IMPLEMENTASI PROGRAM YOUTH FORUM DALAM MEMPERJUANGKAN HAK PENDIDIKAN BAGI SISWI YANG MENGALAMI KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI YOGYAKARTA.

(1)

i

IMPLEMENTASI PROGRAM YOUTH FORUM DALAM MEMPERJUANGKAN HAK PENDIDIKAN BAGI SISWI YANG MENGALAMI KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Fitri Ramadhani NIM 12110241003

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Diri yang dibimbing oleh jiwalah yang menjadi pendidikan dalam dunia pergaulan sosial”

(KH. R. Zainuddin Fananie)

“Orang-orang yang mendapatkan pendidikan moral akan mampu bekerja dengan penuh kegirangan dan ringan hati, meskipun mendapatkan berbagai

cobaan dan godaan” (KH. R. Zainuddin Fananie)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ayahanda dan ibunda serta segenap keluarga saya yang tak pernah lelah memberikan dukungan moral maupun material untuk menyelesaikan studi saya. Semoga saya bisa menjadi kebanggaan keluarga.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

vii

IMPLEMENTASI PROGRAM YOUTH FORUM DALAM MEMPERJUANGKAN HAK PENDIDIKAN BAGI SISWI YANG

MENGALAMI KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DI YOGYAKARTA

Oleh Fitri Ramadhani NIM 12110241003

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak yang mengalami kehamilan tidak diinginkan di Yogyakarta, untuk menggambarkan faktor pendukung dan penghambatnya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskripif kualitatif. Subjek penelitian orang yang terdiri dari anggota Youth Forum, Direktur Cabang PKBI, relawan, PE (Peer Educator). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisi dengan pendekatan kualitatif yang meliputi langkah-langkah reduksi data, display data, dan verifikasi data. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi program Youth Forum di Yogyakarta memiliki beberapa program yang telah berjalan dalam memperjuangkan hak siswi yang mengalami KTD di Yogyakarta yaitu: memberikan pemahaman kesehatan reproduksi kepada remaja, PERUT (Pertemuan Rutin), Siaran Radio, Event, PE (Peer Educated), CO (Community Organizer), IYD (International Youth Day) yang terdapat di kota Yogyakarta agar menjaga diri dari pergaulan buruk yang dapat mengakibatkan terjadinya KTD di usia dini. Youth Forum merupakan mitra dari PKBI yang memiliki tujuan sama untuk memperjuangkan hak-hak remaja. Faktor pendukung terlaksananya program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak KTD yaitu: pihak sekolah mampu bekerjasama dengan baik, puskesmas bekerjasama dengan Youth Forum untuk memperjuangkan petisi Youth Forum. Faktor penghambat yaitu: sekolah menolak memasukkan kurikulum kesehatan reproduksi di sekolah, guru tidak berani memperjuangkan KTD di sekolah dikarenakan pangkat guru tersebut sebagai taruhannya.

Kata Kunci: hak pendidikan bagi siswi hamil, program Youth Forum, siswi mengalami kehamilan tidak diinginkan (KTD)


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan dalam program studi Kebijakan Pendidikan, jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan tepat pada waktunya.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan yang dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik, sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas segala kebijaksanaanya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk melaksanakan studi di kampus tercinta ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pengesahan skripsi ini.

4. Ketua Jurusan Filsafat Sosiologi Pendidikan, Program Studi Kebijakan Pendidikan, yang telah memberikan dukungan dan kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Siti Irene Astuti, M. Si. dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi, kritik serta arahan dalam masa perkuliahan. 6. Ibu Prof. Dr. Farida Hanum, M. Si. dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, kritik, masukan dan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.

7. Bapak Ibu Dosen di Jurusan Filsafat Sosiologi Pendidikan, Program Studi Kebijakan Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.


(9)

ix

8. Organisasi Youth Forum dan relawan yang ada di PKBI Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk penulis melakukan penelitian,


(10)

x


(11)

xi DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ... x

DAFTAR TABEL .... ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Implementasi Program ... 12

1. Pengertian Implementasi ... 12

2. Pengertian Program... 14

B. Konsep Pendidikan ... 1

1. Pengertian Konsep ... 16

2. Definisi Pendidikan... 17


(12)

xii

C. Hak Anak Mendapat Pendidikan... 25

D. Pengertian Youth Forum Yogyakarta ... 26

E. Kebijakan Pemenuhan Hak Pendidikan Bagi Warga Negara ... 30

F. Peserta Didik Perempuan Hamil dalam Memenuhi Hak Pendidikan . ... 36

G. KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) ... 44

H. Hak-hak Seksual dan Hambatan Pemenuhannya ... 48

I. Penelitian Yang Relevan ... 49

J. Kerangka Pikir.... ... 50

K. Pertanyaan Penelitian ... 53

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 54

B. Tempat dan Waktu ... 56

C. Subjek Penelitian ... 56

D. Teknik Pengumpulan Data ... 57

E. Instrument Penelitian ... 59

F. Teknik Analisis Data... 62

G. Keabsahan Data. ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Lembaga ... 65

B.Hasil Penelitian... 74

1. Program Youth Forum Dalam Memperjuangkan Hak Pendidikan Bagi Siswi yang Mengalami Kehamilan Tidak diinginkan di Yogyakarta .... ... 76

a. PERUT (Pertemuan Rutin) ... 76

b. Pembuatan Event ... 78

1) Media Kampanye... 78

2) MRAN (Malam Renungan Aids Nusantara) ... 81

3) Youth International Day ... 83

c. Siaran Radio ... 87

d. Pemetaan Sekolah... 89


(13)

xiii

f. Layanan Pendamping ... 93

2. Implementasi Youth Forum dalam Memperjuangkan Hak Pendidikan Bagi Siswi yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan di Yogyakarta ... 96

a. PE (Peer Education) ... 96

b. Pengorganisasian Remaja ... 98

c. Presensi C0 (Community Organizer) ... 100

d. Dampingan Sekolah ... 101

e. Home Visit ... 104

f. Tour ke Sekolah/Turlap (Turun Lapangan) ... 105

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program Youth Forum ... 107

C.Pembahasan ... 110

1. Implementasi Program Youth Forum dalam Memperjuangkan Hak Pendidikan Bagi Siswi yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan di Yogyakara ... 110

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program Kerja Youth Forum ... 118

a. Faktor Pendukung ... 118

b. Faktor Penghambat ... 119

D. Keterbatasan Penelitian ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 121

1. Implementasi Program Youth Forum dalam Memperjuangkan Hak Pendidikan Bagi Siswi Yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan di Yogyakarta ... 121

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program Kerja Youth Forum ... 121

B.Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 125


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-Kisi Observasi ... 60

Tabel 2. Kisi-kisi Wawancara ... 61

Tabel 3. Kisi-kisi Dokumentasi ... 62

Tabel 4. Daftar Nama Relawan dan Youth Forum ... 68

Tabel 5. Jumlah KTD Di DIY Tahun 2015 ... 75

Tabel 6. Data Konseling KTD ... 91


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Pikir ... 52 Gambar 2. Struktur Kepengurusan Youth Forum ... 71 Gambar 3. Struktur Birokrasi PKBI ... 118


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Pedoman Observasi ... Lampiran 2. Reduksi Display Data ... Lampiran 3. Transkip Wawancara ... Lampiran 4. Catatan Lapangan ... Lampiran 5. Dokumentasi Foto ... Lampiran 6. Surat-Surat Penelitian ...


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan seks untuk remaja dianggap tabu, hal ini berakibat pada maraknya pergaulan seks bebas di kalangan remaja, yang kemudian menimbulkan terjadinya KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) dalam kalangan remaja. Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mempunyai rasa keingintahuan yang cukup besar. Keadaan ini berdampak pada kebanyakan remaja yang mengalami masa kematangan yang lebih awal. Kematangan ini mengarah pada salah satu aspek yaitu pada orientasi seks. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari media, lingkungan, dan juga teman. Seks pada saat ini diartiakan sempit yaitu suatu hubungan badan. Padahal seks merupakan jenis kelamin yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis.

Abad ke-21 berkembang dengan seluruh kemajuan termasuk pengetahuan dan kecanggihan teknologi manusia. Namun, ironisnya, isu seksual manusia masih dianggap tabu untuk diperbincangkan di ruang publik. Tidak heran jika pemahaman kebanyakan orang tentang isu ini sangat minim, bahkan di kalangan kaum terpelajar sekalipun. Akibatnya tidak banyak yang mengerti apa itu seksualitas, apa fungsi organ-organ seksual manusia dan kesehatannya, apalagi berpartisipasi dan ikut adil dalam upaya melindungi dan memenuhi hak-hak seksual sebagai bagian integral dari hak-hak asasi manusia.


