Case Note Kasus PT. Heradi Utama vs PT. Central

197 telah melanggar fiduciary duty Direksi khususnya duty of fair dealing. Oleh karena itu, menurut penulis, Herry Wijaya harus bertanggung jawab secara pribadi. 3 Case Note Putusan Peninjauan Kembali No. 04 PKN2004 Dalam putusan ini Majelis Hakim Peninjauan Kembali konsisten dengan putusan hakim di tingkat sebelumnya, sehingga penulis tidak berkomentar lebih lanjut.

e. Case Note Kasus PT. Heradi Utama vs PT. Central

Total Finance Kasus PT. Heradi Utama vs PT. Central Total Finance memperoleh kekuatan hukum tetap pada tingkat Peninjauan Kembali Mahkamah Agung. Berikut ini case note dari pertimbangan hakim per tingkat peradilan: 1 Case Note Putusan Pengadilan Jakarta Pusat No. 16Pailit2004PN. NiagaJkt. Pst Mengenai pertimbangan hakim: “Bahwa atas pertanyaan tersebut, Termohon dengan surat menyatakan memberikan jawaban bahwa perlakuan ini tidak menyimpang dari Pasal Akta No. 184, bahwa Direktur Utama berkuasa dan berwenang bertindak untuk dan atas nama serta mewakili Perseroan” 198 Menurut penulis, pertimbangan tersebut mengandung doktrin business judgement rule dimana doktrin tersebut mengajarkan bahwa suatu putusan Direksi mengenai aktivitas Perseroan tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun meskipun putusan tersebut kemudian ternyata salah atau merugikan Perseroan. Penandatanganan surat sanggup promissory note hanya oleh Direksi dan tanpa persetujuan Dewan Komisaris, tidak termasuk dalam kategori tindakan pelampauan wewenang ultra vires oleh Anggota Direksi Direktur dalam kasus ini, karena setelah dipertanyakan mengenai hal tersebut, Termohon “mengesahkan” tindakan tersebut dengan menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak menyimpang dari Anggaran Dasar Perseroan dan merupakan kewenangan Direksi yang menurut penulis, termasuk dalam mengandung unsur doktrin putusan bisnis business jugdement rule. Artinya jika terjadi masalah di kemudian hari mengenai tindakan tersebut, yang bertanggung jawab adalah Pemohon bukan Anggota Direksi secara pribadi. Berdasarkan hal tersebut, doktrin putusan bisnis business jugdement rule mempengaruhi putusan hakim dalam perkara ini. Hakim mempertimbangkan bahwa tindakan Direksi sah sesuai dengan kapasitasnya untuk menentukan keputusan, sehingga Termohon sebagai badan hukum dinyatakan bertanggung 199 jawab atas utang terhadap para kreditornya dan dinyatakan pailit. Penulis setuju dengan pertimbangan hakim, tapi dengan catatan. Menurut penulis, pertimbangan hakim memberlakukan doktrin BJR untuk melindungi Anggota Direksi yang telah melakukan tindakan ultra vires adalah sah, dengan catatan selama ada bukti bahwa tindakan tersebut mempunyai dasar-dasar yang rasional rational basis yang kuat dalam rangka kepentingan Perseroan dan dilakukan dengan cara yang layak dipercayai reasonable belief sebagai yang terbaik best interest bagi Perseroan. 2 Case Note Putusan Mahkamah Agung No. 010KN2004 Dalam putusan kasasi terhadap kasus ini, Majelis Hakim Kasasi tetap mempertahankan argumen dari Majelis Hakim Pengadilan Niaga. Ada konsistensi antara pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dan Majelis Hakim Kasasi. Menurut penulis, dalam pertimbangan MA perlu dijelaskan lebih lanjut unsur BJR mengenai dasar- dasar yang rasional rational basis yang kuat dalam rangka kepentingan Perseroan dan dilakukan dengan cara yang layak dipercayai reasonable belief sebagai yang terbaik best interest bagi Perseroan. Hal ini untuk 200 memperkuat argument hakim mengenai penerapan doktrin BJR dalam kasus ini. 3 Case Note Putusan Peninjauan Kembali No. 010 PKN2004 Putusan Majelis Hakim Peninjauan Kembali konsisten dengan putusan di tingkat sebelumnya, sehingga penulis tidak berkomentar lebih lanjut.

f. Case Note Kasus PT. Bank Negara Indonesia vs PT.