan Kerja (2009).

Beberapa kelebihan dari penggunaan pemeriksaan Antropometri, yaitu : 1. Relatif murah.


(30)

4. Gradable (dapat diranking).

5. Tidak menimbukan rasa sakit pada responden.

Beberapa keterbatasan dari penggunaan pemeriksaan Antropometri, yaitu 1. Membutuhkan data referensi yang relevan.

2. Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan, kesalahan pada

observer.

3. Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena kekurangan energi dan protein, tidak memperoleh informasi karena defiensi zat gizi mikro.

2. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi seseorang.Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi.Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat.Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih dari zat gizi.

Beberapa kelebihan penggunaan pemeriksaan klinis, yaitu : 1. Murah, karena tidak memerlukan peralatan

2. Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar

3. Tidak membutuhkan highly qualified staff, karena pemeriksaan dapat dilakukan oleh kader yang telah terlatih


(31)

4. Tidak menimbulkan rasa sakit pada orang yang diperiksa Beberapa keterbatasan dari penggunaan pemeriksaan klinis, yaitu :

1. Subjektif, sehingga perlu adanya standardisasi, pengalaman bagi pemeriksa. 2. Keterbatasan kepastian penyebab zat gizi, terkadang penyebabnya bukan

karena kurang gizi, tetapi penyebab yang lain, seperti infeksi. 3. Diperlukan staf yang terlatih dengan sangat baik.

4. Banyak tanda klinis yang muncul pada tingkat defiensi berat. 3. Tes Laboratorium / Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Cara penilaian status gizi langsung secara biokimia dapat didekati dengan mengukur kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Hm), serum besi, serum ferritin (SF), transferin saturation (TS), free erythrocytes protophophyrin (FEP), dan Unsaturated iron-binding capacity serum.

Beberapa kelebihan dari penggunaan tes Biokimia, yaitu : 1. Objektif.

2. Gradable (dapat diranking).

Beberapa keterbatasan dari penggunaan tes Biokimia, yaitu :

1. Mahal, pada umumnya pemeriksaan biokimia memerlukan biaya yang tidak sedikit karena berhubungan dengan peralatan dan reagennya.


(32)

3. Kesukaran yang berhubungan dengan spesimen pada saat pengumpulan, pengawetan, dan transportasi.

4. Dibutuhkan data referensi untuk menentukan hasil laboratorium. 4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

B.Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung 1. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikomsumsi.Pengumpulan data komsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. 2. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

3. Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.


(33)

2.2 Asupan Energi

2.2.1. Kebutuhan Gizi Kerja

Kebutuhan akan zat makanan tergantung kepada usia, jenis kelamin dan beban kerja. Zat makanan yang dibutuhkan tubuh meliputi keseluruhan zat gizi, yang paling sesuai adalah makanan seimbang.Hal ini didukung oleh Santoso (2004) dalam Ginting (2011), proporsi zat gizi yang dibutuhkan tubuh harus seimbang, agar zat gizi tersebut dapat digunakan di dalam tubuh dengan sempurna.

Kebutuhan zat gizi diperoleh melalui pola makan yang baik dan sehat.Pola makan pekerja sebaiknya memenuhi tiga kriteria yaitu jumlah makanan yang dikonsumsi sesuai atau seimbang antara kebutuhan dengan penggunaan kalori, jenis dari makanan yang dikonsumsi bervariasi sumbernya.Jadwal makan teratur sebaiknya tiga kali per hari yaitu dianjurkan makan pagi hari untuk mendapatkan kalori kerja di awal bekerja.

Menurut Mitayani dan Sartika (2010) dalam Ginting (2011), gizi seimbang adalah makanan yang dimakan harus beraneka ragam, memenuhi syarat kecukupan gizi.Sebaiknya makanan, sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan kalori, batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan kalori.

Tenaga kerja membutuhkan makanan yang cukup dan bergizi untuk memelihara kondisi tubuh agar selalu prima.Bahan makanan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja adalah bahan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi


(34)

melaksanakan pekerjaan.Kekurangan zat gizi mengakibatkan gangguan kesehatan dan produktivitas kerja.Tingkat gizi terutama bagi pekerja berat adalah faktor penentu derajat produktivitas kerjanya. Pekerja berat, jika tidak diimbangi dengan gizi yang cukup, biasanya akan mengalami penurunan berat badan. Makanan dan beban kerja serta faktor lingkungan kerja, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling memengaruhi.

2.2.2. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) merupakan konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi.

Kebutuhan energi total orang dewasa diperlukan untuk : 1. Metabolisme Basal

Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses tubuh yang vital. Kebutuhan energi metabolisme basal termasuk jumlah energi yang diperlukan untuk pernafasan, peredaran darah, pekerjaan ginjal, pankreas, dan lain-lain alat tubuh, serta untuk proses metabolisme di dalam sel-sel dan untuk mempertahankan suhu tubuh.

Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal.Kurang lebih 2/3 energi yang dikeluarkan seseorang sehari digunakan


(35)

untuk kebutuhan aktivitas metabolisme basal tubuh.Kebutuhan energi basal ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh serta umur. Menurut Almatsier (2009), Harris dan Benedict pada tahun 1990 menentukan rumus untuk menghitung kebutuhan energi basal sebagai berikut :

AMB Laki-Laki = 66,5 + 13,7 BB (kg) + 5,0 TB (cm) – 6,8 U AMB Perempuan = 65,5 + 9,6 BB (kg) + 1,8 TB (cm) – 4,7 U Keterangan :

BB = Berat badan dalam kilogram TB = Tinggi Badan dalam sentimeter U = Umur

FAO/WHO/UNU/1985 juga mengeluarkan rumus untuk menaksir nilai AMB dari berat badan dengan menggunakan rumus regresi linier.Rumus untuk menaksir AMB tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2. Rumus untuk Menaksir Nilai AMB dari Berat Badan

Kelompok Umur (Tahun)

AMB (kkal/hari)

Laki-Laki Perempuan

18-30 15,3 B + 679 14,7 B + 496

30-60 11,6 B + 879 8,7 B + 829

≥60 13,5 B + 487 10,5 B + 596

Sumber : Almatsier (2009)

2. Aktivitas Fisik


(36)

metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.

Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerk, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan.Seorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan pekerjaan daripada seorang yang kuru, karena orang gemuk membutuhkan usaha lebih besar untuk menggerakkan berat badan tambahan.

3. Efek Makanan atas Pengaruh Dinamik Khusus (Specific Dynamic Action / SDA)

Pengaruh termis makanan atau kegiatan dinamik khusus adalah energi tambahan yang diperlukan tubuh untuk pencernaan, absorpsi dan metabolisme zat-zat gizi yang menghasilkan energi.SDA bergantung pada jumlah energi yang dikonsumsi, yaitu kurang lebih 10% dari kebutuhan energi untuk metabolisme basal dan untuk aktivitas fisik.

2.2.3. Pengertian Asupan Energi

Energi yang digunakan tubuh bukan hanya diperoleh dari metabolisme zat gizi yang tersimpan di dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.(Arisman, 2009).Energi yang diperoleh dari makanan yang diproduksi disebut sebagai energi asupan.


(37)

2.2.4. Sumber Asupan Energi

Energi pada manusia dapat timbul disebabkan adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak.Zat karbohidrat, protein dan lemak merupakan zat gizi yang dapat memberikan kalori pada tubuh manusia.

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat tepung/pati dan gula.Bahan pangan rakyat di Indonesia memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, yaitu sekitar 70-80%. WHO menyebutkan kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 55-75% dari total konsumsi energi.(Syafiq, 2007). Menurut Almatsier (2009), sumber karbohidrat adalah padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula.

Fungsi karbohidrat dalam tubuh antara lain : a. Sebagai sumber energi.

b. Pemberi rasa manis pada makanan.

c. Memberikan volume pada isi usus dan melancarkan gerak peristaltik usus. d. Simpanan energi dalam hati dan otot.

e. Penghemat protein dan pengatur metabolisme lemak. f. Memberi rasa manis pada makanan.

g. Membantu pengeluaran feses 2. Protein

Protein merupakan bahan pembentuk enegi, di samping lemak dan karbohidrat, yang diperoleh dari bahan makan nabati dan hewani. Protein


(38)

karbohidrat, dan berbagai vitamin, terdapat di sekujur tubuh pada otot, kulit, rambut, jantung, paru, otak, dan organ tubuh lainnya.Kebutuhan protein harus terpenuhi sebesar 10-20 % dari eneri total (Syafiq, 2007).

Fungsi protein dalam tubuh adalah sebagai berikut :

a. Sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. b. Sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh.

c. Sebagai pembentuk ikatan-ikatan esensial tubuh.

d. Sebagai pengatur keseimbangan air dan memelihara netralitas tubuh. e. Sebagai pembentuk antibodi.

f. Sebagai pengangkut zat-zat gizi.

g. Sebagai pemberi tenaga dalam keadaan energi kurang tercukupi oleh karbohidrat dan lemak.

3. Lemak

Lemak sebagai sumber pembentuk energi yang menghasilkan bobot energi yang paling besr dibandingkan pembentuk energi yang lain. Tiap 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori, 1 gram karbohidrat dan protein menghasilkan 4 kalori.Zat lemak di dalam tubuh terbentuk dari berbagai bahan makan yang biasa dikonsumsi setiap harinya. WHO (menganjurkan konsumsi lemak berkisar 10-30 persen dari total kebutuhan energi (Syafiq, 2007).

Menurut Almatsier (2009) sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam).


(39)

2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Energi Pekerja

Kebutuhan gizi seseorang dengan orang lain belum tentu sama. Menurut

Suma’mur (2009) kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh usia, ukuran tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis, keadaan khusus; seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.

Menurut Suma’mur (1989), jumlah kalori yang dibutuhkan orang dewasa

ditentukan oleh:

1. Metabolisme basal, yaitu sejumlah tenaga yang diperlukan oleh tubuh dalam keadaan istirahat.

2. Pengaruh makanan atas kegiatan tubuh (aktivitas tubuh), kira-kira 10% dari metabolisme basal.

3. Kerja otot

Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat) berdasarkan proporsi waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3. Pengelompokan Aktifitas Atau Beban Kerja (Ringan, Sedang, Berat Berdasarkan Proporsi Waktu Kerja).