(18)

2

Seksualitas, menunjukkan jati diri manusia yang paling dalam seksualitas adalah esensi kemanusiaan yang paling nyata. Seksualitas yaitu sebuah proses sosial yang mengekspresikan hasrat atau birahi, ia juga dimaknai sebagai ekspresi hasrat erotic yang dikonstruksikan secara sosial (the socially constructed expression of erotic desire). Seksualitas manusia dikonstruksikan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi dengan melibatkan banyak faktor, seperti politik, ekonomi, nilai-nilai budaya dan ajaran masyarakat agama.

Sebagian masyarakat telah mereduksi dan mengerdilkan makna seksualitas. Seksualitas disalahpahami sebagai “sesuatu yang bekerja secara natural” atau “sesuatu yang hanya bekerja dengan fungsi reproduksi”. Fatalnya, seksualitas juga direduksi menjadi relasi antar tubuh biologis. Gagasan bahwa seksualitas semata soal tubuh menggiring kepada pemahaman bahwa relasi seksual merupakan relasi antar tubuh biologis semata, tidak perlu melibatkan perasaan, pikiran, emosi, dan hasrat terdalam manusia. Lihat saja, relasi seksual dalam bahasa kamus Indonesia disebut bersetubuh, jadi hanya melibatkan jasmani saja, tanpa makna yang lain.

Sejumlah persoalan muncul di masyarakat akibat diabaikannya hak hak seksual dan juga hak kesehatan reproduksi di antaranya merebak berbagai bentuk stigma, prejudice, kekerasan terhadap perempuan, anak-anak, kelompok difabel, dan mereka yang memiliki orientasi seksual minoritas. berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi berbasis gender terhadap perempuan, perkawinan anak-anak, perkawinan paksa, kehamilan yang tidak di inginkan, perkosaan,


(19)

3

termasuk perkosaan dalam perkawinan, perusak organ reproduksi perempuan, penggunaan obat berbagai obat dan alat berbahaya untuk pemuas hasrat seksual.

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu bentuk pendidikan tentang seks di kalangan remaja, pendidikan seks pada hakikatnya menjadi sesuatu yang urgent. Sebab perilaku seksual menyimpang semakin bertambah banyak bahkan seolah menjadi tradisi dalam kehidupan manusia modern maka dapat dipahami bahwa hubungan seksualitas tampaknya telah mengalami perubahan secara drastis artinya seks pada zaman dahulu masih dianggap suci, sakral, serta menjunjung tinggi aturan dan etika. Landasan yuridis pendidikan seks mengacu pada perundang undangan :

“1945 pasal 3 ayat 1 dan 2 bahwa setiap Warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 Ayat (1) menyatakan bahwa: pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi”

Kesadaran untuk tidak melakukan stigma, diskriminasi, dan kekerasan terhadap sesama manusia dengan alasan apapun adalah ajaran seluruh agama dan pendidikan moral. Kesadaran memang tidak muncul begitu saja, ia harus ditumbuhkan dan dibangun sedemikian rupa, melalui pendidikan dalam arti yang seluas luasnya, pendidikan formal di sekolah, pendidikan nonformal di masyarakat, dan terutama pendidikan dalam keluarga. Kesadaran itu juga harus dibangun melalui upaya pembuatan peraturan perundang undangan dan kebijakan publik yang adil dan memihak kepada semua kelompok manusia.


(20)

4

Dengan ungkapan lain, diperlukan pendidikan yang demokrasi nilai-nilai kebaikan dan moral untuk kebaikan bersama.

Aturan mengenai pemenuhan pendidikan sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hasil amandemen kedua. Pasal 28C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Aturan dalam pasal tersebut sudah sangat jelas bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Semua orang berhak memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan kehidupan sosial yang lebih baik. Pemerintah harus melaksanakan isi ketentuan dalam pasal tersebut atas dasar nondiskriminasi.

Pemberian perlakuan sama terhadap peserta didik menunjukkan adanya pengelolaan pendidikan yang baik. Dengan demikian, tujuan Negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa akan tercapai. Perlakuan yang sama bagi perempuan dan laki-laki dapat menunjukkan adanya kesetaraan gender dalam pendidikan. Akan tetapi bagaimana seandainya adanya peserta didik yang melakukan pelanggaran hukum atau norma-norma sosial, seperti pembunuhan atau kehamilan di luar nikah? Apakah mereka harus diberikan pendidikan? Jawaban dari pertanyan itu memerlukan argumentasi yang kompleks karena di


(21)

5

sisi lain peserta didik wajib mendapatkan pendidikan, tetapi di sisi lain dia juga melakuakn pelanggaran.

Adanya perundang-undangan dapat dilihat bahwa pendidikan itu universal untuk siapa saja dan dimana saja tanpa adanya diskriminasi yang merugikan satu pihak. Dalam hal ini masih banyak saja masalah kenakalan remaja yang dibuat oleh remaja makin hari makin menunjukkan perilaku menyimpang yang dilakukan dalam aksi-aksi kelompok. Gejala ini akan terus bertambah seiring perkembangan teknologi, industriallisasi, dan urbanisasasi. Salah satu masalah yang menjadi sorotan yaitu siswi yang mengalami KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan). Istilah KTD juga bisa diartikan sebagai Kehamilan Tidak Dikehendaki (Unintended Pregnancy). Kehamilan yang tidak dikehendaki adalah kehamilan yang terjadi baik karena alasan waktu yang tidak tepat (mistimed) atau karena kehamilan tersebut tidak diinginkan (unwanted). Kehamilan yang tidak diinginkan pada siswi yang bersekolah akan mempengaruhi terhadap kelanjutan pendidikan mereka. Terjadi problem tentang hak pendidikan mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa nafsu seksual dapat dikatakan sebagai pondasi perkembangan kepribadian manusia. Akan tetapi nafsu seksual apabila tidak dikelola secara tepat dapat menjadi sumber problem besar bagi manusia, yaitu menyeret kejalan kejahatan. Apalagi remaja secara biofisiologis baru mencapai tahapan kematangan organ-organ seks, ini diikuti dengan ditandai menstruasi pertama bagi remaja wanita dan mimpi basah pada remaja pria.


(22)

6

Kematangan organ-organ seks ini diikuti dengan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual sekaligus dorongan untuk melakukan hubungan tersebut. Pada era sekarang, teori pendidikan seks telah banyak disajikan sejak usia dini hingga usia dewasa namun masih tetap saja banyak perilaku free seks serta kekerasan seksual di Indonesia. Misalnya kekerasan terhadap wanita dilakukan kaum pria, kemudian terhadap anak, serta kehamilan tidak diinginkan yang berujung aborsi di kalangan remaja.

Aktivitas seks yang dilakukan terlalu dini oleh remaja dikarenakan beberapa faktor yaitu faktor interen dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh pemenuhan gizi yang baik pada anak anak sekarang sehingga menjadikan perkembangan fisiki termasuk organ-organ dan naluri seksual lebih cepat. Sementara kondisi mental yang dimilikinya belum berkembang secara sempurna. Sedangkan faktor ekstern dapat dicermati melalui perkembangan teknologi dan alat-alat komunikasi, terjadinya perubahan-perubahan sosialyang diakibatkan oleh bervariasinya ide-ide ekonomi, religi, dan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi adat kehidupan serta pola pola seks konvensional. Ditambah lagi dengan semakin vulgarnya suguhan berbagai gaya seks yang bersumber barat melalui berbagai media masa. Dengan perihal tersebut jika remaja tidak memiliki keseimbangan mental dan spiritual yang baik akan sangat mudah terjebak dalam jeratan seks bebas.

Ketika seorang perempuan tidak menginginkan kehamilan yang terjadi dengan berbagai alasan dan tidak ingin ada kehamilan di kemudian hari, maka


(23)

7

kehamilan tersebut bisa dikategorikan sebagai kehamilan yang tidak diinginkan (Unwanted). Jika demikian, kehamilan yang dikehendaki (intended) merupakan kehamilan yang kejadiannya diinginkan atau kehamilan yang diharapkan akan terjadi karena sedang direncanakan. (Guttmacher, 2012:4). Bisa juga ketika suatu kehamilan harus dialami oleh seorang perempuan, pada suatu kondisi dimana perempuan tersebut belum melakukan suatu ikatan yang sah menurut norma-norma yang ada (baik norma-norma agama maupun norma-norma hukum yang berlaku), maupun secara psikis belum siap menerima kehamilan yang dialaminya. Kejadian semacam ini sering kita dengar atau jumpai baik di kalangan mahasiwi atau kalangan pelajar sekolah.

Perlu adanya penanganan serta perhatian dari kalangan setempat dan kerjasama antara masyarakat, keluarga, guru, serta wali murid itu sendiri agar dapat memberikan pengarahan terbaik terkait pendidikan seks di kalangan remaja agar remaja pada saat ini tidaklah terjerumus dalam pergaulan yang dapat merusak dan menjerumuskan diri mereka, salah satunya adalah dengan memberikan bimbingan pengertian pendidikan seks dan kesehatan reproduksi remaja sedini mungkin dan dapat memberikan pengarahan karena masa remaja merupakan masa yang sangat rawan dalam mencari jati diri.

Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi dan lebih popular disebut seks education sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang beranjak dewasa atau remaja. Hal tersebut bisa dilakukan baik melalui pendidikan formal ataupun informal. Hal ini penting untuk mencegah biasnya


(24)

8

pengertian seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja serta mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi komprehensif termasuk bagi para remaja.

Korban KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) di sekolah terkadang mengalami diskriminasi sosial serta gangguan mental yang mengakibatkan mereka mengalami stress juga gangguan kejiwaan lainnya seperti halnya merasa tidak berguna serta merasa sendiri juga terkucilkan ditambah lagi sekolah yang tidak ingin memperjuangkan hak-haknya dalam dunia pendidikan agar mereka tetap bersekolah. Perlu adanya sosialisasi untuk pemenuhan hak-hak reproduksi dikalangan remaja serta pendampingan korban kehamilan tidak diinginkan agar mereka mendapatkan hak pendidikanya serta dapat menjalani kehidupan dengan aman dan tentram tanpa adanya masalah diskriminasi sosial yang mengganggu dirinya.

Pentingnya hak-hak korban KTD ini mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan salah satunya lembaga yang memberikan perhatian tentang hal tersebut adalah PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana) Yogyakarta. PKBI memiliki beberapa program salah satunya adalah kegiatan yang ada di Youth Forum yang memiliki 4 petisi remaja yaitu : 1. pendidikan kesehatan reproduksi masuk kurikulum sekolah; 2. Memperjuangkan hak pendidikan bagi siswi yang mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD); 3. memperjuangkan layanan dan fasilitas publik yang ramah remaja; 4. dilibatkannya remaja dalam


(25)

9

pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan dirinya. Penelitian ini akan menggali dan mendeskripsikan implementasi program kegiatan yang dimiliki Youth Forum tersebut, untuk dapat dikomunikasikan kepada masyarakat luas. B. Identifikasi Masalah

Dari beberapa penjelasan latar belakang di atas dapat dijabarkan identifikasi masalah yang ditemukan adalah sebagai berikut:

1. Masih kurangnya pemahaman tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja yang mengakibatkan beberapa remaja salah jalan dan mengalami penyimpangan seksual.

2. Para remaja korban kehamilan tidak diinginkan/kehamilan di luar nikah masih enggan untuk menceritakan masalah KTD yang dialaminya secara terbuka. 3. Pendidikan seks untuk remaja yang masih dianggap tabu, sehingga banyak

remaja yang tidak paham tentang perilaku seks yang menyimpang.

4. Banyaknyak remaja yang mengalami KTD umumnya tidak memiliki hak untuk melanjutkan sekolahnya.

5. Youth Forum merupakan program yang dibentuk oleh remaja untuk remaja, yang memiliki tugas memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi siswi KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan).

C. Batasan Masalah

Supaya dalam pembahasan tidak melebar dan meluas lebih jauh maka penelitian lebih memfokuskan pada program Youth Forum dalam


(26)

10

memperjuangkan pendidikan untuk anak yang mengalami KTD di Yogyakarta DIY.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Program-program apa saja yang ada di Youth Forum untuk memperjuangkan hak pendidikan anak yang mengalami KTD ?

2. Bagaimana implementasi Youth Forum di dalam memperjuangkan hak pendidikan anak yang mengalami KTD ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Implementasi program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak yang mengalami KTD.

2. Program-program yang ada di Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan anak yang mengalami KTD.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi mengenai implementasi program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak yang mengalami KTD di kota Yogyakarta, serta menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi program studi kebijakan pendidikan, terutama pada mata kuliah kebijakan pendidikan Pengarus utama Gender dan mata kuliah ilmu pendidikan.


(27)

11 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijasikan bahan masukan dan pertimbangan dalam mengambil sebuah kebijakan serta dapat dijadikan bahan evaluasi dalam membuat kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan hak pendidikan bagi anak yang mengalami KTD.

a. Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada para anggota masyarakat terkait dengan program Youth Forum dalam memperjuangkan pendidikan bagi anak yang mengalami KTD di kota Yogyakarta, diharapkan di masyarakat timbul kepedulian sosial untuk ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah remaja di sekitarnya terutama yang berkaitan dengan pendidikan seks.

b. Bagi Remaja

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi serta meningkatkan pengetahuan dan perhatian remaja terkait program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak yang mengalami KTD.


(28)

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Implementasi Program 1. Pengertian Implementasi

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap tepat. Pengertian tentang implementasi menurut para ahli:

Edward III (1980) dan Emerson, Grindle, serta Mize menjelaskan bahwa terdapat empat variabel kritis dalam implementasi kebijakan publik atau program diantaranya, komunikasi atau kejelasan informasi, konsistensi informasi (communications), ketersediaan sumberdaya dalam jumlah dan mutu tertentu (resources), sikap dan komitment dari pelaksana program atau kebijakan birokrat (disposition), dan struktur birokrasi atau standar operasi yang mengatur tata kerja dan tata laksana (bureaucratic strucuture).

Kamus Besar Webster (Arif Rohman, 2009:134) mengartikan implementasi sebagai to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).

Charles O. Jones (Arif Rohman, 2009:135) dalam menganalisis masalah implementasi kebijakan, mendasarkan diri pada konsepsi


(29)

aktivitas-13

aktivitas fungsional. Menurutnya, implementasi adalah suatu aktivitas yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program.

Berdasarkan pengertian-pengertian implementasi menurut beberapa ahli di atas, maka implementasi dapat diartikan tindakan yang dilakukan secara tersusun dan terencana serta memiliki tujuan untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan yang telah direncanakan, dan dalam pelaksanaannya memerlukan pelaksana tindakan serta adanya mekanisme yang telah diatur.

2.Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

b. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. d. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

e. Strategi pelaksanaan.

Melalui program segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin di atasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan


(30)

14

mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones,dalam Arif Rohman, 1996:295).

Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi di dalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang. Pengertian program yang dikemukakan di atas adalah pengertian secara umum (Suharsimi Arikunto, 2004: 3). Kesimpulan yang dapat ditarik program adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan untuk melaksanakan suatu kebijakan dengan kata lain program adalah produk dari suatu kebijakan. B. Konsep Pendidikan

Konsep adalah istilah yang memberikan makna abstrak dan general sebagai contoh di dalam administrasi adalah standarisasi, kepemimpinan, motivasi, budaya, kewenangan. Ilmuwan menemukan konsep yang dapat membantu mereka mengkaji dan menganalisis fenomena yang ada secara sistematis. Konsep yang operasional disebut variabel. Asumsi diterima tanpa bukti karena sudah terbukti sendiri (self evident). Contoh asumsi dalam mengajar “tidak ada satu cara yang paling baik dalam dalam mengajar atau cara mengajar yang berbeda beda hasilnya tidak akan sama”. Asumsi pertama adanya prinsip-prinsip universal mengajar yang efektif, tanpa memperhatikan waktu dan tempat. Sementara asumsi kedua menyangkut adanya kompleksitas dan perbedaan dalam mengajar yang mengakibatkan sia-sia untuk mencari


(31)

15

prinsip yang menjadi panduan. Generalisasi adalah peryataan yang memiliki ciri saling berhubungan dari dua atau lebih konsep. Dengan kata lain generalisasi terkait dengan konsep.

1. Definisi Pendidikan

Berikut definisi pendidikan yang dikemukakan oleh beberapa ahli: a. Drikarya (1980)

Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda (pemanusian manusia muda)

b. Dictionary Of Education:

Pendidikan adalah: (a) proses ketika seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat dia hidup, (b) proses sosial ketika orang dihadapkan pada pengaruh yag terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum

c. Sir Godfrey Thomsom

Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atau individu untuk menghasilkan perubahan yang tetap (permanen) di dalam kebiasaan kebiasaan tingkah lakunya, pikiranya, dan sikapnya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang


(32)

16

kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, maupun sebagai warga Negara ataupun warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan terencana dalam memlilih materi, strategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, pendidikan formal dan pendidikan nonformal.

2. Kebijakan Pendidikan

a.Pengertian Kebijakan Pendidikan

Kebijakan berasal dari istilah policy. Policy sering dicampurkan dengan kebijaksanaan (wisdom). Kedua istilah tersebut mempunyai makna yang sangat berbeda. Suatu kebijaksanaan lebih menekankan pada faktor-faktor emosional dan irasional, tetapi bukan berarti suatu kebijaksanaan tidak mengandung unsur-unsur rasional. Kebijaksanaan dipahami sebagai tindakan yang bijaksana. Sedangkan kebijakan merupakan tindakan yang berwenang untuk menyelesaikan masalah.

Kebijakan pendidikan juga berkaitan dengan kebijakan publik (public policies) dan dibuat atas nama Negara (state) yang dibuat oleh instrument/alat-alat Negara untuk mengatur perilaku tiap orang, seperti guru atau siswa dan organisasi, seperti sekolah dan universitas. Fokus


(33)

17

perhatianya pada kegiatan Negara bukan pada kegiatan perusahaan swasta yang sering hanya untuk kepentingan Negara.

Fokus kepada kegiatan sektor publik pendidikan, kebijakan publik pendidikan merupakan suatu jaminan kependidikan menjadi kepentingan publik selanjutnya sekolah diciptakan oleh pemerintah untuk seluruh warga dan ditetapkan oleh pemerintah yang mengatur pengelolaan kurikulum, pedagogic, dan penilaiannya, tetapi juga kondisi guru dan pemeliharaan sarana fisik sekolah. Fungsi kebijakan dalam pendidikan adalah: 1) menyediakan akuntabilitas norma budaya yang menurut pemerintah perlu ada dalam pendidikan dan 2) melambangkan mekanisme akuntabilitas untuk mengukur kinerja siswa dan guru.

H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho (2009:140) mengatakan kebijakan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langakah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu.

Mark Olsen, John Codd, dan Anne-Marie O’Neil (dalam Riant Nugroho, 2008: 36) mengungkapkan:

“…Education policy in the twenty-first century is the key to global security, sustainability, and survival… Education policies are central to to such global mission a deep and robust democracy at national level requires strong civil society based on norms of trust and active response citizenship and


(34)

18

that education central to such a goal. Thus, the strong education state is necessary to sustain democracy at the national level so that strong democratic nation-states can buttress forms of international governance and ensure that globalization becomes a force for global sustainability and survival…”

Kebijakan pendidikan merupakan kunci terjaminnya keunggulan, ketahanan dan kelangsungan, bahkan eksistensi bagi setiap negara dalam persaingan global, sehingga perlu menjadi prioritas utama.

Arif Rohman (2014) mengatakan kebijakan pendidikan sebagai keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu dan menyelenggarakan pendidikan.

Berdasarkan jabaran tersebut kebijakan pendidikan merupakan hasil proses dari perumusan dan keputusan yang secara sengaja dilakukan untuk menyelesaikan masalah pendidikan yang muncul di ranah masyarakat pada waktu tertentu dengan memperhatikan beberapa faktor lingkungan eksternal, input (masukan), proses perumusan, output (luaran) dan timbal balik dari lingkungan terhadap kebijakan. Rumusan yang terkait kebijakan pendidikan adalah mencakup proses, metode dan teknik, prosedur untuk memecahkan


(35)

19

masalah pendidikan, dalam metode ini meliputi uraian (deskripsi), ramalan (prediction), penilaian (appraisal), resep (prescription), dan definisi (definition). Proses ini pada dasarnya selalu dicirikan dengan terjadinya pertentangan antar berbagai kelompok politik yang memiliki kepentingan berbeda-beda bahkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Sedangkan prosedur meliputi pengawasan/pemantauan (monitoring), peramalan (forecasting), evaluasi (evaluation), rekomendasi (recommendation) dan struktur masalah (problem structuring). Selanjutnya analisis kebijakan dalam melihat kebijakan dengan cara prospektif dan retrospektif.

b.Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan

Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena di sini masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai di dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman utama adalah konsisten implementasi. Ada banyak Teori yang digagas oleh para ahli yang menjelaskan tentang implementasi kebijakan pendidikan

1) Teori Van Meter dan van Horn

Teori ini diperkenalkan oleh duet Donald van Meter dengan Carl van Horn (1975). Teori ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik beberapa variabel yang dimaksud sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan


(36)

20

publik yaitu: a) aktivitas implementasi dan komunikasi antara organisasi, b) Karakteristik dari agen pelaksana/implementor, c) kondisi ekonomi, sosial dan politik, d) kecenderungan (dispotition) dari pelaksana.

2) Teori Mazmanian dan Sabatier

Teori ini dikembangkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1987) mengemukakan bahwa implementasi adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Terdapat tiga variabel di dalam teori Mazmanian dan Sabatier ini

Pertama adalah variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksana keragaman objek dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.

Kedua variabel intervening yaitu: variabel kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketetapan alokasi sumber dana keterpaduan hirarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana, dan perekrutan pejabat pelaksana dan keterbukaan kepada pihak luar dan variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi yang berkenan dengan indikator kondisi sosio, ekonomi dan teknologi, dukungan publik,


(37)

21

sikap dan sumber daya dari konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dari komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.

Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan, yaitu pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan objek, mengarah kepada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar.

3) Teori Edward

Edward menyarankan untuk mempertahankan 4 isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu communication, resource, dan positition or attitudes, dan bureaucratic structures. Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan kepada organisasi dan/atau publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan tanggapan dari pihak yang terlibat dan bagaimana struktur organisasi pelaksanaan kebijakan. Resources berkenaan dengan ketersediaan sumber daya pendukung, khususnya sumber daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecakapan dari pelaksana kebijakan publik untuk carry out kebijakan secara efektif. Disposition berkenaan dengan kesesuiaan organisasi birokrasi yang menjadi


(38)

22

penyelenggaraan implementasi kebijakan publik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Edward untuk mendasari penelitian. Alasan mengapa peneliti menggunakan penelitian ini dikarenakan peneliti merasa ada kecocokan teori Edward dengan penelitian yang diteliti.

3. Pendekatan dalam Perumusan kebijakan Pendidikan

Dua pendekatan dalam perumusan kebijakan pendidikan yaitu social demand dan man-power approach (Arif Rohman, 2014:114-216). Social demand merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk merumuskan sebuah kebijakan yang berlandaskan pada aspirasi, tuntutan, serta aneka kepentingan yang didesakan oleh masyarakat. Pada pendekatan ini para pengambil keputusan kebijakan terlebih dahulu mendeteksi aspirasi masyarakat sebelum para pengambil kebijakan merumuskan kebijakan pendidikan yang akan dilaksanakan.

Pendekatan man-power approach adalah pendekatan yang lebih mempertimbangkan hal-hal rasioanal dalam rangka menciptakan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai dalam masyarakat. Pendekatan ini tidak melihat apakah masyarakat mempunyai aspirasi atau tidak terhadap hal tertentu, tetapi pada pendekatan ini yang terpenting menurut pertimbangan-pertimbangan rasional dan visioner para pengambil keputusan kebijakan seperti pemertintah.


(39)

23 C. Hak Anak Mendapat Pendidikan

Hak untuk memperoleh pendidikan merupakan bagian dari HAM. Pendidikan adalah suatu hal yang luar biasa pentingnya bagi Sumber Daya Manusia, demikian pula dengan perkembangan sosial ekonomi dari suatu negara. Hak untuk memperoleh pendidikan telah dikenal sebagai salah satu HAM (Hak Asasi Manusia), sebab HAM tidak lain adalah suatu hak dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang. Hak memperoleh pendidikan sangat berkaitan erat dengan HAM. Tanpa adanya pendidikan, kehidupan tidak akan mempunyai arti dan nilai martabat dan inilah sebenarnya maksud dari HAM itu sendiri, dimana setiap orang mempunyai hak untuk menjadi seorang manusia seutuhnya.

Hak anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak-Hak yang dimiliki anak banyak sekali di antaranya adalah hak memperoleh pendidikan. Hak memperoleh pendidikan sangat berkaitan erat dengan HAM. Tanpa adanya pendidikan, kehidupan tidak akan mempunyai arti dan nilai martabat.

D. Youth Forum Yogyakarta

Youth Forum merupakan kelompok pelajar yang difasilitasi oleh PKBI. Youth Forum adalah sebuah komunitas tempat berkumpulnya remaja untuk menyuarakan hak-haknya, wadah bagi remaja yang mengedukasi teman remaja mengenai isu-isu seputar seksualitas dan kesehatan reproduksi.


(40)

24

Seperti halnya Forum remaja seluruh Yogyakarta, dan setiap daerah terdapat Youth Forum yang memiliki misi kesetaraan gendere dan mengedukasi remaja mengetahui hal-hal yang dianggap tabu, wadah untuk remaja untuk membantu remaja lain yang mempunyai masalah dan memberikan informasi terkait seks education.

