Definisi Pendidikan Pendekatan dalam Perumusan kebijakan Pendidikan

15 prinsip yang menjadi panduan. Generalisasi adalah peryataan yang memiliki ciri saling berhubungan dari dua atau lebih konsep. Dengan kata lain generalisasi terkait dengan konsep.

1. Definisi Pendidikan

Berikut definisi pendidikan yang dikemukakan oleh beberapa ahli: a. Drikarya 1980 Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda pemanusian manusia muda b. Dictionary Of Education: Pendidikan adalah: a proses ketika seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat dia hidup, b proses sosial ketika orang dihadapkan pada pengaruh yag terpilih dan terkontrol khususnya yang datang dari sekolah sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum c. Sir Godfrey Thomsom Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atau individu untuk menghasilkan perubahan yang tetap permanen di dalam kebiasaan kebiasaan tingkah lakunya, pikiranya, dan sikapnya. Berdasarkan pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang 16 kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, maupun sebagai warga Negara ataupun warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan terencana dalam memlilih materi, strategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, pendidikan formal dan pendidikan nonformal.

2. Kebijakan Pendidikan

a. Pengertian Kebijakan Pendidikan

Kebijakan berasal dari istilah policy. Policy sering dicampurkan dengan kebijaksanaan wisdom. Kedua istilah tersebut mempunyai makna yang sangat berbeda. Suatu kebijaksanaan lebih menekankan pada faktor-faktor emosional dan irasional, tetapi bukan berarti suatu kebijaksanaan tidak mengandung unsur-unsur rasional. Kebijaksanaan dipahami sebagai tindakan yang bijaksana. Sedangkan kebijakan merupakan tindakan yang berwenang untuk menyelesaikan masalah. Kebijakan pendidikan juga berkaitan dengan kebijakan publik public policies dan dibuat atas nama Negara state yang dibuat oleh instrumentalat-alat Negara untuk mengatur perilaku tiap orang, seperti guru atau siswa dan organisasi, seperti sekolah dan universitas. Fokus 17 perhatianya pada kegiatan Negara bukan pada kegiatan perusahaan swasta yang sering hanya untuk kepentingan Negara. Fokus kepada kegiatan sektor publik pendidikan, kebijakan publik pendidikan merupakan suatu jaminan kependidikan menjadi kepentingan publik selanjutnya sekolah diciptakan oleh pemerintah untuk seluruh warga dan ditetapkan oleh pemerintah yang mengatur pengelolaan kurikulum, pedagogic, dan penilaiannya, tetapi juga kondisi guru dan pemeliharaan sarana fisik sekolah. Fungsi kebijakan dalam pendidikan adalah: 1 menyediakan akuntabilitas norma budaya yang menurut pemerintah perlu ada dalam pendidikan dan 2 melambangkan mekanisme akuntabilitas untuk mengukur kinerja siswa dan guru. H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho 2009:140 mengatakan kebijakan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah- langakah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Mark Olsen, John Codd, dan Anne- Marie O’Neil dalam Riant Nugroho, 2008: 36 mengungkapkan: “…Education policy in the twenty-first century is the key to global security, sustainability, and survival… Education policies are central to to such global mission a deep and robust democracy at national level requires strong civil society based on norms of trust and active response citizenship and 18 that education central to such a goal. Thus, the strong education state is necessary to sustain democracy at the national level so that strong democratic nation-states can buttress forms of international governance and ensure that globalization becomes a force for global sustainability and survival…” Kebijakan pendidikan merupakan kunci terjaminnya keunggulan, ketahanan dan kelangsungan, bahkan eksistensi bagi setiap negara dalam persaingan global, sehingga perlu menjadi prioritas utama. Arif Rohman 2014 mengatakan kebijakan pendidikan sebagai keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu dan menyelenggarakan pendidikan. Berdasarkan jabaran tersebut kebijakan pendidikan merupakan hasil proses dari perumusan dan keputusan yang secara sengaja dilakukan untuk menyelesaikan masalah pendidikan yang muncul di ranah masyarakat pada waktu tertentu dengan memperhatikan beberapa faktor lingkungan eksternal, input masukan, proses perumusan, output luaran dan timbal balik dari lingkungan terhadap kebijakan. Rumusan yang terkait kebijakan pendidikan adalah mencakup proses, metode dan teknik, prosedur untuk memecahkan 19 masalah pendidikan, dalam metode ini meliputi uraian deskripsi, ramalan prediction, penilaian appraisal, resep prescription, dan definisi definition. Proses ini pada dasarnya selalu dicirikan dengan terjadinya pertentangan antar berbagai kelompok politik yang memiliki kepentingan berbeda-beda bahkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Sedangkan prosedur meliputi pengawasanpemantauan monitoring, peramalan forecasting, evaluasi evaluation, rekomendasi recommendation dan struktur masalah problem structuring. Selanjutnya analisis kebijakan dalam melihat kebijakan dengan cara prospektif dan retrospektif.

b. Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan

Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena di sini masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai di dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman utama adalah konsisten implementasi. Ada banyak Teori yang digagas oleh para ahli yang menjelaskan tentang implementasi kebijakan pendidikan 1 Teori Van Meter dan van Horn Teori ini diperkenalkan oleh duet Donald van Meter dengan Carl van Horn 1975. Teori ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik beberapa variabel yang dimaksud sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan 20 publik yaitu: a aktivitas implementasi dan komunikasi antara organisasi, b Karakteristik dari agen pelaksanaimplementor, c kondisi ekonomi, sosial dan politik, d kecenderungan dispotition dari pelaksana. 2 Teori Mazmanian dan Sabatier Teori ini dikembangkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier 1987 mengemukakan bahwa implementasi adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Terdapat tiga variabel di dalam teori Mazmanian dan Sabatier ini Pertama adalah variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksana keragaman objek dan perubahan seperti apa yang dikehendaki. Kedua variabel intervening yaitu: variabel kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketetapan alokasi sumber dana keterpaduan hirarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana, dan perekrutan pejabat pelaksana dan keterbukaan kepada pihak luar dan variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi yang berkenan dengan indikator kondisi sosio, ekonomi dan teknologi, dukungan publik, 21 sikap dan sumber daya dari konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dari komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana. Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan, yaitu pemahaman dari lembagabadan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan objek, mengarah kepada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar. 3 Teori Edward Edward menyarankan untuk mempertahankan 4 isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu communication, resource, dan positition or attitudes, dan bureaucratic structures. Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan kepada organisasi danatau publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan tanggapan dari pihak yang terlibat dan bagaimana struktur organisasi pelaksanaan kebijakan. Resources berkenaan dengan ketersediaan sumber daya pendukung, khususnya sumber daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecakapan dari pelaksana kebijakan publik untuk carry out kebijakan secara efektif. Disposition berkenaan dengan kesesuiaan organisasi birokrasi yang menjadi 22 penyelenggaraan implementasi kebijakan publik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Edward untuk mendasari penelitian. Alasan mengapa peneliti menggunakan penelitian ini dikarenakan peneliti merasa ada kecocokan teori Edward dengan penelitian yang diteliti.

3. Pendekatan dalam Perumusan kebijakan Pendidikan

Dua pendekatan dalam perumusan kebijakan pendidikan yaitu social demand dan man-power approach Arif Rohman, 2014:114-216. Social demand merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk merumuskan sebuah kebijakan yang berlandaskan pada aspirasi, tuntutan, serta aneka kepentingan yang didesakan oleh masyarakat. Pada pendekatan ini para pengambil keputusan kebijakan terlebih dahulu mendeteksi aspirasi masyarakat sebelum para pengambil kebijakan merumuskan kebijakan pendidikan yang akan dilaksanakan. Pendekatan man-power approach adalah pendekatan yang lebih mempertimbangkan hal-hal rasioanal dalam rangka menciptakan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai dalam masyarakat. Pendekatan ini tidak melihat apakah masyarakat mempunyai aspirasi atau tidak terhadap hal tertentu, tetapi pada pendekatan ini yang terpenting menurut pertimbangan-pertimbangan rasional dan visioner para pengambil keputusan kebijakan seperti pemertintah. 23

C. Hak Anak Mendapat Pendidikan

Hak untuk memperoleh pendidikan merupakan bagian dari HAM. Pendidikan adalah suatu hal yang luar biasa pentingnya bagi Sumber Daya Manusia, demikian pula dengan perkembangan sosial ekonomi dari suatu negara. Hak untuk memperoleh pendidikan telah dikenal sebagai salah satu HAM Hak Asasi Manusia, sebab HAM tidak lain adalah suatu hak dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang. Hak memperoleh pendidikan sangat berkaitan erat dengan HAM. Tanpa adanya pendidikan, kehidupan tidak akan mempunyai arti dan nilai martabat dan inilah sebenarnya maksud dari HAM itu sendiri, dimana setiap orang mempunyai hak untuk menjadi seorang manusia seutuhnya. Hak anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak-Hak yang dimiliki anak banyak sekali di antaranya adalah hak memperoleh pendidikan. Hak memperoleh pendidikan sangat berkaitan erat dengan HAM. Tanpa adanya pendidikan, kehidupan tidak akan mempunyai arti dan nilai martabat.

D. Youth Forum Yogyakarta

Youth Forum merupakan kelompok pelajar yang difasilitasi oleh PKBI. Youth Forum adalah sebuah komunitas tempat berkumpulnya remaja untuk menyuarakan hak-haknya, wadah bagi remaja yang mengedukasi teman remaja mengenai isu-isu seputar seksualitas dan kesehatan reproduksi.