Kelompok

Aktifitas Jenis Kegiatan

Faktor

Aktifitas Contoh Aktifitas Ringan

 Laki – laki  Perempuan

75% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau

1,58 1,45

Aktifitas kantor tanpa olah raga, aktifitas fisik yang tidak menguras tenaga, duduk memotong kedua


(40)

(Sumber :Depkes 2004)

2.2.6. Standard Kebutuhan Energi

Standard kebutuhan energi seseorang dalam sehari ditampilkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.4. Standard Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin dan Aktivitas Fisik

Jenis Kelamin, Umur, BB

Aktifitas Energi (kal) Protein (g) Zat besi ( mg) Seng (mg) Yodium

(μg) Vit A (RE) Vit C (mg) Vit B1 (mg) Vit B2 (mg) Vit B6 (mg) Niacin (mg)

Laki – laki 19 – 29 th BB 56 kg

Ringan 2400 60 13 12,1 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16

Sedang 2550 60 13 12,1 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16

Berat 2800 60 13 12,1 150 600 90 1,2 1,3 1,7 16

Laki – laki 30 – 49 th BB 62 kg

Ringan 2200 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16

Sedang 2350 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16

Berat 2600 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,3 16

Laki – laki 50 – 64 th BB 56 kg

Ringan 2150 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,7 16

Sedang 2300 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,7 16

Berat 2550 60 13 13,4 150 600 90 1,2 1,3 1,7 16

Perempuan 19 – 29 th BB 52 kg

Ringan 1800 50 26 9,3 150 500 75 1 1,1 1,3 14

Sedang 1900 50 26 9,3 150 500 75 1 1,1 1,3 14

Berat 2150 50 26 9,3 150 500 75 1 1,1 1,3 14

Perempuan 30– 49 th BB 56 kg

Ringan 1700 50 26 9,3 150 500 75 1 1,1 1,3 14

Sedang 1800 50 26 9,3 150 500 75 1 1,1 1,3 14

Berat 2050 50 26 9,3 150 500 75 1 1,1 1,3 14

kaleng (laki – laki).

Sedang

 Laki – laki  Perempuan

25% waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 75% adalah untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya

1,67 1,55

Bekerja naik turun tangga, olahraga ringan, pekerjaan rumah tangga, berdiri mengisikan batang korek api (perempuan), mengambil kotak berisi pentul korek api & berjalan memindahkannya kesekitar mesin (laki-laki)

Berat

 Laki – laki  Perempuan

40% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan 60% untuk kegiatan kerja khusus

dalam bidang

pekerjaannya

1,88 1,75

Pekerjaan lapangan, kuli bangunan, memecah batu (perempuan), berdiri mengangkat balok kayu dan memasukkanya ke dalam mesin (laki - laki)


(41)

Perempuan 50 – 64th BB 55 kg

Ringan 1650 50 12 9,3 150 500 75 1 1,1 1,5 14

Sedang 1750 50 12 9,3 150 500 75 1 1,1 1,5 14

Berat 2000 50 12 9,3 150 500 75 1 1,1 1,5 14

Sumber : AKG 2004 dalam Depkes RI (2009)

Kebutuhan energi seseorang selama bekerja (8 jam) diperkirakan 40-50% dari kebutuhan energi sehari, sehingga diperoleh kebutuhan energi yang dibutuhkan seorang pekerja untuk bekerja selama 8 jam sebagai berikut.

Tabel 2.5. Kebutuhan Energi Selama Bekerja (8 Jam)

Usia/Jenis Pekerjaan Kebutuhan Energi (Kkal)

Pria Wanita

19-29 Tahun

Ringan 960 720

Sedang 1020 760

Berat 1120 860

30-49 Tahun

Ringan 880 680

Sedang 940 720

Berat 1040 820

50-64 Tahun

Ringan 860 660

Sedang 920 700

Berat 1020 800

Sumber : AKG 2004 dalam Depkes RI 2009 2.2.7. Penilaian Asupan Energi

Berikut merupakan metode yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian asupan energi.

1. 24 Hour Food Recall

Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. (Syafiq, 2007). Metode 24 Hour Food Recall memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan


(42)

Kelebihan :

a. Mudah dan pencatatan cepat, hanya membutuhkan kurang lebih 20 menit. b. Murah.

c. Mendapatkan informasi secara detail tentang jenis bahkan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi.

d. Dapat memperkirakan asupan zat gizi suatu kelompok.

e. Recall secara beberapa kali dapat digunakan untuk memperkirakan asupan zat gizi tingkat individu. Biasanya 2 atau 3 kali dan dipilih weekday dan

weekend.

f. Lebih objektif daripada metode riwayat diet. g. Tidak mengubah kebiasaan diet.

Keterbatasan :

a. Recall sekali tidak dapat mencerminkan secara representatif kebiasaan asupan gizi individu.

b. Kadang terjadi under/over reporting.

c. Bergantung pada memori.

d. Kadang mengabaikan saus dan minuman ringan yang menyebabkan rendahnya asupan energi.

e. Memerlukan data entri. 2. Food Records

Food record adalah catatan responden tentang jenis dan jumlah makanan dan minuman dalam suatu periode waktu, biasanya antara 1 sampai 7 hari. Makanan dan minuman yang dikonsumsi dapat dikuantifikasikan dengan


(43)

estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (estimated food record) atau menimbang (weighed food record).

Kelebihan :

a. Tidak tergantung pada memori. b. Mendapatkan data asupan yang detail. c. Mendapatkan data tentang eating habit.

d. Multipleday lebih representatif menggambarkan usual intake

Keterbatasan :

a. Membutuhkan kerjasama yang tinggi dari responden. b. Responden harus bisa membaca dan menulis.

c. Dapat mengubah kebiasaan makan. d. Analisis intensif dan mahal.

e. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan data, harus menimbang dan mencatat.