Youth Forum adalah organisasi dari remaja, oleh remaja, dan untuk remaja yang peduli pada isu-isu seksualitas dan hak-hak para remaja. Youth Forum bisa dikatakan juga sebagai pelayanan manusia. Pelayanan manusia merupakan pelayanan yang bergerak di bidang kemanusiaan yang dimana Youth Forum memberikan pelayanan yang memfokuskan kepada hak-hak remaja yang meliputi kesehatan remaja serta memperjuangkan hak pendidikan bagi siswi yang mengalami kehamilan tidak diinginkan khususnya di wilayah Yogyakarta. Dalam teori hubungan sosial, perhatian para ahli lebih banyak diberikan pada variabel-variabel yang berhubungan dengan pengaruh komunikasi, khusunya yang menyangkut adopsi dan innovasi serta perubahan sosial (sosial change). Teori hubungan sosial bahwa dalam menerima pesan-pesan komunikasi yang disampaikan oleh media, orang lebih banyak memperolah pesan itu melalui hubungan atau kontak dengan orang lain dari pada menerima langsung. Maka dari itu engan adanya keprihatinan remaja terhadap masalah di sekitarnya salah satunya masalah di sekolah serta isu-isu kesehatan reproduksi yang di ambil dari berbagai media massa yang tidak jelas sumbernya, serta sekolah memiliki


(41)

25

masalah yang dialami siswi salah satunya beberapa siswi yang mengalami KTD yang menyebabakan remaja tidak mendapatkan tempat yang layak dalam pendidikan, bahkan hak-hak mereka sebagai anak yang mendapatkan pendidikan terkadang kurang diperhatikan serta mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan, banyak faktor terjadinya KTD salah satunya adalah KDP (kekerasan dalam pacaran), pelecehan seksual, atau pemerkosaan. 1. Youth Forum sebagai Gerakan Sosial

Gerakan sosial yang kekurangan perspektif teoritis yang lebih luas dan menjelaskan dari macam apa yang akan ditimbulkan. Teori sosial kritis bahkan berdampak pada bagaimana manusia menjalankan analisis kuantitatif dengan menunjukkan ketidakmenentuan yang melekat secara inherean dalam operasionalisasi empiris atas berbagai vaiabel.

Dalam implementasinya Youth Forum dapat dikatakan sebagai Gerakan Sosial karena Youth Forum bergerak di bidang sosial yang berada di masyarakat untuk memperjuangkan berbagai petisi khususnya di kalangan remaja seperti teori ( Richardson, 1990b; Clough, 1992, 1994) bahwa peneliti sosial memperlakukan kata-kata manusia tentang pengalaman mereka bukan hanya sebagai sumber data yang sahih, namun juga sebagai pandangan teoritis. Maka dari itu organisasi Youth Forum bukan hanya saja untuk melihat seberapa penting memperjuangkan hak pendidikan akan tetapi juga seberapa pentingnya pertolongan gerakan sosial untuk orang lain disini Youth Forum tidak hanya dengan melooby


(42)

26

akan tetapi Youth Forum juga berupaya untuk memberikan informasi melalui media massa agar dapat menjangkau setiap kalangan dimasyarakat.

2. Youth Forum Sebagai Komunikasi Massa

Organisasi Youth Forum juga sebagai komunikasi massa. Komunikasi massa disini adalah jenis khusus dari komunikasi sosial yang melibatkan berbagai kondisi pengoperasian, terutama sifat khalayak, sifat bentuk komunikasi dan sifat komunikatornya. Komunikasi khalayak ini ditunjukkan kerah khalayak luas atau juga bisa di komunikasi massa adalah tunjukan sebagai komunikasi umum, bukan bersifat pribadi. Pesan-pesan tidak hanya ditujukan kepada satu individu saja akan tetapi pesan pesan tersebut dimaksudkan untuk menjangkau khalayak luas.

Komunikasi massa dan sosialisasinya. Sosialisasi adalah proses ketika individu mendapatkan kebudayaan kelompok dan menginternalisasikan (sampai tingkat tertentu) norma-norma sosialnya, sehingga membimbing orang itu untuk memperhitungkan harapan-harapan orang lain penting untuk ditegaskan bahwa sosialisasi tidak pernah “total” dan merupakan proses yang terus berlangsung bergerak sejak masa kanak-kanak sampai usia tua beberapa norma seperti, pacaran, ditangguhkan sampai usia berikutnya. Peranan komunikasi masa seperti Youth Forum perlu diteliti dan kita perlu mengetahui sampai sejauh mana


(43)

27

sosialisasi yang dilakukan Youth Forum ini disampaikan apakah memperkuat atau memperlemah control sosial di masyarakat.

C. Kebijakan Pemenuhan Hak Pendidikan Bagi Warga Negara 1. Hak Pendidikan Bagi Warga Negara

Pemerintah merupakan pihak yang diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut dapat diketahui dalam alenea ke empat pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Alenia tersebut berisi tentang :

“Kemudian dari pada itu membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar Negara Indonesia”

Berdasarkan ketentuan dalam alenia tersebut bahwa pemerintah mempunyai kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dilakukan dengan cara menyelenggarakan pendidikan di setiap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pendidikan sebagaimana yang sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 28C ayat (1) UUD Negara


(44)

28

Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri mealalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan demi kesejahteraan umat manusia.

Pendidikan merupakan hak asasi manusia. Pasal 2 Undang -Undang Nomor 39 Tahun 1999 HAM (Hak Asasi Manusia) berisi ketentuan bahwa :

Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrat melekat dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

Pasal tersebut menyatakan bahwa Indonesia mengakui dan melindungi HAM (Hak Asasi Manusia). Perlindungan terhadap HAM merupakan upaya meningkatkan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan. Pemerintah harus melaksanakan upaya-upaya dalam rangka menegakkan perlindungan terhadap hak asasi manusia, khususnya dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, bahwa setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi. Pemerintah mengemban kewajiban dalam rangka mencerdaskan


(45)

29

kehidupan bangsa dengan membuat kebijakan yang bersifat nondiskriminasi.

2. Hak Perlindungan Anak dan Peserta Didik

Anak merupakan potensi penerus cita cita penerus bangsa. Setiap anak telah dianugrahi Tuhan Yang Maha Esa berbagai macam potensi yang dimilikinya. Potensi yang dimiliki setiap anak merupakan bekal untuk mendedikasikan kepada bangsa dan Negara. Anak perlu mendapat kesempatan tumbuh dan berkembang dengan wajar, baik secara rohani dan jasmani, maupun sosial dalam rangka memikul tanggung jawab untuk mendedikasikan kepada bangsa dan Negara. Pemenuhan terhadap kesempatan tumbuh kembang anak memberikan pengaruh besar terhadap cara pandang mengenai nilai nilai kehidupan secara ideal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Anak memerlukan kepastian hukum untuk menjamin tanggung jawab yang diemban agar terlaksana dengan baik dan lancar. Pemenuhan kepastian hukum tersebut akan berdampak pada tercapainya kesejahteraaan dan perlindungan hukum terhadap anak anak. Ketercapaian kesejahteraan dan perlindungan hukum terhadap anak. Ketercapaian kesejahteraan dan perlindungan hukum merupakan dua hal yang berbeda, tetapi tidak terpisahkan. Kesejahteraan akan memberikan nilai pemanfaatan yang diperoleh dari hasil yang telah diusahakan, kepastian hukum memberikan keyakinan dan sifat pasti terhadap suatu


(46)

30

hal yang diharapkan secara hukum. Kedua hal tersebut sangat erat kaitanya dengan upaya mewujudkan pembangunan nasiaonal Undang (Undang Nomer 4 Tahun 1979 Kesejahteraan Anak).

Pembangunan nasional merupakan usaha yang hendak dicapai masyarakat untuk melakukan pembangunan bangsa dan Negara. Usaha untuk mencapai pembangunan nasional disesuaikan dengan nilai- nilai Pancasila dan Undang-Undang dasar Negara Indonesia tahun 1945. Nilai-nilai Pancasila merupakan pedoman bagi bangsa Indonesia untuk mencapai pembangunan nasional demi mencapai hidup sejahtera. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan jaminan dasar bagi hak-hak warga Negara untuk mendapatkan hidup sejahtera.

Jaminan terhadap hak kesejahteraan telah diatur dalam pasal 31 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal tersebut mengisi 4 pokok yaitu pemajuan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan menjunjung nilai-nilai agama, serta persatuan bangsa. keempat hal pokok tersebut sangat penting untuk menjamin kesejahteraan rakyat sangat mendukung berhasilnya pembangunan nasional.

Pembangunan nasional mampu memberikan kesejahteraan kepada seluruh manusia, termasuk anak. Kesejahteraan tersebut dapat tercapai apabila pembangunan nasional ditunjukkan terhadap pemenuhan hak-hak dan kewajiban anak. Pemenuhan kesejahteraan anak akan terjamin


(47)

31

apabila ada kepastian hukum. Bentuk kepastian hukum terhadap kesejahteraan anak yaitu Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Undang-Undang tersebut memberikan kepastian hukum dalam rangka memberikan kesejahteraan kepada anak. Bentuk kesejahteraan yang diperoleh anak terhadap suatu tata kehidupan dan penghidupan antara lain menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak secara wajar, baik secara rohani, jasmani, dan sosial.

