Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan

19 masalah pendidikan, dalam metode ini meliputi uraian deskripsi, ramalan prediction, penilaian appraisal, resep prescription, dan definisi definition. Proses ini pada dasarnya selalu dicirikan dengan terjadinya pertentangan antar berbagai kelompok politik yang memiliki kepentingan berbeda-beda bahkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Sedangkan prosedur meliputi pengawasanpemantauan monitoring, peramalan forecasting, evaluasi evaluation, rekomendasi recommendation dan struktur masalah problem structuring. Selanjutnya analisis kebijakan dalam melihat kebijakan dengan cara prospektif dan retrospektif.

b. Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan

Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena di sini masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai di dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman utama adalah konsisten implementasi. Ada banyak Teori yang digagas oleh para ahli yang menjelaskan tentang implementasi kebijakan pendidikan 1 Teori Van Meter dan van Horn Teori ini diperkenalkan oleh duet Donald van Meter dengan Carl van Horn 1975. Teori ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik beberapa variabel yang dimaksud sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan 20 publik yaitu: a aktivitas implementasi dan komunikasi antara organisasi, b Karakteristik dari agen pelaksanaimplementor, c kondisi ekonomi, sosial dan politik, d kecenderungan dispotition dari pelaksana. 2 Teori Mazmanian dan Sabatier Teori ini dikembangkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier 1987 mengemukakan bahwa implementasi adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Terdapat tiga variabel di dalam teori Mazmanian dan Sabatier ini Pertama adalah variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksana keragaman objek dan perubahan seperti apa yang dikehendaki. Kedua variabel intervening yaitu: variabel kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketetapan alokasi sumber dana keterpaduan hirarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana, dan perekrutan pejabat pelaksana dan keterbukaan kepada pihak luar dan variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi yang berkenan dengan indikator kondisi sosio, ekonomi dan teknologi, dukungan publik, 21 sikap dan sumber daya dari konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dari komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana. Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan, yaitu pemahaman dari lembagabadan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan objek, mengarah kepada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar. 3 Teori Edward Edward menyarankan untuk mempertahankan 4 isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu communication, resource, dan positition or attitudes, dan bureaucratic structures. Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan kepada organisasi danatau publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan tanggapan dari pihak yang terlibat dan bagaimana struktur organisasi pelaksanaan kebijakan. Resources berkenaan dengan ketersediaan sumber daya pendukung, khususnya sumber daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecakapan dari pelaksana kebijakan publik untuk carry out kebijakan secara efektif. Disposition berkenaan dengan kesesuiaan organisasi birokrasi yang menjadi 22 penyelenggaraan implementasi kebijakan publik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Edward untuk mendasari penelitian. Alasan mengapa peneliti menggunakan penelitian ini dikarenakan peneliti merasa ada kecocokan teori Edward dengan penelitian yang diteliti.

3. Pendekatan dalam Perumusan kebijakan Pendidikan