Peran Pendamping Dalam Pelaksanaan Pembinaan Anak Terlantar Di

80 dalam atau di luar panti. Selain itu, pengawasan juga diberikan dengan menasehati anak yang melakukan kesalahan atau memberi hukuman jika anak melanggar peraturan atau tata tertib yang ada di panti. Nasehat atau hukuman yang diberikan memiliki tujuan agar anak tidak melakukan kesalahan atau melanggar peraturan yang ada di panti. Pendamping harus selalu lebih fokus memantau kegiatan anak yang rentan terhadap masalah. Kegiatan anak yang rentan masalah meliputi kegiatan anak yang cenderung melakukan penyimpangan seperti: kenakalan anak bolos sekolah, merokok, dan sebagainya. Selain itu, pendamping juga harus menjalin komunikasi secara intensif dengan pihak sekolah dan keluarga. Pendamping berperan mendampingi anak dalam setiap kegiatan pembinaan. Keseluruhan dari peran pendamping mempunyai manfaat bagi upaya kemandirian anak. Selain itu meluasnya peran pendamping juga akan menambah tugas dan fungsi dari pendamping. Untuk itu dibutuhkannya kesabaran dan keuletan dari pendamping dalam menjalankan peranannya dalam usaha pendampingan yang dilakukan. Dari hasil pengamatan di lapangan, peran pendamping yang perlu dan dapat dipertahankan dalam pelaksanaan pembinaan adalah pemungkin enabler, pemberi motivasi motivator, dan penjangkau outreacher. Seperti yang telah dikemukakan di atas, ketiga peran pendamping tersebut diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak, sebagai motivasi dalam kegiatan belajar maupun sebagai bentuk pengawasan dalam kehidupan sosial anak. Ketiga peran tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk lebih rajin belajar dan pemberi semangat dalam menyelesaikan permasalahan. 81

3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembinaan

Anak Terlantar Di Balai Rehabilitasi Sosial “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo Adanya pembinaan yang dilaksanakan Balai Rehabilitasi Sosial “Wiloso Muda- Mudi” Purworejo membuat anak terlantar mengalami banyak perubahan dalam pengetahuan seperti: bertambahnya wawasan tentang keagamaan, kesehatan, kedisiplinan, keterampilan dan interaksi sosial dengan orang lain. Namun pada pelaksanaannya, masih adanya faktor penghambat pelaksanaan pembinaan yaitu pertama, adanya anak yang bercanda dengan teman disekitarnya; kedua, keterbatasan waktu yang dimiliki anak dalam mengikuti keseluruhan pembinaan karena pulang sekolah sudah sore, kerja kelompok, ikut ekstrakulikuler di sekolah, les di sekolah maupun di luar sekolah, alasan anak pulang kerumah, faktor lupa maupun ketiduran; ketiga, kurangnya disiplin anak ditunjukkan dengan keterlambatan anak ketika datang mengikuti pembinaan. Selain itu, pendukung pelaksanaan pembinaan antaralain: pertama, adanya kerjasama yang baik antar pendamping dan pihak luarlembaga terkait dalam pelaksanaan pembinaan; kedua, adanya dukungan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah; ketiga, tersedianya sarana prasarana pelaksanaan pembinaan. 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pelaksanaan pembinaan anak terlantar di Balai Rehabilitasi Sosial “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan pembinaan anak terlantar di Balai Rehabilitasi Sosial “Wiloso Muda- Mudi” Purworejo meliputi penentuan materi, metode dan media pembelajaran. Penyampaian materi menggunakan bahasa sederhana dan diselingi dengan contoh kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan anak untuk memahami materi yang diberikan. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan praktek. Media pembelajaran yang digunakan seperti modul, leaflet dan film. Sikap pembimbing yang ramah, humoris, tegas, akrab dapat membuat lingkungan atau suasana belajar menjadi lebih akrab dan anak tidak merasa bosan dengan kegiatan. Bentuk pembinaan antara lain: bimbingan fisik, bimbingan mental psikologis, bimbingan mental spiritual, bimbingan sosial, bimbingan pendidikan dan keterampilan. Pelaksanaan pembinaan didasarkan pada metode pekerjaaan sosial menggunakan metode bimbingan perseorangan dan kelompok. Manfaat pelaksanaan pembinaan adalah terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani dan sosial anak. 2. Peran pendamping dalam pelaksanaan pembinaan anak terlantar di Balai Rehabilitasi Sosial “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo adalah pendamping sebagai pembela advocator, pemungkin enabler, pemberi motivasi 83 motivator, penghubung mediator, dan penjangkau outreacher. Dari peran pendamping di atas, peran perlu dipertahankan adalah peran pendamping sebagai pemungkin enabler, pemberi motivasi motivator, dan penjangkau outreacher. Ketiga peran pendamping tersebut diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak, sebagai motivator dalam kegiatan belajar maupun sebagai bentuk pengawasan dalam kehidupan sosial anak. 3. Faktor pendukung pembinaan adalah a adanya kerjasama yang baik antar pendamping dan pihak luarlembaga terkait dalam pelaksanaan pembinaan, b adanya dukungan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, c tersedianya sarana prasarana pelaksanaan pembinaan. Faktor penghambat pembinaan adalah a adanya anak yang bercanda dengan teman disekitarnya ketika kegiatan berlangsung, b keterbatasan waktu yang dimiliki anak menyebabkan anak tidak mengikuti kegiatan pembinaan, c kurangnya disiplin anak dalam mengikuti kegiatan pembinaan di panti.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan pembinaan anak terlantar di Balai Rehabilitasi Sosial “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan Balai Rehabilitasi Sosial “Wiloso Muda- Mudi” Purworejo sebagai upaya pelayanan sosial pada anak terlantar 84 lebih ditingkatkan lagi, agar kegiatan pembinaan kedepannya lebih baik dan tujuan dari program pembinaan benar-benar tercapai secara maksimal. 2. Peran pendamping diperlukan dalam kegiatan pembinaan anak sehingga perlu dipertahankan. Peran pendamping yang perlu dipertahankan adalah pemungkin enabler, pemberi motivasi motivator dan penjangkau outreacher. Selain ketiga peran pendamping yang dipertahankan, peran pendamping juga perlu ditambah maupun diperluas sehingga tujuan pendampingan pada anak dapat tercapai secara optimal. 3. Untuk menanggapi faktor penghambat dalam kegiatan pembinaan diperlukan upaya kreatifitas dari pihak pantipendampingpembimbing untuk memanfaatkan dan mempertahankan faktor pendukung pembinaan. Faktor penghambat pembinaan menunjukkan kurangnya motivasi belajar anak dalam kegiatan, sehingga dapat disarankan pihak-pihak yang terkait pembinaan perlu memberikan motivasi secara berulang-ulang pada setiap kegiatan pembinaan sehingga kesadaran anak akan muncul.