Salah satu pembangunan nasional yang dapat memberikan jaminan terhadap hak dan kewajiban anak adalah pembangunan nasional dalam bidang pendidikan. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencapai kualitas manusia Indonesia yang sejahtera. Pencapaian kualitas pendidikan yang dapat menyejahterakan adalah pemberian hak-hak dan kewajiban-kewajiban orang tua dan pemerintah kepada anak. Orang tua mempunyai kewajiban memberikan pendidikan yang layak bagi anak. Pemerintah mempunyai kewajiban meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Cita-cita tersebut dapat dicapai dengan cara melakukan kerja sama antar kedua komponen tersebut. Bentuk kerjasama dapat dilakukan dengan mewujudkan tata pemerintah dan pengelolaan manajeman pendidikan yang baik. Kedua hal tersebut diharapkan dapat menghadapi tantangan sesuai tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Pemerintah harus membuat sistem yang mampu mengakomodasi ketercapaian tujuan tersebut.


(48)

32

Pada dasarnya kewajiban pemerintah sudah tercantum sebagaimana yang terdapat dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kewajiban Negara tersebut didasarkan pada tujuan Negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Kata “mencerdaskan kehidupan bangsa’’ merujuk pada usaha membangun manusia Indonesia yang mempunyai kualitas yang baik dan sumber daya manusia yang unggul. Untuk mencapai itu maka tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa harus dilakukan. Bagaimana cara mencerdaskan kehidupan bangsa? Pertanyaannya ini tentu akan ditanyakan oleh setiap orang. Mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik yaitu pendidikan yang nondiskriminasi. Kata

‘’nondiskriminasi’’ memperlihatkan suatu pendidikan yang

menyamaratakan seluruh peserta didik, baik itu perempuan maupun laki-laki.

D. Peserta Didik Perempuan Hamil dalam Memenuhi Hak Pendidikan 1. Pendidikan Seks bagi Remaja

Anggapan sebagian orang tua bahwa membicarakan masalah seks adalah suatu hal yang tabu sebaiknya dihilangkan. Anggapan seperti inilah yang menghambat penyampaian pengetahuan seks yang seharusnya sudah dapat dimulai dari segala usia. Disamping tabu kemungkinan besar para orang tua merasa khawatir jika mengetahui lebih


(49)

33

banyak masalah seksualitas, anak akan semakin meningkatkan rasa penasaran dan keberaniannya untuk mempraktikan seks tersebut.

Mencegah pengaruh dari luar untuk memenuhi rasa keingin tahuannya anak mungkin tak perlu dilakukan. Pasalnya, setiap anak sehat pasti ingin sekali mengetahui perkembangan dan perbedaan anggota tubuhnya degan orang lain. Ingin merasakan dan mengetahui arti ciuman dan sentuhan seperti yang sering dilihatnya, baik di TV atau lingkungan sekitarnya. Bisa juga anak tersebut ingin mengetahui perasaan, khayalan seksual, dan proses terjadinya reproduksi yang mungkin masih membingungkan. Pendidikan seks disini dapat membantu para remaja laki-laki maupun perempuan untuk mengetahui risiko dari sikap seksual mereka dan mengajarkan pengambilan keputusan seksualnya secara dewasa, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang tua.

Pada usia remaja, seorang anak belum dapat bertanggung jawab sepenuhnya. Hal-hal yang mereka lakukan hanya merupakan kesenangan sesaat. Ketidakjelasan pendidikan seks dari orang tuanya akan menimbulkan berbagai masalah yang mengacu pada gangguan seksual ketika memasuki kehidupan seksual sebenarnya dengan pasangannya, oleh Karena itu, sangat dibutuhkan bimbingan dari orang tuanya yang memang sudah seharusnya memiliki kedekatan hubungan dengan si anak.


(50)

34

Memberikan pendidikan seks pada remaja, maksudnya membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia. Selain itu harus memasukan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku.

2. Peserta didik sebagai subjek pendidikan

Subjek pendidikan sangat mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan. Subjek pendidikan dapat dibagi menjadi dua yaitu subjek penerima dan pemberi. Subjek penerima yaitu peserta didik dan subjek pemberi pendidik. Begitu pentingnya kedua subjek ini sehingga Noeng Muhadjir sebagaimana dikutip Dwi Siswoyo, dkk (2008:86) menyatakan bahwa kedua subjek tersebut menjadi unsur dasar pembentukan aktivitas pendidikan.

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional berisi rumusan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Peserta didik pada dasarnya orang yang membutuhkan arah dan bimbingan untuk tumbuh dan berkembang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang tua dan masyarakat mempunyai peran penting dalam membantu mengembangkan potensi diri peserta didik, sehingga peserta didik mempunyai kualitas karakter dan kepribadian yang baik. Karakter dan kepribadian merupakan aspek penting dari


(51)

35

kualitas manusia yang ikut menentukan kemajuan suatu bangsa ke depan (Rohman M, Noor, 2012:25)

Pasal 12 ayat (1) Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional memberikan hak kepada peserta didik. Hak yang diberikan tersebut merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan peserta didik dan perlindungannya pemerintah kepada peserta didik atas hak pendidikan. Pasal tersebut mengisyaratkan bahwa pemerintah berupaya menghilangkan diskriminasi terhadap peserta didik atas hak pendidikan. Hak peserta didik berdasarkan Pasal 12 ayat (1) Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut.

a. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

b. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

c. Mendapat beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

d. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

e. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing -masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.


(52)

36

Berdasarkan Hak-Hak Peserta Didik yang diutarakan di atas, dapat dilihat bahwa pemerintah berupaya memberikan akses pemenuhan hak pendidikan kepada semua warga Negara. Pemenuhan hak pendidikan kepada semua warga Negara merupakan kewajiban Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain mempunyai hak pendidikan, peserta didik juga mengembangkan kewajiban dalam program pemenuhan pendidikan 3. Pemenuhan Hak Perempuan

Wanita dan perempuan memiliki arti yang bermacam-macam. Sejatinya perempuan dan wanita memiliki ciri alamiah yang sama. Wanita dalam bahasa Jawa wani ditata, artinya berani ditata. Pemahaman diri ini merupakan salah satu bentuk awal terjadinya perbedaan peran antara perempuan dan laki-laki. Perempuan dalam konteks tersebut dapat dimaknai sebagai seseorang yang bisa diatur atau menurut bila di atur (Zaitunah Subhan, 2014:2). Kata perempuan sering digunakan oleh para femini menurut kaum feminis, kata wanita merupakan kata halus bahasa Indonesia sedangkan kata perempuan merupakan kata halus dalam bahasa Melayu (Zaitunah Subhan, 2014:6).

Seorang perempuan mempunyai kebebasan yang sama selayaknya seorang laki-laki. Kebebasan tersebut merupakan bagian dari hak setiap orang. Artinya sebagaimana dikutip Moh. Roqib (2003:57) menyatakan bahwa kebebasan yang sehat itu kebebasan yang bependapat dalam arti mengganggu hak kebebasan orang lain yang tidak


(53)

37

lain merupakan saudara. Perempuan seyogyanya diberikan akses yang sama dengan laki-laki dalam rangka memenuhi kebutuhan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial.

Mansour Fakih (2013:9) menyatakan bahwa sejatinya perbedaan antara perempuan dan laki laki hanyalah sebuah konstruksi sosial. Hal senada di sampaikan Zaitunah Subhan (2004: 13) bahwa faktor-faktor yang mengkonstruksi lahirnya perbedaan perempuan dan laki-laki yaitu kultur dan struktur sosial. Pembentukan kultur ini dipengaruhi oleh ideologi dan system keyakinan selama berabad-abad. Dengan demikian, sesuatu yang relative tersebut kemudian terkonstruksi seakan akan alami.

Permasalahan yang dihadapi perempuan salah satunya adalah KTD dan aborsi serta proses kelahiran. Hal tersebut merupakan permasalahan yang serius, bukan berkenaan dengan perempuan saja tetapi dengan kelangsungan hidup manusia. Apabila perempuan mengalami keguguran kandungan atau kematian bayi secara sengaja maka secara otomatis telah terjadi pelanggaran hak terhadap perempuan dan anak yang dikandung.

Perempuan mempunyai tiga hak dalam dirinya. Hak perempuan sebagai seorang pribadi, seorang istri, dan seorang ibu. Hak seorang perempuan sebagai seorang pribadi yaitu hak dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara pribadi dalam rangka meningkatkan


(54)

38

kemampuan dalam potensi diri. Hak perempuan sebagai seorang istri yaitu hak mendapatkan perlakuan dan penghormatan yang baik dari suami dan seluruh anggota keluarga. Hak perempuan sebagai seorang ibu yaitu hak mengurus anak dan membesarkannya serta membimbing anak.

Perempuan seharusnya diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Dia bisa mengembangkan potensi diri sesuka hatinya sesuai minat dan bakat yang dimiliki dan tentu harus memperhatikan nilai norma dalam masyarakat. Seorang perempuan yang telah menikah tentu bisa menempatkan dirinya tidak hanya sebagai seorang istri suami. Dia juga bisa berkontribusi di masyarakat. Pengekangan terhadap aktualisasi diri yang dilakukan kepada perempuan merupakan pelanggaran hak asasi manusia.

