6. Pengatur ekspresi genetik Proses replikasi, transkripsi, dan translasi yang berlangsung di dalam
sel diatur oleh bermacam-macam protein, baik yang berupa protein regulator maupun protein katalisator.
9
7. Penerus impuls saraf Protein reseptor seperti misalnya rhodopsin merupakan contoh protein
yang mempunyai peranan penting untuk meneruskan suatu stimulus tertentu ke sel saraf.
9
8. Komponen pendukung kekuatan-regang tensile strength Contoh yang dimaksud di sini adalah protein kolagen pada kulit dan
tulang.
9
9. Bahan metabolisme Protein dapat berperan sebagai bahan bakar untuk metabolisme jika
keperluan energi tubuh tidak tercukupi dengan karbohidrat ataupun lemak.
8
2.2 Sumber protein
Protein hewani merupakan sumber protein yang baik dalam jumlah maupun mutu seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber
protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya seperti tempe dan tahu serta kacang-kacangan lain. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati tertinggi
dalam mutu ataupun nilai biologi.
8
Padi-padian dan hasilnya relatif rendah dalam protein, akan tetapi karena dikonsumsi dalam jumlah besar setiap hari maka padi-padian dan hasilnya
memberikan sumbangan besar dalam konsumsi protein per hari. Menurut catatan Biro Pusat Statistik, rata-rata 51,4 konsumsi protein penduduk sehari berasal
dari padi-padian. Protein hewani kaya dalam protein bermutu tinggi tetapi dalam
konsumsinya hanya mencapai angka 18,4 rata-rata konsumsi protein penduduk Indonesia.
8
Kacang-kacangan merupakan bahan makanan nabati yang kaya akan protein. Kontribusinya terhadap konsumsi protein berkisar 9,9. Sayur dan buah-
buahan rendah akan protein dan kontribusinya rata-rata terhadap konsumsi protein adalah 5,3. Kandungan protein beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel
2.3.
8
Tabel 2.3 Nilai protein berbagai bahan makanan gram100 gram.
8
Bahan Makanan Nilai Protein
Kacang kedelai 34,9
Kacang merah 29,1
Kacang tanah
terkelupas 25,3
Kacang hijau 22,2
Biji jambu monyet mente
21,2 Tempe
kacang kedelai murni
18,3 Tahu
7,8 Daging sapi
18,8 Ayam
18,2 Telur bebek
13,1 Telur ayam
12 Udang segar
21 Ikan segar
16 Tepung susu skim
35,6 Tepung susu
24,6
Sumber : Almatsier, 2004
8
Bahan Makanan Nilai Protein
Keju 22,8
Kerupuk udang 17,2
Jagung kuning,
pipil 9,2
Roti putih 8
Mie kering 7,9
Beras setengah
giling 7,6
Kentang 2
Gaplek 1,5
Ketela pohon
singkong 1,2
Daun singkong 6,8
Bayam 3,5
Kangkung 3
Wortel 1,2
Tomat masak 1
Mangga harumanis
0,4
2.3. Faktor yang berpengaruh terhadap status gizi 1. Asupan makanan atau pola konsumsi makan
Kondisi kesehatan gizi seseorang tergantung dari asupan makanan. Asupan makanan yang baik dilihat dari kualitas dan kuantitas hidangan. Jika susunan
hidangannya memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang baik.
12
2. Infeksi
Infeksi akan mengganggu fungsi metabolisme dan fungsi imun seseorang dan dapat menyebabkan gangguan gizi, contohnya penyakit diare yang disebabkan
infeksi. Bahan makanan yang seharusnya dicerna dan diserap bisa hilang pada kondisi diare dan muntah. Infeksi pada saluran pernapasan juga dapat
menghilangkan nafsu makan sehingga seseorang menjadi tidak mau makan dan dapat mengakibatkan gangguan gizi. Upaya mencegah terjadinya infeksi
dapat mengurangi kejadian gizi kurang dan gizi buruk. Schaible Kauffman menyatakan hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung
dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa penyakit infeksi yang mempengaruhi terjadinya gizi
buruk adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas ISPA, diare, dan penyakit paru-paru kronis. Penyakit infeksi disebabkan oleh kurangnya
sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai.
12
3. Sosio Ekonomi Negara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah
golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi. Kondisi tersebut dapat berpengaruh
terhadap status gizi.
12
2.4 Indeks Antropometri