3. Food Frequency Questionare (Frekuensi Makanan)

FFQ merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden dalam mengonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman.Frekuensi konsumsi makanan dilihat dalam sehari, seminggu, sebulan, atau dalam setahun.Kuesioner terdiri dari list jenis makanan dan minuman.

Kelebihan :

a. Dapat diisi sendiri oleh responden.


(44)

d. Dapat digunakan untuk melihat hubungan antara diet dan penyakit.

e. Data usual intake lebih representatif dibandingkan diet record beberapa hari.

Keterbatasan :

a. Kemungkinan tidak menggambarkan usual food atau porsi yang dipilih oleh responden.

b. Tergantung pada kemampuan responden untuk mendeskripsikan dietnya 4. Food Account

Food Account adalah mengukur asupan makanan (dietary intake) pada rumah tangga atau institusi seperti asrama.Caranya adalah dengan mencatat semua makanan baik yang dibeli maupun ditanam selama masa survei. Konsumsi rata-rata harian per orang dihitung dengan cara menjumlahkan makanan yang dikonsumsi selama masa survei dibagi jumlah orang yang ada di institusi tersebut. Untuk mengukur konsumsi makanan tingkat rumah tangga biasanya periode survei membutuhkan dua sampai empat minggu.

Kelebihan :

a. Cocok digunakan untuk sampel yang besar.

b. Dapat digunakan untuk waktu survei yang cukup panjang.

c. Memberikan data tentag pola kebiasaan makan keluarga atau suatu kelompok (dietary pattern and habit).

d. Kemungkinan kecil mengakibatkan perubahan dalam diet. e. Relatif murah.


(45)

a. Tidak mencatat makanan yang terbuang/sisa.Responden harus dapat baca tulis dan koorperatif.

b. Tidak cukup mengukur konsumsi makan tingkat individu. 5. Duplicate Food Collection

Duplicate Food Collection adalah mengumpulkan makanan dan minuman yang sama dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi responden baik jenis maupun ukurannya. Analisis makanan dilakukan di laboratorium setiap hari dan makanan disimpan dalam lemari es sebelum dibawa ke laboratorium untuk mencegah kerusakan.

Kelebihan Duplicate Food Collection yaitu data asupan gizi lebih akurat dibandingkan pnghitungan dengan tabel komposisi makanan karena dianalisis di laboratotium.

Keterbatasan : a. Mahal.

b. Dibutuhkan waktu dan upaya untuk mengumpulkan duplicate food.

c. Kemungkinan dapat underestimate usual intake. 6. Food Balance Sheet/Neraca Bahan Makanan

Food balance sheet adalah suatu cara tidak langsung untuk memperkirakan konsumsi masyarakat di suatu wilayah atau negara dalam periode waktu tertentu. Food balance sheet ini dapat menilai food availability/ketersediaan makanan.Caranya adalah dengan menghitung selisih produksi makanan, impor, cadangan dikurangi dengan ekspor, bibit, industri


(46)

Kelebihan :

a. Mudah dan pencatatan cepat, hanya membutuhkan kurang lebih 20 menit. b. Mendapatkan informasi tentang suplai makanan.

c. Mengidentifikasi kebiasaan makan (food habits) dan trend konsumsi makanan.

d. Digunakan untuk merencanakan kebijakan di bidang makanan dan gizi. e. Menggambarkan praktik konsumsi makanan di suatu negara/wilayah.

Keterbatasan :

a. Keakuratan data mungkin dipertanyakan.

b. Hanya menggambarkan ketersediaan makanan untuk dikonsumsi. c. Tidak merepresentasikan konsumsi makanan secara aktual. d. Tidak mengindikasikan bagaimana makanan didistribusikan. e. Tidak mencatat makanan yang terbuang (wasted food). 7. Telephone Interview

Metode ini digunakan setelah dilakukan face to face dengan menggunakan

24 hour recall sehingga untuk data 24 hour recall kedua dan ketiga dilakukan dengan metode telpon.

Kelebihan : a. Menghemat biaya.

b. Mengurangi beban responden

Keterbatasan telephone interview, yaitu kesukaran dalam mengestimasi ukuran makanan yang dikonsumsi.


(47)

8. Visual Record (Video, Kamera Foto) Kelebihan :

a. Dengan menggunakan video dan foto data yang diperoleh memiliki validasi yang tinggi.

b. Pencatatan food intake membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan 24 hour recalls atau food record..

c. Beban responden menjadi lebih ringan Keterbatasan :

a. Mahal.

b. Tidak mendapatkan data tentang persiapan bahan makanan c. Masalah teknis sehubungan dengan peralatan yang canggih

2.3 Kelelahan Kerja

2.3.1. Pengertian Kelelahan Kerja

Menurut Suma’mur (2009), lelah merupakan suatu perasaan yang

mempunyai arti tersendiri dan sifatnya subjektif bagi setiap orang. Ada beberapa teori kelelahan kerja, yaitu :

a. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2000).

b. Kelelahan Kerja merupakan suatu kondisi yang menyebabkan penurunan kinerja yang dapat mengakibatkan kesalahan kerja, ketidakhadiran, keluar kerja, kecelakaan kerja dan berpengaruh terhadap perilaku kerja. (Eraliesa dalam Hariyati, 2011).


(48)

c. Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan lelah dan penurunan kesiagaan, persepsi yang lambat dan lemah yang bersifat kronis atau merupakan penurunan kinerja dan mental/psikologi (Grandjean, 1985).

d. Kelelahan kerja adalah keadaan tubuh baik fisik dan mental yang berbeda karena suatu pekerjaan dan berakibat pada penurunan daya kerja serta berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja.(Suma’mur, 2009).

e. Tarwaka (2004) juga menambahkan bahwa kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun. Keadaan yang ditandai oleh adanya perasaan kelelahan kerja dan penurunan kesiagaan ini merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

f. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. (Nurmianto, 2003).

2.3.2. Jenis-Jenis Kelelahan Kerja

Kelelahan Kerja dapat dibedakan berdasarkan : a. Waktu terjadinya kelelahaan

1. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.


(49)

2. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti :

a. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau antisosial terhadap orang lain.

b. Munculnya sikap apatis terhadap orang lain. c. Depresi yang berat, dan lain-lain.

b. Penyebab terjadinya kelelahaan

1. Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah penurunan waktu reaksi.

2. Faktor psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

c. Proses dalam otot

1. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)

Kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang/ kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar (Suma,mur, 2009).


(50)

2. Kelelahan Umum

Kelelahan umum adalah suatu perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan lambanan pada setiap aktivitas. Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain : lelah pada organ penglihatan (mata), mengantuk, stress (pikiran tegang), dan rasa malas bekerja atau circandian fatigue. Selain itu kelelahan umum dicirikan dengan menurunnya perasaan ingin bekerja yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, Sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.(Grandjean, 1985 dalam Tarwaka, 2004).

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik. Pengaruh-pengaruh ini seperti berkumpul didalam tubuh dan

mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 2009).

d. Proses hasil perubahan fisiologi, psikologi dan mekanik

Kelelahan ini dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelelahan yang bersifat lokal dan kelelahan seluruh tubuh.

2.3.3. Penyebab Kelelahan Kerja

Menurut Theron dan Herden (2011) dalam Mulyani (2012), penyebab kelelahan kerja terbagi kedalam dua kelompok penyebab, yaitu kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan dan kelelahan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.


(51)

Gambar 2.1. Penyebab Fatigue dalam The Journal of The Southern African Institude of Mining and Metalurgi , W.J. Theron dan G.M.J. Van Heerden 2011

Teori faktor penyebab kelelahan kerja lainnya juga dikemukakan oleh Grandjean dalam Tarwaka (2004).Faktor penyebab terjadinya kelelahan kerja di industri sangat bervariasi. Untuk memelihara kesehatan dan efisiensi kerja makan proses penyegaran harus dilakukan. Proses penyegaran dapat dilakukan dengan istirahat selama tidur malam atau memanfaatkan periode istirahat di tempat kerja. Dalam teorinya, Grandjean mengibaratkan kelelahan kerja seperti air yang ada di dalam suatu wadah dan faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kelelahan seperti air yang dimasukkan ke dalam wadah tersebut. Air akan berkurang di dalam wadah apabila dialirkan atau dibuang. Oleh karena itu, kelelahan dapat dihilangkan atau dipulihkan apabila faktor penyebab kelelahan dihilangkan.

Work Unrelated Fatigue

(Kelelahan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan)

Work Related Fatigue

(Keleahan yang berhubungan dengan pekerjaan)

 Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja

 Kewajiban keluarga dan sosial

Community activities

 Isu emosional

 Umur

 Level kebugaran fisik dan kesehatan

 Jam lembur

 Shift kerja

 Rentang waktu antara istirahat dan shift

 Desain pekerjaan

 Pekerjaan tambahan


(52)

Gambar 2.2. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kecelakaan dan Penyegaran

2.3.4. Gejala Kelelahan Kerja

Kelelahan dapat menyebabkan gejala-gejala, baik fisik, mental dan emosional.(Theron dan Herdeen, 2011 dalam Mulyani, 2012). Gejala tersebut antara lain :

a. Melakukan kesalahan/error yang sifatnya kecil, misalnya menjatuhkan barang, salah membawa barang dll.

b. Perasaan kantuk yang kronis (seseorang tidak merasa segar dan lelah setelah bangun dari tidur).

c. Susah menahan mata untuk tetap terbuka, kepala menunduk dan tertidur saat sedang bekerja.

d. Menguap dan mengantuk.

e. Microsleep, yaitu tertidur saat dalam waktu kurang dari satu sampai beberapa detik dan tidak sadar dengan apa yang sudah dilakukan.

Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental

Problem fisik

Lingkungan : iklim, penerangan,

kebisingan, getaran dll. Kenyerian dan Kondisi Kesehatan

Circardian Rhytm Nutrisi

Tingkat Kelelahan


(53)

f. Sakit kepala atau pusing. g. Kelemahan otot.

h. Reflek dan respon lama.

i. Berkurangnya kemampuan untuk membuat keputusan. j. Moodines.

k. Berkurangnya kemampuan koordinasi antara tangan dan mata, mata mengalami penglihatan yang kabur.

l. Hilangnya selera makan dan berkurangnya sistem daya tahan tubuh.

m.Mengalami masalah dalam memori jangka pendek, daya konsentrasi rendah dan halusinasi.

n. Berkurangnya kemampuan untuk memberikan perhatian pada kondisi tertentu. o. Motivasi rendah

2.3.5. Metode Pengukuran Kelelahan Kerja

Menurut Tarwaka (2004) saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.Grandjean (1985) mengelompokkan metode kelelahan kerja dalam beberapa kelompok sebagai berikut.

1. Kualitas dan Kuantitas Output

Dalam metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Meskipun demikian, banyak faktor yang haru dipertimbangkan : target produksi, faktor


(54)

2. Uji Psiko-motor

Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi, dan reaksi miror. Salah satu cara adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Pengukuran reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan.Dalam uji ini, digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan pada proses faal syaraf dan otot.

