81
BAB IV STRATEGI GERAKAN HOMOSEKSUAL DI KOTA MEDAN
4.1. AGENDA PERJUANGAN GERAKAN HOMOSEKSUAL DI KOTA MEDAN
4.1.1. Pengakuan dan penerimaan diri identitas homoseksual
Maunati 2004: 23 mengatakan bahwa identitas adalah sesuatu yang sengaja dibentuk dan dibangun yang dipengaruhi oleh latar belakang sejarah, biologis, politik,
hukum, ekonomi dan seksualitas. Selanjutnya, Maunati mengatakan bahwa identitas biasanya dibentuk ataupun dibangun oleh orang lain untuk merujuk salah satu kelompok, contoh yang
diambil adalah dari sebuah tulisan Picard 1997:186 yang mengatakan bahwa Belandalah yang paling banyak membentuk identitas orang Bali, khususnya pandangan orientalis tentang
Bali sebagai sebuah pulau hindu yang dikelilingi oleh sebuah lautan islam. Kata homoseksual pertama kali ditemukan pada tahun 1869 dalam sebuah pamflet
jerman yang ditulis oleh seorang novelis bernama Karl-Maria Kertbeny. Tetapi istilah ini menjadi sangat terkenal dan familiar ketika dituliskan dalam sebuah buku berjudul
Psychopathia Sexualis yang ditulis oleh Krafft-Ebing. Dalam tulisan tersebut kata
homoseksual hanya merujuk pada perilaku seskual sesama jenis tidak ada rasa romantisme, cinta dan lain sebagainya seperti yang ada dikalangan heteroseksual. Berawal dari hal
tersebut hingga sekarang, kelompok homoseksual hanya dipandang sebagai kelompok yang melakukan sodomi, sumber penyakit HIVAIDS dan lain sebagainya. Karena makna
homoseksual memiliki tendensi diskriminatif terhadap kelompok tersebut sehingga banyak penulis modern Amerika Serikat yang menyarankan untuk tidak menggunakan kata
homoseksual tetapi dengan kata lesbian atau gay, kemudian dalam aktivisme dikenal dengan LGBTIQ Lesbian, Gay, Biseksual, TransjenderTransseksual,Intersex dan Queer.
Perjuangan identitas juga termasuk kajian-kajian pengakuan identitas biasanya cenderung diarahkan kepada “golongan-golongan minoritas”, atau kelompok-kelompok
Universitas Sumatera Utara
82
“yang terancam” atau “lemah”, atau dalam situasi-situasi dimana terjadi perubahan sosial yang cepat Eriksen, 1993:113. Homoseksual sebagai kelompok “minoritas” seksual dalam
gerakannya, agenda utama perjuangannya adalah pengakuan identitas homoseksualnya, karena berangkat dari keresahan kelompok tersebut yang oleh identitas tersebut mereka
mengalami berbagai permasalahan, kekerasan, diskriminasi dan lain sebagainya. Seorang informan bernama Pablo Perempuan, 24 Tahun mengatakan seperti kutipan kalimat
dibawah ini:
“Perjuangan homoseksual salah satu tujuannya adalah pengakuan identitas homoseksual tersebut, karena ketika identitas tersebut tidak diakui atau pun
tidak dianggap maka itu awal mula penindasan terhadap homoseksual. Selanjutnya, sedangkan tujuan internalnya adalah memberikan pemahaman
kepada kelompok homoseksual tentang siapa diri mereka sehingga bisa menerima diri sendiri sebagai seorang homoseksual.”
Beny laki-laki , 39 tahun menyatakan hal yang sama dengan Pablo bahwa tujuan gerakan homoseksual secara spesifik adalah untuk memberikan pengetahuan kepada
homoseksual sehingga bisa menerima diri sendiri dan mengetahui konsekuensi yang harus
dijalani sebagai seorang homoseksual. 4.1.2.
Perjuangan untuk penghargaan keberagaman seksualitas
Keberagaman adalah sebuah fakta yang ada didalam masyarkat, khususnya Indonesia. Selama ini, keberagaman dipandang hanya sebatas hal-hal yang normatif saja
seperti, keberagaman suku, ras, etnis, adat agama dan kepercayaan. Sedangkan, keberagaman seksualitas jarang sekali diperbincangkan. Jarangnya perbincangan seputar seksuliatas
disebabkan oleh pandangan masyarakat tentang seks masih begitu tabu. Seperti yang dikatakan oleh Soe Tjen Marching dalam majalah Bhineka ed, 05 bahwa berbicara seputar
seks seringkali dikaitkan dengan moralitas, ketika seks diperbincangkan secara vulgar dan terbuka sering dianggap tidak bermoral. Selanjutnya, Soe Tjen ditabukannya seks menjadikan
seks tersebut menjadi sesuatu yang asing sehingga terjadi berbagai persoalan seperti kehamilan diluar nikah, pelecehan seksual, pemerkosaan bahkan hingga pembunuhan.
Universitas Sumatera Utara
83
Pembicaraan seksualitas yang ditabukan mengakibatkan sesuatu yang dipandang masyarakat benar dan ‘normal’ terkait seksualitas menjadi harga mutlak yang tidak dapat
dirubah, sehingga memunculkan sebuah padangan bahwa diluar sesuatu yang dipandang ‘normal’ adalah penyakit dan kesalahan. Pandangan diataslah yang menjadikan kelompok
homoseksual merupakan kelompok yang dianggap penyakit atau kelompok yang tidak normal. Gerakan homoseksual selalu menyuarakan bahwa heteroseksual bukan satu-satunya
orientasi seksual yang mutlak tetapi ada kelompok lain seperti homoseksual dan biseksual. Informan Beny mengatakan seperti dalam kutipan kalimat dibawah ini:
“Gerakan homoseksual secara eksternal bertujuan untuk memberikan edukasi kepada seluruh masyarakat agar bisa menerima keberagaman seksualitas ini.
karena selama ini kan masyarakat memandang bahwa hanya yang suka lawan jenis saja yang benar dan dianggap ada padahal kan tidak, trus biseksual dan
homoseksual itu apa? Bukan manusia gitu? “
4.1.3. Melawan Homophobia