Perempuan mempunyai hak mendapatkan rasa aman dan nyaman dalam keluarga. Dia patut diperlakukan baik sebagai seorang istri dalam lingkungan keluarga. Suami seyogyanya memberi dukungan terhadap peran istri dalam keluarga. Dukungan suami sangat pentig dalam membantu menciptakan pemenuhan hak seorang istri.

Perempuan memiliki hak sebagai seorang ibu. Dia berhak mengandung, melahirkan dan menyusui. Perlakuan baik kepada perempuan dalam rangka melaksanakan kodratnya merupakan bentuk pemenuhan hak perempuan sebagai seorang ibu.


(55)

39

Pemenuhan hak-hak perempuan tersebut harus dilakukan secara seimbang. Perempuan yang sudah menikah dan mempunyai anak bisa mendapatkan ketiga hak tersebut. Akan tetapi perlu diperhatikan oleh perempuan bahwa pemenuhan hak tersebut tidak menjadi benar apabila mengesampingkan hak-hak yang lain. Secara alamiah perempuan yang menjadi istri dan ibu harus mengedepankan pemenuhan hak-hak tersebut terlebih dahulu karena pemenuhan kedua hak tersebut akan berhubungan secara langsung dengan kewajibannya dan pemenuha hak orang lain. Jadi, dalam hak ini pemenuhan hak perempuan sebagia istri dan ibu akan berhubungan langsung dengan kewajibanya. Walaupun begitu, hak perempuan secara pribadi tidak menjadikanya termarjinalkan. Dia juga bisa memenuhi hak-hak pribadinya secara seimbang, sebagai contoh dia seorang wanita karier dan ibu rumah tangga serta seorang istri tidak sedikit perempuan yang bisa memerankannya.

4. Kesempatan Perempuan dan Laki- Laki dalam Pendidikan

Peserta didik yang mengalami diskriminasi berdasarkan jenis kelamin sering terjadi. Kasus yang paling sering terjadi yaitu diskriminasi terhadap peserta didik perempuan hamil. Kehamilan merupakan suatu hal yang bersifat alamiah. Kehamilan tidak bisa di jadikan sebab seorang peserta didik perempuan mendapatkan diskriminasi dalam rangka pemenuhan hak pendidikannya. Peserta didik perempuan hamil yang didiskriminasi mengakibatkan dirinya tidak


(56)

40

mendapatkan hak secara wajar sebagai peserta didik. Perbuatan tersebut merupakan pelanggaran hukum. Berbagai peraturan perundang-undangan mengatur bahwa semua warga Negara berhak mendapatkan pendidikan.

Peraturan perundang-undangan tidak mendiskriminasikan peserta didik dalam memenuhi haknya. Peraturan perundang-undangan justru memberikan hak penuh dan khusus kepada semua peserta didik tanpa terkecuali. Dalam beberapa kasus menunjukan adanya ketidaksesuaian antara hal yang seharusnya dengan realita yang terjadi seperti adanya peserta didik yang tidak bisa mengikuti UN (Ujian Nasional) karena hamil. Hal ini tentu dapat diindikasikan adanya ketimpangan dalam pengimplementasian hak perlindungan terhadap peserta didik perempuan hamil. Tindakan tersebut sudah merebut hak pendidikannya yang berakibat orang tersebut gagal mewujudkan pribadi yang cerdas, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

E. KTD (Kehamilan Tidak di Inginkan) 1. Pengertian KTD

Menurut kamus istilah program keluarga berencana, kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan hamil (BKKBN, 2007). Sedangkan menurut PKBI, kehamilan tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan


(57)

41

tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan. Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang bisa disengaja maupun tidak disengaja. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang tidak bertanggung jawab atas kondisi ini.

Kehamilan yang tidak diinginkan ini dapat dialami, baik oleh pasangan yang sudah menikah maupun belum menikah (PKBI, 1998). Istilah kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang tidak menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu mistimed pregnancy (kehamilan terjadi lebih cepat dari yang telah direncanakan), sedangkan kehamilan yang diinginkan adalah kehamilan yang terjadi pada waktu yang tepat. Sementara itu konsep kehamilan yang diinginkan merupakan kehamilan yang terjadinya direncanakan saat seorang ibu menggunakan metode kontrasepsi atau tidak ingin hamil namun tidak menggunakan kontrasepsi apapun. Kehamilan yang berakhir dengan aborsi dapat diasumsikan sebagai kehamilan yang tidak diinginkan. Semua definisi ini menunjukkan bahwa kehamilan merupakan keputusan yang disadari (Santelli, 2003:4).

Definisi kehamilan tidak diinginkan menurut Jain (1999) adalah gabungan dari kehamilan yang tidak diinginkan sama sekali (unwanted pregnancy) dan kehamilan yang diinginkan tetapi tidak


(58)

42

disaat itu (mistimed preganancy). Kehamilan tidak diinginkan berhubungan dengan meningkatnya risiko morbiditas wanita dan dengan perilaku kesehatan selama kehamilan yang berhubungan dengan efek yang buruk. Sebagai contoh, wanita yang mengalami kehamilan tidak diinginkan mungkin menunda pelayanan prenatal yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan bayinya.

a. Perkembangan Seksual

Seksualitas tidak semata-mata merupakan body chemistry, tetapi lebih merujuk pada situasi sosial dan pengharapan. Laki-laki dan perempuan yang dihasilkan dari peran-peran tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa seksualitas adalah sesuatu yang dipelajari dan merupakan konstruksi sosial. Seksualitas adalah hasil belajar dalam interaksi dengan orang lain (Plummer, 1975:30).

Cara belajar berperilaku seksual dapat dibedakan sedemikian rupa hingga dewasa. Seseorang dapat belajar dengan membayangkan objek atau orang yang dapat memberikan kepuasan seksual. Akan tetapi untuk berperilaku, orang selalu ditanamkan jaringan norma paksaan yang mendefinisikan Penghargaan, pujian, hadiah, atau hukuman pada masa kanak-kanak membantu seseorang untuk mendefinisikan seksualitas yang dapat diterima.


(59)

43 b. Seks di Luar Nikah

Menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan hubungan seks di luar nikah ini terbagi dalam beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.

1) Tekanan yang datang dari teman sepergaulan

Lingkungan pergaulan yang telah dimasuki oleh seseorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks. Bagi remaja tersebut tekanan dari teman-temannya itu dirasakan lebih kuat daripada tekanan yang didapat dari pacarnya sendiri. Pada umumnya remaja melakukan hal tersebut hanya sebatas ingin membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temanya, sehingga dapat diterima menjadi bagian dari anggota kelompoknya seperti yang di inginkan.

2) Adanya Tekanan dari Pacarnya

Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan risiko yang nanti dihadapi.

3) Adanya kebutuhan Badaniah

Seks menurut beberapa ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Jadi, wajar saja jika semua orang, tidak terkecuali remaja menginginkan


(60)

44

hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan risiko yang akan dihadapi. 4) Rasa Penasaran

Pada usia remaja, rasa keingintahuannya begitu besar terhadap seks apalagi dengan ditambahnya informasi yang tidak terbatas masuknya. Rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkan.

5) Pelampiasan Diri

Faktor ini tidak datang dari diri sendiri, misalnya, karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat di banggakan di dalam dirinya. Dengan pikiran putus asanya tersebut ia akan mencari pelampiasan yang malah akan menjerumuskanya ke dalam pergaulan bebas.

Faktor lainya dari keluarga, keluarga yang terlalu memberikan aturan yang sangat tidak berdasarkan kepentingan bagi keduanya (orang tua dan anak). Akibatnya, remaja tersebut memberontak merasa tertekan sehingga membebaskan dirinya dengan menunjukkan sikap pemberontak yang salah satunya dalam masalah seks. Hubungan seksual tidak hanya di ukur dari kenikmatan semata.


(61)

45

Namun juga menyangkut seluruh tanggung jawab diatara kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan).

F. Hak-Hak Seksual dan Hambatan Pemenuhanya 1. Pengertian Hak-Hak Seksual

Hak seksual adalah bagian integral dan merupakan unsur penting dari HAM (Hak Asasi Manusia). HAM adalah hak yang melekat pada semu manusia tanpa diskriminasi apapun warga negara, tempat tinggal, gender, kebangsaan atau keturunan, warna kulit, agama, bahasa, atau status lain kita, seperti umur, kecacatan, status kesehatan, orietasi seksual atau identitas gender kita. Hak-hak ini, apakah hak sipil ataupun hak politik (seperti hak hidup, kesetaraan di hadapan hukum dan kebebasan berekspresi) atau hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (seperti hak untuk bekerja, jaminan sosial dan pendidikan) tak terpisahkan, universal, saling terkait dan saling tergantung.

