Peran pendamping sebagai pemungkin enabler, pembela advocator dan

71 Dalam hal ini “SA” juga menyatakan pendapatnya mengenai keterbatasan waktunya ketika tidak bisa mengikuti kegiatan pembinaan seperti di bawah ini: “Kadang ikut bimbingan kadang nggak mbak, kalau gak ikut karena pulang kerumah, biasanya kalau les terus pulang sore atau kerja kelompok aku gak ikut mbak. Kadang lupa juga mbak jadi nggak ikut”. Hal ini diperkuat oleh “PH”, yang menyatakan bahwa: “Panti ini milik pemerintah mbak tentunya juga dapat dukungan dari dinas sosial provinsi mbak. Faktor penghambat kegiatan adalah anak belum tentu mengikuti kegiatan bimbingan mbak karena les atau kegiatan ekstrakurikuler disekolah lainnya”. Pernyataan senada diungkapkan oleh “PL”, yang menyebutkan bahwa: “Adanya kerjasama yang baik antar pendamping dan pihak luarlembaga terkait seperti Kodim, Departemen Agama, Lembaga pendidikankursus maupun PuskesmasRumah Sakit mbak. Kadang ada yang terlambat datang. Terus ada beberapa anak yang cerita atau bercanda dengan teman disekitarnya waktu di kegiata n mbak”. Menurut hasil wawancara dan pengamatan di lapangan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembinaan anak terlantar memiliki faktor penghambat dan faktor pendorong.

a. Faktor Pendukung

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembinaan tetap berjalan antara lain: 1 Adanya kerjasama pendamping dan pihak luarlembaga terkait dalam pelaksanaan pembinaan. 2 Adanya dukungan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. 3 Tersedianya sarana prasarana pelaksanaan pembinaan. 72

b. Faktor penghambat

Adapun faktor penghambat pelaksanaan pembinaan meliputi: 1 Adanya anak yang bercanda dengan teman disekitarnya ketika kegiatan berlangsung. 2 Keterbatasan waktu yang dimiliki anak dalam mengikuti keseluruhan pembinaan karena pulang sekolah sudah sore, kerja kelompok, ikut ekstrakulikuler di sekolah, les di sekolah maupun di luar sekolah, alasan anak pulang kerumah, faktor lupa maupun anak yang tertidur. 3 Keterlambatan anak ketika mengikuti pembinaan menyebabkan kegiatan berjalan kurang sesuai dengan waktu yang direncanakan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Pembinaan Anak Terlantar Di Balai Rehabilitasi Sosial

“Wiloso Muda-Mudi” Purworejo “Proses adalah interaksi edukasi antara masukan sarana terutama antara pendidik dengan peserta didik, melalui proseskegiatan pembelajaran yaitu aktivitas pendidik membelajarkan peserta didik dan peserta didik melakukan kegiatan belajar ” Djuju Sudjana, 2006: 102. Proseskegiatan pembelajaran yang dimaksud adalah pelaksanaan pembinaan yang dilakukan Balai Rehabilitasi Sosial “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo dan dapat dikaitkan dengan konsep Pekerjaan Sosial sesuai bidang garapan Pendidikan Luar Sekolah. Hal ini terkait dengan pelaksanaan pembinaan dalam pelayanan sosial yang menjadi sasaran garapan Balai Rehabilitasi Sosial “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo.