83
Pembicaraan seksualitas yang ditabukan mengakibatkan sesuatu yang dipandang masyarakat benar dan ‘normal’ terkait seksualitas menjadi harga mutlak yang tidak dapat
dirubah, sehingga memunculkan sebuah padangan bahwa diluar sesuatu yang dipandang ‘normal’ adalah penyakit dan kesalahan. Pandangan diataslah yang menjadikan kelompok
homoseksual merupakan kelompok yang dianggap penyakit atau kelompok yang tidak normal. Gerakan homoseksual selalu menyuarakan bahwa heteroseksual bukan satu-satunya
orientasi seksual yang mutlak tetapi ada kelompok lain seperti homoseksual dan biseksual. Informan Beny mengatakan seperti dalam kutipan kalimat dibawah ini:
“Gerakan homoseksual secara eksternal bertujuan untuk memberikan edukasi kepada seluruh masyarakat agar bisa menerima keberagaman seksualitas ini.
karena selama ini kan masyarakat memandang bahwa hanya yang suka lawan jenis saja yang benar dan dianggap ada padahal kan tidak, trus biseksual dan
homoseksual itu apa? Bukan manusia gitu? “
4.1.3. Melawan Homophobia
Dalam gerakan homoseksual, agenda yang tidak kalah penting adalah melawan sifat-sifat homophobia. Homophobia jika didefenisikan secara sederhana adalah ketakutan
berlebihan terhadap kelompok homoseksual. Orang-orang yang aktif didalam gerakan homoseskual biasanya memaknai dan memandang homophobia tidak hanya sekedar rasa
takur saja, tetapi homophobia adalah awal mula yang memunculkan sikap-sikap anti homoseksual yang berujung pada diskriminasi, kekerasan, stereotype bahkan pembunuhan.
Oleh karena homophobia cenderung akan melahirkan sikap-sikap diatas, sehingga menolak homophobia menjadi salah satu agenda dalam gerakan homoseksual
Homophobia yang sering muncul di Kota Medan dirangkum oleh Lovina 2014:65 seperti diusir dari kampung karena masyarakat mengetahui seseorang itu adalah
homoseksual, dituduh keluarga sebagai pendosa dan penyakit, dilarang bekerja karena gay dan lesbian, dibawah ke psikolog dan pendeta untuk di obati dan lain seabgainya. Selain
Universitas Sumatera Utara
84
sikap homophobia dalam masyarakat, Lovina juga menulis bahwa media juga memiliki sifat homophobia
, sifat ini tercermin dari pemberitaan media yang merugikan kelompok homoseksual itu sendiri. Seperti : sepasang lesbian diarak warga, pemalsuan identitas, lesbian
lari dari rumah, warkop elisabet menjadi tempat berkumpul homo, lesbian jual pasangan, dan lain sebagainy. Sikap-sikap homophobia ini lah yang ingin dirubah oleh gerakan
homoseksual di Kota Medan melalui beberapa strategi.
4.1.4. Penghapusan Stigma ‘Penyebar Virus”
Salah satu stigma yang dilekatkan kepada kelompok homoseksual, khususnya kelompok Gay, Waria dan Lelaki Seks Lelaki adalah kelompok penyebar virus hivaids
tertinggi. Meskipun s data kasus Komisi Penanggulangan Aids KPA Provinsi Sumatera utara, menemukan bahwa kelompok heteroseksual menempati angka tertinggi pengidap HIV
Positif dan aids http:kpa-provsu.orgdat_kasus.php, tetapi stigma terhadap homoseksual tidak menghilang begitu saja. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya stigma tersebut
seperti kata informan Bie Laki-laki, 27 Tahun adalah karena ketidakpahaman masyarakat membedakan antara orientasi seksual dan perilaku seksual. Selanjutnya Bie mengatakan
bahwa, homoseksual adalah orientasi seksual. Masyarakat selalu memandang bahwa homoseksual adalah kelompok yang selalu melakukan sodomi, penetrasi penis dan anus, pada
hal fakta dilapangan bahwa kelompok heteroseksualpun banyak melakukan perilaku seksual sodomi.
Berangkat dari stigma di atas, sehingga salah satu agenda yang tidak luput dari gerakan homoseksual adalah sosialisasi perilaku seksual yang aman kepada homoseksual.
Gerakan ini biasanya banyak dilakukan oleh organisasi yang fokus pada isu HIVAIDS. Di Kota Medan didominasi oleh organiasi-organisasi tersebut. seperti, Komisi Penanggulangan
Aids KPA, Gerakan Sehat Medan GSM, Sempurna Community Seci, Pria Medan Sehati PRIMAS, Human Health Organization H2O, Perwari, Koos Medan.
Universitas Sumatera Utara
85
Berbicara hivaids dan kaitannya dengan gerakan homoseksual merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena stigma sebagai ‘penyebar virus’ sudah
terlanjur melekat dengan homoseksual, sehingga prevelensi dan penanganan serta penghapusan stigma menjadi bagian dari gerakan homoseksual itu sendiri. Hal lain tujuan
dari gerakan ini adalah mengurangi dan menghentikan perkembangan dan peredaran virus hivaids di kalangan homoseksual.
4.1.5. Penghapusan sistem patriarki, heteronormativitas dan kapitalisme