3. Uji Hilang kelipan (Flicker-Fusion Test)

Dalam kondisi lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan.

4. Perasaan Kelelahan secara Subjektif (Subjective Feeling of Fatigue)

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committe (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan subjektif (Tarwaka, 2004).Tes ini berisi pertanyaan yang berhubungan dengan gejala kelelahan. Skala IRFC berjumlah 30 buah pertanyaan dan jawaban kuesioner terbagi ke dalam 4 kategori besar, yaitu Sangat Sering (SS) jika hampir setiap hari terasa lelah dalam seminggu dengan nilai 4. Sering (S) jika terasa lelah 3-4 hari dalam seminggu, diberi nilai 3. Kadang-Kadang (K) jika 1-2 selama seminggu terasa lelah, diberi nilai 2.Tidak Pernah (TP) jika tidak pernah merasa lelah dalam seminggu, diberi nilai


(55)

1.Untuk menentukan tingkat kelelahan, setiap jawaban diberi skor yang telah ditentukan dan dijumlahkan.

Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari : 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan : Perasaan berat di kepala, lelah seluruh tubuh, berat di kaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring ; 10 Pertanyaan tentang pelemahan motivasi : susah berpikir, lelah untuk berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengkontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaan ; 10 Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik : sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, sparse (terasa berat) di kelopak mata, tremor (gemetar) pada anggota badan dan merasa kurang sehat.

Hasil pengukuran IFRC disesuaikan dengan kategori dari skala yang sudah ditentukan, yaitu :

1. Nilai 30 : Tidak Lelah. 2. Nilai 31-60 : Lelah Ringan 3. Nilai 61-90 : Lelah Sedang 4. Nilai 91-120 : Lelah Berat 5. Uji Mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan.


(56)

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Status Gizi

1) Gizi Kurang 2) Gizi Normal 3) Gizi Lebih

Asupan Energi

1) Sesuai 2) Tidak Sesuai

Kelelahan Kerja

1) Tidak Lelah 2) Lelah Ringan 3) Lelah Sedang 4) Lelah Berat


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan

cross-sectional.Penelitian cross-sectional atau potong lintang merupakan jenis penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan efek dengan mengobservasi dan mengukur faktor resiko dan efek menurut keadaan atau status waktu saat diobservasi (Praktinya, 2008).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh.Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan karena belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga.

3.2.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada Maret – Juni 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja tetap di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga sebanyak


(58)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur. Pada penelitian ini, besar sampel dihitung menggunakan Rumus Slovin sebagai berikut :

. Keterangan :

N = Jumlah Populasi n = Jumlah Sampel

d = nilai presisi, biasanya 0,1 (Notoadmojo, 2010)

Dengan menggunakan rumus di atas dapat dilakukan perhitungan besar sampel sebagai berikut.

.

.

.

Berdasar perhitungan rumus Slovin dengan tingkat tingkat kepercayaan 95 % dan derajat kepercayaan 5%, besar sampel dengan jumlah populasi 158 orang dan nilai presisi 0,1 adalah sebesar 61 orang. Metode pemilihan sampel sebanyak 61 orang tersebut menggunakan teknik Stratified Random Sampling dengan proporsi setiap bagian sebagai berikut.

Bagian Karyawan Pimpinan = 9/158 x 61 = 3 orang Bagian Administrasi = 15/158 x 61 = 6 orang


(59)

Bagian Laboratorium = 20/158 x 61 = 8 orang Bagian Pemeliharaan Pabrik = 9/158 x 61 = 3 orang

Bagian Keamanan = 9/158 x 61 = 3 orang

Bagian Listrik = 5/158 x 61 = 2 orang

Bagian Bengkel Umum = 21/158 x 61 = 8 orang Bagian Pengolahan =67/158 x 61 = 27 orang Bagian Pembelian TBS = 3/158 x 61 = 1 orang

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran (Budiarto, 2010).Data primer pada penelitian adalah sebagai berikut.

1. Status Gizi

Data status gizi dihitung dengan perhitungan indikator indeks massa tubuh (IMT) menggunakan rumus BB/TB2 dalam satuan kg/cm2 (Almatsier, 2009). Data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) didapatkan melalui pengukuran. 2. Asupan Energi

Data asupan energi dihitung dengan menggunakan kuesioner Food Recall 24 Hour dan dianalisis jumlah kalorinya dengan software Nutrisurvey (Syafiq, 2007).


(60)

3. Kelelahan Kerja

Data tingkat kelelahan kerja diperoleh dari hasil pengisian kuesiner yaitu dengan menggunakan kuesioner Subjective Syndrome Test dari International Fatigue Research Commitee (Tarwaka, 2004).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri (Budiarto, 2010). Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data serta profil perusahaan PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga serta studi kepustakaan melalui buku, skripsi maupun jurnal.

3.5 Defenisi Operasional

Definisi operasional dan skala pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaaan zat gizi yang diukur dengan indikator indeks massa tubuh. 2. Asupan energi adalah energi digunakan pekerja untuk bekerja selama 8 jam

kerja yang didapatkan dari konsumsi makanan, minuman, serta makanan tambahan yang diukur dengan metode Recall Makanan 24 Jam.