Setiap orang memiliki hak atas seksualnya yang tidak dapat diabaikan sedikitpun tanpa mengenal pembedaan dalam identitas kelamin, identitas gender, dan orientasi seksualnya. Karena itu, negara dan masyarakat berkewajiban membantu terpenuhnya hak seksual tersebut serta mempromosikan prinsip nondiskriminasi, prinsip nonkekerasan, dan prinsip kesetaraan bagi semuah orang, berbagai instrument HAM internasional meyatakan bahwa pemenuhan hak seksual manusia didasarkan pada tujuan prinsip utama.


(62)

46 G. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan Amrina Rosada (2015) dengan judul “Implementasi kebijakan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Luar Biasa Kota Yogyakarta”. Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu meneliti tentang pendidikan kesehatan reproduksi di Yogyakarta perbedaanya adalah peneliti ini fokusnya kepada pendidik untuk anak luar biasa sedangkan “Implementasi Program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi siswi yang mengalami Kehamilan Tidak di Yogyakarta lebih fokus dengan program yang dimiliki oleh Youth Forum dalam memperjuangkan hak-hak pendidikan untuk siswi Kehamilan Tidak Diinginkan.

Hasil dari penelitian ini. Implementasi kebijakkan kesehatan reproduksi di sekolah luar biasa dilaksankan dengan cara yang berbeda sesuai dengan kebijakan dan kebutuhan sekolah. Di SLB-A Yaketinus implementasi pendidikan kesehatan reproduksi ini dilaksanakan pada mata pelajaran khusus pendidikan kesehatan reproduksi.

H. Kerangka Pikir

Setiap orang memiliki hak atas kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak, tak terkecuali anak yang sedang mengalami KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) apapun kondisi anak tersebut anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak, karena bagaimana pun juga anak merupakan asset sumber daya manusia yang harus ditingkatkan


(63)

47

kualitasnya agar dapat berperan di dalam banyak kegiatan khusunya pembangunan dalam kehidupan masyarakat serta pengembangan potensi yang terdapat di dalam dirinya agar dapat memberdayakan fungsi kehidupanya secara mandiri dan tidak tergantug dengan orang lain

Landasan hukum yang menyangkut hak pendidikan untuk anak memperoleh kesempatan mendapatkan pendidikan tertuang pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 60, Undang-Undang-Undang-Undang Nomer 20 tahun 2003 tentang sistempendidikan nasional. Demikian anak yang mengalami KTD mempunyai hak dan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan mendapatkan kesempatan yang sama seperti warga Negara lainya untuk bisa mendapatkan hak pendidikan dan memperoleh akses semua bidang tanpa diskriminasi

Sekarang ini banyak remaja yang sudah mengenal tentang seksualitas, bahkan banyak remaja yang menjadi korban dari seks yang bebas. Hal tersebut terjadi karena kurangnya informasi kesehatan reproduksi bagi remaja. Saat ini hanya sebagian kecil remaja yang telah mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi. Banyaknya masalah yang terkait seksualitas dikalangan remaja yag masih kurang diperhatikan dan penyalahan arti dari pengertian seksualitas yang terjadi di masyarakat serta khususnya di kalangan remaja. Hal tersebut disebabkan salah satunya adalah informasi mengenai reproduksi masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat kita.

Kehamilan Tidak Diinginkan dimana kondisi seseorang wanita tidak menginginkan kehadiran seorang anak atau belum ingin mengandung


(64)

48

permasalah pada sat ini masih sulitya akses pendidikam terhadap anak yang mengalami KTD yang mengakibatkanya seoranga anak tidak dapat mengikuti pelajaran pendidikan seperti biasa karena sedang dalam mengandung.

Berdasarkan hal tersebut lembaga Youth Forum membuat suatu program yang memberikan bimbingan terhadap permasalahan remaja saat ini. Salah satunya dengan memberikan bimbingan terhadap korban pergaulan bebas, serta memberikan bimbingan psikologi untuk membantu memberikan semangat terhadap korban dan memperjuangkan hak pendidikanya, karena pada dasarnya seseorang yang mengalami KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) itu bukanlah murni kesalahan yang disengaja tetapi karena adanya tindakan kejahatan yang dialaminya.

Tujuan Youth Forum dalam membuat program untuk anak yang mengalami KTD adalah untuk memperjuangkan hak pendidikan bagi korban KTD salah satunya ialah pemberian informasi kesehatan reproduksi antara lain memberikan pengertian tentang seks yang sehat bagi remaja, kesehatan reproduksi yang, agar remaja tidak terkena PMS (Penyakit Menular Seksual). Melihat keadaan tersebut kerangka berpikir yang diarahkan dalam penelitian ini adalah mengenai “Implementasi Program Youth Forum dalam Memperjuangkan Hak Pendidikan bagi Siswi yang Mengalami KTD di Yogyakarta. Berikut gambar kerangka pikir :


(65)

49

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian PENDIDIKAN

Youth Forum Associatio Hak Pendidikan Anak

Youth Forum

Hak Pendidikan Anak Yang Mengalami

KTD

Pemberian Informasi terkait Kespro kesehatan reproduksi Pemberian informasi kespro dilakukan melalui kegiatan, penyuluhan, pertemuan rutin, infolling,bedah film,dll Komunitas : 1. Remaja jalanan 2. Remaja LGBT 3. Remaja Waria 4. Remaja Pekerja Seks 5. Memperju angkan Hak Remaja Pendampingan kasus KTD 1. Meloby ke

sekolah 2. Meloby ke

dinas pendidikan kota/provinsi 3. Mendampi-ngi korban, dengan memberikan dukungan moril Program PKBI DIY PENDIDIKAN Youth Forum Association


(66)

50 K. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah hak siswi KTD dalam Memperoleh Pendidikan?

2. Bagaimanakah keberadaan lembaga Youth Forum asuhan PKBI dalam memperjuangkan hak pendidikan anak KTD?

3. Bagaimana program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan Bagi anak yang mengalami KTD di Yogyakarta?

4. Bagaimana Implementasi program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak yang mengalami KTD?

5. Hambatan apa saja yang di hadapi dalam Pelaksanaan Program tersebut?


(67)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Nana Syaodih Sukmadinat, 2006:60). Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2012:9).

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode


(68)

52

kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi secara naratif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar bukan angka. Namun, jika terdapat angka angka itu sifatnya sebagai penunjanng atau hanya pendukung dari penelitian tersebut (Nana Syaodih Sukmadinata, 2006:62). Data dihimpun dengan melakukan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan hasil wawancara yang mendalam, catatan lapangan, serta hasil analisis dokumen dan catatan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk memberikan sebuah gambaran atau mendeskripsikan bagaimana proses dan hasil dari implementasi program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan untuk anak yang mengalami KTD di Yogyakarta serta faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi proses pelaksanaan dari program tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Youth Centre LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). PKBI DIY (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta), yang terletak di JL. Taman Siswa gang Basuki, Surokarsan MG/II 560 Yogyakarta dan kantor PKBI Sleman yang berada di jln


(69)

53

Sambisari No 99, Duwet, Sedangadi, Mlati. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih sekitar 3 bulan yaitu bulan Mei-Juli 2016

C. Subjek Penelitian

Suharsimi Arikunto (2005:90) menerangkan bahwa subyek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukanya sentral karena pada subyek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Subjek penelitian merupakan benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian yang melekat. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah ketua Youth Forum, anggota Youth Forum, komunitas Youth Forum itu sendiri yang terlibat dalam menjalankan program yang terdapat di Youth Forum. Penentuan subjek penelitian berdasarkan keterlibatan narasumber terhadap masalah penelitian yang diteliti. Pemilihan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbagan tertentu (Sugiyono, 2014: 54). Adapun subjek penelitian ini adalah ketua Youth Forum tersebut, anggota Youth Forum dan segenap anggota yang terlibat di dalam Youth Forum, karena subjek tersebut adalah orang yang menjalankan program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak yang mengalami KTD di Yogyakarta.

D.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa-peristiwa, hal-hal, keterangan-keterangan, karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang dan mendukung penelitian (Iqbal Hasan, 2002:


(70)

54

83). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diataranya yang terpenting adalah proses penglihatan dan pengamatan (Sutrisno Hadi:1986). Hakikat dari kegiatan observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan panca indra baik penglihatan, penciuman, pendengaran yang bertujuan untuk memperoleh data atau informasi guna menjawab pertanyaan penelitian.

Observasi partisipatif adalah metode pengumpulan data untuk menghimpun dan memperoleh informasi dimana seseorang peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diteliti atau diamati. Keterlibatan peneliti dalam kegiatan peneltian ini dengan membantu kegiatan belajar mengajar di ruang kelas dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan program Youth Forum serta berinteraksi dengan warga sekitar tempat penelitian dengan menggunakan metode observasi partisipatif ini, maka data yang diperoleh lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dari proses dan hasil implementasi program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pedidikan bagi anak yang mengalami KTD di Yogyakarta.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)