Case Note Kasus PT. Aditya Toa Development vs PT.

194 Perbincangan mengenai argumen hakim terkait tanggung jawab organ perseroan terbatas pada kasus ini bukan merupakan suatu “isu” yang mempengaruhi putusan hakim, karena PT. Bakrie Finance Corporation sedang mengajukan PKPU pada saat PT. Bank Mandiri Persero mengajukan permohonan penyataan pailit terhadapnya.

d. Case Note Kasus PT. Aditya Toa Development vs PT.

Wijaya Wisesa Kasus PT. Aditya Toa Development vs PT. Wijaya Wisesa memperoleh kekuatan hukum tetap pada tingkat Peninjauan Kembali Mahkamah Agung. Berikut ini case note dari pertimbangan hakim per tingkat peradilan: 1 Case Note Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No. 03Pailit2004PN. NiagaJkt. Pst Pelampauan wewenang ultra vires oleh Anggota Direksi Direktur dalam kasus ini mempengaruhi putusan hakim dalam perkara ini. Ketidakjelasan mengenai siapa debitor, menyebabkan perkara ini tidak dapat dibuktikan secara sederhana summarily proving sehingga Majelis Hakim menolak untuk menyatakan Termohon pailit. Menurut penulis, selain ultra vires, Herry Wijaya sebagai Direktur melakukan transaksi self dealing. 195 Hal ini nampak jelas dari transaksi antara dua Perseroan dengan direksi yang sama Herry Wijaya sebagai Direktur Utama pada Termohon dan juga sebagai Presiden Direktur pada Pemohon sehingga dalam transaksi ini telah terjadi benturan kepentingan conflict of interest. Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak fair, karena Herry Wijaya selaku selaku Direktur Utama pada Termohon melakukan transaksi dengan Termohon melalui kapasitasnya sebagai Presiden Direktur Pemohon. 2 Case Note Putusan Mahkamah Agung No. 30KN2000 Tindakan ultra vires Anggota Direksi menyebabkan ketidakjelasan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas utang kepada Pemohon Kasasi. Pemohon menyusun argumen bahwa tindakan ultra vires Direksi merupakan masalah internal Perseroan. Menurut penulis, tindakan ultra vires merupakan tindakan yang melanggar Anggaran Dasar Perseroan, dimana Anggaran Dasar tersebut mengikat pihak ketiga, karena memenuhi asas publisitas. Pelanggaran terhadap Anggaran Dasar tersebut mengakibatkan letter of indemnity yang diterbitkan oleh Termohon tanpa persetujuan 196 Dewan Komisaris tersebut menjadi batal demi hukum null and void. Pelanggaran terhadap Anggaran Dasar merupakan kausa yang tidak halal sehingga tidak memenuhi syarat objektif ke-2 kedua dari 4 empat syarat sahnya perjanjian yaitu sebab kausa yang halal Pasal 1320 KUH Perdata. Menurut penulis, transaksi self-dealing makin kentara dalam putusan ini. Fakta pertama, Herry Wijaya sebagai Direktur Utama pada Termohon dan juga sebagai Presiden Direktur pada Pemohon. Fakta kedua, Herry Wijaya sebagai Direktur Utama juga sebagai pemegang saham mayoritas pada Termohon sehingga dalam transaksi uang sebesar US 1,250,000 satu juta dua ratus lima puluh Dollar Amerika Serikat ini jelas telah terjadi benturan kepentingan conflict of interest. Penulis menduga, Herry Wijaya yang memiliki kontrol dalam pengelolaan Pemohon, memiliki andil dalam penentuan keputusan untuk memberi pinjaman kepada Termohon yang ditransfer melalui rekening pribadi Henry Wijaya. Herry Wijaya juga memiliki kontrol penuh dalam penentuan keputusan RUPS Termohon untuk meminjam uang kepada Pemohon. Sebagai Direksi, Herry Wijaya telah melakukan transaksi dengan Perseroan self dealing sehingga 197 telah melanggar fiduciary duty Direksi khususnya duty of fair dealing. Oleh karena itu, menurut penulis, Herry Wijaya harus bertanggung jawab secara pribadi. 3 Case Note Putusan Peninjauan Kembali No. 04 PKN2004 Dalam putusan ini Majelis Hakim Peninjauan Kembali konsisten dengan putusan hakim di tingkat sebelumnya, sehingga penulis tidak berkomentar lebih lanjut.

e. Case Note Kasus PT. Heradi Utama vs PT. Central