3. Kelelahan kerja adalah keadaan tubuh dengan gejala-gejala kelelahan umum secara subjetif akibat pekerjaan yang dilakukan yang diukur dengan metode


(61)

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.6 Metode Pengukuran

Metode Pengukuran variabel adalah sebagai berikut : 1. Status Gizi dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh

Metode pengukuran :

a. Berat badan (BB) pekerja diukur menggunakan timbangan injak dan dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Tinggi badan (TB) pekerja diukur menggunakan microtoise dalam satuan sentimeter (cm).

b. Mula-mula pekerja diinstruksikan untuk menaiki timbangan untuk menghitung BB. Angka yang muncul dicatat sebagai data BB pekerja.

c. Selanjutnya, pekerja diintruksikan untuk berdiri di belakang tembok untuk kemudian hitung TB pekerja menggunakan meteran. Angka yang muncul

No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Skala

Ukur Hasil Ukur

1. Variabel Independen

1 Status Gizi

Pengukuran antropometri dengan Indeks Massa Tubuh

Timbangan injak dan microtoise

Ordinal 1) Gizi Kurang 2) GiziNormal 3) Gizi Lebih 2 Asupan

Energi

Analisis hasil Food Recall 24 Hour dikonversikan ke dalam nilai kkal dengan software Nutrisurvey dan dibandingkan dengan tabel kebutuhan energi selama bekerja 8 jam

Tabel kebutuhan energi selama bekerja 8 jam (Depkes, 2009)

Nominal

1) Sesuai 2) Tidak Sesuai

2. Variabel Dependen

3 Kelelahan Kerja

Wawancara Kuesioner IFRC Ordinal 1) Tidak Lelah

2) Lelah Ringan 3) Lelah Sedang 4) Lelah Berat


(1)

Kadang-Kadang 18 29,5 29,5 45,9

Tidak Pernah 33 54,1 54,1 100,0

Total 61 100,0 100,0

Sulit Berkonsentrasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 12 19,7 19,7 19,7

Sering 9 14,8 14,8 34,4

Kadang-Kadang 18 29,5 29,5 63,9

Tidak Pernah 22 36,1 36,1 100,0

Total 61 100,0 100,0

Sulit Untuk Memusatkan Perhatian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 12 19,7 19,7 19,7

Sering 10 16,4 16,4 36,1

Kadang-Kadang 16 26,2 26,2 62,3

Tidak Pernah 23 37,7 37,7 100,0

Total 61 100,0 100,0

Cenderung Untuk Lupa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 13 21,3 21,3 21,3

Sering 15 24,6 24,6 45,9

Kadang-Kadang 17 27,9 27,9 73,8

Tidak Pernah 16 26,2 26,2 100,0

Total 61 100,0 100,0

Kurang Kepercayaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 4 6,6 6,6 6,6

Sering 7 11,5 11,5 18,0

Kadang-Kadang 20 32,8 32,8 50,8

Tidak Pernah 30 49,2 49,2 100,0

Total 61 100,0 100,0

Cemas Terhadap Sesuatu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

Sering 10 16,4 16,4 23,0

Kadang-Kadang 36 59,0 59,0 82,0

Tidak Pernah 11 18,0 18,0 100,0

Total 61 100,0 100,0

Tidak Dapat Mengontrol Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 1 1,6 1,6 1,6

Sering 5 8,2 8,2 9,8

Kadang-Kadang 19 31,1 31,1 41,0

Tidak Pernah 36 59,0 59,0 100,0

Total 61 100,0 100,0

Tidak Dapat tekun Dalam Bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 1 1,6 1,6 1,6

Sering 4 6,6 6,6 8,2

Kadang-Kadang 16 26,2 26,2 34,4

Tidak Pernah 40 65,6 65,6 100,0

Total 61 100,0 100,0

Sakit Kepala

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 17 27,9 27,9 27,9

Sering 13 21,3 21,3 49,2

Kadang-Kadang 19 31,1 31,1 80,3

Tidak Pernah 12 19,7 19,7 100,0

Total 61 100,0 100,0

Bahu Terasa Kaku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 13 21,3 21,3 21,3

Sering 15 24,6 24,6 45,9

Kadang-Kadang 14 23,0 23,0 68,9

Tidak Pernah 19 31,1 31,1 100,0

Total 61 100,0 100,0

Merasa nyeri Di Bagian Punggung

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

Valid Sangat Sering 8 13,1 13,1 13,1

Sering 14 23,0 23,0 36,1

Kadang-Kadang 18 29,5 29,5 65,6

Tidak Pernah 21 34,4 34,4 100,0

Total 61 100,0 100,0

Sesak Nafas/Sulit Untuk Bernafas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 2 3,3 3,3 3,3

Sering 8 13,1 13,1 16,4

Kadang-Kadang 9 14,8 14,8 31,1

Tidak Pernah 42 68,9 68,9 100,0

Total 61 100,0 100,0

Merasa Haus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 28 45,9 45,9 45,9

Sering 23 37,7 37,7 83,6

Kadang-Kadang 9 14,8 14,8 98,4

5 1 1,6 1,6 100,0

Total 61 100,0 100,0

Suara Serak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 6 9,8 9,8 9,8

Sering 9 14,8 14,8 24,6

Kadang-Kadang 16 26,2 26,2 50,8

Tidak Pernah 30 49,2 49,2 100,0

Total 61 100,0 100,0

Merasa Pening/Pusing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 15 24,6 24,6 24,6

Sering 12 19,7 19,7 44,3

Kadang-Kadang 24 39,3 39,3 83,6

Tidak Pernah 10 16,4 16,4 100,0

Total 61 100,0 100,0


(4)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 14 23,0 23,0 23,0

Sering 13 21,3 21,3 44,3

Kadang-Kadang 15 24,6 24,6 68,9

Tidak Pernah 19 31,1 31,1 100,0

Total 61 100,0 100,0

Gemetar Pada Bagian Tubuh Tertentu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 4 6,6 6,6 6,6

Sering 3 4,9 4,9 11,5

Kadang-Kadang 16 26,2 26,2 37,7

Tidak Pernah 38 62,3 62,3 100,0

Total 61 100,0 100,0

Merasa Kurang Sehat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Sering 2 3,3 3,3 3,3

Sering 9 14,8 14,8 18,0

Kadang-Kadang 11 18,0 18,0 36,1

Tidak Pernah 39 63,9 63,9 100,0

Total 61 100,0 100,0

Kelelahan Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Lelah Ringan 18 29,5 29,5 29,5

Lelang Sedang 31 50,8 50,8 80,3

Lelah Berat 12 19,7 19,7 100,0

Total 61 100,0 100,0

\

Status Gizi * Kelelahan Kerja Crosstabulation

Kelelahan Kerja Total

Lelah Ringan

Lelang

Sedang Lelah Berat

Lelah Ringan Indeks

Massa Tubuh

Gizi Kurang Count

4 16 8 28

Expected Count 8,3 14,2 5,5 28,0

% within

Status Gizi 14,3% 57,1% 28,6% 100,0%


(5)

% of Total 6,6% 26,2% 13,1% 45,9%

Gizi Normal Count 7 11 4 22

Expected Count 6,5 11,2 4,3 22,0

% within

Status Gizi 31,8% 50,0% 18,2% 100,0%

% within Kelelahan Kerja 38,9% 35,5% 33,3% 36,1%

% of Total 11,5% 18,0% 6,6% 36,1%

Gizi Lebih Count 7 4 0 11

Expected Count 3,2 5,6 2,2 11,0

% within

Status Gizi 63,6% 36,4% ,0% 100,0%

% within Kelelahan Kerja 38,9% 12,9% ,0% 18,0%

% of Total 11,5% 6,6% ,0% 18,0%

Total Count 18 31 12 61

Expected Count 18,0 31,0 12,0 61,0

% within

Status Gizi 29,5% 50,8% 19,7% 100,0%

% within Kelelahan Kerja 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 29,5% 50,8% 19,7% 100,0%

Correlations

Kelelahan Kerja

Indeks Massa Tubuh Spearman's rho Kelelahan Kerja Correlation Coefficient 1,000 -,391(**)

Sig. (2-tailed) . ,002

N 61 61

Status Gizi Correlation Coefficient -,391(**) 1,000

Sig. (2-tailed) ,002 .

N 61 61

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Jumlah Asupan Energi Responden Selama Bekerja 8 Jam * Kelelahan Kerja Crosstabulation

Kelelahan Kerja Total

Lelah Ringan

Lelang Sedang

Lelah Berat

Lelah Ringan Jumlah

Asupan Energi Responden Selama Bekerja 8 Jam

Sesuai Count

7 0 0 7

Expected Count 2.1 3.6 1.4 7.0

% within Jumlah Asupan Energi Responden Selama Bekerja 8 Jam

100.0% .0% .0% 100.0%

% within


(6)

% of Total 11.5% .0% .0% 11.5% Tidak

Sesuai

Count

11 31 12 54

Expected Count 15.9 27.4 10.6 54.0

% within Jumlah Asupan Energi Responden Selama Bekerja 8 Jam

20.4% 57.4% 22.2% 100.0%

% within

Kelelahan Kerja 61.1% 100.0% 100.0% 88.5%

% of Total 18.0% 50.8% 19.7% 88.5%

Total Count 18 31 12 61

Expected Count 18.0 31.0 12.0 61.0

% within Jumlah Asupan Energi Responden Selama Bekerja 8 Jam

29.5% 50.8% 19.7% 100.0%

% within

Kelelahan Kerja 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 29.5% 50.8% 19.7% 100.0%

Correlations

Kelelahan Kerja

Jumlah Asupan Energi

Responden Selama Bekerja 8 Jam Spearman's rho Kelelahan Kerja Correlation Coefficient 1.000 .481(**)

Sig. (2-tailed) . .000

N 61 61

Jumlah Asupan Energi Responden Selama Bekerja 8 Jam

Correlation Coefficient .481(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 61 61


Dokumen yang terkait

Gambaran Asupan Zat Gizi, Status Gizi, dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum 2013

8 110 102

Gambaran Asupan Zat Gizi, Produktivitas Kerja dan Status Gizi Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

0 0 16

Gambaran Asupan Zat Gizi, Produktivitas Kerja dan Status Gizi Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

0 0 2

Gambaran Asupan Zat Gizi, Produktivitas Kerja dan Status Gizi Pekerja Pabrik Kelapa Sawit PT. Socfindo Sungai Liput Aceh Tamiang

0 3 7

Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi Dengan Kelelahan kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015

0 0 22

2.1.2 Penilaian Status Gizi - Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi Dengan Kelelahan kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015

0 1 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi Dengan Kelelahan kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015

0 0 8

Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi Dengan Kelelahan kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015

1 0 17

Gambaran Asupan Zat Gizi, Status Gizi, dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum 2013

0 0 24

Gambaran Asupan Zat Gizi, Status Gizi, dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum 2013

0 2 14